Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S10340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S10235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Erlistiana Anggraeni
"Dalam era persaingan yang sangat ketat dan akselerasi perubahan lingkungan usaha yang begitu tinggi seperti sekarang ini, perusahaan dituntut untuk mampu rnenyesuaikan diri dengan perkenibangan agar mampu bertahan dan memenangkan persaingan. Salah satu Cara untuk mencapai kondisi seperti itu adalah melakukan transformasi organisasi menuju Learning Organization. Learning Organization telah mulai didiskusikan dalam berbagai literatur sekitar tahun 1990an. Belakangan ini, telah banyak perusahaan yang menerapkan konsep Learning Organization. Honda, Motorolla, Samsung, Canon merupakan perusahaan pelopor dalam mengembangkan Learning Organization.
Learning Organization yang dikembangkan melalui sistem organisasi secara keseluruhan telah didefinisikan dari berbagai prespektif oleh beberapa ahli. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut disebutkan bahwa Learning Organization merupakan iklim organisasi yang mampu mendorong dan mempercepat individu dan kelompok untuk belajar.
Penelitian dilakukan di Bank X, bank dengan aset terbesar di Indonesia dengan jumlah karyawan lebih dari 20.000 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perusahaan telah melakukan berbagai upaya guna mendukung proses pembelajaran bagi karyawannya yang memakan waktu, biaya dan tenaga. Mengingat hal tersebut maka perlu dilakukan evaluasi guna mengetahui apakah perusahaan telah menerapkan seluruh dimensi Learning Organization pada level individu, kelompok dan organisasional, apakah ada perbedaan pandangan diantara karyawan terhadap dimensi Learning Organization di dalam perusahaan dan apakah penerapan Learning Organization telah dipahami secara merata oleh seluruh karyawan di semua level sehingga upaya perusahaan untuk mendorong proses pembelajaran di perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal.
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan Learning Organization di Bank X maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan dengan cara survei melalui kuesioner, observasi, wawancara dan Focus Group Discussion. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa organisasi dinilai telah menerapkan seluruh dimensi Learning Organization untuk seluruh anggotanya, yaitu Continuous Learning, Inquiry & Dialogue, Team Learning, Empowerment, Embedded System, System Connection dan Strategic Leardership. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam menilai setiap dimensi Learning Organization oleh karyawan di semua level. Berdasarkan hasil Focus Group Discussion, keinginan karyawan untuk memanfaatkan fasilitas yang disediakan perusahaan guns mendukung proses menuju Learning Organization masih tergolong rendah. Hal ini diketahui dari minat akses ke portal Knowledge Center, pemanfaatan modul eLearning, pemanfaatan perpustakaan dan fasilitas-fasilitas pembelajaran lainnya yang belum dilaksanakan secara optimal oleh karyawan. Hal ini dimungkinkan karena program pencerahan atau sosialisasi tentang fasilitas-fasilitas organisasi untuk mendukung terciptanya Learning Organization di Bank X belum menyentuh seluruh karyawan karena terutama ditujukan kepada manager lini menengah ke atas. Permasalahan ini disadari sebagai suatu tantangan bagi para manajer yang diharapkan dapat berperan sebagai katalisator proses pembelajaran di unit kerjanya masing-masing, mengingat peran setiap manajer adalah sebagai learning manager.

In this very tight competitive era and high acceleration of environmental change like nowadays, companies should adapt and growth in order to survive and win the competition. One of the ways to reach the said condition is to transform the organization to be a Learning Organization. Learning organization has started to be expostulated in many literatures around 1990. Lately, many companies have applied the learning organization concept. Honda, Motorola, Samsung and Canon are the exponent in developing learning organization. Learning Organization which has developed by the organizational system as a whole has been defined from various views by some experts. Those experts mentioned that learning organization is an organizational climate that capable to push and quicken the individual and group to learn.
This research is done at Bank X bank with the biggest asset in Indonesia with more than 20.000 employees spread all over Indonesia. The company have conducted various effort to support learning process for the employees which time, expense, and energy consuming. Considering the mentioned, an evaluation should be conducted in order to evaluate whether the company have applied the entire dimension of Learning Organization at individual, team/group and organizational level, whether there is any perception difference among the employee regarding the applied Learning Organization's dimension and whether Learning Organization implementation have been comprehended by the entire employees at all level so that the company's effort to push learning process can be exploited optimally.
