Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vira Pasisha
"Background: The over use of voice during the day teaching is one of the occupational health hazards. Voice Disorders is a major danger for the work that rely on sound. Primary school teachers more likely to experience voice disorders.
Objectives: To analyze risk factors associated with voice disorders in teachers who teach in primary school in Depok.
Methods: The study design was cross sectional study with 106 subjects teachers who teach in primary school in Depok. Statistical tests used chi square test and multiple logistic regression test with the model predictions.
Results: It was found a significant association between the intensity of the teacher's voice (p = 0.048), noise class (p = 0.023), gender (p = 0.000), with a voice disorder. Relatively mild impact of psychosocial disorders with the Voice Handicap Index score of 20-40 (p = 0.037).
Conclusion: Female teachers has 6.8 times opportunity to experience voice disorders compared with male teachers. Teachers with a sound intensity of ≥ 70 dB has 2.8 times chance to experience voice disorders compared with respondents with a sound intensity of <70 dB. Teachers with classroom noise ≥ 63 dB has 3.2 times opportunity to experience voice disorders compared with respondents with class noise <63 dB.

Latar belakang: Penggunaan suara yang berlebihan selama hari mengajar merupakan salah satu bahaya kesehatan kerja. Gangguan bersuara merupakan bahaya utama bagi pekerjaan yang mengandalkan suara. Guru Sekolah Dasar lebih berisiko mengalami gangguan bersuara.
Tujuan: Menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan bersuara pada guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok.
Metode: Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan subjek penelitian 106 guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri di kota Depok. Uji statistik yang digunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda dengan model prediksi.
Hasil: Didapatkan hubungan yang bermakna antara intensitas suara guru (p=0,048), kebisingan kelas (p=0,023), jenis kelamin (p=0,000), dengan gangguan bersuara. Dampak gangguan psikososial tergolong ringan dengan skor Voice Handicap Index sebesar 20-40 (p=0,037).
Kesimpulan: Guru yang berjenis kelamin wanita mempunyai peluang 6,8 kali untuk mengalami gangguan bersuara dibanding dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Guru dengan intensitas suara ≥ 70 dB mempunyai peluang 2,8 kali untuk mengalami gangguan bersuara dibanding dengan responden dengan intensitas suara < 70 dB. Guru dengan kebisingan kelas ≥ 63 dB mempunyai peluang 3,2 kali untuk mengalami gangguan bersuara dibanding dengan responden dengan kebisingan kelas <63 dB."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30665
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Wijaya
"Later Belakang : Dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar, sebagian besar komunikasi yang dilakukan seorang guru adalah dalam bentuk komunikasi verbal. Penggunaan suara harus cukup lantang dan stabil sehingga pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Proses pengeluaran suara merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan suara selain faktor - faktor risiko lainnya.
Metode : Peneiitian dengan metode potong lintang untuk mendapatkan hubungan kegiatan belajar mengajar dan gangguan suara serta faktor - faktor lain. Gangguan suara ditentukan bila tenjadi peningkatan dua atau lebih parameter akustik pada hasil pemeriksaan analisis suara. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, pengukuran lingkungan kerja dan analisis suara dengan menggunakan alat MDI/P produksi Kay Elemetric corp.
Hasil Penelitian : Guru yang mengajar disekolah dengan akreditasi "A" sebanyak 51,5%, yang mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 80,'7% dan mengajar lebih dari 16 jam dalam seminggu sebanyak 54,4%. Prevalensi gangguan suara pada guru sekolah dasar sebesar 29,2%. Terdapat tiga faktor determinan terjadinya gangguan suara yaitu, status akreditasi sekolah (p = 0,021 , CI = 1,133 - 4,624 , OR = 2,28) , masa kerja (p = 0,04, CI = 1,004 - 8,073, OR = 2,84) serta lama keija perminggu (p = 0,040, CI = 1,020 - 4,209, OR = 2,072). Tidak didapati perbedaan yang bermakna untuk faktor risiko yang lainnya terhadap terjadinya gangguan suara.
