Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125532 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"CALM Buoy is one of the offshore structure which is used for loading/unloading liquid cargo to/from
oil tanker from/to onshore facilities. This paper will analyze the relocation process of 35,000 DWT front
14 m depth to 22 m depth. The relocation of CALM Bouy needs some configuration changes in its
mooring system due to changes of environtmental factors and future requirements for minimum 6 legs
mooring. So that its anchors and other configuration can be reused For this purpose three preliminary
modifications are proposed i.e. 4-4, 6-4, and 8-4, each of the configuration is then calculated for their
chain tension and restoring forces. iterative calculation is carried out using catenary equation with quasi
static approach on horizontal and vertical load directions. The objective of this analysis is to obtain a
new suitable configuration, anchor position and anchor type for the mooring leg arrangement.
"
Jurnal Teknologi, 21 (4) Desember 2007 : 256-264, 2007
JUTE-21-4-Des2007-256
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ajiputra
"CALM buoy adalah salah satu bangunan lepas pantai dengan tipe sistem penambatan kapal yang dikenal dengan SPM. CALM buoy menggunakan pola penambatan menyebar dengan beberapa titik jangkar yang berguna yang fungsinya tidak hanya menjaganya tetap bertahan di posisi awalnya namun juga memberikan fleksibilitas kepada sistem ketika mengalami beban yang besar yang disebabkan oleh kapal yang tambat dan juga beban-beban lingkungan. Pada umumnya CALM buoy memiliki 4 hingga 16 rantai tambat, namun regulasi terbaru dari OCIMF mengharuskan penggunaan minimum 6 rantai tambat berlaku untuk bangunan buoy yang terbaru. Sementara CALM buoy 35000 DWT milik PT PERTAMINA UP VI dengan 4 rantai tambat direncanakan untuk dipindahkan keperairan yang lebih dalam dari 14 m ke 22 m. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapabilitas buoy dalam mendukung tanker ketika proses bongkar muat, khususnya pada saat kondisi laut dengan surut yang terendah yang menyebabkan pengurangan jarak aman lunas kapal ke dasar laut. Pemindahan buoy ke laut yang lebih dalam telah diprediksi akan memberikan beban yang lebih besar bagi buoy sehingga dipertimbangkan untuk dilakukan modifikasi pada konfigurasi rantai. Sehingga modifikasi yang dilakukan tidak hanya menggunakan 4 titik jangkar, namun juga dipersiapkan untuk 6 dan 8 titik jangkar sekaligus berkaitan dengan adanya rencana pembelian buoy yang baru dalam jangka watu yang belum ditentukan. Sehingga titik jangkar yang sudah ada dapat dipergunakan lagi ketika bouy yang baru datang. Untuk memilih konfigurasi yang sesuai maka harus dihitung besarnya tegangan rantai dan respon gaya pengembali dari setiap konfigurasi, dilakukan secara iteratif menggunakan persamaan catenary dengan pendekatan kuasi statik dengan arah beban horizontal dan vertikal. Hasil akhir yang diharapkan adalah menemukan konfigurasi baru yang sesuai, posisi titik jangkar, tipe jangkar yang dipilih dan arrangement dari rangkaian.