This research is using -descriptive approach to capture the Learning Organization implementation at Bank X Research are done by questionnaire, observation, interviews and Focus Group Discussion. This research conclude that the organization have applied the entire dimension of Learning Organization for its member. Dimensions of Learning Organization consist of Continuous Learning, Inquiry & Dialogue, Team Learning, Empowerment, Embedded System, System Connection and Strategic Leadership. From this research known that there is no significance difference on evaluating each dimension of Learning Organization by the employees at all levels. Based on the Focus Group Discussion, it is known that the employees intention to exploit the facilities provided by the company to support Learning Organization still pertained low. It can be detected from employee's enthusiasm to access to Knowledge Center portal, exploiting eLearning modules, using libraries and other learning facilities optimally. It might be because of the socialization and clarifications concerning organizational facilities to support Learning Organization in Bank X are only given to middle line manager and up. This problem is realized as a challenge to all managers who expected to be the learning process motor at his/her workplace, due to manager's role as leaning manager.
To cope the problems, Learning Organization process need to be improved by providing learning facilities which easily accessed by the employees at Head Office and branches, forming the change agents which continually support and lead (as role model} of the Iearning organization forming, well mechanism to ascertain that each employee can improve their competency by joining courses with sufficient budget, appropriate courses items, better work load mechanism and availability of alternate person and more socialization of learning program through various online as well as offline media. In this case, manager as department leader should accommodate his/her subordinate to enrich their knowledge and work together creating the Learning culture.
For farther research the writer suggest to improve the sample method in order to cover the population characteristic by using stratified random sampling method, thereby the research 's result will clearly describe the employees perception of Learning Organization implementation at Bank X as a whole. Research can be further conducted by connecting each dimension of Learning Organization with financial performance, organizational performance (ROE, ROA) or with other important variable such as Leadership.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Dalimi
"Perkembangan teknologi informasi yang cepat dan dinamis juga memengaruhi pada sektor perbankan, sehingga kini hadir Bank Digital yang seluruh kegiatannya dapat dilakukan secara online tanpa harus mendatangi bank. Bank Digital juga memiliki kewajiban untuk menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah sebagai kepatuhannya terhadap program APU/PPT. Oleh karena itu, Skripsi ini akan membahas bagaimana Bank Digital di Indonesia menyelenggarakan Prinsip Mengenal Nasabah sebagai upaya mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Pada Bank Digital di Indonesia, dan bagaimana penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Pada PT. Bank X selaku bank digital di Indonesia untuk mencegah terjadinya praktik pencucian uang dan pendanaan terorisme. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dalam bank digital di Indonesia dan apakah penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada PT. Bank X sudah sesuai dalam rangka mencegah terjadinya praktik pencucian uang dan pendanaan terorisme. Penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan dengan bentuk yuridis normatif dan tipologi penelitian bersifat deskriptif analitis. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didukung dengan hasil wawancara. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Prinsip Mengenal Nasabah pada Bank Digital di Indonesia diatur pada UU Nomor 8 Tahun 2010, POJK Nomor 12/POJK.01/2017 sebagaimana diubah POJK Nomor 23/POJK.01/2019, SE OJK Nomor 32/SEOJK.03/2017, serta POJK Nomor 12/POJK.03/2018, dan PT. Bank X selaku bank digital di Indonesia telah menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah kepada calon nasabah maupun nasabahnya sesuai dengan pengaturannya dengan metode e-KYC. Saran yang dapat diberikan yaitu perlu adanya peningkatan kerja sama antara DUKCAPIL dengan Bank Digital untuk mempercepat proses identifikasi dan verifikasi nasabah. Untuk Bank Digital diharapkan untuk terus memastikan aplikasinya agar aman digunakan nasabah, dan untuk OJK agar melakukan kajian terbaru terkait Prinsip Mengenal Nasabah setelah berlakunya UU PDP agar penerapannya tetap dapat melindungi data nasabah yang tidak melakukan TPPU/TPPT.