Kesimpulan : Tempat mengajar, lama kerja perminggu serta mesa kerja sebagai guru berhubungan dengan terjadinya gangguan suara pada guru sekolah dasar.

Background: While carrying out the teaching and leaming activities, most communication was done by verbal communication. Use of sound should be loud enough and stable so that lessons can be delivered well-received. Vocal loading is one of the risk factor for voice disorders.
Methods : This cross sectional method to obtain the relationship of teaching and learning activities and voice disorders. Voice disorders is determined if there was an increase of two or more parameters on the results of acoustic voice analysis. Data collected through questionnaires, physical examination, working environment measurement and analysis of voice using MDVP Kay Elemetric corp.
Results : Teachers who teach in schools with the accreditation of the "A" as much as 5l.5%, which has the working lives of more than 5 years were 80.7% and teach more than 16 hours a week as much as 54.4%. Prevalence of voice disorders in primary school teachers by 29.2%. There are three factors as the determinant of the occurrence of voice disorders, school accreditation status (p = 0.02l, Cl = 1.133 to 4.624, OR = 2.28), length of employment (p = 0.04, CI = 1.004 to 8.073, OR = 2.84 ) and the length of work per week (p = 0.040, CI = 1.020 to 4.209, OR = 2.072). No significant difference was found for other risk factors on the occurrence of voice disorders.
Conclusion : The place of teaching, working period per week and years of service as a teacher associated with the occurrence of voice disorders in primary school teachers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32330
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruli Handajani
"Hasil survei kesehatan nasional menyatakan prevalensi ISPA masih tinggi, terutarna pada balita dan anak-anak termasuk di kota Palembang. Masalah ISPA sangat terkait dengan kualitas udara baik di luar ruangan maupun dalam ruangan. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana masyarakat melakukan aktivitas didalam ruangan setiap harinya. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah kejadian penyakit gangguan saluran pernafasan pada anak-anak cukup tinggi di kota Palembang, yang akan berakibat pada peningkatan jumlah ketidakhadiran siswa di sekolah dan akan mengganggu proses belajar mengajar.
Tujuan dari studi ini melakukan anahsis konsentrasi PM2,5 dan gangguan saluran pernafasan pada anak sekolah dasar negeri di kota palembang tahun 2004. Disain studi yang digunakan adalah Prospective cohort Study. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah PM2,5, temperatur, kelembaban, pencahayaan , luas ventilasi dalam ruangan kelas sedang yang diamati adalah jenis lantai dan kepadatan siswa. Kecepatan angin diukur sebagai variabel pendahulu, sedangkan karakteristik individu sebagai faktor pengganggu.
Sebanyak 144 anak yang berasal dari 6 SD Negeri di kota palembang yang diteliti, 38,9% menderita gangguan saluran pernafasan (pengamatan dilakukan selama 1 bulan). Konsentrasi PM2,5dalam ruangan kelas, suhu ruangan kelas dan jenis kelamin mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian gangguan saluran pernafasan pada anak sekolah dasar negeri. Kadar PM2,5dalam ruangan kelas tinggi (>65µg/Nm3/24jam) meningkatkan risiko anak terkena gangguan saluran pernafasan sebesar 2,6 kali daripada anak yang berada di ruangan kelas dengan kadar PM2,5 rendah (<65 µg/ Nm3/24jam). Anak yang berada di ruangan kelas dengan suhu tidak memenuhi syarat mempunyai risiko terkena gangguan saluran pernafasan 2,2 kali daripada anak yang berada diruangan dengan suhu memenuhi syarat. Anak laki-laki mempunyai risiko terkena gangguan saluran pernafasan 1,7 kali daripada anak perempuan. Kecepatan angin mempengaruhi konsentrasi PM2,5 dalam ruangan kelas dengan kekuatan hubungan kuat (r---0,589). Konsentrasi PM2,5 dalam ruangan kelas merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian gangguan saluran pernafasan pada anak sekolah dasar negeri.
