Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183459 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tria Agustiana
"Angka persalinan prematur di Indonesia sebesar 10%. Penyebab langsung utama kematian neonatal adalah lahir prematur (28%), infeksi berat (26%), dan asfiksia (23%). Tujuan penelitian adalah diperolehnya informasi mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan persalinan prematur yaitu faktor maternal, faktor demografi, faktor fetoplasenta, faktor iatrogenik. Desain penelitian ialah cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang bersalin pada kurun waktu 1 Januari 2005 sampai Juni 2010 di Indonesia. Pada hasil penelitian ini persalinan prematur terdapat 738 (4.1%), ketuban pecah dini memiliki peluang 3.7 kali (95%CI:3.003-4.493), riwayat abortus secara statistik tidak bermakna. Jarak kehamilan<18 bulan memiliki peluang 1.6 kali dibanding ibu dengan jarak kehamilan >24bulan, pada primipara memiliki peluang 1.6 kali dibanding multipara, antenatal care secara statistik tidak bermakna. Ibu yang berum≥u3r 5 tahun memiliki peluang 1.9 kali persalinan prematur dibandingkan umur 20-34 bulan. Pendidikan rendah menurunkan peluang 0.7 kali dibandingkan pendidikan tinggi (95%CI: 0.593-0.988), preeklampsi/eklampsi memiliki peluang 3 kali persalinan prematur (95%CI: 2.208-4.098). Perdarahan antepartum memiliki peluang 3.6 kali persalinan prematur (95%CI:2.809-4.713). Diharapkan agar para ibu waspada terhadap terjadinya ketuban pecah dini, plasenta previa, preeklampsia/eklampsia, serta perdarahan antepartum yang berpeluang untuk persalinan prematur, mengatur jarak kehamilan (minimal 24 bulan), hamil tidak melebihi usia 35 tahun.

Prevalence of preterm labor in Indonesia is 10%. The direct causes of neonatal deaths were born preterm (28%), severe infections (26%), and asphyxia (23%). The research objective is to obtain information about the associated factors with preterm birth is maternal factors, demographic factors, fetoplasenta factors, iatrogenic factors. The study design was cross sectional. The population is all women who labor in the period January 1 2005 to June 2010 in Indonesia. In the results of this study there were 738 preterm deliveries (4.1%), premature rupture of membranes has a chance of 3.7 times (95% CI :3.003-4 .493), history of abortion were not statistically significant. Distance pregnancy <18 months had a chance 1.6 times compared to mothers with pregnancy spacing> 24months, in primiparas has a chance 1.6 times compared to multiparous, antenatal care were not statistically significant. Mothers aged ≥ 35 years had 1.9 times the odds of preterm labor compared to the age of 20-34 months. Low educational opportunities 0.7 times lower than higher education (95% CI: 0593-0988), preeclampsia/eclampsia has three times the odds of preterm labor (95% CI: 2208-4098). Antepartum haemorrhage have a 3.6 times chance of preterm labor (95% CI :2.809-4 .713). It is expected that the mothers aware of the occurrence of premature rupture of membranes, placenta previa, preeclampsia / eclampsia, antepartum haemorrhage and a chance for preterm labor, adjust the spacing of pregnancy (at least 24 months), not pregnant more than 35 years old."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pandensolang, Rivo S.
"Pendahuluan : Komplikasi kehamilan dan atau adanya penyulit persalinan umumnya merupakan indikasi dilakukannya seksio sesarea (SS). Namun dari 15,3% angka SS hasil Riskesdas 2010, 13% diantaranya terjadi pada ibu melahirkan yang tidak mengalami komplikasi kehamilan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan SS pada ibu tanpa komplikasi kehamilan dan atau penyulit persalinan di Indonesia.
Metode : Menggunakan disain cross sectional dengan menganalisis jawaban dari 9.485 responden, menggunakan program SPSS versi 18, melalui uji regresi logistik.
Hasil dan Kesimpulan: Proporsi SS pada ibu tanpa riwayat komplikasi kehamilan dan atau penyulit persalinan di Indonesia adalah 12,3%. Faktor yang berhubungan adalah : umur saat melahirkan, pendidikan, pengeluaran bulanan RT, wilayah tempat tinggal, umur kehamilan, jumlah ANC, paritas dan ukuran lahir anak. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah : pekerjaan dan jarak persalinan. Adapun faktor yang paling besar pengaruhnya adalah pengeluaran bulanan RT kuintil 5 dibanding kuintil 2 & 1 (OR=2,32 {95%CI : 1,89?2,83}).

