Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Genosko, Gary
London: Routledge , 1994
302.2 GEN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Grace, Victoria
London: Routledge, 2000
305.4 GRA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kershaw, Baz
London: Routledge , 1999
792.09 KER r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Genesko, Gary
London: Routledge, 1999
302.23 GEN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Xemandros, Wolfgang Sigogo
"Iklan sebagai salah satu bentuk masivitas informasi, bekerja di dalam prinsip semiotik, yakni mengenai relasi tanda. Relasi tanda ini tidak lagi bersifat referensial, melainkan berupa manifestasi dari pertukaran simbolik. Kondisi ini adalah apa yang disebut sebagai hiperrealitas oleh Jean Baudrillard; suatu situasi di mana kita tidak lagi bisa membeda-bedakan status realitas. Iklan pada akhirnya bekerja di dalam prinsip hiperreal.

Advertising, as a massively form, run in the semiotics principle. This semiotics is not longer referential, but a form of symbolic exchange. This situation is what Jean Baudrillard call hyperreality; a situation which we are not able to classify the reality. Advertising, as Baudrillard thought, run in hyperreal principle."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16024
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Wisnu Nugroho
"ABSTRAK
Berjaraknya kerja mesin politik dengan rakyat memunculkan realitas baru yaitu mesin informasi melalui berita, iklan, survei, dan konsultan politik dengan tumpuan citra dan media massa. Dalam pencitraan, empat tahap berupa representasi, manipulasi, simulasi, hingga hiperrealitas digunakan di mana penanda (signifier) menggantikan petanda (signified). Dalam kondisi kepercayaan publik tinggi, upaya pencitraan lebih mudah berterima. Namun, ketika terjadi defisit kepercayaan, citra yang dibangun justru meruntuhkan. Citra yang dibangun dan terbukti manipulatif ketika hadir makna baru (konotasi kedua) justru meruntuhkan. Penelitian dengan teori Baudrillard ini hendak membongkar pencitraan Partai Demokrat di Pemilu 2009 dan 2014. Perkembangan media baru memampukan pembongkaran ini, bahkan oleh individu.

