Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gesang Lilihaning Tyas
"Tesis ini membahas Hubungan Tekanan Panas dan Beban Kerja dengan Kelelahan Pekerja sebagai tinjauan terhadap Nilai Ambang Batas Iklim Kerja yang tertuang dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/Men/1999 yang merupakan adopsi dari ACGIH 1996, dimana dalam satu dasawarsa pemberlakuannya banyak pengusaha di Indonesia mengeluhkan penerapannya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang.
Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu adanya peninjauan kembali dan penelitian ilmiah yang lebih mendalam terkait dengan variabel ? variabel lain yang berkontribusi terhadap Nilai Ambang Batas Iklim Kerja yang tertuang dalam Kepmenakertrans No. 51 tahun 1999.

This thesis explores the relationship of Heat Stress and Workload to Worker Fatigue with a review of the Threshold Limit Values for Heat Stress as stated in the Ministry of Manpower Decree No. Kep-51/Men/1999 which is the adoption of the ACGIH in 1996, where in one decade is implemented, many entrepreneurs in Indonesia complained about its application. This research is quantitative research with cross sectional design.
The results suggest that there should be judicial review and a more in-depth scientific research related to the other variables that contribute to the Threshold Limit Values for Heat Stress, which is covered in Kepmenakertrans No. 51 years old in 1999.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31414
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meivita
"Latar belakang dan tujuan: Tekanan panas merupakan masalah penting dalam industri manufaktur. Paparan tems menerus akan menyebabkan kelelahan. Kelelahan kerja berkepanjangan yang berlangslmg minimal enam bulan tanpa pemulihan yang optimal, akan menyebabkan kelelahan kronis, da.n selanjutnya akan mengakibatkan penurunan kernampuan kelja dan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tekanan panas dan kelelahan kronis Serta faktor-faktor lain yang berhubungan pada peke1ja bagian produksi di perusahaan pemintalan benang PT "X" Karawang.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana secara manual. Data dikumpulkan melaiui kucsioncr rncngcnai lcaraktcristik pekcija dan masa kclja, kucsioncr kclclahan (SSRT dari IFRC), pengukuran tinggi dan berat badan, dan penilaian Indeks Suhu Bala dan Basah untuk mengukur tekanan panas, serla pengukuran intensitas bising dengan sommd level meter oleh dinas kesehatan.
Hasil: Prevalensi kelelahan kronis pada pekelja di bagian produksi adalah 68,8%. Prevalensi kelelahan kronis di bagian dengan tekanan panas Iebih dari 30°C sebesar 84,0%, dan tekanan panas kurang atau sama dengan 30°C sebesar 4O,9%. Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lcbih dari lima tahun, usia lcbih dari 30 tahun dan IMT tidak normal merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan tcljadinya kclelahan kronis. Tckanan panas Iebih dari 30°C mcningkatkan resiko kelelahan kronis 40,28 kali lipat (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;2l8,5, p = 0,000). Masa kerja Iebih dari 5 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 7,6 kali lipat (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p >= 0,011). Usia Iebih dari 30 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 6,7 kali lipat (Adj OR 6,69, 95% CI:1,37;32,54, p = 0,0l9). IMT tidak normal meningkatkan risiko kelelahan kronis 4,5 kali lipat (Adj OR 4,45, CI: l,3l;I5,l8, p = 0,01 7).
Kesimpulan: Prevalensi kelclahan kronis pada pekezjaan di bagian produksi adalah 68,8% dan Iebih banyak terjadi pada pekerja terpajan panas Iebih dari 30°C Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lebih dari lima tahun, usia Iebih dari 30 tahun dan [MT tidak normal didapat berhubungan dengan terjadinya kelelahan kronis.