Disimpulkan bahwa ada hubungan antara kadar PM2,5 dalam ruangan kelas dengan kejadian gangguan saluran pernafasan pada anak sekolah dasar negeri di kota Palembang.Oleh karena itu perlu penyebaran informasi yang lebih intensif kepada kepala sekolah dan guru dengan peneebaan pentingnya kebersihan lingkungan di sekolah serta Dinas Kesehatan Kota Palembang melakukan pemantauan dan pemeriksaan kualitas udara ruangan sekolah dasar secara periodik setiap tahunnya.
Daftar bacaan : 60 (1986 - 2004)

Analysis of PM2,5 Concentration and Respiratory Tract Disorder Among the Students of State Elementary Schools (SD Negeri) in Palembang in 2004Survey on National Health shows that prevalence of Acute Tract Respiratory Infection is still high especially among infants and children including in Palembang. Acute tract respiratory infections is connected to both indoor and out door air quality. What will be taken into account is the occurrence of the Acute Tract Respiratory Infection that is relatively high among the children in Palembang that causes high incident of student absence, which will disturb education process.
The purpose of this study is to analyze concentration of PM2.5 and respiratory tract disorder among the students of state elementary schools (SD Negeri) in Palembang in 2004. The applied design for this study is Prospective cohort Study. The measured parameters in this research are PM2,5, temperature, humidity, lighting, ventilation wide in the class. Observed parameters are the material of the floors and the number of the students in the classroom. Wind speed is measured as a initial variable while individual characteristics is considered as disturbing factor.
There are 144 students from six SD Negeri in Palembang who are observed and 38,9% have suffered from respiratory tract disorder (observation were done in a month). The concentration of PM2.5 in the classroom, temperature, and gender have a significant relation with the occurrence of respiratory tract disorder among the students. The high concentration of PM2.5 in the class (>65 µg/Nm3/24hour) increases the risk of the disease among the students 2.6 times than those who are in the classroom with the lower PM2,5(<65 µg/Nm3/24hour). The students who are in the classroom tack of the ideal temperature will have a risk to suffer 2.2 times than those who are in the ideal ones. The boys have 1.7 times bigger risk of suffering the disease than the girls. The wind speed have a strong impact on the concentration of PM2,5 in the classroom (r--0,589).
In conclusion, there is a significant relation between the concentration of PM2,5 in the classroom with the occurrence of respiratory tract disorder among the students of SD Negeri in Palembang. Therefore, it is highly crucial to spread the information about the health environment issue in the school to the headmasters or teachers intensively. Eventually, the Department of Health in Palembang (Divas Kesehatan) should monitor and examine the indoor air quality in elementary schools annually.
References : 60 (1986 - 2004)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nurani
"Penelitian ini membahas tentang Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada SDN di Kota Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan teori George Edward III (1980) dengan metode kualitatif. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi program BOS pada SDN di kota Jakarta Selatan cukup efektif, meskipun tidak cukup sempurna. Hal ini terbukti dari kondisi yang diharapkan tidak sesuai dengan kondisi kenyataan, dalam pelaksanaannya program BOS mengalami hambatan dari aspek komunikasi dan sumber daya, untuk aspek sikap dan struktur birokrasi cukup efektif. Dalam meningkatkan efektivitas implementasi program BOS pada Sekolah Dasar, pemerintah seyogyanya melakukan sosialisasi sampai tingkat sekolah dan segera merealisasikan tenaga administrasi pengelola BOS di sekolah.