The rapid development of information technology has also affected the banking sector, so now there is Digital Banks where all activities can be carried out online without having to go to the bank. Digital Banks also have obligation to apply Customer Due Diligence Principles as their compliance with the APU/PPT program. This thesis will discuss how Digital Banks in Indonesia implement Customer Due Diligence Principles to prevent money laundering and terrorism financing. The problem formulation of this research is how to apply Customer Due Diligence Principles in Digital Banks in Indonesia, and how PT. Bank X as a digital bank in Indonesia implement Customer Due Diligence Principles to prevent the practice of money laundering and financing of terrorism. The purpose of conducting this research is to find out the application of Customer Due Diligence in digital banks in Indonesia and whether the application of Customer Due Diligence Principles at PT. Bank X is appropriate in order to prevent the practice of money laundering and financing of terrorism. The research in this thesis is a library research with a normative juridical form and a research typology that is descriptive-analytical. The data used is secondary data which is supported by interview results. Customer Due Diligence Principles for Digital Banks in Indonesia are regulated in Law Number 8 of 2010, POJK Number 12/POJK.01/2017 as amended POJK Number 23/POJK.01/2019, SE OJK Number 32/SEOJK.03/2017, and POJK Number 12/POJK.03/2018, and PT. Bank X as a digital bank in Indonesia has implemented Customer Due Diligence Principles for prospective customers and/or customers according to the regulations. The advice that can be given is to increase cooperation between DUKCAPIL and Digital Banks regarding customer’s data for the identification and verification process. For Digital Banks, it is hoped that they will continue to ensure that their applications are safe for customers to use, and for OJK to carry out the latest studies related to Customer Due Diligence Principles after the PDP Law comes into force so that its implementation can still protect customer data that does not commit money laundering and/or terrorism financing."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shely Selvianah
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S25315
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Setyo Wibowo
"Perkembangan industri perbankan yang begitu pesat menimbulkan implikasi risiko yang kompleks pada kegiatan usaha bank. Kecenderungan tersebut menempatkan fungsi dan peranan manajemen risiko, khususnya risiko kredit, pada posisi yang strategis dan amat penting, sehingga keberadaan manajemen risiko pada organisasi perbankan merupakan keharusan yang tidak dapat dihindari. Fungsi dan peranan manajemen risiko di bank menjadi semakin penting dengan adanya berbagai kejadian yang dapat mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, Bank Indonesia selaku pengawas perbankan, ingin menerapkan standar perbankan internasional, yaitu Basel II, kepada setiap perbankan yang ada di Indonesia dengan tujuan Meningkatkan stabilitas dan kesehatan sistem perbankan melalui ketersediaan dan kecukupan permodalan perbankan. Salah satu indikator utama yang digunakan secara internasional untuk mengukur kondisi suatu bank, khususnya kemampuan bank mengcover risiko yang dihadapi, adalah besarnya rasio kecukupan modal (CAR). Rasio CAR yang merupakan hasil pembagian modal atas aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) secara tegas menunjukkan bahwa semakin besar risiko yang dihadapi suatu bank, semakin besar pula modal yang harus disediakan. Disamping itu dengan memperhitungkan komponen inherent risk dan kontrol kebijakan manajemen yang dibuat, akan diketahui profil risiko yang dimiliki oleh bank tersebut.