CALM buoy is a kind of offshore structures which use mooring systems called SPM. CALM buoy has spreading mooring pattern with several anchor points, its function is not only to hold its position but also to gives flexibilty to the system when suffer a huge loads caused by a moored tanker and environmental loads. Regularly CALM buoy has 4 to 16 mooring line, but the newest OCIMF regulation require the use of minimum 6 mooring lines for a brand new building. Mean while PT PERTAMINA's CALM buoy 35000 DWT which use 4 mooring lines was been planned to be relocated to a deeper sea from 14 m to 22 m water depth. Its main pupose was to increase the capability of buoy to support the tanker when running a loading or an unloading operation, especially when the sea condition is in its lowest tides that cause reduction in save clearence distance from ships keel to sea bed. It was been predicted before that the buoy's relocation process to the deeper sea will cause bigger loads to the buoy, so that it was considered to modify its mooring lines configuration. Thus, modification will be prepared not only with 4 anchor points but also 6 and 8 points, also related to the purchasing of the new building in the future at unknown time, so that the anchor points can be re use when the new one comes. To choose an appropriate configuration we must know the tension dan the respons of restoring force from the system in each configuration. The calculation will be done iteratively using catenary equations with quasi-static approach using vertikal loads and horizontal loads as its variable. The expected result is to find an approriate new configuration, anhor points, the anchors type, and the arrangements of the mooring lines."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S38065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dino Eka Satria P.
"Sebuah fixed platform biasa dideskripsikan sebagai bangunan yang mempunyai 2 komponen utama, substruktur dan superstruktur. Superstruktur : bisa juga disebut sebagai - bagian atas - yang didukung oleh dek,dimana berada pada struktur jacket yang menyokong struktur tersebut. Bangunan ini mempunyai banyak bagian yaitu tempat untuk peralatan pengeboran, peralatan produksi antara lain turbin gas, generator, pompa, kompressor, kumpulan gas flare, revolving cranes, kapal penyelamat, helipad, tempat tinggal untuk awak dengan fasilitas seperti hotel dan fasilitas untuk makan. Superstrukur beratnya mencapai 40,000 ton. Substruktur : merupakan bentuk seperti jacket baja yang melingkar atau struktur beton yang dipadatakan. Kebanyakan platform dari bangunan lepas pantai yang memproduksi minyak dan gas mempunyai jacket baja meskipun ada sebagian kecil dari platform tersebut memiliki pondasi dari beton. Setiap platform didesain secara unik sesuai dengan keadaan umum dari kondisi ,lokasi, kedalaman air, karateristk tanah, angin, gelombang, dan keadaan laut pada saat itu. Platform yang terbuat dari baja dan beton bias dibuat dikedalaman air mulai dari beberapa meter sampai lebih dar 300 m.

A fixed platform may be described as consisting of two main components, the substructure and the superstructure. Superstructure: also referred as the 'topsides' supported on a deck, which is fixed (mounted) on the jacket structure. These consist of a series of modules which house drilling equipment, production equipment including gas turbine, generating sets, pumps, compressors, a gas flare stack, revolving cranes, survival craft, helicopter pad and living quarters with hotel and catering facilities. It can weigh up to 40,000 tonnes. Substructure: is either a steel tubular jacket or a prestressed concrete structure. Most fixed offshore oil and gas production platforms have a steel jacket although a small number of platforms have a concrete foundation. Each platform is uniquely designed for the particular reservoir condition, location, water depth, soil characteristics, wind, wave and marine current conditions. Fixed steel and concrete platforms can be built in water depth from a few meters to more than 300 m."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38101
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S34519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Pahlevi Chamsudi
"ABSTRAK

Flexible riser (FR) merupakan salah satu komponen pada struktur anjungan lepas pantai yang berfungsi untuk mendistribusikan minyak/gas dari reservoar menuju struktur apung. FR memiliki konfigurasi cukup kompleks karena selalu melibatkan analisis mid water arch (MWA). MWA sendiri berperan dalam membentuk konfigurasi-S sekaligus menyediakan gaya apung yang cukup guna mengendalikan tegangan pada sistem FR. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai perbandingan performa antara single dan twin buoy bagi konfigurasi FR. Parameter yang digunakan adalah displacement dan frekuensi alami keduanya, tegangan tarik kedua ujung sambungan FR, serta clearance antara FR dengan dasar laut. Lokasi penelitian mengacu pada kondisi perairan Blok Natuna, Indonesia, dengan kedalaman 84.6 m, sedangkan data metocean yang digunakan mengacu pada data-data metocean perairan North Sea (periode ulang 1, 10, dan 100 tahun). Model gelombang yang diterapkan berupa single airy dengan 5 flow direction (0°, 45°, 90°, 135° dan 180°). Analisis dilakukan dengan bantuan software Orcaflex 9.2 dan perhitungan manual. Hasil analisis menunjukkan bahwa performa twin buoy lebih baik, dilihat dari nilai tegangan tarik kedua ujung sambungan FR dan clearance yang relatif kecil. Keabsolutan nilai pada parameter-parameter tersebut dibuktikan dengan korelasinya terhadap nominal displacement dan frekuensi alami. Adapun persentase error-displacement antara analisis manual dan Orcaflex 9.2 cukup kecil, yaitu 2.533%.


