Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlin Listiyaningsih
"Penelitian ini menilai peran genetik rotavirus terhadap keparahan diare pada populasi bayi dan balita di rumah sakit dan puskesmas, pada 2005?2008. Keanekaragaman genotipe rotavirus sangat tinggi; 7 variasi genotipe umum (didominasi G1P[8]) dan 52 genotipe tidak umum (didominasi G4G9P[8]). Rotavirus genotipe tidak umum terdistribusi merata di rumah sakit dan puskesmas. Terhadap genotipe umum, genotipe tidak umum mempunyai PR 1,2 pada keparahan diare. Karakter gen VP7 berperan penting/menentukan peran genotipe GP pada keparahan. Status nutrisi memodifikasi efek peran genotipe pada keparahan diare. Faktor umur dan faktor pemberian sendiri antibiotik secara independen berperan menentukan keparahan. Koinfeksi tidak signifikan merubah derajad keparahan diare infeksi yang diakibatkannya.

This study assessed the rotavirus genetic role on diarrhea severity in infants and young children population in hospitals and primary health centers, at 2005-2008. Genotype diversity of rotavirus is very high; 7 variations common genotype (dominated by G1P[8]) and 52 uncommon genotypes (predominantly G4G9P[8]). Rotavirus uncommon genotypes are distributed equally in both health centers. Against common genotypes, uncommon genotypes have a PR 1.2 in the severity of diarrhea. VP7 genes play an important character and define the role of GP genotype. Nutritional status modify the effects of genotype on the severity of diarrhea. Age and antibiotic are risk factors for severity of diarrhea, independently. Coinfection did not significantly alter the degree of severity of acute infectious diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
D1313
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Wibowo
"Air minum yang aman merupakan kebutuhan hidup yang essensial dan menjadi hak azasi setiap rnanusia, namun dalam keberadaannya air minum juga berperan sebagai transmisi penyakit. Diare, salah satu penyakit yang timbul akibat air minum yang terkontaminasi menjadi penyebab utama kematian terutama pada bayi dan balita. Di Indonesia angka kematian akibat diare pada balita 15,3% dan angka kesakitan 26,13% per 1000 penduduk pertahun. Disisi lain jangkauan penyediaan air minum bersih bagi masyarakat masih memprihatinkan karena lebih dari 60% rumah tangga balita masih mengambil dan mengolah sendiri air yang tidak memenuhi syarat dan sumbernya. Angka cakupan ledeng dan air kemasan hanya sebesar 19% dan 1,4%.
Mengkaji permasalahan di atas diduga adanya keterkaitan erat antara kondisi air minum dengan kejadian diare pada bayi dan balita di Indonesia. Berpedoman kepada beberapa literatur yang menyatakan bahwasanya diare disebabkan oleh multifactor maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada Bayi dan Anak Balita di Indonesia. Analisis menggunakan sumber data sekunder dari Hasil Susenas 2001 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan.
Studi dengan rancangan cross-sectional, meneliti faktor-faktor risiko kesehatan lingkungan (air minum, sarana pembuangan tinja, kepadatan hunian, sarana pembuangan limbah, sampah) terhadap kejadian diare pada anak balita di Indonesia.
Variabel lain seperti pendidikan ibu, status ekonomi, umur, jenis kelamin, ASI dan makanan pendamping ASI juga turut dianalisis. Analisis dibedakan 2 tahap yaitu untuk kelompok bayi 0-11 bulan dan kelompok anak balita 11-59 bulan. Total sampel penelitian sebanyak 26011 anak (5174 bayi dan 20837 balita) dari seluruh Indonesia dan diperoleh melalui tahapan stratifikasi, klaster dan blok sensus dengan cara linier sistematik sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.
Dari 11 variabel yang diuji pada bayi 0-11 bulan ditemukan 4 faktor yang berkorelasi signifikan dengan kejadian diare yaitu umur (4-11 bulan OR=3,10), jenis kelamin (laki-laki OR=1,42), makanan pendamping ASI (bila diberi 2,13 kali) dan ASI (tidak eksklusif OR=3,08). Analisis multivariat di identifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare adalah umur, jenis kelamin dan makanan pendamping ASI (biskuit dan makanan lainnya). Umur bayi merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian diare pada bayi.
