Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaidir Ali Romdon
"Skripsi ini membahas mengenai kemampuan literasi informasi para peneliti di Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI Pusat . Salah satu permasalahan yang ada yaitu walaupun sistem perpustakaan di PKBI Pusat belum berjalan dengan baik,namun pada kenyataannya PKBI Pusat terus berperan aktif dalam melakukan penyuluhan dan memberikan informasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi. Oleh karena itu, penulis membahas tentang kemampuan literasi informasi peneliti PKBI Pusat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan pemahaman, mengetahui, dan mendekripsikan kemampuan literasi informasi para peneliti PKBI Pusat dalam memenuhi kebutuhan informasi dengan mengacu pada model Empowering Eight. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif.Hasil penelitian menunjukan bahwa peneliti memenuhi seluruh tahapan yang ditetapkan oleh model Empowering Eight meskipun tidak memenuhi seluruh indikator yang ada.

This undergraduate thesis discusses about information literacy skills of the researchers in Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Pusat PKBI Pusat . One of the issues is that the PKBI Pusat library rsquo s system has not been operated properly yet. However, PKBI Pusat always actively gives counseling and information about Sexual and Reproductive Health. Therefore, the writer analyzes the information literacy skills of the researchers. The purpose of this research is to know, to be able to describe, and to get the in depth understanding of the researchers rsquo information literacy in fulfilling the information needs by referring to the model called Empowering Eight. The type of this research is a qualitative research with descriptive approach. The result of this research shows that the researchers of PKBI Pusat have implemented all stages of the Empowering Eight model even though they have not fulfilled all of the available indicators yet.
"
2016
S70474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana Barliantari
"Hingga saat ini laju penularan HIV cenderung terus meningkat, demikian pula peningkatan jumlah kasus AIDS. Data epidemiologis menunjukkan bahwa penularan HIV di Indonesia sejak tahun 1995 semakin memprihatinkan. Di beberapa daerah, prevalensi HIV positif di kalangan pekerja seks meningkat sampai mendekati 5%. Tingkat epidemi ini telah mengarah pada level epidemi terkonsentrasi di kalangan populasi berisiko. Angka kumulatif kasus AIDS tertinggi per September 2007 dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, dan Jawa Timur (www.aids-ina.org). AIDS memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan struktur masyarakat. Penyakit ini mempertinggi angka kematian ibu dan anak di Indonesia dan mengancam keberlangsungan hidup angkatan kerja di Indonesia karena kasus AIDS banyak ditemukan pada kalangan usia produktif. Penyakit ini juga semakin menyulitkan usaha-usaha untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia (UNDP, 2001). Tahun 2010 diperkirakan akan ada sekitar 110.000 orang yang menderita atau meninggal karena AIDS, serta 1 ? 5 juta orang yang mengidap virus HIV. Seriusnya ancaman HIV&AIDS membuat pencegahan penularan HIV& AIDS menjadi tujuan ke enam dari delapan tujuan penting dalam Millenium Development Goals (MDGs). AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini ditularkan melalui beberapa cara, salah satunya adalah melalui hubungan seks tanpa kondom, yang merupakan cara penularan dominan. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dan hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk pencegahan serta obat yang mampu menyembuhkan penyakit ini. Beberapa hasil penelitian dan survei menunjukkan bahwa tingkat pemakaian kondom di kalangan pelanggan wanita penjaja seks masih rendah. Padahal, penggunaan kondom dalam seks komersil merupakan kunci penting pencegahan penularan HIV karena hubungan seks merupakan salah satu jalur utama penularan HIV (Depkes, 2005). Mengacu pada permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja mempengaruhi perilaku penggunaan kondom di kalangan pasangan tetap wanita penjaja seks (Gendak) pada saat melakukan hubungan seks dengan pasangan tetapnya dan/atau kelompok berisiko lainnya sebagai upaya untuk mencegah penularan IMS, HIV&AIDS. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 211 Gendak sebagai unit analisisnya, yang merupakan kelompok dampingan Yayasan Perkumpulan Bandungwangi (PBW) dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, di wilayah Kotamadya Jakarta Timur. Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data primer yang diperoleh melalui survei untuk menjawab pertanyaan dasar tersebut. Data dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2002 dan SPSS for Windows Release 11.00. dengan aplikasi analisis regresi metode enter dan dilanjutkan dengan analisis jalur untuk melihat besarnya koefisien pengaruh langsung dan tidak langsung atas sejumlah varaibel yang diuji. Dilakukan uji asumsi, seperti uji normalitas sebaran, uji linieritas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas, terhadap data-data penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan kondom, sedangkan variabel independen terdiri dari delapan yaitu (1) faktor pengalaman pernah terkena IMS, HIV&AIDS, (2) faktor pengetahuan IMS, HIV&AIDS, (3) faktor sikap, (4) faktor pendidikan, (5) faktor pekerjaan, (6) faktor umur, (7) faktor status perkawinan, dan (8) faktor akses terhadap kondom. Terdapat tiga hipotesis utama yang diuji dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan metode regresi dan analisis jalur, penelitian menyimpulkan (1) pengalaman dan pendidikan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan, (2) pengalaman, pendidikan, umur, pekerjaan, status perkawinan dan pengetahuan secara bersama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap, dan (3) pendidikan, umur, pekerjaan, status perkawinan, akses dan sikap secara bersama berpengaruh signifikan terhadap perilaku penggunaan kondom di kalangan Gendak. Rekomendasi untuk meningkatkan perilaku penggunaan kondom di kalangan Gendak adalah antara lain (1) peningkatan dan perbaikan akses kondom dengan cara: a) perluasan pembentukan outlet kondom yang dekat dengan lokasi transaksi seks; b) kondom tidak diberikan secara gratis namun dijual dengan harga yang terjangkau, c) meningkatkan kualitas fisik kondom (lebih halus, tipis dan sesuai ukurannya); (2) kampanye penggunaan kondom; (3) diseminasi informasi HIV&AIDS dilakukan melalui media massa berupa TV, radio dan surat kabar; (4) membuat kebijakan Peraturan Daerah (Perda) penggunaan kondom 100% terutama di tempat lokalisasi; dan (5) pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Peer Educators di kalangan Gendak maupun wanita penjaja seks.

To date, the spread of HIV in Indonesia is increased dramatically, as well as the cases of AIDS found. The epidemiology data shows that since 1995 the HIV cases have been worsening. In several areas, the prevalence of HIV among commercial sex workers is increasing and reaching approximately 5%. As a consequence, this level of epidemic has moved Indonesia towards a concentrating epidemical category amongst high risk group. The www.aids-ina.org reported that as of September 2007, four provinces as the highest cumulative AIDS cases in Indonesia include DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, and Jawa Timur. AIDS causes significant impact on the changes of society structure. This disease increases the mortality rate of mothers and children in Indonesia, and also endangers the workers life expectancy in Indonesia as this case tends to be found among the productive age of workers. The disease also creates an obstacle in the efforts to reduce poverty in Indonesia (UNDP, 2001). In 2010, it is predicted that about 110.000 people will suffer or die due to AIDS and there will be one to five million people infected by HIV. The serious threat of HIV&AIDS had made the prevention towards the spread of HIV&AIDS was taken as one goal of amongst eight important goals in the Millennium Development Goals (MDGs). AIDS is an infected disease caused by the Human Immunodeficiency Virus (HIV). This disease infects people through several ways and most dominant way is through unsafe sexual activity (without using condom). The disease is a very dangerous disease as it could cause death and until now, there have been no vaccines or drugs that could prevent or cure the disease. Several studies and surveys indicate that the level for the use of condom is still low among the clients of female commercial sex workers. Theoretically, the use of condom in commercial sex activities is the most important way to prevent the spread of HIV infection. Based on the above mentioned problems, this study is intended to know what factors which influence the behavior for the use of condom among the spouses of women commercial sex workers (Gendak) when they have sexual activities with their partners and/or other risky groups as one of the prevention methods to reduce the spread of HIV&AIDS. There are 211 Gendaks interviewed, consisting of 111 Gendaks, who are the assisted group of Yayasan Perkumpulan Bandungwangi (PBW) and the other 100 Gendaks, who are the assisted group of Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, in East Jakarta Municipality. Researcher applies the quantitative approach by analyzing the primary data which were collected through survey method by answering the main questions of this study. The data were collected and processed by using the computer program, namely Microsoft Excel 2002 and SPSS for Windows Release 11.00, then used the regression analysis of enter method and continued with path analysis to see the coefficient