Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuni
"Kota Depok menghadapi permasalahan terkait penyediaan lahan permukiman bagi penduduknya yang mengakibatkan terbentuk dan berkembangnya permukiman kumuh. Skripsi ini membahas tentang pola keruangan permukiman kumuh Kota Depok berdasarkan tingkat kekumuhannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dengan tema analisis pola keruangan dan unit analisis berupa tingkat kekumuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kekumuhan permukiman kumuh di Kota Depok erat hubungannya dengan jarak terhadap badan air, rel kereta api dan lokasi aktifitas ekonomi; serta tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kependudukan mempengaruhi tingkat kekumuhan dari aspek sosial ekonomi.

Depok City experiencing problems related to housing land supply for its residents which resulted in forming and growing of slum areas. This Undergraduate thesis discusses about the spatial pattern of Depok's slum areas based on its slums level. In this research, spatial approach, especially spatial pattern analysis is used to analyse the spatial pattern of slum area in Depok City.
The result of this research indicate that level of slum areas in Depok City closely related to the distance from the water bodies, the distance from the railway, and the distance from the economic aktivities; as well as the educational levels, employment, and residential status influence the slum level of Depok's slum areas from the socio-economic aspect.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Avrie Yustianty
"Di era informasi seperti sekarang ini, segala aktivitas hampir sebagian besar bergantung pada internet bahkan kegiatan berbelanja pun bisa dilakukan melalui internet yang dikenal dengan belanja online. Kemajuan di bidang teknologi, informasi dan komunikasi seperti internet ini dikatakan telah mengikis arti penting ruang. Sebagai seorang peneliti di bidang Geografi, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran ruang riil mempengaruhi salah satu aktivitas yang sedang populer di internet sekarang ini yaitu belanja online dan juga memahami bagaimana perilaku dari konsumen belanja online khususnya dari segmen mahasiswa. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan Moment of Truth dan Pendekatan Keruangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap tahap pada proses belanja online melibatkan ruang di dalamnya baik ruang sebagai media ataupun sebagai penghalang dan membentuk suatu pola keruangan dimana bentuk pola keruangan tersebut berbeda-beda tergantung pada harga dan resiko barang yang dibeli serta keterjangkauan konsumen terhadap barang atau penjual.

In the information age, as now, almost all activity largely depends on the internet and even shopping activities can be done via the internet. Shopping via internet known as online shopping. Advances in technology, information and communication like the Internet have eroded the significance of space. As a researchers in Geography wanted to know how the role of real space affects online shopping as one of the popular activities on the internet right now and understanding how the behavior of consumers online shopping especially from students segment. The research was carried out through a Moment of Truth approach and spatial perspective.
The results showed that in every stage of the online shopping process, it involves a space as a media or as a barrier and create a spatial pattern which is vary depending on the price and risk of the items purchased and the affordability of consumers to the goods or the seller.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42830
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Livia Serevina
"Masalah transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar antara lain kemacetan lalu lintas, polusi suara dan udara, kecelakaan dan keterlambatan. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa di Kota Depok terdapat tingkat kemacetan yang tinggi di pusatnya aktivitas perdagangan dimana 6 dari 7 adalah pusat perbelanjaan. Di kota Depok sampai sekarang sudah ada 10 mall. Kemacetan di jalan raya di Kota Depok Lokasi Mall menunjukkan bahwa keberadaan Mall semakin meningkat generasi perjalanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial waktu perjalanan ke Mall dan penghalang sisi luar angkasa di jalur perjalanannya. Data yang digunakan meliputi waktu tempuh, pusat keramaian, persimpangan jalan, lama perjalanan, dan moda transportasi dari 148 responden pengunjung. Koleksi Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pengunjung mall pada sore hari. Hambatan ruang pada jalur perjalanan dapat dikategorikan sebagai deviasi dan pusat kerumunan, yang diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tempuh tidak ada hubungannya dengan lama perjalanan perjalanan. Perjalanan jauh tidak selalu membutuhkan waktu tempuh yang lama. Dan sebaliknya. Namun, sebagian besar responden bersedia butuh waktu lama untuk mencapai Mall dengan kelengkapan tinggi.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa responden memilih jalur perjalanan dengan hambatan ruang paling sedikit. Ini terjadi baik dalam perjalanan ituj auh dan dekat, dan juga selama waktu perjalanan yang cepat dan lama.