Background and Aim: Heat stress is an important problem in manufacturing industry. Continues exposure can cause fatigue. Long lasting fatigue for minimally six months without optimal recovery will produce chronic fatigue. Which at the end will decrease working capability and productivity. This study aim to assess the relation between heat stress and others related factors with chronic fatigue in production workers at yarn manufacture "X" Karawang.
Methods: A cross sectional study was used. Sample was selected by manual simple random method. Data were collected through questionnaire that covered workers characteristics and working variables , fatigue questionnaire (SSRT trom IFRC), measurement of body height and weight, and Wet Bulb Globe Temperature Index for measuring heat stress, and noise level mesurement with Sound Level Meter by Local Health Office.
Result: The prevalence of chronic fatigue in production worker was 68.8%. The prevalence of chronic fatigue in area with heat stress >30°C was 84.0%, while in areas with heat stress S30 C it was 40.9%. Heat stress >3o°c, working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were risk factors to chronic fatigue. Heat stress >30°C increases chronic fatigue risk by 40,28 times (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;218,5, p = 0,000). Working period >5 years increases risk by 7,6 time (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p = 0,011). Age >30 years old increases risk by 6,7 times (Adj OR 6,69, 95% CI: l,37;32,54, p = 0,019). Abnormal BM] increases risk by 4,5 times (Adj OR 4,4S, CI: 1,31;l5,l8, p = 0,017).
Conclusion: The overall chronic fatigue prevalence was 68.8%. Heat stress >30°C, Working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were related with chronic fatigue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T29203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iftitah Putri Haditia
"Lingkungan kerja dengan suhu tinggi merupakan salah satu faktor terpenting yang berdampak pada keselamatan kerja. Terdapat beberapa lingkungan kerja yang bersuhu tinggi dalam aktivitas industri maupun konstruksi di Indonesia. Bekerja di lingkungan yang panas dengan beban kerja yang berat tidak hanya sangat berbahaya bagi kesehatan pekerja, tetapi juga akan berakibat pada menurunnya tingkat konsentrasi dalam pelaksanaan kerja yang menyebabkan kecelakaan. Dalam penelitian ini, faktor suhu lingkungan dan beban kerja akan dianalisis untuk mengetahui pengaruh kedua faktor tersebut dan interaksinya terhadap konsentrasi pekerja. Pengkondisian suhu tinggi lingkungan kerja dilakukan di Heat and Cold Room Ergonomics Centre Universitas Indonesia. Sedangkan pembentukan beban kerja sesuai kategori yang diinginkan diidentifikasi melalui Fitmate Med. Uji inspeksi visual untuk mengetahui tingkat konsentrasi dilakukan pada setiap kombinasi perlakuan tekanan panas dan beban kerja yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kemampuan inspeksi visual menurun dimulai pada pemberian suhu 29,4 oC dan beban kerja kategori berat.

Thermal environment and workload factor are most important factors that have impact on worker‟s safety. There are many hot environment in the field of manufacture and construstion activities in Indonesia. Working in hot environment with heavy workload not only can extremely do harm to human body health, but also probably decrease level of concentration in the execution of the work that caused accident. In this study, heat stress and workload factors will be anayzed to determine the effect of both factors and their interactions to the concentration of workers. High temperature of environment conditioning conducted in Heat and Cold Room Ergonomics Centre, Uniersity of Indonesia. While establishment of the workload category identified through Fitmate Med. Visual inspection test to determine the level of concentration made on any combination of heat stress and workload. The results showed that the decrease in ability of visual inspection begins at 29,4 oC temperature and heavy workload category.

Thermal environment and workload factor are most important factors that have impact on worker‟s safety. There are many hot environment in the field of manufacture and construstion activities in Indonesia. Working in hot environment with heavy workload not only can extremely do harm to human body health, but also probably decrease level of concentration in the execution of the work that caused accident. In this study, heat stress and workload factors will be anayzed to determine the effect of both factors and their interactions to the concentration of workers. High temperature of environment conditioning conducted in Heat and Cold Room Ergonomics Centre, Uniersity of Indonesia. While establishment of the workload category identified through Fitmate Med. Visual inspection test to determine the level of concentration made on any combination of heat stress and workload. The results showed that the decrease in ability of visual inspection begins at 29,4 oC temperature and heavy workload category.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1929
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anneke Samuel
"Kelelahan kerja adalah masalah yang umum terjadi di bidang industri yang dapat disebabkan oleh aktivitas fisik dan mental. Kelelahan kerja merupakan salah satu masalah  dalam industri pertambangan di mana industri ini menuntut pekerja dapat bekerja dengan aman. Sekitar 32% pekerja di seluruh dunia mengalami kelelahan terkait pekerjaan,  penelitian lainnya pada perawat rumah sakit di  Indonesia menunjukkan bahwa 54,1% mengalami kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara roster kerja, shift kerja, beban kerja dengan kelelahan pada pekerja fasilitas kesehatan industri pertambangan. Survei dilakukan untuk mengukur kelelahan dan beban kerja. Peserta direkrut dengan consecutive sampling. Kuesioner National Agency and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) dan Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) versi Indonesia digunakan untuk menilai beban kerja dan kelelahan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS. Variabel independen yang diteliti adalah beban kerja, roster kerja dan shift kerja dan variabel dependen yang diuji adalah kelelahan. Penelitian ini melibatkan 97 responden dari fasilitas kesehatan di industri pertambangan. Analisis multivariat  regresi logistik untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan terutama beban kerja dan kelelahan. Analisis multivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kelelahan, di mana beban kerja tinggi dan sangat tinggi memiliki risiko 32 kali lebih besar untuk mengalami kelelahan (aOR=32,40, nilai p <0,001, CI 6,61-158,68 dan R2 0,508).