of Direct Influence and Indirect Influence of several variables which were tested. In this study, the dependent variable is the condom use behavior. While the independent variables are eight factors, namely (1) experience of having such diseases like sexual transmission infection (STI), HIV&AIDS; (2) knowledge about STI, HIV&AIDS; (3) attitude; (4) educational background; (5) jobs; (6) ages; (7) marital status; and (8) condoms accessibility. There are 3 main hypothesis are tested. Based on the statistical regression and path method analysis results conclude that (1) experience of having such diseases like STI, HIV/AIDS and educational background significantly influences on Gendak?s knowledge, (2) experience of having such diseases like sexual transmission infection (STI), HIV&AIDS, educational background, job, age, and marital status, and knowledge about STI, HIV&AIDS significantly influence on Gendak?s attitude; and (3) educational background, job, age, marital status, condom accessibility and attitude significantly influence on Gendak?s condom use behavior. Recommendations to increase the condom use behavior amongst Gendak include (1) increasing and improving condom accessibility through ways of: a) widening the condom outlets located near by the locations of the sexual transaction, b) no distribution of free condoms, but they should be sold at an affordable price, c) increasing the physical quality of condoms (tenderer, thinner and fit in size); (2) campaigns for the use of condom; (3) information disseminations of HIV&AIDS through mass media such as TV, radio, and newspapers, (4) develop a local policy for 100% use of condom in the commercial sex locations; and (5) community empowerment through the establishment of peer educators (PE) amongst Gendaks as well as amongst the female commercial sex workers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T22747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Santoso Tri Raharjo
"Perkembangan organisasi pelayanan sosial dalam masyarakat Indonesia, tidak terlepas dari sifat kesukarelaan anggota masyarakat untuk membantu sesama. Sifat 'gotong royong', 'gugur gunung', 'rawe-rawe rantas' dan nama-nama lain yang berbeda-beda di setiap daerah merupakan wujud dari kepedulian dari sebagian warga masyarakat untuk membantu warga masyarakat lainnya yang mengalami kesusahan. Merekalah yang kemudian dikenal sebagai volunteers (relawan) yang secara sukarela menyumbangkan tenaga, pemikiran dan materinya tanpa mempertimbangkan imbalan. Dalam perkembangan selanjutnya, permasalahan sosial makin beragam, sehingga membutuhkan keahlian dan mekanisme penanganan yang lebih terorganisir.
Relawan sosial sebagai salah satu ujung tombak kegiatan pelayanan sosial menjadi penting untuk diperhatikan, khususnya berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan mereka dalam kegiatan pelayanan. Selain itu para relawanlah yang menjadi pelaksana operasional kegiatan di lapangan; merekalah sebenarnya pekerja garis depan dari suatu organisasi pelayanan sosial. Namun demikian pada umumnya para relawan sulit dikendalikan dibandingkan dengan staf, dan terkadang mereka tidak memiliki kebutuhan secara ekonomis atas pekerjaan yang dia lakukan dalam suatu organisasi, sehingga ketika ia merasa tidak nyaman atau tidak betah dia akan pergi begitu saja. Latar belakang relawan yang berbeda baik persepsi dan motivasi yang mereka miliki memerlukan perhatian khusus dari para pengurus organisasi pelayanan sosial.
Pendidikan dan pelatihan relawan merupakan salah satu upaya pengembangan sumber daya relawan sebagai bagian dari manajemen sumber daya manusia perlu dikaji dan dikembangkan dalam upaya efektivitas pelayanan sosial. Hal yang mendasari secara akademis perlunya kajian ini adalah untuk memperkaya telaah mengenai kerelawanan dan khususnya memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai proses pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan sumber daya relawan melalul pendidikan dan pelatihan relawan di Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Jawa Barat. Kemudian secara khusus pula ingin mengetahui mengenai Informasi dan motivasi relawan masuk ke MCR-PKBI, jenis pelatihan, tujuan, fasilitator, metode, waktu, sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan, dan manfaat pendidikan dan pelatihan relawan dalam kegiatan pelayanan di Mitra Citra Remaja Bandung.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 9 (sembilan) orang tenaga relawan dan 6 (enam) orang staf MCR-PKBI Jawa Barat yang diperoleh secara purpossive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi teman merupakan informasi pertama sekaligus menjadi daya tank utama mereka aktif di MCR-PKBI Jawa Barat. Berbagai motivasi lain yang mendorong mereka aktif di lembaga ini adalah mengisi waktu luang, mencari pengalaman, memperoleh keterampilan dan pengetahuan barn, serta teman-teman baru.