Hasil penelitian pada balita dibuktikan faktor-faktor yang terkait signifikan dengan kejadian diare adalah faktor umur (12-23 bulan OR=1,87), faktor pendidikan ibu (rendah 2,095 kali), faktor air minum (tidak memenuhi syarat OR=1,37), faktor sarana pembuangan tinja (tidak memenuhi syarat OR=1,43), faktor kepadatan human (padat OR=1,20), faktor sampah (tidak memenuhi syarat OR=1,20). Hasil analisis multivariat diperoleh faktor risiko terkait signifikan terhadap diare adalah faktor umur, pendidikan ibu dan air minum. Uji statistik menempatkan faktor umur paling dominan pengaruhnya terhadap kejadian diare pada balita.
Faktor lingkungan terkait signifikan dengan kejadian diare pada balita, sebaliknya tidak bermakna pads bayi. Efek protelctif ASI terbukti positif melindungi bayi dari diare, tapi bersifat tidak permanen dan dapat dipengaruhi faktor lain. Pendidikan ibu mempengaruhi prilaku dan hygiene balita terhadap tingkat risiko menderita diare. Anak berusia 5-23 bulan lebih rentan menderita diare dan pada usia ini kualitas air minum menjadi faktor risiko yang perlu lebih diperhatikan.

Risk-Factors that Associated with Diarrhea Diseases among Baby and Children Age Under Five Years in IndonesiaSafe drinking water is essential for life and declared as a fundamental human right. On the other hand drinking water also had a role in the transmission of diseases, such as Diarrhea which remain a leading high rate of the illness and death among children. In Indonesia, annual mortality and morbidity rate from diarrhea for children under age 5 years (per 1000 population) are 15.3% and 26.13%. At the other side lack of provide safe water supply indicated only 19% people served with pipe, the others 1.4 % drink from hotted water and 60% people have no access to safe water.
Looking at a wide range of drinking water problems and distribution of diarrhea diseases in communities, assumed there were association between the water and the diseases. Based on theory that diarrhea can be caused by multifactors, the research is looking forward to identify risk factors that influenced Diarrhea diseases among chidren age under 5 years in Indonesia Secondary source data of Susenas 2001 (National Social Economic Survey) is taken from National Institute Health Research Development of Ministry of Health of Republic of Indonesia.
Cross sectional-analysis study has been carried to investigate the association of the environmental health risk factors (drinking water, excreta disposal and wastewater facilities, family size and domestic waste) with diarrhea case among children age under 5 years in Indonesia. The other variables such maternal education, economic-status, age, sex, breast-feeding and baby supplement food are also investigated as risk factors of diarrhea. Stratified, cluster and bloc-sensus methods with systematic tinier sampling was used to get sample Total sample are 26011 people (5174 babies and 20837 children) from all area in Indonesia.. Data was carried out in univariate, bivanate and multivariate analysis The same analysis is applied on two different groups. First analysis is for population of babies age 0-11 months and the other is young children age 12-23 months.
Of the 11 variables tested on group of babies 0-11 months, the result of the study had indicated 4 risk factors (age (5-7 months OR-3.10), sex (man-OR-I.42), breast-feeding (ungiven-OR 3.08) and baby's supplement-food (given-OR-2.13) significantly correlated with diarrhea Furthermore, multivariate analysis had shown that the age of the baby is the most dominant factor, together with sex and supplement food factors are statistically has significant association with diarrhea.
On young children population, the study had identified that risk factors significantly associated with diarrhea are drinking water (unhealthy-OR-1.37), excreta disposal facilities (unhealthy-OR= 1.43), family density (crowded-OR-1.20), domestic-waste (unhealthy-OR-I.26), maternal-education (low-OR=2.095) and age (12-23 months-OR-1.87). Multivariate Analysis had determined that drinking water, maternal-education and age risk factors are statistically influenced diarrhea diseases. The most dominant factor is age.