ABSTRAK
The distance between political machine with people led to a new reality: information machine through news, advertising, surveys, and political consultant with the foundation of image and media. Representation, manipulation, simulation, until hyperreality is used to make signifier replaces signified. Under conditions of high public trust, effort of imaging can be easier. However, when there is a deficit of trust, it is undermining the image is built. The image is constructed and proved to be manipulative when present new meanings (connotations) it is undermining. With Baudrillard's theory of hyperreality, this research focus on Democrats in the 2009 elections and 2014. Development of new media enable the demolition, even by individuals."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Utoyo
"Pokok Masalah
1. Sejarah perkembangan industri sejak zaman Renaissance hingga sekarang adalah sejarah simulacra, yaitu sejarah imitasi, atau reproduksi sehingga rnenimbulkan persoalan makna, orisinalitas dan identitas manusia.
2. Masyarakat konsumer adalah nasyarakat dalam pertanyaan.
3. Sirnanya realitas "Not into nothingness, but into the more real than real (the triumph of simulacra) ? (Ecstasy: 103).
4. Perkembangan yang pesat dari teknologi diakhir abad 20 dan awal millennium ketiga ini telah melampaui batas-batasnya dan menjalar keseluruh sendi-sendi kehidupan manusia dan mengubah secara radikal cara pandang manusia terhadap dunia. Dipertanyakan kemampuan teori untuk menjawabnya.
Dasar Teoritis
Latar belakang pemikiran Baudrillard merupakan suatu intellectual landscape yang luas, yaitu bahwa:
1. Baudrillard dilihami oleh pernyataan Nietzsche bahwa "Tuhan sudah mati", sebenarnya adalah suatu upaya mencari nilai-nilai baru.
2. Gestell dart Heidegger, walaupun tidak langsung, tersebar didalam tulisan-tulisan Baudrillard.
3. Symbolic Exchange adalah teori yang diilhami oleh Accursed Share-nya Georges Bataille, Gift-Exchange-nya Marcel Mauss, dan Anagram-nya Ferdinand de Saussure.
4. Seduction adalah game of appearance yang berada pada tataran simbolik.
5. Fatal Strategy telah menggantikan teori yang menjadi usang karena tidak dapat mengikuti perubahan zaman yang pesat.
6. Symbolic exchange, seduction dan fatal strategy dapat dibandingkan dengan differance, differend dan chora.
7. Metamorphosis, Metaphor, Metastasis adalah tahapan proses dehumanisasi.
8. Vanishing of history adalah karena ruang-waktu non-Euclidian.
Analisis
Perlu digaris bawahi bahwa cara berpikir Baudrillard yang radikal, metaforis dan ironis disebabkan so great is the sway of the real over the imagination" (Fatal : 181), "... it's not a familiar form you can use and abuse, but something alien which has to be seduced" (Paroxysm: 32) dan untuk mengatasi tirani dari sign.
Pada tahun 1960-an Baudrillard memulai penelitian strukturalis terhadap the consumer society, the society of spectacle pada industri kapitalis akhir. Masyarakat ini bukanlah masyarakat dalam artian yang sebenarnya, melainkan la masse, the silent majorities yang tidak mempunyai akar sosiologis - sehingga merupakan akhir dari masyarakat.
Baudrillard juga mengkritisi Karl Marx, bahwa a) bukan produksi, melainkan konsumsi lah yang merupakan basis dari tatanan sosial, b) Use value adalah efek dari exchange value - use value adalah alibi agar produksi tetap berjalan.
Ho mmo consumans atau ego consumans pada affluent society adalah manusia yang hidup dikelilingi oleh the system of objects. Ego consumans membutuhkan obyek hanya untuk dihancurkan sehingga diperoleh maknanya in its disappearance. Dari the system of objects ke the destiny of objects: Keunggulan object diatas subject, merupakan fatal strategies yang juga adalah the principle of evil yang bersifat seductive.
Sejak jaman Renaissance hingga kini telah terjadi tiga kali revolusi simulacra, yaitu counterfeit, production dan simulation, yang merupakan nama yang berbeda untuk arti yang lama yaitu, imitasi atau reproduksi dari image atau obyek. Pertama, image merupakan representasi dari realitas. Kedua, image menutupi realitas. Ketiga, image menggantikan realitas yang telah sirna, menjadi simulacrum murni. Pada sign as sign, simbolika muncul dalam bentuk irruption. Baudrillard kemudian menambahkan tahapan keempat yang disebut fractal atau viral.
Kesimpulan
1. Gagasan Nietzsche mengenai transvaluation of all values telah terwujud dalam kebalikannya: involution of all values.
2. There Is Never Anything To Produce, melainkan imitasi dan reproduksi (simulacra) menimbulkan krisis makna dan identitas (Bewahrung = proving oneself).
3. Kini kita pada tahapan fractal, suatu tahapan trans-everything yang mengubah secara radikal cara pandang kita terhadap dunia.
4. Diperlukan tatanan dunia baru horizontal in void."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Advina Ratnaningsih
"Skripsi ini membahas mengenai pemikiran Baudrillard tentang hiperrealitas kemudian masuk kedalam fenomena fesyen yang semakin berkembang pada masa sekarang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S15982
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfira Astari
"Skripsi ini mencoba untuk menganalisa masyarakat konsumen yang ada pada era kontemporer menggunakan teori masyarakat konsumen miliki Jean Baudrillard melalui bukunya yang berjudul The Consumer Society. Penulisan ini ingin menunjukan bahwa di dalam mengkonsumsi suatu objek, manusia tidak lagi mementingkan nilai guna dari suatu objek tersebut, melainkan nilai tanda dari suatu objek. Dapat dikatakan bahwa terdapat pergeseran makna dari kegiatan konsumsi yang terdapat pada masyarakat tersebut. Masyarakat saat ini dapat dikatakan juga sebagai masyarakat konsumen, karena sebagian besar masyarakat tersebut telah mengalami pergeseran makna dalam mengkonsumsi suatu objek. Hal ini dikarenakan bahwa di dalam masyarakat konsumen akan selalu terdapat budaya massa yang memiliki kekuatan untuk memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk terus mengkonsumsi suatu objek. Budaya massa ini memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat konsumen sehingga membuat masyarakat ini akan kehilangan otentisitas dirinya. Banyak faktor yang sebenarnya tidak disadari oleh masyarakat konsumen dalam mengkonsumsi suatu objek dan hal tersebut lah yang ingin ditunjukan dalam penulisan karya ini.

This undergarduate thesis tries to analyze consumer societies in the contemporary era, using the consumer societies theory of Jean Baudrillard through his book called The Consumer Society. This undergraduate thesis showed that in the consuming an object people didn’t see the use value from that object but they only saw the sign value of an object. There is a shift in the meaning of consumption in the society. The society right now also says as a society consumers, because most of those society has experienced shifts meaning in consume any object. It because that in consumer society will always guiler mass culture which having a power to give impact towards community to consume an object. These mass culture povided the bad effect for the consumer society untill all those people in that society lost their authenticity. Many factors which are not realized by consumers society in consuming an object and this analysis will show all those factors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charisma David Hume
"BDSM, sebagai orientasi seks minoritas menjadi barang komoditas, yakni pornografi. Stereotip masyarakat mengenai BDSM adalah kekerasan seksual dan BDSM adalah variasi seksual dihegemoni oleh media massa. Media massa menciptakan tanda secara masif merayu masyarakat di dalam permainan tanda. Permainan tanda yang dikendalikan kapitalisme membawa masyarakat ke dalam sistem konsumsi. Kondisi ini adalah apa yang disebut Jean Baudrillard hiperrealitas BDSM di dalam masyarakat. Kondisi ini membuat BDSM sebagai orientasi seks dipengaruhi media massa.

BDSM, as minority sexual orientation become commodity goods, that is pornography. Stereotype people about BDSM that sexual violence and BDSM is sexual variation which hegemony by mass media. Mass media produce massive sign seduce people in game of sign. This game of sign controlled capitalism lug people into system of consumption. This condition is what called Jean Baudrillard as hiperreality BDSM in society. This condition makes BDSM as sexual orientation influenced by mass media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>