This research discusses on School Operational Fund program implementation in state elementary schools in South Jakarta. This research uses theory from George Edward III ( 1980 ) with qualitative method. This research concludes that the program implementation is effective enough, even tough it is not yet perfect. This can be seen that there are some unexpected conditions in implementing that program as the program is facing some obstacles, from communication and resources aspects, meanwhile it is effective from behavioral and bureaucracy structural aspect. To boost implementation effectiveness in elementary schools, the government must give relevant information and deploy program administrator at schools."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26794
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Felisa Triska
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara job insecurity dan komitmen organisasi pada guru honorer Sekolah Dasar Negeri di Depok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif melalui skala sikap. Pengukuran Job Insecurity menggunakan alat ukur Job Insecurity Scale (Ashford, Lee & Bobko, 1989) yang diadaptasi oleh Maulana (2012) dan pengukuran komitmen organisasi menggunakan alat ukur organizational Commitment Questionnaire (Meyer & Allen, 1997) yang telah diadaptasi oleh Fathlistya (2008). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 105 orang guru honorer Sekolah Dasar Negeri di Depok.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat negatif signifikan di antara kedua variabel tersebut, yang berarti penurunan job insecurity akan diikuti oleh peningkatan pada komitmen organisasi, dan berlaku sebaliknya.

This research was conducted to find the relationship between job insecurity and organizational commitment among honorarium public elementary school teacher in Depok. This research used quantitative approach by collecting data through attitute scales. Job Insecurity was measured by Job Insecurity Scale (Ashford, Lee & Bobko, 1989), which had been adapted by Maulana (2012) and Organizational Commitment was measured by Organizational Commitmen Questionnaire (Meyer & Allen, 1997), which had been adapted by Fathlistya (2008). The participants of this research were 105 honorarium public elementary school teacher in Depok.
The result showed that job insecurity had correlated significantly with organizational commitment and the relationship showed a negative effect, which meant that increasing in job insecurity would be followed by decreasing in organizational commitment and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Krianto
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, cenderung terus meningkat. Bahkan kenaikan jumlah kasus tahun 2007 dibandingkan tahun 2006 mencapai lebih dari 40%. Apabila tahun 2006 jumlah kasusnya sekitar 111.000, namun tahun 2007 mencapai lebih dari 150.000 kasus dengan kematian yang diakibatkannya lebih dari 1000 orang. Di Kota Depok jumlah kasusnya juga terus meningkat, dari 312 kasus (1997), 1838 kasus (2006) dan tahun 2007 mencapai 2956 kasus. Semua kelurahan sudah endemis demam bardarah. Strategi premosi kesehatan di kemunitas kurang berhasil menurunkan jumlah kasus demam berdarah. Untuk itu upaya promosi penanggulangan DBD perlu dilakukan melalui sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh promosi kesehatan yang dilengkapi dengan pemeriksaan jentik berkala terhadap perilaku pengendalian vektor dengue pada murid sekolah dasar negeri (SDN) kelas III, IV dan V di Kota Depok. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap upaya mengendalikan penyakit demam berdarah, khususnya di Kota Depek.
Disain penelitian ini adalah eksperimen, yang diikuti 642 murid dan 642 ibu. Intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan terdiri dari pelatihan, pendampingan, kampanye serta pemeriksaan jentik berkala. Analisis data secara kuantitatif dilakukan untuk melihat perbedaan antar pengukuran dan antar kelompek terhadap: a) rerata nilai pengetahuan, sikap dan praktek (KAP), dan b) indeks jentik. Untuk itu dilakukan beberapa tahap analisis bivariat dan multivariat selaras dengan tujuan penelitian serta sifat datanya. Untuk memperkaya penjelasan terhadap temuan penelitian kuantitatif dilakukan penelitian kualitatif.
