Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Saadah Khudri
"Persoalan subjek pertama dibahas oleh Decartes dengan menetapkan bahwa subjek adalah subjek rasional. Pandangan subjek yang rasional memberikan dampak terhadap terbentuknya karakteristik cara berfikir modern, yaitu segala sesuatu selalu bersifat total dan utuh. Namun demikian, gagasan tentang subjek yang utuh dan total telah mengabaikan bahwa subjek dibentuk oleh artikulasi bahasa yang tidak stabil yang mengakibatkan bahwa subjek tidak mungkin mencapai sebuah keutuhan dalam ketidak stabilan bahasa.
Dalam skripsi ini membahas tentang keadaan otologis masyarakat yang selalu mengandung ketidak stabilan yang akan memicu konflik dan politik yang selalu membicara tentang bagaimana mengatur sebuah konflik agar mencapai kestabilan dalam sebuah masyarakat. Agar tidak terjebak pada kestabilan yang total atau tetap, dimana kestabilan yang total selalu mengabaikan dimensi ontologis masyarakat, maka subjek paradoks dijadikan topangan untuk menjelaskan paradoksal antara ketidak stabilan dan kestabilan dalam demokrasi pluralisme.

The issue about the first subject has been discussed by Descartes who told that subject is a rational subject. The point of view of rational subject give the impact to the formation of caracteristic the way of modern tought, that is all the term that have the total and intact quality. However, the issue about the total and intact subject has ignored that subject was formed by the articulation of unstable language that make the subject is impossible to reach the stability in the unstable language.
This writting want to discuss about the ontlogical aspect of society that always contain the unstability that caused the conflict and politic that usually discuss about the way to manage a conflict in order to reach the stability in society. In order in order not to get caught to the stability that always ignore the ontological dimension of society, so the paradoxal subject become a strut to explain the paradoxal between the unstability and stability in pluralism democracy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42113
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budiarto Danudjaja
"Penelitian tesis ini beranjak dari keprihatinan atas tertib politik global yang terjebak bahaya situasi tanpa seteru, yang berbagai imbasnya juga sangat terasa di negeri kita. Ketumbangan Komunisme dan demoralisasi Sosialisme sebagai ikutannya membuat hegemoni Neoliberalisme tak terlawankan. Situasi ini berbahaya tak hanya karena membuat praksis politik global kehilangan alternatif progresif untuk menjawab ketimpangan sosial-ekonomi yang terjadi, melainkan juga karena bertentangan dengan keniscayaan antagonisme relasional yang merupakan sumber ketegangan kreatif politik. Sebagai konsekuensi praksis maupun logis fenomena ini, stagnasi transformasi demokrasi tampak semakin menggejalai realitas politik. Di sisi lain, praksis politik global juga ditandai fenomena proliferasi gerakan¬gerakan sosial baru. Fenomena proliferasi ini memperlihatkan pemajemukan dan peragaman agen perubahan, maupun ranah serta modus pergerakannya dalam melawan relasi-relasi subordinasi dan opresi, sehingga memerlukan penggalangan sebuah solidaritas blok hegemonik baru dengan kesepadanan integratif pada idealitas¬idealitas nilai yang demokratis, pluralistis dan radikal agar dapat sungguh menjadi bagian tranformasi demokrasi. Situasi ini menuntut kehadiran sebuah alternatif progresif baik guna ikut mencari solusi yang lebih radikal terhadap ketimpangan sosial ekonomi yang terjadi, menghidupkan kembali ketegangan kreatif politikal, maupun --secara lebih menyeluruh-- dalam menghadapi hegemoni Neoliberalisme yang terbukti eksesif. Sebagai konsekuensi fenomena proliferasi, alternatif progresif tersebut lalu juga harus mampu menggalang sebuah solidaritas blok hegemonik bare yang sekaligus dapat tetap konsisten dengan idealitas-idealitasnya sebagai sebuah proyek radikalisasi demokrasi yang pluraslistis, yakni tetap mencerminkan imaji dan logika egalitarian.Dalam memahami dan menelusuri kemungkinan solusi terhadap keprihatinan iritt dipakai kerangka teoritis Pluralisme Agonistis. Alternatif progresif Chantal Mouffe ini merupakan sebuah upaya radikalisasi terhadap demokrasi modem, yang notabene demokrasi liberal yang pluralistis. Radikalisasi terhadap anasir demokratis dan pluralistis ini dilakukan dengan cara mcnambahkan dimensi sosialis untuk menyisihkan Liberalisme Ekonominya, menyadari paradoks idealitas-idealitasnya sebagai limit sekaligus potensi artikulatif tak berkesudahan, menyadari limit pluralismenya serta menerima keniscayaan dimensi antagonisme agonistis guna meradikalisasi kesediaannya untuk senantiasa bersusah-payah menerima perbedaan, keragaman, dan konflik kuasa sebagai kewajaran serta menyadari limit, keterputus¬putusan dan ketakterputuskan identitas dan makna politik. Lewat radikalisasi ini, demokrasi pluralistis menjadi lebih memadai sebagai alternatif progresif bagi stagnasi transformasi demokrasi akibat praksis politik global yang tanpa seteru tersebut. Penyingkiran logika kapitalistik lewat penambahan dimensi sosialis membuat hak-hak individu dalam kesetaraan warga mempunyai makna kolektif sehingga lebih memadai sebagai azas untuk merckonstruksi solusi radikal terhadap ketimpangan struktural sosial-ekonomi. Kesadaran paradoks dan limit serta penerimaan dimensi antagonisme agonistis membuka jalan bagi pluralisme yang radikal dalam menerima perbedaan, keragaman dan konflik sehingga bisa menyediakan iklim kondusif bagi penghidupan kembali ketegangan kreatif politikal. Penerimaan keniscayaan antagonisme agonistis ini juga membuat demokrasi pluralistis lebih menempatkan dirinya sebagai ajang artikulasi-artikulasi yang diskursif, sehingga memposisikan dirinya bak ruang kosong yang terbuka tempat titik-titik temu lintas waktu dan lintas artikulasi mengarus. Dengan demikian, sebagai..."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T38861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boni Hargens