Transportation problems that often occur in big cities include traffic jams, noise and air pollution, accidents and delays. Previous research has shown that in Depok City there is a high level of congestion at the center of trading activity, where 6 out of 7 are shopping centers. In the city of Depok, until now there are 10 malls. Congestion on the highway in Depok City The location of the Mall shows that the Mall's existence is increasing in the generation of trips. This study aims to determine the spatial pattern of travel time to the Mall and outer space side obstructions in its travel path. The data used include travel time, the center of the crowd, road junctions, travel times, and modes of transportation from 148 visitor respondents. Collection Data collection was carried out by conducting interviews with mall visitors in the afternoon. The space resistance on the travel path can be categorized as the deviation and crowd center, which is classified into several classes. The results showed that the travel time had nothing to do with the length of the trip. Long trips do not always require a long travel time. And vice versa. However, most respondents are willing to take a long time to reach the mall with high facilities. The conclusion of this study shows that the respondents chose the route of travel with the least space constraints. This occurs both on long and near journeys, and also during long and fast travel times."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Safrizal
"Perkembangan zaman serta pesatnya kemajuan teknologi pada saat ini mengakibatkan televisi sudah menjadi kebutuhan yang wajib didapatkan dan dipenuhi oleh manusia di dalam lingkungan keluarganya. Televisi menjadi sarana yang paling penting di zaman kemajuan teknologi saat ini tidak hanya sebagai media penyampai informasi secara tidak langsung, tetapi juga sebagai media hiburan penduduk dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-harinya. Pertumbuhan penjualan televisi di Kota Depok tiap tahunnya terus meningkat karena cepatnya perkembangan teknologi dari produk televisi sendiri dan berbagai jenis tawaran yang diberikan oleh masing-masing pusat perbelanjaan baik tradisional maupun modern sehingga menjadi daya tarik penduduk untuk memilih tempat berbelanja televisi. Pola spasial penduduk dalam memilih tempat belanja televisi dipengaruhi oleh faktor yang melekat di dalam diri penduduk, yakni tingkat penghasilan, lama tinggal, profesi serta pola perjalanan belanja yang mempengaruhi penduduk dalam memilih televisi pilihannya (preferensi TV) yang dilihat dari merk dan teknologi bentuk televisi dan memilih jarak tempuh yang diambil dari tempat tinggalnya ke pilihan tempat belanja televisinya sehingga akan membentuk pola spasial penduduk dalam memilih tempat belanja televisi. Penduduk dengan tingkat penghasilan tinggi pada umumnya melakukan perjalanan belanja multi purpose trip akan memilih jarak tempuh yang jauh menuju tempat belanja televisinya yang kecendrungannya melakukan belanja di mall dengan preferensi TV yang dipilih dominan teknologi bentuk TV terkini dari beragam merk TV sedangkan Penduduk dengan tingkat penghasilan rendah pada umumnya melakukan perjalanan belanja single purpose trip akan memilih jarak tempuh yang dekat menuju tempat belanja televisinya yang kecendrungannya melakukan belanja di pasar tradisional dengan preferensi TV yang dipilih dominan teknologi bentuk TV biasa yang cenderung merk TV biasa. Adanya hubungan antara lama tinggal dengan pilihan tempat belanja TV penduduk kota Depok, tetapi tidak begitu signifikan sedangkan tidak adanya hubungan profesi penduduk dengan terbentuknya pola spasial penduduk dalam memilih tempat belanja televisi.