Finally the study had identified environment risk factors is significant associated to diarrhea among the children, but not for the newborn-babies. Breast-feeding protection effect are identified positive preventing baby from diarrhea diseases, but it is not permanently and can be influenced by the other factors. Maternal-education factor had a role to influence children behavior and hygiene that related to risk possibility of suffering diarrhea. Children, who are age between 5-23 months, has been indicated more sensitive of suffering diarrhea diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Purnamawati
"Latar Belakang. Rotavirus merupakan penyebab terbesar dari penyakit diare akut pada anak balita. Gejala klinis yang ditimbulkan yaitu diare, demam, muntah, nyeri perut, dan dehidrasi. Berdasarkan hasil penelitian di dua kota tahun 2007, ditemukan 47% Rotavirus sebagai penyebab diare akut di RS Hasan Sadikin, Bandung, sedangkan di RS Dr Sardjito, Yogyakarta ditemukan 32%. Biaya pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya Rotavirus sangat mahal pada laboratorium tertentu saja. Belum diketahui kemampuan mendeteksi diare yang disebabkan Rotavirus berdasarkan beberapa gejala klinis dan karakteristik anak balita dengan diare akut.
Objektif. Mengeksplorasi model prediksi untuk diagnosis diare yang disebabkan infeksi Rotavirus pada anak balita dengan diare akut dengan berdasarkan informasi gejala klinis dan karakteristik anak.
Metode. Analisis dilakukan dengan menggunakan subsampel data penelitian utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI yang berjudul "Identifikasi dan Uji Resistensi Mikroorganisme Penyebab Diare Pada Anak Balita di Indonesia tahun 2011". Data anak balita dengan diare yang dirawat di Rumah Sakit Umum Serang selama tahun 2012 dikumpulkan melalui kuesioner. Selain gejala klinis dan karakteristik anak, dikumpulkan juga sampel tinja untuk dilakukan pemeriksaan adanya Rotavirus dengan metode Real-Time PCR.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala demam, kondisi tinja cair dan karakteristik anak (meliputi umur balita dan tidak diberi ASI) dapat digunakan untuk memprediksi adanya infeksi Rotavirus pada anak balita dengan diare akut. Model prediksi untuk nilai duga positif terjadinya infeksi Rotavirus pada anak diare akut sebesar 71,43%, berdasarkan gejala klinis (meliputi demam dan kondisi tinja cair) dan karakteristik anak (umur balita dan tidak diberi ASI). Pada anak diare akut yang mengalami gejala demam, kondisi tinja cair, umur 1-12 bulan, dan tidak diberi ASI, dugaan penyebab diare akut adalah rotavirus dengan peluang sebesar 82,1%.
Simpulan dan Saran. Karakteristik anak dan beberapa gejala klinis dapat digunakan untuk menduga penyebab diare akut yang disebabkan Rotavirus. Mendasari hasil penelitian disarankan agar anak diare yang diikuti dengan demam dan kondisi tinja cair, perlu mendapat penanganan segera dengan diawali rehidrasi dan dapat dijadikan masukan bagi kebijakan dalam tatalaksana diare akut yang disebabkan Rotavirus.

Background. Rotavirus is the common cause of acute diarrheal disease in children under five years old with the several clinical symptoms such as watery stool, fever, vomiting, abdominal pain and dehydration. Based on the previous studies, the prevalence rotavirus among underfive children between 32% and 47% at two hospital in the two cities in the year 2007. Laboratory cost for examining Rotavirus is very expensive. Until now, we don?t know how accurate to predict Rotavirus as a cause of acute diarrhea among underfive children based on the information of clinical symptoms and children?s characteristics.
Objectives. The aim of this study is to explore the prediction model for diagnosing Rotavirus diarrhea among underfive children by clinical symptoms and other characteristics.
Methods. Using data from the main study of ?Identification and resistance analysis of microorganism causing diarrhea among children under five years old in Indonesia? was analyzed?. The study collected data from the questionnaire and also specimens in Serang Hospital in 2012. The analyses were completed by laboratory data from the specimens by Real-Time PCR.