Rapidly growing banking industry implicates the complicated risks for overall bank activity. The tendency places risk management's function and role, especially for credit risk, in strategic and significant position. So the existence of risk management in banking organization is the necessity that can not be avoided. Management's function and role in banking become very important because there are some things that implicate losing. Therefore, central bank of Indonesia, as a supervisory review process, want to apply international banking standard, Basel II, to all banking in Indonesia in order to improve banking system's wealth and stability through capital adequacy ratio. One of main indicator that is admitted internationally to measure the condition of bank, especially the capability of bank to cover risk, is amount of capital adequacy ratio (CAR). The CAR ratio, as a result of capital shared to risk weighted asset (ATMR), explicitly shows that the higher risks the banks meet, the more capital they need. Besides, by calculating risk inherent component and management control made, risk profile of the bank could be identified."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dradjat Bagus Prasetyo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S17051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Parsaulian
"ABSTRAK
Dalam rangka peningkatan efisiensi, salah satu langkah yang dilakukan bank  adalah melakukan penutupan cabang. Pada studi kasus ini tampak bahwa dalam menentukan prioritas cabang yang akan ditutup, baik parameter kuantitatif dan kualitatif yang digunakan saat ini belum mencerminkan tingkat efisiensi kantor cabang yang ditutup. Untuk itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat efisiensi kantor cabang yang akan ditutup, sebagai alat bantu analisis untuk proses pengambilan keputusan kantor cabang yang akan ditutup. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mendapatkan nilai efisiensi relatif dari kantor cabang. Metode one-stage DEA diaplikasikan  dengan menggunakan asumsi Variable Return to Scale (VRS) yang berorientasi input berdasarkan pendekatan produksi. Malmquist Productivity Index juga diterapkan untuk mengukur perubahan tingkat produktivitas cabang untuk menunjukkan peningkatan atau penurunan kinerja cabang antar tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat cabang efisien yang justru dilakukan penutupan pada tahun 2019 dan 2020. Hal ini terjadi karena analisis mayoritas dilakukan secara kualitatif yang dikarenakan parameter kuantitatif belum secara optimal dapat dimanfaatkan dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, pengukuran tingkat efisiensi cabang dapat memperkaya analisis kuantitatif manajemen dalam prioritisasi penutupan cabang, serta sejalan dengan tujuan awal penutupan yaitu dalam rangka efisiensi.

ABSTRACT
Banks have been persistently improving their efficiency  by closing branches. In this case study, bank's current method in determining the branch closure prioritization has not reflect the efficiency level of the branches. Therefore, this research is intended to identify the efficiency of the branches to be used as the quantitative parameter in branch closure analysis. This study uses a non-parametric approach of Data Envelopment Analysis (DEA) to examine the efficiency and productivity change of branch offices at one of the large banks in Indonesia. The one-stage DEA was used to generate the relative efficiency score, and the input-oriented Variable Return to Scale (VRS) assumption is adopted in data analysis based on the production approach. The Malmquist Productivity Index was also adopted to measure the total factor productivity change to indicate the improvement or deterioration of the branch performance. The results show that several closed branches in 2019 and 2020 were considered efficient, with increasing productivity. It suggests that the existing branch closure analysis was mostly done qualitatively and with the absence of efficiency measurement. Thus, the efficiency parameter can be adopted as quantitative analysis to enrich bank's branch closure decision-making process as well as to reflect bank's efficiency objective."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anom Wicaksono
"Wadiah merupakan jasa penitipan barang/dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu, bank tidak berkewajiban namun diperbolehkan memberikan bonus kepada nasabah yang besarnya tergantung kepada kebijakan masing-masing bank. Dalam perkembangannya, wadiah terasa kurang populer dikalangan masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang wadiah, prosedur untuk menikmati produk wadiah dilingkungan perbankan syariah, bentuk dan isi perjanjian wadiah, perlakuan akuntansi untuk akad wadiah dilihat dari sisi liabilitas dan pendekatan perhitungan bonus untuk wadiah. Melalui analisis data primer dan sekunder, penelitian ini membahas mengenai aplikasi akad, perlakuan akuntansi dan pendekatan perhitungan bonus untuk wadiah yang diterapkan oleh bank SRA dan bank MTR. Hasil dari penelitian ini, bank SRA dan bank MTR sudah menerapkan wadiah sesuai dengan ketentuan syariah yang berlaku.