The times and the rapid advancement of technology at this time resulted in the television has become a necessity that must be obtained and filled by men in the family environment. Television became the most important means in the age of technological advancements today not only as a medium conveys information indirectly, but also as a medium of entertainment residents in performing activities of daily life. TV sales growth in Depok each year continues to increase due to the rapid development of technology of television product itself and the various types of offer provided by each of the shopping centers both traditional and modern so that the main attraction of people to choose where to shop TV. Spatial patterns of residents in choosing the TV shopping is influenced by factors inherent within the population, the level of income, length of residence, profession and shopping travel patterns that affect the choice in choosing television (TV preferences) as seen from the form of television brands and technology and choose the distance taken from his home to the television shopping options that will shape the spatial pattern in choosing where to shop TV. Residents with higher incomes generally perform multi-purpose shopping trip trip will choose a far distance to where the television shopping kecendrungannya do some shopping at the mall with the preferences of the selected dominant TV technology updates from various forms of TV brand TVs while the population with low income levels generally travel single-purpose shopping trip mileage will choose close to where the television shopping kecendrungannya do shopping in traditional markets with a dominant preference selected TV technology that tends to form a regular TV brand TV. The relationship between length of stay with the TV shopping options Depok city, but not significantly, while the absence of the professional relationship with the formation of spatial patterns of residents in choosing where to shop TV."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Paramita
"Kecamatan Buleleng memiliki jumlah penduduk yang menganut agama Hindu terbanyak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Salah satu ajaran agama Hindu yang menjadi adat istiadat adalah caturwarna, yang merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan bakat dan pekerjaannya, antara lain Brahmana (ahli agama dan pendidikan), Ksatria (pertahanan negara), Waisya (ahli ekonomi/pengusaha), dan Sudra (pekerja/buruh). Tujuan dari penelitian ini adalah dapat menjelaskan pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode studi kasus dengan pendekatan keruangan.
Dari penelitian ini, ditemukan bahwa pengelompokan caturwarna tidak hanya berdasarkan pekerjaan seperti yang tercantum dalam kitab, tetapi juga berdasarkan pada tata nama, pernikahan, dan kekerabatan sesuai dengan adat istiadat setempat. Implementasi caturwarna khususnya Brahmana tidak selalu berada di wilayah non pertanian dan kaja. Sedangkan implementasi caturwarna khususnya Sudra tidak selalu berada di wilayah pertanian dan kelod.
Pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng tidak sepenuhnya menggunakan tata ruang tradisional Bali sebagai tempat suci. Akan tetapi, simbol kebudayaan berupa arah dan posisi masih digunakan dalam menentukan arah dan tempat untuk sembahyang, yaitu arah timur sebagai arah terbit matahari dan puncak Gunung Agung sebagai tempat berkumpulnya Sang Hyang Widhi Wasa (pencipta alam).

The District of Buleleng has a largest population with Hindu religion in Regency of Buleleng, Bali. One of Hindu's custom is caturwarna, which is gruping of people based on talent and his work, among others Brahmana (religious and educational experts), Ksatria (defenders), Waisya (Economist and entrepreneur), and Sudra (workers and laborers). The purpose of this study is to explain the spatial patterns of caturwarna?s implementation in the District of Buleleng. The method used to achieve these object is the case study method with the spatial approach.
From this study, it was found that the grouping caturwarna based not only on the job as listed in the book of Hindusm, but also based on the nomenclature, marriage, and kinship in accordance with local customs. Implementation of caturwarna especially Brahmana is not always in the nonagricultural areas and kaja. Implementation of caturwarna especially Sudra is not always in the area of agriculture and kelod.