Occupational fatigue is common in industries that are usually caused by prolonged periods of both physical and mental activity without adequate rest for recovery.  Fatigue is a significant concern in mining industry due to high-risk job in this sector that demanding workers can work safely. About 32% of workers worldwide experience work-related fatigues and another study of hospital nurses in Indonesia showed that 54.1% experienced work fatigue. This study aimed to determine the relationship between work roster, shift work, workload and fatigue in mining industry health facility workers. A survey was used to measure fatigue and workload. Participants were recruited with consecutive sampling. National Agency and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) and Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) Indonesian version questionnaire were applied to assess workload and fatigue, respectively. Data analysis was carried out using SPSS. The independent variables tested were workload, work roster and shift work and dependent variables tested were fatigue. The study involved 97 respondents from the healthcare facilities in mining industry. Multivariate and logistic regression analysis of the data assessed the associations factors especially workload and fatigue.   Multivariate analysis showed a significant relationship between workload and fatigue, where high and very high workloads had a 32 times greater risk of fatigue (aOR=32.40, p-value<0.001, CI 6.61-158.68 and R2 0.508)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Putra Nino
"Proyek konstruksi tidak terhindarkan dengan risiko pajanan panas pada setiap aktivitasnya. Berdasarkan hasil investigasi kecelakaan yang terjadi, disebabkan karena pekerja tidak fokus dan lelah saat bekerja pada siang hari. Studi ini menganalisis faktor kelelahan dan kewaspadaan akibat panas dengan potensi kecelakaan kerja yang timbul dari tindakan tidak aman saat panas pada proyek konstruksi PT X. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi berjumlah 150 pekerja, sampel yang diambil adalah random sampling dengan total 121 pekerja. Pengumpulan data responden menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini adalah 51% pekerja berpotensi mengalami kecelakaan atau cidera akibat tindakan tidak aman saat terik. Beban kerja, kejadian tekanan panas, keluhan subyektif berhubungan dengan kelelahan akibat panas (p value 0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan Kelelahan dan kewaspadaan berhubungan dengan potensi kecelakaan (p value <0,05). Diharapkan manajemen perusahaan melakukan harus menetapkan instruksi kerja pengendalian pajanan panas yang meliputi identifikasi risiko, rencanan pengendalian, pemenuhan sarana dan prasarana pengendalian pajanan panas dan edukasi pekerja secara rutin.

Construction projects are unavoidable with the risk of heat exposure in every activity.Based on accident investigation, the accidents was caused by workers not being focused and tired while working during the day. This study analyzes the factors of fatigue and alertness due heat stress with potential accidents arising from unsafe actions when heat exposure on Dam construction project PT. X. The research design used in this study is cross-sectional. The population is 150 workers, and sample taken is random sampling with 121 workers . Respondent data collection using a questionnaire. Data analysis used the Chi-Square test. The results of this study are that 51% of workers have the potential to accidents or injuries due to unsafe actions when exposed to heat. Workload, heat stress events, subjective complaints related to fatigue (p value 0.05). From this study it can be concluded that fatigue and alertness are associated with potential accidents (p value <0.05). Management of the company must establish work instruction for controlling heat exposure which includes risk identification, control plans, control facilities and infrastructure, and routine education project workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yulianto
"Latar Belakang.Pekerja yang terkena paparan panas selama bekerja dapat menyebabkan kelelahan jika asupan cairan tidak cukup. Pekerja laki-laki di bagian fabrikasi dan persiapan bahan terpapar panas dalam bekerja sehingga berisiko mengalami kelelahan.Memastikan bahwa pekerja dalam lingkungan panas cukup terhidrasi dengan baik adalah salah satu cara yang paling efektif untuk melindungi kesehatan dan keselamatan kerja, serta meningkatkan produktivitas.Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh konsumsi minimal 2 liter air minum dalam 8 jam terhadap penurunan kelelahan kerja akibat terpapar tekanan panas.
Metode Penelitian.Desain penelitian one group before and after design, dengan intervensi pemberian air minum minimal 2 liter dalam 8 jam kerja pada pekerja. Subjek berjumlah 34 orang. Subyek mempunyai kriteria inklusi masa kerja ≥ 1 tahun dan tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes, paru, ginjal, darah dan jantung. Kriteria ekslusinya adalah tidak dalam kondisi sakit ≤ 1 bulan terakhir. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, pengamatan intervensi, dan kelelahan diukur menggunakan alat reaction timer.
Hasil. Hasil pengukuran tekanan panas rata-rata pada bagian fabrikasi dan persiapan bahan yaitu 32,9OC ISBB, RH 61,8%. Rerata kecepatan waktu reaksi sebelum bekerja adalah 253,6 mili detik sedangkan rerata kecepatan waktu reaksi setelah bekerja adalah 235.3 mili detik. Hal ini menunjukkan adanya penurunan. Dari hasil analisis perbedaan kecepatan reaksi sebelum dan sesudah intervensi menggunakan Wilcoxon test, didapat hasil signifikan (0,011 < 0,005). Untuk mengetahui penurunan kelelahan akibat intervensi dianalisis dengan Rank Pearson test, didapat hasil signifikan dengan kekuatan korelasi sedang (p=0,000, r= -0,616).
Kesimpulan.Hipotesis terbukti bahwa pemberian air minum minimal 2 liter dalam 8 jam memberikan efek positif terhadap penurunan kelelahan kerja pada pekerja laki-laki di PT.P. Perusahaan perlu menyediakan air minum dalam kuantitas cukup dan pekerja disarankan minum air mineral lebih dari 2 liter dalam 8 jam untuk mengganti cairan yang hilang karena lingkungan panas.