Wadiah, a deposit service of goods/funds which the depositor may withdraw their funds any time, the bank are not obligated to give bonus to customers but allowed which the amount of bonus depend on the policy of each bank. During its development, wadiah was less popular among the public which some people know about wadiah, the procedure to enjoy wadiah, form and content of wadiah agreement contract in terms, the accounting treatment for liability of wadiah and computation approach bonus for wadiah. Through analysis of primary and secondary data, this study discusses the application of the contract, the accounting treatment and the approach to the calculation of bonus wadiah were applied by bank SRA and bank MTR. The results of this study, SRA bank and bank MTR were applied the theory and accounting treatment of wadiah in accordance with Islamic laws."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Hendarsyah
"Hampir semua orang pernah mengalami masalah antrian. Begitu juga dengan Wajib Pajak (WP), pasti pernah mengalami hal tersebut, terutama saat melaksanakan kewajiban pelaporan SPT di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Jumlah WP dan jenis SPT yang relatif banyak menyebabkan terjadinya penumpukan WP pada saat pelaporan SPT tersebut. Tidak hanya itu, WP pun menjadi lama menunggu untuk mendapatkan pelayanan saat pelaporan SPT. Kondisi ini menyebabkan pelayanan yang diberikan oleh KPP kepada WP menjadi tidak optimal.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP), khususnya KPP, telah berusaha mengantisipasi masalah tersebut dengan cara mendorong penggunaan e-SPT oleh WP. E-SPT merupakan sistem pelaporan pajak dengan menggunakan media elektronik. Selain itu, e-SPT yang merupakan bagian dari e-government di instansi DJP dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada WP.
Salah satu manfaat dari penggunaan e-SPT oleh WP adalah pelayanan saat pelaporan SPT yang dilakukan oleh petugas loket pelayanan relatif lebih cepat dibandingkan dengan pelayanan saat pelaporan SPT secara manual (tidak menggunakan e-SPT). Oleh karena itu, dengan penggunaan e-SPT oleh WP, diharapkan dapat meminimalisir penumpukan WP pada saat pelaporan SPT dan WP tidak terlalu lama menunggu untuk mendapatkan pelayanan penerimaan SPT.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah kondisi antrian di KPP Pratama Jakarta Kembangan. Kondisi antrian yang dianalisis adalah kondisi antrian sebelum WP menggunakan e-SPT dan kondisi antrian setelah WP menggunakan e-SPT. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain eksplanatif (eksperimen). Eksperimen dilakukan atas dua kondisi antrian yaitu kondisi antrian sebelum WP menggunakan e-SPT dan kondisi antrian setelah WP menggunakan e-SPT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan e-SPT oleh WP, kondisi antrian menjadi relatif lebih baik. Oleh karena itu, saran yang diberikan antara lain adalah dengan jalan mendorong penggunaan e-SPT oleh WP di samping memberikan pelatihan kepada petugas loket pelayanan dalam memroses penerimaan SPT.

Almost all people had experienced the queuing problems. So also with taxpayers, must have experienced this, especially when fulfilling the reporting obligations of tax return in The Integrated Services Room of The Tax Office. The number of the taxpayers and the number of types of tax returns, which is relatively more cause the accumulation of the taxpayers at the time of reporting it. Not only that, the taxpayers are also waiting too long to get the service when reporting the tax returns. This condition causes the services provided by the tax office to the taxpayers were not optimal.
Directorate General of Taxation (DGT), especially the tax office, has been trying to anticipate those problems with encouraging the use of e-SPT by the taxpayers. E-SPT is a tax reporting system use electronic media. In addition, e-SPT, which is part of e-government in the DGT is intended to optimize the services to the taxpayers.
The one of the benefits from the use of e-SPT by taxpayers is the service providing by the service counter staff spends a little more than reporting the tax returns manually (not use e-SPT). Therefore, the use of e-SPT by the taxpayers, is expected to minimize the accumulation of the taxpayers when reporting the tax returns and to minimize the waiting time to get the services provided by the service counter staff.
This research study aims to analyze the problems of the queuing condition in The Tax Office of Pratama Jakarta Kembangan. The conditions of the queuing that analyzed are the condition of the queuing before and after the use of e-SPT by the taxpayers. The approach used was the quantitative approach with the explanative design (experiment). The experiments conducted on the two conditions, namely the condition of the queuing before the use of e-SPT by the taxpayers and the condition of the queuing after the use of e-SPT by the taxpayers.
The results of research shows that by the use e-SPT by the taxpayers, the condition of the queuing to be relatively better. Therefore, the advice given, among others, are encouraging the use of e-SPT by the taxpayers in addition providing training to counter staff in the process of the tax returns receiving."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T25854
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>