Intervensi promesi kesehatan dan PJB-AS (pemeriksaan jentik berkala anak sekolah) ternyata meningkatkan KAP anak sekelah sebesar 4,25 - 10,28% (p
Sejalan dengan perubahan KAP pada murid, secara umum pengetahuan ibu tentang vektor, gejala DBD dan cara pengendalian vektor meningkat sebesar 4,15 - 12,82%. Sikap ibu berupa rencana tindakan rnenyampaikan informasi tentang demam berdarah kepada suami/anggota keluarga meningkat sebesar 7,84%. Praktek ibu memeriksa habitat perkembangbiakan Ae. aegypri rneningkat sebesar 4,8 5%.
Indeks jentik juga menurun cukup tajam pada kelompok perlakuan. Pada awal penelitian, CI, BI kelompok perlakuan jauh lebih tinggi daripada kelompok kontrol, namun pada akhir penelitian, CI kelompok perlakuan turun 29,02% (p=0,00l), BI turun 20,83% (p=0,00l). Pada kelompok kontrol, CI dan BI juga turun, namun persentasenya rendah yaitu 3,83-8,65%. Uji regressi logislik berganda memberikan gambaran bahwa faktor yang berkontribusi pada CI di awal penelitian adalah praktek ibu mengendalikan vektor, namun pada akhir penelitian, faktor yang berhubungan dengan CI adalah sikap murid. Uji diskriminan yang dilakukan menunjukkan jika sikap murid positif maka CI turun, demikian pula sebaliknya.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa intervensi promosi kesehatan yang dilengkapi dengan pemeriksaan jentik secara berkala terbukti efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik (KAP) anak sekolah dan ibu rumah tangga dalam pengendalian vektor DBD, sekaligus menurunkan indeks jentik, utamanya CI dan BI.
Oleh karenanya strategi ini perlu segera direplikasikan pada wilayah-wilayah lain di Kota Depok, dalam rangka menurunkan jumlah kasus demam berdarah. Unluk itu, komitmen pemerintah kota sangat penting untuk menjamin sustainabilitas program. Beberapa bentuk komitmen yang dibutuhkan yaitu: a) aktivasi dan revitalisasi kelompok kerja operasional DBD di tingkat kota, b) menginduksikan muatan penanggulangan DBD ke dalam mata ajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) serta rnelengkapinya dengan aktivitas memeriksa jentik berkala, c) mengembangkan jejaring dan koordinasi lintas sektor untuk supervisi dan monitoring program. Apabila akan dilakukan replikasi atau pengembangan atas penelitian ini, maka beberapa hal perlu dipertimbangkan, yaitu: a) menambah muatan substantif, b) memasukkan pertimbangan kualitatif dalam menilai kesetaraan antar kelompok pada eksperimen komunitas, c) menggunakan indikator jentik yang lebih sensitif misalnya indeks pupa, d) melakukan pengukuran terhadap kondisi lingkungan yang diprediksi mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disease where was found in 1968 at Surabaya and Jakarta tend to increase, moreover the improvement of cases in 2007 compared with 2006 reached more than 40%. When in 2006, the case number was about 111,000, however in 2007 reached over than 150,000 cases, where the death that resulted more than 1,000 people. In Depok Mtuticipality the number of its cases also increased, from 312 cases (1997), 1,838 cases (2006), and in 2007 has reached 2,956 cases. All the Villages in Depok Municipality have been Dengue Hemorrhagic Fever endemic area. Health promotion strategy in community less success in decreasing the number of Dengue Hemotrhagic Fever cases, so that the health promotion to overcome the DHF should be done through schools.
The objective of this research is to assess the impact of health promotion provided with larva inspections at periodic to behavior of dengue vector control on schoolchildren of State Elementary School (SDN), grades lil, IV, and V at Depok Municipality. So, the result of this research could give contribution to effort in controlling of DHF disease, especially at Depok Municipality.
The design of this research is experiment, it was followed by 642 schoolchildren, 642 mothers, intervention gave to Intervention Group consist of training, adjacent, campaign and also inspection of larva at periodically. Data analysis quantitatively conducted to see thc difference between Control and Intervention groups to: a) average knowledge, attitude, and practice (KAP) assessment, b) larva index. It was conducted some phase analysis of bivariate and multivariate to meet with the objective of this research, and also the nature of its data. To enrich clarification to quantitative research finding, it was also conducted qualitative research.