Pendidikan dan pelatihan relawan di MCR-PKBI Jawa Barat dilaksanakan berdasarkan pola-pola tertentu yang sudah ada dan dilaksanakan secara berkala. Namun dalam pelaksanaan di lapangan telah dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan potensi di lembaga MCR-PKBI Jawa Barat itu sendiri. Jenis pelatihan di MCR dilakukan secara berjenjang, yaitu pelatihan dasar, pelatihan lanjutan, pengayaan di masing-masing divisi dan pelatihan khusus. Tujuan utama dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta untuk dapat berperan sebagai peer educator dan konselor dalam kesehatan reproduksi remaja.
Gaya fasilitator yang disukai oleh peserta atau relawan selain menguasai akan bidangnya adalah yang santai, lugas, tidak kaku dalam penyampaian materinya dan bisa humor. Failitator yang mampu melihat suasana dan mampu menghangatkan suasana pelatihan sehingga peserta tidak bosan. Para fasilitator pelatihan berasal dari dalam yaitu dan MCR PKBI yang kompeten dalam penyampaian materi tertentu. Sedangkan fasilitator yang berasal dan luar adalah mereka yang dikenal dan diketahui ahli dalam bidangnya, baik dari perguruan tinggi atau LSM lain.
Metode dan teknik yang dipergunakan dalam pendidikan dan pelatihan di MCR-PKBI Jawa Barat, antara lain ceramah, diskusi dan tanya jawab (CTJ), juga memanfaatkan permainan peran (role play) dan permainan-permainan (games), simulasi, bahas kasus serta teknik-teknik ice breaking untuk mencairkan suasana. Ketepatan dalam menggunakan berbagai teknik dalam pelatihan juga terkait dengan kamampuan fasilitator dalam menyampaikan materinya.
Waktu penyelenggaraan pelatihan relawan paling tidak satu tahun sekali untuk pelatihan dasar, sedangkan pelatihan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Sarana dan prasarana pelatihan sebagian besar telah disediakan oleh pihak MCR PKBI sendiri. Untuk mengetahui respon peserta terhadap pelatihan dipergunakan pre-tes dan pos-tes; sedangkan evaluasi menyeluruh mengenai penyelenggaraan pelatihan itu sendiri belum dilakukan.
Rekemondasi berkaitan dengan penyelenggaraan pelatihan di MCR-PKBI Jawa Barat antara lain pencatatan proses penyelenggaraan pelatihan perlu dikembangkan sehingga dapat terlihat efektivitas pelatihan. Perlu kiranya mengadakan pelatihan untuk pelatih (training for trainer) untuk meningkatkan kualitas pelatihan dan serta tersedianya sejumlah pelatih yang berasal MCR-PKBI itu sendiri.
Relawan MCR-PKBI Jawa Barat, walaupun telah memeproleh pendidikan dan pelatihan, kemudian diikat dengan kontrak dan peluang jenjang karier untuk menjadi staf, namun tetap saja tingkat 'tum-over'-nya tinggi. Sehingga diperiukan perhatian khusus berkaitan dengan upaya pmeliharaan dan pengembangan relawan yang sudah terlatih dengan cara yang lain, misalkan dengan mengembangkan kegiatan kegiatan yang bersifat penguatan keeratan hubungan antar staf dan relawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertina Nasri Lobo
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang proses pendampingan wanita pekerja seks komersial sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS oleh Perkumpulan Keluarga Berencanan Indonesia (PKBI) Papua di lokalisasi Tanjung Elmo Sentani. Dewasa ini fenomena masalah HIV/AIDS yang disebabkan oleh pekerja seks, terus meningkat hingga merambah ke dalam insitusi keluarga terutama kaum perempuan dan bayi. Kasus HIV/AIDS khususnya di Papua sejak tahun 1993 hingga sekarang, disebabkan oleh pekerja seks, budaya seks bebas, dan fenomena ketidakadilan jender terhadap perempuan Papua dan perempuan umumnya.