Introduction : Pregnancy and labor of complications is generally an indication of doing caesarean section (CS). But the figure of 15,3% CS outcome Riskesdas 2010, 13% of them occurred in mothers without experience of pregnancy and labor complications. Therefore, the study was conducted to determine the factors associated with childbirth by CS in mothers without experience of pregnancy and labor complications in Indonesia.
Methods : Using a cross sectional design to analyze the respons of the 9.485 respondents, using SPSS version 18, through logistic regression test.
Results and Conclusions : The proportion of CS in mothers without experience of pregnancy and labor complications in Indonesia is 12,3%. Related factors were : age at delivery, educations, monthly household expenses, area of residence, gestational age, number of ANC, parity and size of the child was born. Unrelated factors are : occupational and distance delivery. The factors that most impact is the monthly household expenditure quintile 5 compared with quintile 2 & 1 (OR=2,32 {95%CI : 1,89 to 2,83}).
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30433
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Sari
"Obesitas tidak hanya mengalami peningkatan di perkotaan. Peningkatan obesitas juga terjadi di pedesaan di Indonesia. Sejak tahun 2004 sampai 2007 prevalensi obesitas meningkat signifikan dari 2.1% sampai 7.8%. Penelitian bertujuan untuk melihat prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas di pedesaan. Penelitian yang menggunakan desain studi cross sectional ini menggunakan data Riskesdas 2010. Populasi adalah seluruh penduduk Indonesia berumur ≥19 tahun pada tahun 2010. Sedangkan sampel adalah sebagian penduduk Indonesia yang berumur ≥19 tahun yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 dengan kriteria eksklusi penduduk perempuan dewasa yang sedang mengandung. Analisis menggunakan regresi logistik ganda untuk mendapatkan model prediksi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas. Hasil penelitian diperoleh prevalensi obesitas di pedesaan sebesar 9.1%. Faktor-faktor yang berhubungan adalah kelompok umur 31-65 tahun (OR: 1.940; 95% CI: 1.801-2.089), jenis kelamin perempuan (OR: 2.132; 95% CI: 1.952-2.329), pendidikan tamat SLTA/D1/D2/D3/PT (OR: 1.429; 95% CI: 1.300-1.571), pekerjaan TNI/POLRI/PNS (OR: 1.853; 95% CI: 1.617-2.124), penduduk yang kawin (OR: 2.356; 95% CI: 2.061-2.692), konsumsi protein (OR: 1.132; 95% CI: 1.066-1.202), status ekonomi kuintil 5 (OR: 2.607; 95% CI: 2.354-2.887), dan tidak merokok (OR: 1.573; 95% CI: 1.429-1.732). Pengendalian kejadian obesitas dapat dilakukan dengan upaya pencegahan baik primer maupun sekunder berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan untuk menekan peningkatan obesitas.