Health promotion intervention and PIB-AS (periodically larval inspection by schoolchildren), in the reality improved KAP to schoolchildren as many as 4.25-10.28% (p<0.05), and to knowledge and attitude of mothers as many as 2.21-12.72% (p<0.05). Knowledge of schoolchildren changing significantly (p<0.05) was on vector increased (7.58%), and on dengue symptom increased (5.32%) Schoolchildren attitude changing significantly (p<0.05) that is on the seriousness of disease, effectiveness of vector control (PSN 3M Plus), and plan of action increased as many as 2.29-11.62%. Schoolchildren practice on vector control (PSN 3M Plus), and check potential habit of propagation of mosquito as many as 8.24-1 l.l5%. Qualitative study was found: a) larva inspection was new and fun activity, b) dtuing intervention female schoolchildren were more serious than male, e) active learning approach in the school health promotion was more favorable and appropriateness.
In line with the changing on KAP of schoolchildren, in general, knowledge of mothers on vector, symptom of DHF, and vector control method increased as many as 4.15-12.82% Mothers' attitude in the form of action plan to inform the information on DHF to husband or to family member increased as many as 7.84%. Mothers? practice to check habitat propagation of A e. aegypri increased as many as 4.85%.
Larva index also decreased significantly on Intervention Group. In the early research, CI, and BI of Intervention Group much higher than Control Group, however by the end of research, CI of Intervention Group decreased as many as 29.02% (p=0.00l), BI decreased as many as 20.83% (p=0.00l). On Control Group, CI and BI also decreased, however the percentage was low only 3.83-8.65%. Based on Multiple Logistic Regression Test shown that the factors which have contributed to Cl is schoolchildren attitude. Discriminant test which is conducted shovm that, if the schoolchildren attitude positive, so the CI is decreased, it also do on the vise verse.
The result of this research indicated that health promotion intervention provided with larva inspection at periodically, it gave proven in increasing the knowledge, attitude, and practice (KAP) of schoolchildren and mothers effectively in controlling the vector DHF, along with degraded the larva index, especially Cl and BI.
For the reason, this strategy should immediately replicate to other regions at Depok Municipality, in order to degrade the case number of DHF. Thus, commitment of the Authority of Depok Municipality is very important to guarantee the sustainability of the program. There are several kinds of commitments required, those are: a) activate and revitalization of working group on DHF in the level Municipality, b) integrate material of overcoming the DHF to the subject of Natural Science, it also provided with activity on larva inspection periodically, c) develop the networking and coordination of multi sectors in supervising and monitoring the program. If the replication will be conducted or developed to this research, there many factors should be considered, those are: a) add the substantive material, b) include consideration of qualitative in assessing the equivalence between those groups on community experiment, c) use larva indicator which is more sensitive, for example index pupa, d) conduct the measurement on condition of the environmental, which is predicted influence to mosquito propagation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
D931
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Calista
"Pencemaran udara menjadi ancaman besar bagi masyarakat dunia. Salah satu indikator yang umum adalah Particulate Matter 2.5 atau PM 2.5. PM 2.5 merupakan polutan yang dapat masuk ke paru-paru bahkan sampai pada alveolus dan dapat berdifusi ke pembuluh darah. PM 2.5 juga dapat mengandung ataupun mengadsorpsi logam berat, gas beracun, virus, bakteri, dan zat berbahaya lainnya. Tingginya konsentrasi PM 2.5 dapat menimbulkan berbagai efek kesehatan pada manusia. Salah satu sumber PM 2.5 adalah transportasi. Sekolah yang lokasinya dekat dengan jalan raya berisiko terhadap pajanan PM 2.5 yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan terhadap pajanan PM 2.5 pada siswa dan guru yang bekerja di SDN Cisalak 1 Tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dari Bulan Maret-Mei 2024. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 23 guru dan 63 siswa kelas 4 dan kelas 5. Pengukuran konsentrasi PM 2.5 dilakukan di 5 titik menggunakan alat DustTrak DRX 8533 selama 1 jam di tiap titiknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi PM 2.5 di SDN Cisalak 1 adalah 0,208 mg/m3 atau 0,121 mg/m3 setelah dikonversi menjadi konsentrasi 24 jam. Konsentrasi tersebut masih berada di atas baku mutu Permenkes RI No. 2 Tahun 2023. Besar risiko secara realtime dan lifespan, baik pada siswa maupun guru secara keseluruhan menyatakan nilai RQ ≤ 1 yang artinya secara keseluruhan, siswa dan guru masih aman dari pajanan PM 2.5 dengan konsentrasi tidak lebih dari 0,208 mg/m3. Namun, jika dilakukan perhitungan secara individu, didapatkan sebanyak 4,48% dan 55,5% siswa berisiko terhadap pajanan PM 2.5 secara realtime dan lifespan. Sdangkan pada guru sebanyak 72,7% guru berisiko terhadap pajanan PM 2.5 secara lifespan selama 30 tahun. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut adalah dengan melakukan pembatasan pajanan melalui pembersihan ruang kelas secara rutin, penyortiran barang atau berkas, dan melakukan penghijauan di area sekolah.

Air pollution is a major threat to world society. One common indicator is Particulate Matter 2.5 or PM 2.5. PM 2.5 is a pollutant that can enter the lungs and even reach the alveoli and can diffuse into the blood vessels. PM 2.5 can also contain or adsorb heavy metals, toxic gases, viruses, bacteria and other dangerous substances. High concentrations of PM 2.5 can cause various health effects in humans. One source of PM 2.5 is transportation. Schools that located close to highways have a high risk of PM 2.5 exposure. This study aims to estimate the health risk of exposure to PM 2.5 in students and teachers working at SDN Cisalak 1 in 2024. This research was conducted using the Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method from March-May 2024. The sample in this study consisted of 23 teachers and 63 students in grades 4 and 5. PM 2.5 concentrations were measured at 5 points using a DustTrak DRX 8533 for 1 hour at each point. The results of this study show that the average PM 2.5 concentration at SDN Cisalak 1 is 0.208 mg/m3 or 0.121 mg/m3 after being converted to a 24 hour concentration. This concentration is still above the quality standards of  Permenkes RI No. 2 Tahun 2023. The overall RQ value, for both students and teachers, is RQ ≤ 1, which means that overall, students and teachers are still safe from exposure to PM 2.5 with a concentration of no more than 0.208 mg/m3. From individual calculations, the results showed that 4.48% and 55.5% of students were at risk of exposure to PM 2.5 in realtime and lifespan. Meanwhile, 72.7% of teachers are at risk of exposure to PM 2.5 over a lifespan of 30 years. To reduce exposure can be done by cleaning up the classrooms, sorting items or files, and planting trees in school area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yelsi Gusmaini
"Penelitian ini membahas tentang bagaimana sekolah mengimplementasikan model pendidikan inklusi di SDN Depok Baru 8 beserta faktor apa saja yang menjadi pendukung serta penghambat dari implementasi pendidikan bermodel inklusi di SDN Depok Baru 8. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bentuk implementasi pendidikan bermodel inklusi yang dilakukan oleh SDN Depok Baru 8 sehingga bisa disebut sebagai sekolah inklusi. Ada beberapa saran dalam implementasi pendidikan bermodel inklusi di SDN Depok Baru 8, antara lain mengadakan konsultasi bagi orang tua dari guru sekolah, serta mencari pendanaan lain untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

This study discusses how the schools implementing the inclusive education model in SDN Depok Baru 8 along with what factors were the supporters and inhibitors of the implementation of inclusive education in SDN Depok Baru 8. This research was a descriptive qualitative study. The results of the study indicate the form of implementation of new modeled inclusive education carried out by SDN Depok Baru 8 so that it could be referred to as an inclusive school. There are a number of suggestions in the implementation of inclusive education in SDN Depok Baru 8, among others, holding consultations for parents of school teachers, as well as seeking other funding to improve facilities and infrastructure in schools."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Aos Nuari