Results. The results of the study found that fever, watery stools and age under 12 months without having breastfeeding can be used as prediction model of Rotavirus infections among children with acute diarrhea. The prediction model of positive predictive value of Rotavirus infection of acute diarrhea is 71,43%. The positive predictive value is fulfilled from clinical symptoms including fever and watery stools and toddlers without having breastfeeding. Children presenting acute diarrhea with fever, watery stools, age under 12 months and no breast feeding had the prediction value 82,1%.
Conclusion and recommendation. Characteristics and clinical symptoms of children underfive might be used to predict diarrhea caused by Rotavirus. Rehydration of acute diarrhea of Rotavirus infection is important step in management of acute diarrhea among underfive children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wempi Aronggear
"Perumahan yang sehat merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, memberikan rasa nyaman, menjamin kebebasan dari kemungkinan-kemungkinan penyebaran penyakit terutama penyakit yang ditularkan lewat udara antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Penyakit Infeksi Saluran Pernasapan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, tercatat 40 - 60% kunjungan Puskesmas ialah oleh penyakit ISPA dan angka kematian ISPA masih tinggi pada Balita. Sementara angka kesakitan pada bayi 42,4% dan pada Balita 40,6%. ISPA merupakan salah satu dari 10 penyakit penyebab utama kesakitan dan kematian di Desa Yiwika Kecamatan Kurulu Kabupaten Jayawijaya, tercatat angka penyakit ISPA pada Balita tahun 1990/1991 untuk seluruh Kabupaten Jayawijaya 28,41% dan Puskesmas Kurulu sebagai obyek penelitian sebesar 37,47% dan pada tahun 1991/1992 terjadi penurunan menjadi 30,11% tetapi untuk semua golongan umur < 1 -=> 45 tahun, menunjukkan peningkatan menjadi 2.152 dibanding tahun sebelumnya 1990/1991 sebesar 1.273, berarti kenaikan 59,15%. Demikian penyakit ISPA pada umur Balita jauh lebih tinggi daripada golongan umur 5 -=> 45 tahun. Tingginya angka kematian bayi dan Balita lebih banyak terdapat di daerah rural pedalaman Irian Jaya, disebabkan karena masyarakat hidup dalam lingkungan perumahan tradisional dengan kondisi yang sangat sederhana, serta iklim yang tidak mendukung.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan rumah, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA. Manfaat penelitian adalah untuk memperoleh masukan-masukan untuk menentukan kebijaksanaan dalam program pemberantasan penyakit ISPA terutama dalam program preventif dan promotif, serta untuk membantu pemerintah dalam perencanaan program pemukiman dan pembangunan rumah sehat di daerah tersebut.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik penelitian survei analitik dan desain "Cross Sectional Study" dengan melakukan pengukuran variabel lingkungan perumahan tradisional, wawancara, pengamatan dan observasi terhadap adanya kernungkinan sumber penularan dalam rumah. Populasi mengacu pada rumah-rumah yang dihuni oleh Balita yang memenuhi persyaratan. Pemilihan sampel menggunakan "Cluster Sampling", dan menghasilkan 105 sampel dari jumlah populasi sebesar 345.
Hasil penelitian menunjukkan bahwavariabel independen luasventilasi dan sumber penularan sebagai faktor lingkungan fisik, berhubungan bermakna secara statistik (uji chi square p < 0.05) dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita. Dernikian juga variabel pendidikan ibu, berhubungan secara bermakna dengan kejadian ISPA pada Balita (uji chi square p < 0.05). Pada seluruh sampel, jumlah sinar matahari masuk ke rumah dibawah 20 fc (footcod) yaitu jumlah yang sangat kurang.