PKBI Papua sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang membantu dengan berbagai pelayanan sosial kepada Odha dan pekerja seks di Lokalisasi Tanjung Elmo Sentani. Lembaga ini dibentuk sejak tahun 1993, dan bertujuan melakukan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, menyediakan pelayanan kesehatan, meningkatkan dan memberdayakan institusi adat serta melakukan kajian-kajian dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kependudukan. Lokalisasi Tanjung Elmo Sentani merupakan lokalisasi yang dipilih pemerintah daerah sebagai wilayah pelaksanaan kebijakan penggunaan 100% kondom bagi pelanggan dan pekerja seks, namun disisi lain kebijakan ini hanya bersifat sosialisasi dan belum dijadikan sebagai peraturan perundang-undangan, sehingga masih ditemukan kasus-kasus HIV diantara pekerja seks di lokalisasi.
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui proses pendampingan wanita pekerja seks sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS di lokalisasi Tanjung Elmo oleh PKBI Papua, serta kendala-kendala selama melakukan pendampingan kepada wanita pekerja seks komersial di lokalisasi Tanjung Elmo Sentani.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan, observasi dan wawancara dengan informan berjumlah 11 orang (1 orang Direkrut PKBI, 1 orang koordinator lapangan, 1 orang Manajer Kasus, 5 orang Wanita Pekerja Seks, 1 orang Tokoh Masyarakat, 1 orang Mujikari, 1 Orang dari pemerintah), yang dipilih melalui teknik purposive sampling dan snowball sampling. Analisis data menggunakan metode Miles and Huberman dan Spradley. Lokasi penelitian adalah Lokalisasi Tanjung Elmo Sentani Papua Teori dan konsep yang mendasari penelitian ini antara lain dikemukakan oleh Departemen Sosial RI bahwa pendampingan merupakan proses pembimbingan, pemberian kesempatan kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin yang dilakukan oleh para pendamping atau fasilitator melalui serangkaian aktivitas yang memungkinkan komunitas tersebut memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menghadapi permasalahan di seputar kehidupannya.
Sedangkan tahapan proses pendamping difokuskan pada tahapan-tahapan intervensi menurut Zastrow mencakup tahapan persiapan, assesment, perencanan alternatif program, penformulasian rencana aksi, implementasi, evaluasi, terminasi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses pendampingan wanita pekerja seks sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan oleh PKBI Papua di lokalisasi Tanjung Elmo terdiri atas proses persiapan, yaitu dilakukan dengan mempersiapkan tenaga pendamping (outreach worker), melakukan pelatihan dasar pendampingan kepada pendamping selama seminggu, pendalaman materimateri dan media pendukung dan melakukan perekrutan pendamping. Proses perkenalan dilakukan dengan memperkenalkan tim kerja, proram kerja kepada key person (pemerintah, tokoh masyarakat, mujikari, pekerja seks) yang dipusatkan di lokalisasi Tanjung Elmo Sentani. Proses Penjangkauan, yang dilakukan dengan mendatangi pekerja-seks, mujikari yang menetap di lokalisasi Tanjung Elmo, menyampaikan maksud dan tujuan penjangkauan, kemudian mengindentifikasian berbagai masalah dan kebutuhan yang dialami oleh dampingan, serta bersama-sama melakukan perencanaan program pendampingan selanjutnya berdasarkan waktu yang ditentukan, Proses Pelasaksanan pendampingan dilakukan selama lima hari dari jam 13.30-17.30 WIT, materi yang disampaikan: KIE, IMS, VCT, dan sumber-sumber pelayanan kesehatan untuk Odha, mendampingi dampingan jika berobat ke klinik, dan rumah sakit, melakukan advokasi, pemberian motivasi, pelatihan keterampilan kepada dampingan melalui kerjasama dengan pemerintah, mengupayakan pengakuan akan hak dan kesempatan kepada pengidap HIV di lokalisasi Tanjung Elmo.