Background. Workers who are exposed to heat exposure during work can cause fatigue if fluid intake is not sufficient. Male workers at the fabrication and preparation of materials exposed to heat in the work so that risk of fatigue. Ensuring that workers in hot environments pretty well hydrated is one of the most effective ways to protect the health and safety, and increase productivity. This study aimed to assess the effect of consumption of drinking at least 2 liters of water in 8 hours to decrease fatigue caused by exposure to heat stress.
Research Methods. The study design one group before and after design, with intervention giving at least 2 liters of drinking water within 8 hours of work on workers exposed to heat stress. Subject totaling 34 people. Subject inclusion criteria have tenure ≥ 1 year and had no history of diabetes, lung, kidney, blood and heart. Ekslusinya criteria is not in a state hospital last month ≤ 1. Data was collected through interviews using questionnaires, observations of the intervention, and fatigue were measured using a reaction timer.
Results. The results of measurements of the average heat stress on the fabrication and preparation of materials WBGT is 32.9 OC, 61.8% RH. The mean speed of reaction time before the work is 253,6 milli seconds while the average speed of the reaction time after work is 235,3 milliseconds. This indicates a decrease. From the analysis of the reaction speed difference before and after the intervention using the Wilcoxon test, the result was significant (0.011 <0.005). To determine the reduction in fatigue due to the intervention were analyzed with Pearson Rank test, the results obtained with the strength of the correlation was significant (p = 0.000, r = -0.595).
Conclusion. Hypothesis proved that the administration of at least 2 liters of drinking water within 8 hours giving a positive effect on the reduction in fatigue work on male workers in PT.P. Companies need to provide drinking water in sufficient quantity and workers are advised to drink mineral water more than 2 liters in 8 hours to replace fluids lost due to environmental heat.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Piniji Lestari
"Stres merupakan hal yang sudah menjadi fenomena di masyarakat pada saat ini. Stres dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, termasuk pekerjaan. Dalam pekerjaan itu sendiri terdapat istilah yang disebut beban kerja. Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode NASA-TLX dan SWAT. Di sisi lain juga dibuat modifikasi kuesioner stres untuk mengukur tingkat stres pekerja. Kemudian dari kedua hasil tersebut, yaitu pengukuran beban kerja dan stres pekerja dilakukan uji ANOVA untuk mengetahui adanya pengaruh beban kerja NASA-TLX terhadap stres pekerja dan pengaruh beban kerja SWAT terhadap stres pekerja.

Stress is a matter that has become a phenomenon in society at this time. Stress can be caused by a variety of things, including work. In the work itself there is a term called workload. In this study, measurement of workload have been done by using the NASA-TLX and SWAT. On the other side, stress questionnaire modification also made to measure the stress level of workers. Then from the results, that is the measurement of workload and stress workers have been done ANOVA test to determine the influence of workload NASA-TLX on worker stress and the influence of workload SWAT on worker stress."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Salsabila
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara tekanan panas dengan fatigue atau kelelahan pada pekerja di Depo LRT Jabodebek tahun 2021. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Bidang konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko fatigue. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2021 dengan melibatkan 185 Pekerja Depo LRT Jabodebek. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan panas dengan faktor risiko, yaitu faktor lingkungan, faktor pekerjaan (masa kerja dan beban kerja), faktor pakaian kerja, dan faktor individu (usia dan status gizi). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tekanan panas dan fatigue.