Dari hasil studi disarankan untuk menciptakan model tempat tinggal orang Dani yang sehat secara kualitas maupun kuantitas ruang, agar keseluruhan aktifitas dapat dilakukan sebagaimana layaknya suatu kehidupan rumah tangga yang sehat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiku Bakti Bawono Adisasmito
"Penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di RS merupakan topik yang sering diteliti secara akademik di bidang kesehatan masyarakat. Penelitian berupa systematic review terhadap 18 penelitian akademik FKM UI yang dilakukan pada tahun 2000-2005 dengan 3884 (kisaran 65-500) subyek penelitian bertujuan untuk melihat faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia. Data yang dikumpulkan dianalisis secara univariat dan bivariat. Sebagian besar penelitian menggunakan literatur diare lama berasal dari buku, bahan dari depkes dan penelitian sebelumnya berupa skripsi dan tesis. Semua alat ukur yang digunakan dalam 18 penelitian tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan jamban. Faktor risiko diare menurut faktor ibu yang bermakna adalah: pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu. Faktor risiko diare menurut faktor anak: status gizi, dan pemberian ASI eksklusif. Faktor lingkungan berdasarkan sarana air bersih (SAB), yang lebih banyak diteliti adalah jenis SAB (rerata OR=3,19), risiko pencemaran SAB (rerata OR=7,89), sarana jamban (rerata OR=17,25). Berdasarkan hasil uji t ada dua variabel yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skripsi dan tesis yaitu jumlah variabel independen dan jumlah referensi yang digunakan. Kesimpulan penelitian ini: faktor risiko diare yang paling banyak diteliti adalah faktor lingkungan. Kualitas penulisan akademik yang direview belum memadai.

Diarrhea Risk Factors of Infant and Children Under Five Years in Indonesia: A Systematic Review of Public Health Academic Studies. Diarrhea is one of the national public health problems most researched academically in the school of public health. This systematic review research aimed at exploring risk factors of diarrhea involved 18 academic products in the form of graduate thesis and undergraduate final academic paper of School of Public Health University of Indonesia in the year 2000-2005. The subjects (3884, ranging from 65 to 500) of these academic research products were mothers, infants, and children under age of 5. Data were analyzed univariate & bivariate. Most of the literatures used as reference in these research were old diarrhea reference books, publication from Ministry of Health and previous academic research results (i.e. thesis and final academic paper). None of the research instruments reviewed was tested its validity and its realibility. Risk factors most researched were related to environmental factor, i.e. clean water & toilet. The significant mother?s risk factors were knowledge, behaviour and hygiene. The significant children?s risk factors were nutritional status & brestfeeding. Environmental risk factors associated with access to clean water were source of clean water (average OR=3.19), risk of being contaminated (average OR=7.89), and ownership of the clean water source (average OR=17.25). By t-test, the differences between thesis and undergraduate final academic paper were number of independent variables & literature references used. Overall, the quality of academic research products is not sufficiently qualified."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Setiadi Dharmawan
"Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak di negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terjadi 1,3 milyar episode diare pada balita dengan insidens paling tinggi usia di bawah 2 tahun. Pada tahun 2003, di negara berkembang terdapat 1,87 juta anak di bawah 5 tahun meninggal akibat diare dan 80% terjadi pada usia di bawah 2 tahun. Anak usia di bawah 5 tahun mengalami sekitar 3 episode diare per tahun namun di beberapa daerah terdapat 6-8 episode diare per tahun. Departemen Kesehatan RI melaporkan, di Indonesia setiap anak rata-rata mengalami diare sebanyak 1,6-2 episode per tahun.
Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab diare cair maupun diare berdarah akut. Bakteri yang sering menyebabkan diare akut pada anak di negara berkembang antara lain; Escherichia coli (10-20%), ShigelIa (10-15%), CampyIobacter jejuni (5-15%), Vibrio cholera (5-10%) dan Salmonella (1-5%). Ariyani (1996-1997) menemukan E.coli 1-5 sekitar 14,1% sebagai penyebab tunggal diare terbanyak setelah infeksi tunggal rotavirus (18,8%).