ABSTRACT


Flexible riser (FR) is one of many components in offshore platform that serve to distribute oil/gas from reservoirs to floating. FR has complex configuration because always use mid water arch (MWA). MWA itself play role in forming S-configuration and also providing adequate buoyancy force to control stresses that occur in FR system. This research will be discussed performance between single and twin buoy for FR configuration. The parameters used are displacement and natural frequency both single or twin buoy, tension at both ends of FR connection, also clearance between FR and seabed. Resarch location refers to Natuna Block, Indonesia, with 84.6 m depth, whereas metocean data used refers to North Sea (return period 1, 10, and 100 years). Wave model used is single airy with 5 flow direction (0°, 45°, 90°, 135°, dan 180°). Analysis will be using Orcaflex 9.2 and manual calculation. Analysis result showed that performance of twin buoy is better, presented by tensile stress values in both ends of FR connection and clearance which relatively small.  The absolute value of these parameters is proven by its correlation to nominal displacement and natural frequency. The percentage of error-displacement between manual analysis and Orcaflex 9.2 is small, i.e 2.533%.

"
2019
T52354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwowibowo
"Telah berhasil dibuat sebuah digital read out (DRO) berbasis mikrokontroler 80C5I7A yang mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi kesalahan kuasi-statik pada sistem posisi mekanik. Kesalahan kuasi-statik adalah kesalahan posisi yang berubah secara perlahan, yang merupakan perpaduan antara kesalahan geometrik dan termal. Kompensasi dilakukan melalui piranti lunak di dalam DRO dengan menggunakan dua buah polinomial, orde-7 untuk geometrik dan orde-1 untuk termal. Hasil uji menunjukan peningkatan akurasi sebesar 26,97 %.