Proses pelaporan dilakukan melalui mekanisme yaitu laporan pendamping, koordinator lapangan, program mananger, direktur lembaga dan akhirnya kepada donatur program. Proses Evaluasi dilakukan melalui evaluasi pertriwulan dan evaluasi akhir program, Kendala-kendala yang ditemukan terdiri atas kesiapan mental dan motivasi pekerja seks; mobilisasi tinggi yang dilakukan dampingan; rendahnya kontrol mujikari, sikap pelanggan yang berkunjung, serta keterbatasan akses.
Rekomendasi dan saran terutama ditujukan untuk lembaga dan pengambil keputusan (pemerintah) untuk membuka diri menjadi lebih peduli kepada dampingan HIV/AIDS, peningkatan kerjasama dengan pemerintahan dan melalui penyediaan panti-panti Odha, menerapkan pencabutan ijin usaha dan kerja kepada mujikari dan dampingan, serta perekrutan pendamping yang memiliki pengalaman sebagai penyandang masalah. Diperlukan pula peningkatan peran peer educator (PE), menyediakan sarana pelayanan sosial 24 jam, dan mengefektifkan metode social marketing ke daerah-daerah terpencil di Papua yang lebih besar daripada rata-rata skor pada pre-test.

This thesis contain a result of research concerning a adjacent process of female sex workers commersial as preventif effort of HIV/AIDS by Association of Planning Family Indonesia (PKBI) Papua ini localization of Tanjung Elmo Sentani. This is as the present time of fehnomenons HIV/AIDS problem, that caused by female sex workers, and the rise straight, until cleared in the family institute, especially is woman and her babys. The cases HIV/AIDS in particular the Papua from the time that 1993 years, until now, that caused by sex worker, the free sex culture, the discrimination gender because of sex worker, free sex culture, and fhenomenos of fehnomeno, was to the womens Papua and generally.
The PKBI Papua as efforts public services institution was to the support, with all sort social to Odha and sex worker in the localization of Tanjung Elmo. PKBI Papua is formed by private sector institute in 1993, and the goals include enableness of society and family in economics, culture and social, providing health services. Impowering and anableness culture institution and also conducting studies of education, health and residence. The localization of Tanjung Elmo Sentani is represent localization selectied by local government as use policy execution region 100% condom for customer of localization and not yet been made by as low and regulaton, so that still be found by HIV case of among sex wokers in localization.
This is research was us approached qualitative with type od description research. Data was clect through literature studies, observation and interviev with inforaman anount to 11 people (1 people Directur PKBI, 1 people of coordinator filed, 1 people case manager, 5 people female sex worker, 1 people from elite figurem 1 people mucikari, 1 people from government), what is selected by through technique of purposive sampling and snowball sampling. Analyse sata use method of Miles and Huberman and Spadley. Localization of research in localization of Tanjung Elmo Sentani.
The concept and theori constitution this research for example proposed by social Departemen RI, that adjacent quide process, opportunity gift to society specially the poor society by used and all fasilitator of through with refer to in the activity enabling communitas, own self belief and capability, in be up against problems of around his lif. Which step process asistancy while step in focused process intervention step, that is stage according to Zastrow include; (cover preparation step, assessment, alternative program planning, formulate action planning implementation program, evaluate program, termination).
From a result of researcsh khow that by a adjacent process on female sex workers as a preventive effort of HIV/AIDS by PKBI Papua in localization of Tanjung Elmo Sentani, of consisted is the preparation process, tahat is done drown aply is prepare oureach worker, doing elementary training for aoutreach worker, of during a weeks. Deepening of items and media supporting and ecruitment outreach worker. Proses aequaimtanceship done introducedly is team working, work pgram to key person (government, elite figure, mucikari, and female sex worker). The thing which of is centred in localization of Tanjung Emo Sentani. Outreach process, what is doing visit sex workers, mucikari, which expriensed of by client, and alsi together doing program adjacent planning, furthermore be based on a specified time implementation process adjacent, to doing induring five days from hours 13.30-17.30 WIT. The information materi is KIE, IMS,VCT, ams sources health services to Odha, the worked closely with the cleint, when mediciniz to clinic and the hospital, advocacy, motivator, the training of skill to outreach workers, through cooperation gevernmentaly, Striving confession of rights will and apportunity to the peoples with HIV, in Localization of Tanjung Elmo Sentani. Reporting process beging mechanism is reporte from outreach worker, coordinator filed, case manager, director institute and donator ptogram. Evaluate process is begins from evaluating quarterly and the fanaly evaluate program. Constraints found that mentalist and motivation of female sex workers, high mobilization which conducted by clinet. The low control from mujikari, the attitude costumer which vicit in localozation of Tanjung Elmo Sentani, and also the limination acess.