Antibiotik sering digunakan dokter pada kasus diare akut tanpa indikasi yang jelas. Purnomo dkk melaporkan sebanyak 27,5% dokter umum di Puskesmas dan praktek swasta di Jakarta Timur memberikan antibiotik pada penderita balita dengan diare akut. Dwipurwantoro dkk melaporkan dari 3 rumah sakit swasta Jakarta, dari 67 pasien diare akut yang dirawat sebanyak 55 anak (82,1%) mendapat antibiotik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentine
"Deteksi dan identifikasi rotavirus A menggunakan sampel feses anakanak penderita diare di Denpasar, Jakarta, Makassar, Mataram, dan Yogyakarta dilakukan di Bacterial Diseases Program US NAMRU-2, Jakarta, dari Februari hingga Mei 2008. Penelitian bertujuan mengetahui keragaman genotipe rotavirus A di Indonesia, khususnya di daerah penelitian. Responden penelitian adalah 1.726 anak berusia 1 hingga 71 bulan, terdiri atas 39,28% anak perempuan dan 60,25% anak laki-laki penderita diare yang berobat ke puskesmas atau rumah sakit dari September hingga Desember 2007. Metode deteksi dan identifikasi yang digunakan adalah seminested-multiplex RT-PCR. Deteksi terhadap rotavirus A menghasilkan prevalensi sebesar 56,89% (982 dari 1.726 sampel). Prevalensi rotavirus A pada anak perempuan (39%) lebih rendah dibandingkan prevalensi pada anak laki-laki (60,49%), dengan anakanak dalam kelompok umur 1-12 bulan memiliki prevalensi tertinggi (63,14%) dan terdapat kecenderungan penurunan prevalensi pada kelompok umur yang semakin besar. Identifikasi genotipe rotavirus A menghasilkan 5 tipe gen pengkode VP7 (genotipe G1, G2, G3, G4, dan G9) serta 6 tipe gen pengkode VP4 (genotipe P[4], P[6], P[8], P[9], P[10], dan P[11]), dengan prevalensi kombinasi genotipe tertinggi (11%) adalah G1P[8]."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyono
"LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penyakit diare akut atau gastroenteritis akut merupakan satu penyakit penting di Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Fenomena ini tercermin dalam laporan rumah-rumah sakit mengenai angka kesakitan dan kematian penderita diare di Bangsal Anak yang jauh melebihi penderita penyakit lain, yaitu sebanyak masing-masing 20 - 40 % dari jumlah bayi dan anak yang dirawat dan 10 - 20 % dari jumlah penderita diare yang dirawat.
Pada tahun 1967 dirawat sebanyak 2.085 penderita diare di Bangsal Anak R S Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta yang merupakan 37,2 % dari seluruh penderita anak (5.606) yang dirawat pada masa itu. Pada tahun 1974 dirawat sebanyak 1.233 anak dengan diare di bangsal yang sama, yaitu 27,2 % dari seluruh penderita anak (4.529) yang dirawat.
Pada Seminar Nasional Rehidrasi ke-I tahun 1974 dilaporkan tentang suatu penelitian longitudinal dan menyebutkan serangan diare dalam komunitas ialah 400 per tiap 1.000 penduduk setiap tahun dan kebanyakan (70 - 80 %) terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (Brotowasisto,. 1975). Banyak faktor, di antaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosioekonomi, edukasi akan menentukan jumlah serangan diare ini. Walaupun hanya sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan seperlunya.
Pada tahun 1975 diperkirakan terdapatnya sebanyak 500 juta serangan diare pada anak Asia, Afrika dan Amerika Latin yang mengakibatkan 5 sampai 18 juta kematian (Rohde dan Northrup, 1976). Angka kematian kasus diare yang dirawat di rumah sakit (sebelum tahun 1974) masih sangat tinggi, yaitu di atas 15 % di pelbagai rumah sakit di Indonesia; Sutejo dkk. (1961) melaporkan kematian sebesar 20,2 %; bahkan sampai tahun 1974, sebelum diadakan Seminar Nasional Rehidrasi ke-I pada tahun 1974, angka kematian masih tinggi seperti dilaporkan oleh Taslim dkk. (1974) sebesar 26,4 %; demikian Pula angka kematian oleh sebab diare karena Kolera seperti. dilaporkan oleh Ismoediyanto dan Haroen Noerasid (1963) sebesar 46,2 %.
Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut, Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 %; diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian; maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0,9 % dimodifikasi dengan menambahkan Nalaktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 % menjadi 20,2 % (Sutejo dkk., 1961)."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Nuraini
"Penyakit diare akut masih merupakan masaiah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Rotavirus merupakan penycbab utama gastroenteritis pada bayi dan anak-anak serta menyebabkan dehidrasi yang serius. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air susu ibu secara ekslusif meningkatkan sistcm imunitas pada bayi berusia 4 - 6 bulan berkaitan dengan pcnyakit diare. I-Iubungan ini tidak konsisten pada infeksi rotavirus namun sangat kuat hubungannya pada intbksi non virus seperti bakteri. Pemberian air susu ibu hanya dapat menurunkan ringkat keparahan diare yang disebabkan rotavirus.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemberian air susu ibu dengan keparahan diare rotavirus pada anak-anak 0 - 24 bulan di Rumah Sakit Mataram September 2005-Desember 2007 setelah dikendalikan oleh faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, adanya infeksi lain, terapi di rumah, proses rehidrasi di rumah sakit, mjukan umuk rawat inap dan rawat inap.
Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari kuesioner yang merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan NAMRU-2 Jakarta yang bekeija sama dcngan Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Departemen Kesehatan Rl dan Rumah Sakit Mataram, Lombok. Populasi studi sejumlah 739 orang adalah pasien yang menderita diare rotavirus yang bcrumur 0-24 bulan di RSU Mataram Lombok antara bulan September 2005 sampai bulan Desember 2007. Hubungan pemberian air susu ibu dcngan keparahan diarc rotavirus ditentukan dengan anlisis mullmle logistic regression menggunakan perangkat STATA 9,0.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prcvalcnsi diare rotavirus pada anak-anak usia 0 - 2 tahun yang memberikan sampel dan data yang lcngkap di RS Mataram adalah 64,l3%. Sebelum dikendalikan oleh variabel-variabel lainnya terlihat bahwa anak-anak yang mendapat ASI mempunyai kemungkinan untuk terjadinya diare parah 20% lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan ASI (ORcrude=0,80; 95%CI 0,53-l,22. Variabel lain yang mempengaruhi untuk tenjadinya keparahan diare rotavirus adalah rawat inap, terapi dirumah dengan ORS dan/lanpa antibiotik/obat diare dan tempi dengan antibiotik dan/tanpa obat diare serta pendidikan ibu. Setelah dikendalikan oleh variabel tersebut di atas ditemukan bahwa kemungkinan anak-anak yang mendapat ASI akan menjacli parah adalah 26% lebih rendah (ORu¢#us!ea'=0,74; 95%CI 0,46-l,l9) dari anak-anak yang tidak mendapat ASI. Genotipe predominan untuk tipe G adalah G1 (l9,35%), G2 (20,03%) dan G4G9 (40,l9%) sedangkan untuk tipe P adalah P[4] (l9,35%), P[6] (1l,34%) dan P[8] (48,7I %).

Acute dirrheae is a major health problem a worldwide. Rotavirus has become a predominant cause of gastroenteritis to infant and children which also causes severe dehydration. Some studies suggested that exclusive breastfeeding increased immunity related to diarrheaeof infant aged 4-6 months old. This association is inconsistent between breasfeeding and rotavirus infection, however strong association between breasfeeding and nonviral infection, such as bacteria infection. Nevertheles, brcastfeedeng reduces the severity of diarrlteae caused by rotavirus infection.
The object of this study is to determine the association between breastfeeding and the severity of diarrheae caused by rotavirus in children aged 0-24 months old at Mataram General Hospital in the period of September 2005 through December 2007, with control measures of age, sex, educational background of mother, presence of other gastroenteritis infection, home medication, rchydration process at the hospital, hospital referral and hospitalization.