Obesity not only has increased in urban areas, but also occurs in rural Indonesia. From 2004 to 2007, the prevalence of obesity increased significantly from 2.1% to 7.8%. The study aims is to look at the prevalence and factors associated with obesity in rural areas. This research use cross sectional design study and use Riskesdas 2010 data. Population is the entire Indonesian population aged ≥19 years old in 2010. While the sample is a part Indonesian population aged ≥19 years old who live in rural areas in 2010, with adult female population who are pregnant as the exclusion criteria. The data were analyzed using multiple logistic regressions to obtain predictive models in the factors associated with obesity. The result is obesity prevalence obtained 9.1% in rural obesity. Factors related is the 31-65 age group (OR: 1.940; 95% CI: 1.801-2.089), female sex (OR: 2.132; 95% CI: 1.952-2.329), education SLTA/D1/D2/D3/PT (OR: 1.429; 95% CI: 1.300- 1.571), works TNI /police/civil (OR: 1.853; 95% CI: 1.617-2.124), married people (OR: 2.356; 95% CI: 2.061-2.692), protein intake (OR: 1.132; 95% CI: 1.066- 1.202), economic status in quintile 5 (OR: 2.607; 95% CI: 2.354-2.887), and no smoking status (OR: 1.573; 95% CI: 1.429-1.732). Controlling the incidence of obesity can be made by prevention efforts both primary and secondary based on factors related to pressure increase in obesity."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Wijayanti
"Analisi data sekunder Riskesdas 2010 mengidentifikasi kejadian komplikasi pasca persalinan di Indonesia. Sampel 9665 wanita yang berumur 10 – 59 tahun pernah kawin, hamil dan melahirkan anak terakhir dalam kurun waktu 5 tahun terkahir sebelum survai dan memiliki data lengkap sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Variabel dependen komplikasi pasca persalinan. Hasil penelitian faktor yang berhubungan dengan komplikasi pasca persalinan, riwayat komplikasi kehamilan (OR = 2,18; 95% CI : 1,18-2,63; P value : 0,0001); riwayat komplikasi persalinan (OR = 3,01; 95% CI : 2,66–3,40; P value : 0,000) dan penolong persalinan (OR = 1,32; 95% CI : 1,14–1,52; P value : 0,0001). Riwayat komplikasi persalinan merupakan faktor yang paling berhubungan, dengan nilai p 0,0001 dan OR 3,01. Memberikan perhatian khusus pada ibu hamil yang memiliki riwayat komplikasi baik kehamilan maupun persalinan, sehingga dapat dilakukan penanganan secara dini terhadap komplikasi pasca persalinan.

In depth analysis of the Riskesdas data 2010 identifity determinants of postpartum complication in Indonnesia. The sampel was taken 9.665 women aged 10-59 years old have been married, pregnant and gave birth to the last child in the last 5 years prior to the survey and had complete data in accordance with the variables to be studied. Dependent variable postpartum complications. The results of factors associated with postpartum complications, history of pregnancy complications (OR = 2.18, 95% CI: 1.18 to 2.63, P value: 0.000), a history of birth complications (OR = 3.01, 95% CI: 2.66 to 3.40, P value: 0.000) and birth attendants (OR = 1.32, 95% CI: 1.14 to 1.52, P value: 0.000). It was found that history of childbirth complications was the main factor in postpartum complication with p 0.0001 and OR 3.01. Giving special attention to pregnant women who have a history of either pregnancy or childbirth complications, so it can be done early treatment of complications after delivery.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lara Rizka
"Sesuai anjuran WHO dan UNICEF, salah satu kunci utama untuk meningkatkan tingkat kesehatan anak di Indonesia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif tanpa makanan tambahan selama 6 bulan. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pemberian makanan prelakteal, terutama susu formula, dapat berpengaruh buruk pada durasi dan eksklusifitas pemberian ASI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal bagi bayi di Indonesia dengan analisis lanjutan dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Metode penelitian disesuaikan dengan metode Riskesdas 2010, yakni kros seksional, dengan total sampel 5562 Ibu di Indonesia yang memiliki anak terakhir berusia 0-23 bulan pada saat dilakukan wawancara.
Prevalensi pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal untuk bayi di Indonesia sebesar 34,1%. Pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal berhubungan dengan pekerjaan ibu PR 1,1 (p-value 0,03), pendidikan ibu PR 1,4 (p-value <0,001), jumlah anak yang dimiliki PR 1,2 (<0,001), pengeluaran keluarga 1,3 (p-value <0,001), dan tempat tinggal 1,3 (p-value <0,001), usia kehamilan PR 1,4 (p-value <0,001), jenis persalinan PR 1,5 (p-value <0,001), berat badan lahir PR 1,3 (p-value 0,003), dan komplikasi persalinan PR 1,1 (p-value <0,001), jenis tempat persalinan PR 1,5 (p-value <0,001) dan penolong persalinan PR 2,1 (p-value <0,001).
Perlu dilakukan pencerdasan bagi tenaga kesehatan agar tidak mendukung pemberian susu formula sebelum bayi mendapatkan ASI dan tenaga kesehatan diharapkan lebih mendukung ibu untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Selain itu, para ibu juga perlu dibekali pengetahuan mengenai menyusui sebagai hak ibu dan anak, sehingga pemberian makanan prelakteal berupa susu formula dapat dicegah.

As recommended by WHO and UNICEF, key to improving the health of children in Indonesia is exclusive breastfeeding is with no additional food for 6 months. Various studies have shown that prelacteal feeding , especially infant formula, may adversely affect the duration and exclusivity of breastfeeding.
