Ditemukan 13211 dokumen yang sesuai dengan query
Campert, Remco, 1929 -
Amsterdam: De Bezige Bij, 1981
BLD 839.36 CAM c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Campert, Remco, 1929 -
Amsterdam: De Bezige Bij, 1984
BLD 839.36 CAM w
Buku Teks Universitas Indonesia Library
s-Gravenhage: BZZToH, 1983
BLD 839.360 9 JAN
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Andreani Ayudhaningtri
"Puisi merupakan salah satu media penyampaian ungkapan perasaan penyair dengan bahasa yang indah dan padat. Makna yang terdapat dalam suatu puisi dapat diungkapkan melalui penggunaan kata, frasa, dan kalimat serta gaya bahasa. Paper ini membahas makna dan penggunaan gaya bahasa dalam puisi Heilloze Wandeling karya Jan Campert. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui jenis makna dan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Heilloze Wandeling.
Analisis makna pada paper ini didasarkan pada pembagian makna secara konotatif dan denotatif, sementara analisis gaya bahasanya dilakukan berdasarkan 7 kelompok besar gaya bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat penggunaan 2 gaya bahasa yang dominan yaitu gaya bahasa asonansi, hiperbola dan terdapatnya penggunaan makna denotatif dan konotatif secara sporadis yang membuat puisi ini terasa hidup, menarik dan bermakna dalam dilihat dari segi bahasa dan maknanya.
Poetry is one of the media that delivers the feelings of the poet using the beauty of language and its deep meanings. The meaning of poetry can be brought to the reader?s attention by using words, phrases, sentences and figure of speeches. By using the qualitative descriptive approach, this paper tends to identify the meanings and the use of figure of speeches in the poem Heilloze Wandeling written by Jan Campert.This study is based on the two meanings namely the denotative- and connotative meanings and also the 7 categories of figure of speeches. The study shows that assonance and hyperbole are the two most commonly used figure of speeches in the poem and that the denotative- and connotative meanings are used sporadically in every couplet throughout the poem. Those two components (namely types of meanings and the figure of speeches) make the poetry come to live, attractive and deeply meaningful."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Amsterdam: Elsevier, 1975
BLD 839.360 9 SCH
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Diah Wulandari Marsono
"Syair ini merupakan motto yang dipakai oleh Remco Campert dalam romannya yang pertama Het Leven is vurrukkulluk, yang merberitahu permbacanya inti cerita sesungguhnya, yaitu ketiadaan rasa cinta kasih sebenarnya dalam kehidupan bebas yang didambakan oleh kaum remaja artistik.Dalam skripsi yang dibuat ini, penulis ingin membicarakan tokoh Remco Campert, sebagai salah seorang pengarang penting dari generasi tahun limapuluhan dengan karya seninya yang tidak sedikit.Yang pertama-tama menarik perhatian penulis adalah judul romannya yang ditulis jelas seperti ucapan fonetisnya, Het Leven Is Vurrukkulluk (tulisan sebenarnya 'ver_rukkelijk' dan artinya 'menyenangkan') . Oleh karena penu_lisan yang demikian, maka penulis berkeinginan untuk membaca roman itu berulang kali hingga faham betul akan isinya. Makin lama makin tampak jelas ciri dan gaya bahasa Campert, selain dalam pengungkapannya yang terbuka (banyak kata-kata yang ditulis secara fonetis) juga dalam penggambaran situasi yang begitu jelas. Mungkin seperti pembaca lainnya, penulis pun berusaha melibatkan diri ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S15801
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Giphart, Karin
"Navertellingen van de levensverhalen van vier mensen. Verhalen in korte zinnen en gemakkelijke woorden. Makkelijk Lezen Boek. Vanaf ca. 16 jaar."
Amsterdam: Leeslicth , 2011
BLD 839.31 GIP g
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Campert, Remco, 1929 -
Amsterdam T.p 1980
839.36 Cam t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Campert, Remco, 1929 -
Amsterdam T.p 1980
839.36 Cam t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Athiah Mardhiah
"
ABSTRAKPada tahun 1942 saat Jepang menguasai Hindia-Belanda, dikeluarkan ketetapan untuk memasukan semua orang Eropa termasuk Belanda yang ada di Hindia-Belanda ke dalam kamp. Penawanan orang-orang Belanda di dalam kamp tawanan Jepang menjadi salah satu tema dalam sastra Hindia-Belanda. Buku Hollands-Indische Verhalen (1974) karya Margaretha Ferguson merupakan buku yang memuat tema ini. Buku kumpulan cerita pendek ini memiliki tujuh cerita mengenai kamp tawanan Jepang. Dari tujuh cerita, tiga cerita berjudul Piano Muziek, Een Herinnering, dan Eeuwig-Even akan digunakan. Ketiga cerita pendek ini menceritakan tiga perempuan yang ditawan di kamp tawanan Jepang. Penelitian dilakukan dengan menganalisis tiga tokoh utama wanita Belanda dengan menggunakan metode kualitatif dan pengkajian unsur intrinsik dan ekstrinsik sastra. Untuk membantu penelitian pendekatan psikologi juga akan digunakan. Dari penelitian ini, terlihat ketiga tokoh wanita Belanda yang ditawan menyibukan diri agar melupakan sejenak dari kenyataan bahwa mereka ditawan untuk mendapatakan ketenangan sementara dan kekuatan untuk bertahan di kamp tawanan Jepang
ABSTRACTIn 1942 when Japan took control of the Dutch East Indies, a decree was issued to include all Europeans including the Dutch in the Dutch East Indies into the camp. The captivity of the Dutch in Japanese prison camps became one of the themes in Dutch Indies literature. The book Hollands-Indische Verhalen (1974) by Margaretha Ferguson is a book that contains this theme. This collection of short stories has seven stories about Japanese prison camps. Out of seven stories, three stories titled Piano Muziek, Een Herinnering, and Eeuwig-Even will be used. These three short stories tell three different women that being held in Japanese internment camps. The study was conducted by analyzing three main Dutch female characters with qualitative methods and the assessment of intrinsic and extrinsic elements of literature. To help the research, psychology approaches are also used. From this study, it was seen that the three main Dutch female characters who were held captive occupied themselves to forget for a moment from the fact that they were held captive to obtain temporary peace and strength to survive in Japanese internment camps."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library