A digital read out (DRO) has been made based on 80C5 17A microcontroller. The DRO able to compensated quasi-static error for mechanical positioning system. Quasi-static error is position error that changes slowly, this error is combination of geometric error and thermal error. The compensation had done via software inside DRO uses two polynomials, order-7 for geometric error and order-I for thermal error. The result showed that position accuracy increased 26,97 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T5790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Sepriawan
"ABSTRAK Indonesia sebagai negara maritim memerlukan sistem pertahanan laut yang handal. Keterbatasan armada maupun luas laut yang rawan terjadi tindak kejahatan menjadi konsen masalah maritim di Indonesia. Laut-Laut terluar di Indonesia tidak luput dari berbagai kejahatan seperti illegal fishing maupun penyelundupan. Pangkalan laut kini menjadi hal yang menarik bagi sistem maritim dalam menyokong pertahanan laut. Mooring buoy dapat didesain untuk keperluan khusus seperti pangkalan laut sederhana sehingga memudahkan kapal-kapal patrol untuk tambat di daerah sekitar operasi. Dalam merancang mooring buoy system ini menggunakan persamaan catenary sebagai perhitungan rantai. Ketentuan desain menggunakan quasy-static sebagai model perhitungan beban pada buoy dan kapal. Lokasi penambatan mooring buoy yang dipilih yaitu laut Natuna. Hasil perancangan yaitu konfigurasi mooring line yang digunakan yaitu konfigurasi 4-4 dan beban maksimum lingkungan pada sistem yaitu sebesar 409,936 N.
ABSTRACT
Indonesia as maritime country should have reliable marine defense system. The limitations of the fleet and the vastness of the sea are prone to crime to be the problem of maritime issues in Indonesia. The outer seas in Indonesia do not escape from various crimes such as illegal fishing and smuggling. Sea bases are now an interesting thing for the maritime system in supporting sea defense. Mooring buoys can be designed for special purposes such as simple sea bases that make it easier for patrol boats to moor in the area around the operation. In designing the mooring buoy system, catenary equations are used as chain calculations. The design requirement uses quasy static as a model of load calculation on buoy and ship and mooring buoy mooring located at Natuna seas. The design result is the configuration of mooring line that is used is configuration 4 4 and maximum load of environment at system that is equal to 409,936 N.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djordan Ranadi Putra
"Dalam membangun sebuah kapal membutuhkan biaya yang sangat besar terutama dalam pengadaan material. Salah satu cara untuk mengurangi biaya manufaktur tersebut adalah melakukan optimasi struktur kapal. Dalam penelitian ini, optimasi dilakukan dengan menggunakan metode Hybrid GA. Metode ini menggabungkan antara Genetic Algorithm dan Size Optimization. Genetic Algorithm digunakan untuk memilih material dan Size Optimization digunakan untuk mengurangi ketebalan pelat. Akan tetapi, metode optimasi Genetic Algorithm membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan hasil paling optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi waktu yang diperlukan dalam optimasi berbasis Hybrid GA dengan memodifikasi proses Genetic Algorithm serta mendapatkan material dengan biaya manufaktur paling rendah. Modifikasi Genetic Algorithm dalam penelitian ini adalah melakukan optimasi sesuai kelompok gen setiap 10%; 20%; 25%; 50%; dan 100% dari total keselurahan gen. Hasil penelitian akan menampilkan pengaruh modifikasi Genetic Algorithm terhadap waktu optimasi dan biaya. Terjadi pengurangan biaya sebanyak 39% pada optimasi setiap 10% gen, 20% gen, dan 25% gen, 34% pada optimasi setiap 50% gen, dan 33% pada optimasi dengan 100% gen. Dari hasil penelitian didapat rata-rata waktu optimasi tiap generasinya, yaitu setiap 10% gen adalah 0,274 jam, setiap 20% gen adalah 0,388 jam, setiap 25% gen adalah 0,434 jam, setiap 50% gen adalah 0,61 jam, dan 100% gen adalah 0,646 jam.

In building a ship requires a very large cost, especially in the procurement of materials. One way to reduce manufacturing costs is to optimize the ship structure. In this study, optimization was carried out using the Hybrid GA method. This method combines Genetic Algorithm and Size Optimization. Genetic Algorithm is used to select material and Size Optimization is used to reduce plate thickness. However, the Genetic Algorithm optimization method takes a very long time to get the most optimal results. This study aims to reduce the time required for optimization based on Hybrid GA by modifying the Genetic Algorithm process and obtaining materials with the lowest manufacturing costs. Genetic Algorithm modification in this research is to optimize according to gene group every 10%; 20%; 25%; 50%; and 100% of the total gene pool. The results of the study will show the effect of Genetic Algorithm modification on optimization time and cost. There was a 39% cost reduction in optimization of every 10% of genes, 20% of genes, and 25% of genes, 34% on optimization of every 50% of genes, and 33% on optimization with 100% of genes. From the results of the study, the average optimization time of each generation, ie every 10% of genes is 0.274 hours, every 20% of genes is 0.388 hours, every 25% of genes is 0.434 hours, every 50% of genes is 0.61 hours, and 100% gene is 0.646 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husain
"Karet alam merupakan jenis material polimer yang banyak digunakan seperti pada ban kendaraan beroda, bantalan pada mesin, atau seperti yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu pelapis pada buoy pendeteksi tsunami. Karet alam yang tidak melalui proses rekayasa apapun memilliki ikatan karbon rangkap dua pada setiap monomernya. Ikatan tersebut merupakan ikatan yang kurang stabil yang mengakibatkan karet alam secara umum rentan terhadap oksidasi. Penambahan hidrogen dapat menyebabkan berkurangnya jumlah ikatan karbon rangkap dua yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan oksidasi dan sifat mekanik dari karet alam. Maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari proses hidrogenasi pada karet alam dan kualitas keberhasilan dari proses hidrogenasi dengan metode biphasic. Variasi dalam penelitian ini adalah perbedaan urutan pencampuran antara Cu2+ sebelum hidrazin hidrat dan sebaliknya, dan perbedaan besaran formula campuran yang digunakan antara normal dan dengan perbesaran 1,5x. Pengujian kadar hidrogen dengan FTIR menunjukkan penurunan kadar gugus fungsi ikatan karbon rangkap dua yang signifikan sebagai pengaruh dari metode biphasic yang digunakan. Tetapi pengujian sifat mekanik dan ketahanan oksidasi memberikan hasil yang beragam dan masih belum memungkinkan untuk digunakan sebagai coating untuk buoy pendeteksi tsunami.