This study aims to determine the risk factors associated with formula feeding as food for infants in Indonesia prelakteal with further analysis of the data of Health Research (Riskesdas) 2010. Research method is adapted to the method Riskesdas 2010, which is cross-sectional, with a total sample of 5562 mother in Indonesia, who has the last child aged 0-23 months at the time of the interview.
The prevalence of formula feeding as prelacteal food for infants in Indonesia is 34.1%. Formula feeding as food prelakteal is associated with maternal occupational PR 1.1 (p-value 0.03), maternal education PR 1.4 (p-value <0.001), the number of children who owned PR 1.2 (<0.001), family expenses 1.3 (p-value <0.001), and shelter 1.3 (p-value <0.001), gestational age PR 1.4 (p-value <0.001), type of delivery PR 1.5 (p-value <0.001), birth weight PR 1.3 (p-value 0.003), and complications of childbirth PR 1.1 (p-value <0.001), type of delivery place PR 1.5 (p-value <0.001) and childbirth helper PR 2.1 (p-value <0.001).
Need to empower health professionals to not support formula feeding before the baby is getting milk and more health professionals are expected to be able to support mothers to breastfeed exclusively for 6 months. Furthermore, mothers need to know that breastfeeding is mother and baby’s right. So, formula feeding as prelacteal food can be prevented.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Lianaria Boru
"Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, hanya 32 % bayi dibawah umur 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif. Persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan berdasarkan Riskesdas 2010 adalah 15,3%. Di Provinsi Kalimantan Tengah pencapaian ASI eksklusif pada tahun 2010 masih sangat rendah yaitu 29,2 %. Persentase tersebut masih berada di bawah target nasional (Depkes RI) sebesar 80 %.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 7-23 bulan di provinsi Kalimantan Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Riskesdas 2010 dengan memilih variabel-variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi adalah ibu yang memiliki bayi umur 7-23 bulan dari rumah tangga yang terpilih menjadi sampel Riskesdas 2010. Sampel yang digunakan adalah seluruh ibu yang memiliki anak bermur 7-23 bulan yang terpilih menjadi sampel Riskesdas tahun 2010. Alasan pemilihan sampel umur 7-23 bulan karena data yang tersedia pada Riskesdas 2010 hanya bayi berumur sampai 23 bulan. Teknik pengambilan sampel dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dengan teknik two stage sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat sampai dengan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
Terdapat kesenjangan sebesar 34,2 % antara prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan profil Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah dengan hasil penelitian ini. Dari 14 variabel yang diteliti, hanya ada satu variabel yang signifikan secara statistik yaitu penolong persalinan. Ibu yang penolong persalinannya ditolong bukan tenaga kesehatan berpeluang 3,4 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang penolong persalinannya oleh tenaga kesehatan dengan nilai OR 0,292 dan p sebesar 0,020.

Based on the Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) in 2007, only 32% of baby under 6 months were given exclusively mother's milk. The percentage of baby were given exclusive mother's milk until 6 months based on Riskesdas 2010 was 15,3%. The achievement in province of Central Kalimantan was very low at 29,2%. The percentage is still bellow of the national target (MOH) at 80%.
The purpose of this research is knowing the description and associating the factors with exclusive mother's milk on baby aged 7-23 months in the province of Central Kalimantan. The data's which used of this research was Riskesdas's data 2010 by selecting the appropriate variables with aim of it. The population was mothers who had baby aged 7-23 months from the choosen households. The example were all of mothers who had children aged 7-23 months, because the available data on Riskesdas 2010 only to 23-month-old baby. Sampling technique was conducted by Central Bureau of Statistic with two stage sampling technique. Bivariate univariate analysis with chi-square test was the data analysis used for this one.