The spatial pattern of catuwarna's implementation in the District of Buleleng no longer using traditional place of Bali as sacral place. Although, cultural symbols such as direction and positions still used for built ceremonial, like east as sun shine and Agung Mount as visited place of Sang Hyang Widhi Wasa (God).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42860
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Riskayanti
"Pelayanan kesehatan sangat diperlukan dalam suatu perumahan, terlebih jika perumahan tersebut berada di daerah yang luas, seperti BSD City. Luasnya yang mencapai 6.000 hektare, menjadikan wilayah terbangun di BSD City tidak merata. Ketidakmerataan wilayah terbangun berkorelasi dengan ketidakmerataan fasilitas kesehatan yang tersedia. Fasilitas kesehatan menjadi penting karena unsur keterdesakan (urgent) dalam penanganan pertama saat sakit. Terdapat faktor eksternal (lingkungan) dan internal (pribadi) yang dapat memengaruhi seseorang dalam memilih fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola pemilihan fasilitas kesehatan terkait dengan faktor eksternal dan internal. Analisis perilaku keruangan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian tersebut. Faktor lingkungan perumahan dan karakteristik penduduk seperti lama tinggal, pekerjaan, dan subjektivitas merupakan bahan untuk menganalisis perilaku keruangan lebih dalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin berkembang perumahan maka semakin bervariasi pola yang dihasilkan. Pola yang bervariasi juga dipengaruhi oleh lama tinggal dan ruang aktivitas penduduk. Di perumahan yang semakin berkembang juga ditemukan alasan pemilihan berupa kualitas. Sedangkan di perumahan yang semakin kurang berkembang ditemukan alasan pemilihan iconic.

Health service centre is one of the most important facilities in a residence, further more in a very huge residence such as BSD City. With the 6.000 hectare of wide, makes built-up area in BSD City has a variant pattern. A variant pattern of built-up area was related to distribution of health facilities. Health facilities became important because of the urgent factor of first aid action in illness. There are external (neighborhood) and internal (self) factors that affected someone to choose health facility. Thing that we try to find in this research is how do the spatial pattern of choosing health facility related to the external and internal factors. Spatial behaviour analysis was a method in this research. Residence neighborhood and residents' characteristics such as lived time period, job, and subjectivity were factors that used to make a deeper analyze about the spatial behavior.
This research found that the choosing pattern in developed residence was more various than developing and underdeveloped one. The various pattern also affected by lived-time period and activity space of residents. There?s a fact in developed residence that most of the residents choose the health facility because of the quality. In other hand, most of the residents in developing and underdeveloped residence choose the health facility because of the iconic factor.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43027
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Rismauli
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola keruangan belanja pangan dan sandang penduduk kampung pedalaman dan pesisir di Pulau Rote melalui wawancara dengan 160 responden yang tersebar pada tiap dusun, informasi tentang kebiasaan berbelanja dan kondisi sosial ekonomi nya diolah serta dianalisis dengan menggunakan metode analisis keruangan dan statistik. Hasil analisis menunjukkan pola keruangan belanja kebutuhan pokok (pangan) dan kebutuhan bukan pokok (sandang) yang dilakukan oleh penduduk kampung pedalaman dan pesisir tidak selalu sama. Pola keruangan belanja menurut waktu tempuh dan jenis transportasi, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan berdasarkan jarak tempuh dan biaya transportasi menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini disebabkan karena aksesibilitas di bagian barat dan utara Pulau Rote lebih baik dibandingkan bagian timur dan selatan. Penduduk kampung pedalaman dan penduduk kampung pesisir memilih pasar yang sama dengan jarak paling jauh 8 Km dari tempat tinggal penduduk kampung pedalaman dan 12 Km dari tempat tinggal penduduk kampung pesisir. Lamanya waktu tempuh tergantung dari jenis transportasi yang digunakan oleh penduduk dalam menempuh pasar. Namun rata-rata penduduk kampung pedalaman dan penduduk kampung pesisir cenderung memilih Ojek. Besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mencapai pasar di kampung pedalaman jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya transportasi yang di keluarkan penduduk kampung pesisir, karena jarak tempuh penduduk kampung pesisir lebih jauh dibandingkan penduduk kampung pedalaman.

ABSTRACT
This study aims to determine the spatial pattern of food and clothing shopping inland and coastal villagers on the island of Rote through interviews with 160 respondents spread in every village, information about shopping habits and socioeconomic conditions of its processed and analyzed using spatial analysis and statistical methods. The analysis showed the spatial pattern of expenditure of basic needs (food) and not the basic needs (clothing) conducted by the inland and coastal villagers are not always the same. Spatial pattern of expenditure according to the travel time and other modes of transport, showed no significant difference, while based on mileage and transportation costs showed a significant difference, this was due to accessibility to the west and north of the island of Rote is better than the east and south. Villagers inland and coastal villagers chose the same market with the most distant 8 Km distance from residence villagers and 12 km inland from coastal villages where residents live. The length of travel time depending on the type of transportation used by residents in the travel market. Yet the average resident population of villages inland and coastal villages tend to choose Ojek. The amount of transportation costs incurred to reach the market in rural villages is much more expensive than the cost of transport in coastal villagers out, because the mileage of the population of coastal villages further inland than the villagers."