Recommendation and suggestion is especially addressed to the institute and decision ,aker (government) to become more expose for care to HIV/AIDS asjacent, increasing of coorperation with governance and by providing a relocation places of Adha, apllying worke and job permission repeal for pimp and adjacent, and also recruitment of adjacent with experience in same adjacent problem. Increasing of Peer Educator (PE) function was also needed, providing 24 hour social services, and effectiveness of social marketing method in isolated area in Papua.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24456
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Warsihna
"ABSTRAK
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam memasarkan suatu produk, mulai dari desain kemasan, periklanan, pemasaran langsung, komunikasi getok tular, layanan konsumen, hingga pemilihan media. Proses pemasaran yang dilakukan untuk memasarkan organisasi nonprofit (nirlaba) sama dengan yang digunakan untuk organisasi profit (bisnis).
Tesis ini membahas strategi apa yang digunakan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam memasarkan Program Kesehatan Reproduksi untuk Remaja di wilayah DKI Jakarta pada tahun 1997, sehingga remaja di DKI Jakarta mengenal, bertambah pengetahuannya, dan memahami tentang kesehatan reproduksi pada dirinya.
Penulis mendeskripsikan berbagai startegi yang dilakukan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia dalam memasarkan program Kesehatan Reproduksi untuk Remaja sebagai bentuk komunikasi dan penggunaan media yang dipilih di wilayah DKI Jakarta pada tahun 1997, serta melihat apakah penggunaan media tersebut sudah tepat, sehingga pesan sampai kepada khalayak sasarannya.
Beberapa teori clan konsep yang digunakan di sini antara lain konsep dasar komunikasi pemasaran sosial, model perencanaan komunikasi pemasaran sosial, strategi komunikasi pemasaran sosial, memonitor strategi komunikasi pemasaran sosial.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif dengan ripe deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu data primer dilakukan dengan wawancara mendalam, sedangkan data skunder diperoleh dengan mengacu dari sumber tertulis yang sudah ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah pendidikan kesehatan reproduksi harus diberikan kepada seluruh masyarakat terutama kepada remaja dan orangtuanya, sehingga tidak terjadi masalah yang diakibatkan kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, seperti kehamilan di luar nikah, aborsi, penyakit menular seksual, dan lain-Iain, serta pendidikan kesehatan reproduksi tidak ditafsirkan sebagai pendidikan seks secara terbuka
Namun dalam pelaksanaannya, program tersebut juga menemui masalah baik dari sisi sumber yang menyangkut keluar masuk relawan, masalah informasi program dalam kaitan dengan pemilihan media, dan masalah dari sisi penerima pesan yaitu remaja dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran-saran untuk penyempurnaan bentuk komunikasi pemasaran kesehatan reproduksi bagi remaja antara lain dengan selalu mengadakan perekrutan dan pelatihan relawan, perbaikan dalam segi kemasan pesan komunikai, negosiasi dengan Dep P dan K dan Dep Agama agar masuk dalam kurikulum SLTP dan SLTA, dan penggunaan berbagai media yang tepat.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayi Endan Harir
"Proses pengawasannya dalam manajemen rekod meliputi registrasi, klasifikasi aktivitas bisnis, pengindeksan, dan penelusuran, Pengawasan rekod dalam suatu organisasi perlu ada. Mengingat proses ini merekam segala aktivitas bisnis organisasi yang pada gilirannya akan menjamin tersedianya bahan bukti dari transaksi (kegiatan yang berulang-ulang), adanya atribut yang menerangkan dan membantu dalam pencarian rekod karena sebuah rekod telah terintegasi ke dalam sebuah sistem perawatan dalam kerangka manajemen rekod.yang meliputi pengelompokan, penamaan, proteksi, pembatasan pengguna, dan penemuan kembali dengan cepat, tepat dan akurat, yang pada gilirannya pula akan tercapai efisiensi dan efektifitas dari segi biaya, waktu, dan tenaga suatu organisasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S15190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suksmagita Pratidina
"Chlamydia trachomatis (CT) merupakan bakteri penyebab infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi, dengan perkiraan angka kejadian 50 juta kasus per tahun di seluruh dunia. Lebih dari 3 juta kasus baru dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1995. Hal ini membuat infeksi CT tidak hanya sebagai penyakit infeksi menular seksual (IMS) terbanyak, tetapi juga penyakit infeksi tersering di Amerika Serikat. Penelitian meta-analisis di tahun 2005 melaporkan bahwa prevalensi infeksi CT berkisar antara 3,3% hingga 21,5%.