There is a gap of 34,2% between the prevalence of giving exclusive mother's milk based on the profile Central Kalimantan provincial health office with the results of this research. From 14 variables were studied, there's only one variable that statistically significant relief of labor.Birth mother auxiliary health workers likely to be helped rather than 3,4 times to give exclusive mother's milk compared with mothers who birth by auxiliary health workers with OR is 0,292 and p value is 0,020.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nor Rofika Hidayah
"Stunting merupakan gambaran masalah status gizi yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Dampak stunting menurunkan kapasitas intelektual dan produktivitas sumber daya manusia di masa mendatang. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun 2010. Faktorfaktor tersebut antara lain konsumsi energi, konsumsi protein, umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi keluarga, serta jumlah anggota rumah tangga. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan melibatkan 411 sampel. Data penelitian menggunakan data sekunder yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Pengambilan data tersebut dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus 2010. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan gambaran balita stunting di NTT sebesar 67,2%. Terdapat hubungan bermakna antara konsumsi protein, jenis kelamin, serta pendidikan ibu balita dengan kejadian stunting. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyarankan agar konsumsi protein balita ditingkatkan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG). Perbaikan di bidang pendidikan, khususnya pendidikan ibu, juga perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan penanganan stunting pada balita. Selain itu, upaya pencegahan stunting perlu dilakukan dengan memberikan pendidikan gizi dan kesehatan kepada ibu hamil.

Stunting is a description of nutritional problem lasting on longer period of time. It could result in the lowering of intellectual capacity and the impoverishing of human resource productivity of future generation. This study explicates stunting-related factors on children aging 24–59 months in the Province of Nusa Tenggara Timur (NTT) in 2010. Those expected-variables are energy intake, protein consumption, age, sex, mother's level of education, mother's occupation, family economical status, and number of family member. It employs quantitative approach using cross-sectional design involving 411 samples. All data used are secondary, obtained from Basic Health Research (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas) in 2010. The data gathering ensued from May to August 2010 in NTT. Analyses taken are univariate and bivariate analyses by using Chi-Square.
It shows that 67.2% of children aging 24–59 months in NTT are stunting. There is significant relationship between protein consumption, sex, and mother's education level of the children towards stunting. Observing the findings, the writer recommends boosting children’s protein consumption as balanced to Recommended Dietary Allowance (RDA) standard. Education to the family, especially mothers, is imperative to cover succesful treatment of the stunting children. Furthermore, nutritional and health socialization for pregnant mother is needed in preventing stunting children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Augustina Zai
"Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada remaja di Indonesia tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan dengan pernikahan dini pada remaja di Indonesia tahun 2010. Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 povinsi di Indonesia, sedangkan sampel penelitian adalah anggota rumah tangga yang termasuk dalam rentang usia remaja (10-19 tahun) yang berjumlah 44.844 responden. Penelitian menemukan prevalensi pernikahan dini pada remaja usia 10-19 tahun sebesar 3%. Penelitian melakukan kontrol terhadap variabel umur dan jenis kelamin untuk beberapa variabel independen.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara tempat tinggal, pendidikan remaja dan orangtua, pekerjaan remaja, status ekonomi keluarga, umur menarche, dan penyuluhan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini pada remaja. Namun, penelitian tidak mendapatkan hubungan antara pekerjaan orangtua dan pernikahan dini pada remaja.

This study discusses the factors associated with early marriage among adolescents in Indonesia in 2010. The purpose of this study is to know the relationship between individual, family and environmental in adolescents with early marriage in Indonesia in 2010. The design of the study is a cross-sectional using secondary data from Riskesdas 2010. This study population is all households representing 33 provinces in Indonesia, while the study sample was a member of the household who is included in the adolescent age range (10-19 years), amounting to 44,844 respondents. The study found the prevalence of early marriage in adolescents aged 10-19 years was 3%. Control over the variables age and sex for several independent variables was made.
The results of statistical tests indicated a relationship between place of residence, education and parenting teens, youth employment, family economic status, age of menarche, and reproductive health education in adolescents with early marriage. However, there was no relationship found between parental employment and early marriage in adolescents.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanitya Dwi Ratnasari author
"Pengetahuan pencegahan dan penularan HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang dikompositkan berdasarkan 5 hal: HIV dapat dicegah dengan berhubungan seksual dengan suami/istri saja, menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan berisiko, tidak menggunakan jarum suntik bersama, HIV tidak dapat ditularkan melalui makan sepiring dengan orang yang terkena HIV, dan melalui gigitan nyamuk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan pencegahan dan penularan HIV/AIDS penduduk umur ≥ 15 tahun menurut karakteristik kelompok umur, jenis kelamin, status kawin, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga per kapita, berdasarkan data Riskesdas 2010. Desain studi penelitian ini adalah potong lintang. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh responden Riskesdas 2010 dan diambil 101.604 responden sebagai sampel secara total sampling, yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil uji regresi logistik penelitian ini menunjukkan karakteristik kelompok umur, status kawin, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga per kapita, memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (nilai p ≤ 0,05). Sedangkan karakteristik jenis kelamin dan tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (nilai p > 0,05). Berdasarkan analisis multivariat didapat faktor yang paling berpengaruh yaitu umur, status kawin, pekerjaan, dan pengeluaran. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS, intervensi peningkatan pengetahuan HIV/AIDS dapat ditujukan pada karakteristik yang paling memerlukan informasi.