2011
S1635
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Denis Gangsar Nuari
"Pencurian sepeda motor di Kota Depok adalah salah satu kejahatan yang angkanya tinggi dan tidak menurun. Skripsi ini menjelaskan bagaimana variasi keruangan pencurian sepeda motor yang dilihat berdasarkan hotspot dan coolspot dalam hubungannya dengan guardian, offender, penggunaan tanah, kelas jalan, dan faktor sosial. Metode yang digunakan adalah Kernel Density Estimation yang dianalisa menggunakan pendekatan komparasi keruangan. Selanjutnya untuk mengetahui faktor sosial yang berpengaruh digunakan uji Chi Square.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa variasi keruangan berupa hotspot berpola mengelompok di wilayah permukiman tidak teratur dan perdagangan pada periode pagi hari. Kemudian berpola acak pada periode siang hari, periode sore hari, dan periode malam hari di wilayah perdagangan dan wilayah permukiman. Wilayah coolspot cenderung berada di wilayah pertanian, industri, dan prasarana transportasi. Berdasarkan uji chi square, variasi hotspot terletak pada wilayah yang memiliki jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan jumlah sepeda motor pada kelas sedang dan tinggi. Sedangkan petugas keamanan dan pos keamanan tidak memiliki hubungan dengan variasi hotspot.

Motorcycle theft in Depok City is one of the crimes which the number of event is always high and not decreasing. This research explains about the spatial variation of motorcycle theft that view based on hotspot and coolspot region in association with guardian, offender, land use, road classification, and social factors. The method is Kernel Density Estimation, which analyzed using a spatial-comparative approach. Furthermore, to determine the association of social factors this research also using Chi Square test.
The result is spatial variation that made clustered hotspot in disorganized settlement area and trade area on morning period. There’s also random patterned hotspot that happened in commercial area and settlement area on day, evening, and night period. Cool spot area is having tendency in farming area, industrial area, and transportation infrastructures. Based on chi square test, hotspot variation is located in an area that has moderate or high numbers on population, density, and number of motorcycles. While guardian and security post unrelated with hotspot variation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bela Shinta Dewi
"Saat ini banyak muslimah muda yang terlihat berhijab ketika menjalani rutinitas harian. Dengan berhijabnya ini maka sudah tentu terbentuk kebutuhan berpakaian yang harus menutup aurat dan dipenuhi dengan cara belanja pakaian. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pola keruangan yang terbentuk dari aktivitas belanja pakaian mahasiswi berhijab. Studi ini dilaksanakan dengan metode kualitatif yang melibatkan 31 mahasiswi berhijab dari Universitas Indonesia yang pernah berbelanja pakaian secara langsung ke toko formal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi berhijab terbagi menjadi 2 tipikal berdasarkan gaya berbusana hijabnya: hijaber dan jilbaber. Hijaber adalah kelompok mahasiswi dengan gaya busana: hijab, pakaian atasan dan celana yang cenderung terbuka pada perkembangan fesyen. Sedangkan jilbaber adalah kelompok mahasiswi dengan gaya busana: jilbab, pakaian atasan dan rok atau gamis yang cenderung menekankan pada pakem berhijab. Pola keruangan belanja pakaian mahasiswi berhijab terlihat berbeda dari kedua tipikal berhijab. Mahasiswi hijaber mampu bergerak ke berbagai arah tempat belanja dan berbagai tema toko pakaian wanita di ruang-ruang publik dan tidak selalu mengandalkan kedekatan sosial. Sedangkan pola keruangan belanja mahasiswi tipikal jilbaber cenderung mengandalkan kedekatan sosial yang ada dalam ruang komunitas rohani islam. Namun hijaber dan jilbaber tetap mampu berbagi ruang belanja pakaian dalam ruang ritel publik, hanya saja sub-tipe dari jilbaber yakni jilbaber warna gelap tidak mampu berbagi ruang belanja pakaian dengan tipikal hijaber karena ketersediaan model pakaiannya yang masih ekslusif dalam ruang komunitas disamping adanya faktor kedekatan sosial komunitas mereka.