Design of this study is across sectional using secondary data from questionares which are a part of a collaborative study conducted by US Naval Medical Research Unit No. 2 (US NAMRU-2), Biomedical and Pharmaceutical division of' Indonesia National Institution Health Research and Development, and Mataram general hospital at Lombok. The total of study population was 739 children aged 0-24 months old with diarrheae caused by rotavirus, who were pediatric patients at Mataram general hospital, I .ombok, September 2005-December 2007. The association between breasfeeding and the severity of dianheac was dtermined using multiple logistic regression with the application of STA'l`A 9.0 soltware (Stata Corp, Texas, USA).
Analysis result suggested that the prevalence in our study population was 64.13%. Prior to the control measures application of other variables, it was concluded that children who were breasfed had the tendency to develop severe diarrheae 20% less than children who were neverbreasfed (Orcrude=0.80; 95%: Cl 0.53-1.22. Other variables which had effect on the diarrheae severity were hospitalization, home medication using oral rehydration solution (ORS) with or without antibiotics or anti diarrhea, and educational bacground of mothers. After those control measured were applied, it was concluded that children who were breasfed tended to develop severe diarrhea 26% less than children who were never breasfed (OR adjusted=0.74; 95% Cl: 0.46-l.l9). Predominant genotype for G-type rotavirus were G4G9, G2, and G1 with 40.l9%, 20.03%, and 19.35% respectively, meanwhile for P-type rotavirus were P[8], P[4], and P[6] with 48.7l%, l9.35%, and l l.34% respectively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34536
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni
"Diare merupakan penyebab utama kematian balita usia di bawah 5 tahun di Indonesia. Mikroorganisrne penyebab utama sebagian besar penderita diare akut adalah rotavirus. Diare akut dapat menyebabkan kematian dikarenakan keparahan gejala klinis yang dialami penderita seperti dehidrasi, muntah dan demam. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi gejala klinis terhadap penyebab diare akut rotavirus di Kota Mataram tahun 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan disain studi cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan faktor gejala klinis yang paling dominan dalam memprediksi penyebab diare akut rotavirus adalah dehidrasi, muntah dan demam. Umur merupakan faktor resiko yang rnempengaruhi kejadian diare akut rotavirus. Uji diagnostik gejala klinis diare akut rotavirus terhadap gold standar PCR rotavirus menunjukan bahwa pada balita yang mengalami diare dengan penyebab rotavirus dan berumur 1-5 bulan 81 % dapat diprediksi melalui gejala klinis demam (sensitivitas 81%). Sedangkan untuk balita yang mengalami diare akut dengan penyebab rotavirus dan berumur 6 -11 bulan 83% (sensitivitas 83%) dapat diprediksi melalui gejala klinis muntah. Sedangkan kombinasi gejala klinis balita yang mengalami diare akut dengan penyebab rotavirus dan berumur 6 - 11 bulan 79 % (sensitivitas 79%) dapat dideteksi melalui kombinasi gejala klinis dehidrasi dan muntah.
Kesimpulan: gejala klinis dehidrasi, muntah dan demam dapat memprediksi diare akut rotavirus.

Diarrhea is a major cause of death of children under 5 years in Indonesia. The main microorganisms that cause acute diarrhea is rotavirus. The death of patients with acute diarrhea is due to the severity of clinical symptoms such as dehydration, vomiting and fever. This aim of this studyis to predict the clinical symptoms related with acute diarrhea which rotavirus as a single causative agent. Population of this study were acute diarrheal patients from Mataram in 2009. The research method used was quantitative with a cross sectional study design.
The results showed that clinical factors which can be used to predict that rotavirus as a causative agent are dehydration, vomiting and fever. Age is a risk factor affecting the incidence of acute rotavirus diarrhea. Diagnostic test of clinical symptoms and the gold standard PCR showed that 81% cases of rotavirus diarrhea on infant aged 1-5 months can be predicted by clinical symptoms of fever. As for the toddler who suffered from acute diarrhea by rotavirus (age 6 -11 months), 83% cases can be predicted by clinical symptoms of vomiting. Moreover, the combination of clinical symptoms (dehydration and vomiting) could detect 79% infants (6-11 months) who had acute rotavirus diarrhea.
Conclusion: The clinical symptoms of dehydration, vomiting and fever can be used to predict acute rotavirus diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>