"Skripsi ini membahas mengenai implementasi sertifikasi guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan teori analisis implementasi kebijakan dari George Edward III dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menyebutkan bahwa implementasi kebijakan sertifikasi guru telah berjalan dengan baik, namun masih ditemukan hambatanhambatan yaitu : kurangnya dana operasional, pola perekrutan staf diserahkan kepada pimpinan seksi masing-masing sehingga dapat terjadi nepotisme, kompetensi staf honorer yang kurang baik, lokasi yang kurang strategis dan tidak adanya pengawas independen dalam pelaksanaan sertifikasi guru. Dengan melihat hasil yang didapat, maka saran untuk pelaksana kebijakan sertifikasi guru adalah dengan meningkatkan dana operasional, merubah pola perekrutan staf menjadi berdasarkan pada latar belakang pendidikan, memberikan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, memilih lokasi yang strategis dan dibentuknya pengawas independen dalam penlaksanaan sertifikasi guru.

The focus of this study is about the implementation of teacher's certification in state elementary school on Palmerah Area, West Jakarta. This research using theory of implementing public policy from George Edward III and quantitative approach. The result of this research is the implementation of teachers certification is working well, although there are some obstacles such as insufficient operational fund, recruitment system based on leader of dvision, competence of temporary staff, unstrategic location and there is no legitimate supervisor in implementation of teacher?s certification. There are some recomendation for the obstacles like increasing the operational fund, change the recruitment system based on education, increasing the competence of temporary staff by training programs, find more strategic locations and build legitimate supervisor of the implementation teachers certification."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Putri Ramadhani
"Selama tahun 2004, berdasarkan laporan Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan sebanyak 153 kejadian di 25 propinsi. Kasus keracunan pangan yang dilaporkan berjumlah 7347 kasus termasuk 45 orang meninggal dunia. Ditinjau dari sumber pangannya, yang menyebabkan keracunan pangan adalah makanan yang berasal dari masakan rumah tangga 72 kejadian keracunan (47.1%), industri jasa boga sebanyak 34 kali kejadian keracunan (22.2%), makanan olahan 23 kali kejadian keracunan (15.0%), makanan jajanan 22 kali kejadian keracunan (14.4%) dan 2 kali kejadian keracunan (1.3%) tidak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan menganalisis besar risiko kesehatan pajanan boraks dalam jajanan yang dikonsumsi oleh anak-anak kelas enam sekolah dasar di Kota Depok. Desain studi penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Hasil penelitian didapatkan intake terbesar terdapat pada konsumsi lontong hampir di semua kecamatan di Kota Depok.

During 2004, according to a report BPOM in Indonesia has been extraordinary occurance (KLB) food poisioningsmany as 153 events in 25 provinces. Cases of food poisoning were reported totaling 7347 cases including 45 deaths. Judging from its food source, which causes food poisoning is a food derived from food poisoning incidents 72 households (47.1%), industrial catering as much as 34 times the incidence of poisoning (22.2%), processed food 23 times the incidence of poisoning (15.0%), food snacks 22 times the incidence of poisoning (14.4%) and 2 times the incidence of poisoning (1.3%) not reported. This study aims to analyze the health risks of exposure to borax in snack consumed by children in sixth grade elementary school in the city of Depok. The design of this research study using the method of analysis of environmental health risks (ARKL). The result obtained are the largest intake on the consumption of rice cake in almost all district in the city of Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>