Today many young muslim women are seen wearing hijab as a daily routine. By wearing hijab, then formed some dressed needs covering the aurat that fulfilled by shopping ways. This research was done to see how the spatial patterns formed from the activity of shopping clothes by the veiled student. This study was conducted with qualitative methods that involved 31 veiled student from the University of Indonesia who bought their clothes directly into the formal shop.
The results showed that the veiled student was divided into 2 type based on their style of dress: hijber and jilbaber. Hijaber is a group of student with fashion style: hijab, clothing top and pants that tend to be openly with the trend of fashion. While jilbaber is a group of student with fashion style: jilbab, dress with skirts or robe tops that tend to emphasize the hijab grip they was kept. The spatial pattern of clothes shopping were look different at both typical hijab. Hijaber student was able to move different directions of shopping, to a variety of themes in the women’s clothing store. The hijaber where did not always rely on social closeness. And the jilbaber tend to rely on social closeness that exists in a spiritual community of islam. Both hijaber and jilbaber was still be able to share space in a public shopping center, but it just a sub-type of the jilbaber: dark colour jilbaber, who could not be able to share a room with the typical of hijaber, due to the availability of the product hijab are exclusively found within the community, and in addition to the social closeness.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayatun Nisa
"Manusia memiliki kebutuhan untuk berkumpul. Aktivitas berkumpul yang dilakukan akan menggambarkan organisasi spasial. Aktivitas berkumpul yang dilakukan memiliki corak tersendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan karakteristik manusia, seperti aktivitas berkumpul yang dilakukan oleh masyarakat permukiman baru di Kecamatan Kuta Alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemilihan lokasi dan organisasi spasial aktivitas berkumpul masyarakat permukiman baru. Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial dan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini diketahui terdapat perbedaan pemanfaatan ruang dan proporsi penduduk yang mempengaruhi masyarakat permukiman baru dalam mengadakan aktivitas berkumpul.
Pemilihan lokasi aktivitas berkumpul masyarakat permukiman baru tanpa rumah bantuan relatif menyebar, aksesibilitas tinggi dan bersifat lebih dinamis dilihat dari fungsi tempat berkumpulnya. Sedangkan pemilihan lokasi aktivitas berkumpul masyarakat permukiman baru dengan rumah bantuan relatif mengelompok, aksesibilitas tinggi dan bersifat kurang dinamis dilihat dari fungsi tempat berkumpulnya. Organisasi spasial aktivitas berkumpul masyarakat permukiman baru tanpa rumah bantuan memiliki tiga jenis bentuk, yaitu gravitasi titik, gravitasi sistem dan kontak titik. Sedangkan pada masyarakat permukiman baru dengan rumah bantuan hanya ada dua jenis bentuk, yaitu : gravitasi titik dan kontak titik.

The Human has a need to gather with others. The gathering activity will visualize the spatial organization. The gathering activity has its own feature which is influenced by physical characteristics and human characterstics, like the gathering activity done by society in resettlement area in Kuta Alam. This research has the purpose that is to know the location selecting and the spatial organization of gathering activity of society in resettlement area. The method applied on this research is spatial analysis and qualitative descriptive method.The result of research says there is a difference on landuse and inhabitant proportion that influence society of resettlement area in doing gathering activity.
The selection on gathering activity location of society in The Without Donation House Resettlement is relatively spreaded, high accessibility, and more dynamic based on the place function. While in The Donation House Resettlement is relatively clustered, high accessibility and less dynamic based on the place function. The spatial organization of gathering activity of society in The Without Donation House Resettlement has three types of shape point gravity, system gravity and point contact while in The Donation House Resettlement has only two types of shape point gravity and point contact.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>