This research discusses the correlation between heat stress and fatigue among workers at Depo LRT Jabodebek in 2021. This study is a quantitative study with a cross- sectional design. Construction is one of the industrial sectors that has the risk of fatigue. The study was conducted in August 2021 involving 185 Depo LRT Jabodebek workers. The independent variable in this study is heat stress with risk factors, environmental factors, work factors (work period and workload), work clothes factors, and individual factors (age and nutritional status). The results showed that there was a correlation between heat stress and fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juanda
"Hubungan Karakteristik dan Beban Kerja Perawat Dengan Stres Kerja Perawat Rawat Inap Rumah Sakit di JakartaPerawat merupakan satu profesi dari pelayanan kesehatan yang berisiko tinggi mengalami stres kerja karena beban kerja yang berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat dan beban kerja dengan stres kerja perawat rawat inap rumah sakit di Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dan dilakukan pada bulan Juni 2017. Penelitian ini melibatkan 243 perawat yang bekerja di rawat inap rumah sakit di Jakarta dan dipilih berdasarkan metode random sampling. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden penelitian mengalami stres kerja ringan 65 dan mempunyai beban kerja sedang 95. Hasil uji chi square ada hubungan karakteristik status pernikahan p value = 0,002 ,masa kerja p value = 0,001 dan beban kerja p value = 0,009 dengan stress kerja. Rumah sakit diharapkan dapat lebih memberikan perhatian terhadap stres dan beban kerja para perawatnya agar dapat memberikan situasi kerja yang lebih kondusif.

Relation of Characteristics of Nurses and Workload with Nurses Job Stress In patient Unit of Hospital in Jakarta Nurse are one of the health care profession at high risk of job stress because of heavy workload. This study that aims to know the relation of workload and nurses job stress In patient Unit of hospital in Jakata.
This is a descriptif correlation research method and performed in June 2017. This study was conducted involving 243 nurses who work In patient Unit of hospital in Jakata selected by random sampling method. The data were analyzed using Univariat and Bivariat analyses.
The result showed the majority of study respondents were experiencing mild stress level 65 and moderate workload level 95. The chi square showed there was a significant correlation between marital status p value 0,002, length of work p value 0,001 and workload p value 0,009 with nurse job stress. The hospital is expected to give more attention to nurse stress and workload in order to provide more conducive work situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Ratnaning Pamungkas
"Penelitian pada 4 lokasi di area PT United Tractors Tbk. yang terdiri atas Warehouse Head Office, Yard Marketing, Workshop Jakarta dan UTR menunjukkan indeks WBGT Indoor antara 28.56°C sampai dengan 30.84°C dan indeks WBGT Outdoor antara 29.77°C hingga 29.88°C. Setelah dilakukan analisis indeks WBGT, beban kerja dan pola kerja berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011, didapatkan hasil bahwa dari 115 responden yang menjadi subyek penelitian, 25 responden (21.7%) termasuk kelompok berisiko mengalami pajanan tekanan panas. Sebanyak 110 responden (95.7%) merasakan temperatur lingkungan tempat mereka bekerja adalah panas serta 79.1% responden merasa tidak nyaman (terganggu) dengan kondisi tersebut. Seluruh responden yang menjadi subyek penelitian pernah mengalami keluhan akibat pajanan tekanan panas tetapi dengan frekuensi yang berbeda-beda. Jenis keluhan yang sangat sering (setiap hari) dirasakan oleh responden adalah banyak mengeluarkan keringat (64.3%) dan merasa cepat haus (43.5%) sedangkan jenis keluhan yang tidak pernah dirasakan oleh pekerja adalah rasa ingin pingsan (90.4%) dan kram/kejang otot perut (82.6%).

The research is conducted in 4 locations: Warehouse Head Office, Yard Marketing, Workshop Jakarta and UTR. The result of environmental monitoring showed that the WBGT indoor index range from 28.56°C until 30.84°C and WBGT outdoor from 29.77°C until 29.88°C. The measurement results of WBGT index, workload and work rate are being analyzed and compared with Permenakertrans No. 13 Tahun 2011. The comparison result showed that 25 respondent (21.7%) are including into risky group due to exposure of heat stress. 110 out of 115 respondents (95.7%) feel that their workplace is hot and 79.1% respondents feel uncomfortable with that hot conditions. Besides that, many subjective complaints due to exposure of heat stress are experienced by the workers with different frequency. The subjective complaints that experienced everyday by the workers are excessive sweating (64.3%) and quickly feel thirsty (43.5%), beside that the complaints that never being experienced by the workers are collapse (90.4%) and muscle abdominal cramps (82.6%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>