Comprehensive knowledge of HIV/AIDS is a knowledge about transmission and prevention of HIV/AIDS which composed based on 5 things: HIV can be prevented by having sex only with husband/wife, using condom when having sex with risky partner, do not needles sharing, HIV can?t spread by eating within one plate with the people affected by HIV, and through mosquito bites. This study was conducted to determine factors associated comprehensive knowledge of HIV/AIDS at population aged ≥ 15 years old according to the characteristics of age group, gender, marital status, residence place, education, employment, and household expenditure per capita, based on Riskesdas 2010 data. Study design was cross-sectional. Study population of this research is all respondents of Riskesdas 2010 and taken as a sample of 101,604 respondents by total sampling methods, which appropriate with inclusion criteria.
Chi-squared test results of this study demonstrate the characteristics of the age group, marital status, education, employment, and household expenditure per capita, have significant value with comprehensive knowledge of HIV/AIDS (p value ≤ 0.05). While the characteristics of gender and residence place doesn?t have significant value with comprehensive knowledge of HIV/AIDS (p value > 0.05). Based on multivariate analysis obtained the most influential factors are age, marital status, occupation, and expenditure. By knowing factors associated comprehensive knowledge of HIV/AIDS, intervention programs to increase HIV/AIDS knowledge can be addressed on the most information needed of the characteristics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"Status gizi berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dapat digunakan sebagai pengukur masa depan bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan hal tersebut, khususnya status gizi penduduk balita di wilayah perkotaan, karena penduduk perkotaan memegang peran penting dalam kemajuan bangsa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kejadian stunting pada balita 24-59 bulan di perkotaan Jawa Timur tahun 2010.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dari analisis data sekunder yang bersumber dari hasil penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Variabel dependen yaitu kejadian stunting dan variabel independen meliputi asupan energi, protein, lemak, jenis kelamin, berat lahir, tinggi badan ibu, IMT ibu, pendidikan ibu, jumlah keluarga, status ekonomi, dan sumber air minum.
Dari 622 responden dalam penelitian ini, diperoleh prevalensi stunting sebesar 43,1%. Serta diperoleh adanya hubungan antara kejadian stunting dengan asupan protein, berat lahir, tinggi badan ibu <145 cm, pendidikan ibu dan status ekonomi. Dari hasil analisis multivariat diperoleh bahwa status ekonomi merupakan faktor dominan yang berhubungan kejadian stunting setelah di kontrol oleh asupan energi, asupan protein, berat lahir dan tinggi badan ibu (p value = 0,002; OR=1,7). Oleh karena itu, dibutuhkan adanya program penanganan stunting bagi balita dengan status ekonomi rendah di perkotaan.

Nutritional status based on height to age can be used as an indicator of nation's future. Therefore, as a development country, Indonesia needs to pay attention, especially for nutritional status of under five in urban area, because people in urban area play an important role in developing country. This study aim's to know factors associated with stunting of under five aged 24 - 59 month in urban East Java 2010.
This is a quantitative study from secondary data analysis of "Riset Kesehatan Dasar" (Riskesdas) 2010 with study design was cross sectional study. Dependent variable was stunting and independent variable were energy intake, protein intake, and fat intake, sex, birth weight, mother's height, mother's BMI, mother's education, number of family, economical status, and drinking water source.
The result of this study from 622 actual subject showed stunting prevalence was 43,1%. Protein intake, birth weight, mother's height <145cm, mother's education, and economical status were associated with stunting. Based on multivariate analysis, economical atatus was a dominant factor that associated with stunting after controlled by energy intake, protein intake, birth weight, and mother's height (p value = 0,002; OR=1,7). It's recommended to make a stunting program for handling stunting of under five aged 24 - 59 month with low economical status in urban area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>