Terdapat 2 Cara transmisi infeksi CT yaitu secara horizontal dan vertikal. Infeksi horizontal umumnya terjadi melalui hubungan seksual lewat vagina dan anus tanpa pelindung, sedangkan infeksi vertikal terjadi saat proses kelahiran. Meskipun infeksi Iebih sering terjadi pada genital dan konjungtiva, temyata permukaan mukosa faring, uretra dan rektum juga merupakan lokasi kolonisasi CT. Hubungan orogenital awalnya tidak dipikirkan sebagai jalur transmisi CT, sehingga pemeriksaan skrining rutin untilk infeksi CT faring belum dianjurkan pada pedoman di Amerika Serikat dan Inggris. Namun dengan semakin banyaknya praktek fellatio dan jarangnya penggunaan kondom, kemungkinan transmisi CT pada orofaring dapat terjadi. Chlamydia trachomatis sering merupakan penyebab infeksi anorektum (proktitis akut) yang ditularkan secara seksual, khususnya pada populasi men who have sex with men (MSM) yang melakukan hubungan seksual lewat rektum tanpa perlindungan kondom.
Selain MSM, waria juga merupakan kelompok risiko tinggi yang rentan terhadap infeksi tersebut. Waria memiliki jumlah pasangan seksual Iebih banyak dibandingkan dengan kelompok risiko tinggi lain (penjaja seks wanita dan MSM), Iebih banyak bekerja menjajakan seks demi uang, memiliki pendapatan paling rendah, banyak yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Waria adalah istilah yang hanya digunakan di Indonesia, yaitu singkatan dari wanita-pria. Walaupun hingga saat ini belum ada data yang akurat mengenai jumlah populasi waria di Jakarta, namun menurut data yang didapat diperkirakan sekitar 8000 orang yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya. Pasangan seksual waria adalah laki-laki heteroseksual, waria tidak pernah berhubungan seksual dengan sesama waria atau dengan laki-laki homoseksual. Waria melakukan hubungan seksual secara orogenital dan anogenital reseptif dan memiliki perilaku seksual yang sangat berisiko." Banyak waria di Jakarta terlibat dalam hubungan seks komersial lewat oral dan anal reseptif tanpa pelindung/kondom. Masalah perilaku seksual tersebut merupakan pintu masuk bagi penularan IMS pada kelompok waria. Meskipun perilaku ini meningkatkan risiko untuk terkena IMS dan HIV, sangat sedikit data yang ada mengenai prevalensi infeksi ini berikut perilaku seksualnya. Pada kelompok ini angka prevalensi panting untuk diketahui karena prevalensi 1MS merupakan salah satu indikator yang memberi gambaran prevalensi infeksi HIV/AIDS.
Sebagian besar individu yang terinfeksi CT bersifat asimtomatik, sehingga merupakan sumber penyebaran infeksi yang potensial. Guna mencegah penyebaran infeksi, perlu diperhatikan diagnosis dini berdasarkan tes laboratorik yang akurat dan pengobatan yang efektif. Hingga tahun 80-an, diagnosis infeksi CT hanya berdasarkan pada isolasi organisme dengan kultur jaringan. Meskipun kultur masih merupakan baku emas untuk pemeriksaan CT, teknik ini membutuhkan pengambilan spesimen yang teliti dan kondisi transpor yang ketat. Selain itu pemeriksaan kultur belum distandarisasi dan dapat terjadi variasi hasil antar laboratorium. Uji nonkultur untuk deteksi CT pertama kali diperkenalkan sekitar tahun 80-an dan perkembangannya sangat baik karena tidak membutuhkan organisme hidup, sehingga mengatasi masalah pengambilan dan transportasi spesimen yang berhubungan dengan metode kultur."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>