Natural rubber is a type of polymer material that is widely used, such as in vehicle tires, bearings in machines, or as will be discussed in this research, namely coatings on tsunami detection buoys. Natural rubber that has not gone through any engineering process has double carbon bonds in each monomer. This bond is an unstable bond which makes natural rubber generally susceptible to oxidation. The addition of hydrogen can reduce the number of double carbon bonds which is expected to increase the oxidation resistance and mechanical properties of natural rubber. So this research aims to prove the effect of the hydrogenation process on natural rubber and the quality of success of the hydrogenation process using the biphasic method. The variations in this study are the differences in the mixing order between Cu^(2+) before hydrazine hydrate and vice versa, and the difference in the size of the mixture formula used between normal and with 1.5x magnification. Testing hydrogen levels using FTIR showed a significant decrease in the levels of double carbon bond functional groups as a result of the biphasic method used. However, testing of mechanical properties and oxidation resistance gave mixed results and it is still not possible to use it as a coating for tsunami detection buoys."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Diah Sastra wijaya
"ABSTRAK
Restrukturisasi adalah salah satu upaya penyelamatan
bagi perusahaan yang mengakumulasi kerugian secara material.
Akan tetapi restrukturisasi perusahaan secara nyata
membutuhkan biaya yang mahal, prosedur yang rumit, dan
memakan waktu yang cukup lama. Pilihan penyelamatan lainnya
adalah melalui Kuasi Reorganisasi. Kuasi Reorganisasi
sebenarnya merupakan salah satu metode restrukturisasi
perusahaan. Perbedaanya adalah bahwa tidak ada aliran dana
dalam Kuasi Reorganisasi. Dalam Kuasi Reorganisasi yang ada
hanyalah suatu prosedur restrukturisasi ekuitas dengan
prosedur akuntansi. Akhir dari Kuasi Reorganisasi ini akan
menyebabkan defisit perusahan menjadi nol dan perusahaan
seperti baru kembali (fresh start). Penelitian ini sebagian
besar dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan
didukung oleh beberapa data primer dari wawancara. Aspek
hukum terkait Kuasi Reorganisasi penting untuk dibahas
mengingat semakin seringnya Kuasi Reorganisasi dilakukan
dalam praktiknya. Kuasi Reorganisasi juga akan melibatkan
beberapa pengaturan terutama bila dilakukan oleh perusahaan
terbuka. Selain itu Kuasi Reorganisasi juga dapat dibarengi
dengan restrukturisasi perusahaan secara nyata yang
membutuhkan upaya kreatif untuk penyehatan perusahaan.
Sangat disayangkan bahwa literatur mengenai Kuasi
Reorganisasi sangat terbatas sehingga pembahasan dan
penelitian mengenai Kuasi Reorganisasi penting untuk
dilakukan."
2005
S24707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>