Jakarta: Parrhesia (Institute For Nation-State Buildsing, 2006
321.8 BON d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Hani Dwiki Putra
"Artikel ini bertujuan untuk menguatkan konsepsi demokrasi agonistik Mouffe dengan menjejakkan ontologi dari dimensi politikal secara posfondasional. Demokrasi agonistik yang dicanangkan oleh Chantal Mouffe menjadi oponen utama dari demokrasi deliberatif. Mouffe menuduh para pemikir demokrasi liberal, baik dari Rawlsian atau Habermasian, luput dalam melihat dimensi politik (political) yang otonom. Hal ini dikarenakan kerangka demokrasi liberalisme melucuti politik dengan menyeretnya ke ranah perdebatan antara ekonomi atau moralitas. Gagasan politik yang dipahami Mouffe adalah dimensi antagonistik yang selalu ada saat bermasyarakat. Dimensi antagonistik adalah kemungkinan akan terjadinya gesekan sosial dalam bentuk kekerasan. Maka, artikel ini bertujuan untuk memberikan refleksi filosofis terhadap definisi politik yang diajukan oleh Mouffe. Refleksi filosofis ini berupa pemeriksaan koherensi antara konsep-konsep dasar demokrasi agonistik Mouffe. Artikel ini menemukan bahwa gagasan Mouffe atas dimensi politik yang berkelaluan (ever-present) di dalam sosial merupakan penunjang kuat, dan bahkan boleh dikatakan inti dari, praktik demokrasi. Meski demikian, solusi praktikal yang ditawarkan ini mempunyai kelemahan secara teoritis: 1) Kontribusi agonisme dalam mendalami kembali apa yang dimaksud dengan politikal, 2) kritik melihat demokrasi agonistik hanya sebagai komitmen etiko- politis dan sebagai sekadar teori normativitas, 3) dimensi ontologi politik yang tidak kuat dan tumpang tindih dengan ekonomi, moralitas, atau rasionalitas. Maka dari itu, artikel ini akan berargumen bahwa ontologi dari demokrasi agonistik Mouffe harus dijejakkan secara posfondasional untuk menjawab keraguan dari para skeptis.

This article aims to strengthen Mouffe's conception of agonistic democracy by putting the political dimension in postfoundationalism ontology. The agonistic democracy that is advocated by Chantal Mouffe to be the main opponent of deliberative democracy. Mouffe argues liberal democratic thinkers, whether from Ralwsian or Habermasian, of missing the point to see the political dimension as autonomous field. This is due to the liberalism demoractic framework strips political out its dimension into matter of economics or morality. The political idea that Mouffe has in mind is an ever-present antagonistic dimension whenever society comes into play. Then, antagonistic dimension is a possibility of social friction manifested as violence. Thus, this article aims to provide a philosophical reflection on the definition of political proposed by Mouffe. This philosophical reflection takes the form of an examination of coherency between the basic concepts of Mouffe's agonistic democracy. This article finds that the idea Mouffe on the ever-present political dimension in society is a strong foundation, and one might even say the essence of, democratic practice. However, this practical solution has theoretical weaknesses: 1) Re- examining the contribution from agonism on what it means by political, 2) critics see agonistic democracy only as an ethico-political commitment and as a mere theory of normativy, 3) the dimension of political ontology is not strong enough in itself and overlaps with economics, morality, or rationality. Therefore, this article will argue that ontology of Mouffe's agonistic democracy should be based on postfoundational to answer its doubts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anto Wachidin Widjaja
"Abstrak
Pemimpin perusahaan hendaknya dapat membudaya gunakan keberagaman anggota anggotanya ke arah pengembangan kreatifitas yang dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan inovasi dan perubahan organisasional ke arah penciptaan keunggulan bersaing. Pemimpin perusahaan harus mampu menyelaraskan paradoks yang terjadi dari kreatifitas individu dan kreatifitas kolektif yang dapat terlahir dari keberagaman. keduanya diperlukan dalam mengembangkan pembelajaran eksploratif yang penting artinya dalam upaya mencapai inovasi yang berkelanjutan."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2014
330 ASCM 25 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemimpin perusahaan hendaknya dapat mendayagunakan keberagaman anggota-anggotanya ke arah pengembangan kreatifitas yang dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan inovasi dan perubahan organisasional ke arah penciptaan keunggulan bersaing. Pemimpin perusahaan harus mampu menyelaraskan paradoks yang terjadi dari kreatifitas individu dan kreatifitas kolektif yang dapat terlahir dari keberagaman. Keduanya diperlukan dalam mengembangkan pembelajaran eksploratif dan eksploitatif yang penting artinya dalam upaya mencapai inovasi yang berkelanjutan."
330 ASCSM 25 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
TIJUDIP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2002
305.8 NGE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>