Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devy Daniar
"Skripsi ini membahas tentang Pabrik Gula Pangka pada abad ke-19. Berdasarkan pola tata letak bangunan dalam emplasemen pabrik maka dilakukan rekonstruksi sistem produksi gula di Pabrik Gula Pangka pada abad tersebut. Pola tata letak bangunan di atas memperlihatkan sistem pembagian kerja yang terjadi di dalam pabrik. Hal tersebut memiliki keterkaitan pula dengan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk dari adanya pembagian kerja.

The focus of this thesis is about Pangka Sugar Factory on 19th Century. Based on the structures disposition pattern at Pangka emplacement then it was a reconstruction of sugar production system in sugar factory on that century. That disposition pattern showed the working distribution system in the factory. It also has relation with social clusters that caused by working distribution system."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43064
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Aryo Nugroho
"Industri perkebunan adalah sektor industri yang sangat menguntungkan selama masa Hindia Belanda. Di tahun 1830, Pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem tanam paksa, yang mana penduduk lokal diwajibkan untuk menanam tanaman yang telah ditentukan oleh pemerintah, salah satunya adalah tebu. Sejak saat itu gula tebu menjadi komoditas penting di Hindia Belanda. Di tahun 1870, Pemerintah menetapkan undang- undang Agraria yang dapat memberikan peluang kepada pihak swasta untuk berbisnis di Hindia Belanda. Setelah ditetapkan, banyak pabrik gula dibuka di Jawa, dan produksi gula meningkat pesat. Di Tahun 1920-1930an industri gula di Jawa mencapai masa emasnya, dengan 179 pabrik gula yang tersebar dan jumlah produksi hampir 3 juta ton pada tahun 1931. Jumlah ini menjadikan Hindia Belanda sebagai produsen gule terbesar kedua di Dunia di bawah Kuba. Dewasa ini, tidak banyak lagi pabrik gula peninggalan Hindia Belanda yang tersisa. Banyak pabrik gula yang sudah tidak melakukan produksi, ditinggalkan, atau telah beralih fungsi. Dari sedikit pabrik gula yang tersisa, terdapat satu pabrik gula yang masih beroperasi hingga sekarang. Pabrik gula itu adalah Pabrik Gula Mojo di Sragen, Jawa Tengah. Di Pabrik Gula Mojo masih terdapat banyak bangunan dan peninggalan arkeologi industri yang dapat diamati, diantaranya adalah bangunan pabrik, gudang, jalur lori, dan rumah karyawan. Penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi proses perjalanan komoditas gula selama masa kolonial, termasuk penanaman, proses manufaktur, dan distribusi. Rekonstruksi pada penelitian ini menggunakan pendekatan life history model. Perjalanan gula akan di klasifikasi berdasarkan prosesnya, yaitu persiapan penanaman, masa tanam, masa panen, manufaktur, dan distribusi.

The plantation industry was a profitable sector during the colonial era. In 1830 Dutch East Indies government applied the Cultivation System which forced local people to plant some plantation that has been set by the government, one of them was sugar cane. Since that time sugar had become an important commodity in Dutch East Indies. In 1870, the Dutch East Indies government passed agrarian regulations that open opportunities for those who want to develop a plantation in the Dutch East Indies. Many sugar factory opened in Java, and sugar production increased rapidly. In the 1920-1930s sugar industry reached its golden ages, with 179 sugar factories established in Java. In 1931, the amount of sugar production in the Netherlands reached almost 3 million tons which made the Dutch East Indies a second-largest sugar producer in the world at that time. However, in the present, there are not many sugar factories that still operate. Many sugar factories have been abandoned and lost. One of the factories that are still operating is Mojo Sugar Factory in Sragen, Central Java. Mojo Sugar Factory still uses a lot of heritage buildings, including the factory, warehouse, rails, and employee houses. This research aims to reconstruct the journey of sugar commodity during the colonial period, including planting, fabrication, and distribution. The reconstruction in this research uses a life history model. The journey of sugar will be classified by the processes, such as planting preparation, planting period, harvest, fabrication, and distribution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Satria Nugraha
"ABSTRAK
Kajian arkeologi industri memberikan pemahaman dan gambaran akan kehidupan sosial masyarakat industri masa lalu. Objek kajian arkeologi industri berupa artefak, struktur, atau bangunan bekas kegiatan industri. Pada masa kolonial, banyak industri didirikan di Indonesia, dan salah satunya adalah industri gula. Industri gula yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Pabrik Gula Kalibagor di Banyumas, Jawa Tengah. Penelitian ini membahas tentang tata ruang emplasemen pabrik yang berkaitan dengan aktivitas produksi dan kehidupan sosial yang ada dalam lingkungan industri Pabrik Gula Kalibagor pada masa lalu. Semua itu dapat diketahui dari pola keletakkan bangunan-bangunan dalam emplasemen pabrik.

ABSTRACT
Industrial archaeology review provides an understanding and the description about the social life of the past industrial society. The object of the study of industrial archaeology is in the form of artifacts, structures, or former buildings of the industrial activity. During the colonial period, many industries were established in Indonesia, and one of which was a sugar industry. The sugar industry that becomes the object of this research is the Kalibagor sugar factory at Banyumas, Central Java. This study discusses the factory spatial emplacement which is related to the production and social life activity that is presented in the industrial environment at Kalibagor sugar factory in the past. All can be known by the layout pattern of the buildings in factories emplacement."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faiz
"ABSTRAK
Peninggalan material culture setelah masa revolusi industri dapat dikaji melalui arkeologi industri. Kajian tersebut membahas kehidupan sosial pada masa lalu lewat tinggalan bangunan industri. Salah satu tinggalan tersebut adalah pabrik. Di Indonesia, pabrik-pabrik tersebut pada umumnya merupakan tinggalan masa kolonial. Pabrik gula Ngadiredjo di Kediri menjadi objek penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini. Kajian ini mengkhususkan mengenai tata ruang pada pabrik yang berkaitan dengan aktivitas produksi pabrik pada masa lalu dan sistem sosial yang ada dalam lingkungan industri Pabrik Gula Ngadiredjo. Konsep tersebut dapat diketahui pada pola keletakan bangunan-bangunan dalam emplasemen pabrik.

ABSTRAK
Industrial archaeology is a study about the material culture from industrial revolution. This study discuss about social industrial life in the past through its remains, one of them is factory buildings. This paper tried to examine the industrial life in Sugar Factory Ngadiredjo in Kediri. This factory complex was choosen as a case study in this research because the factory buildings, its machinery, and other infrastructures still in good conditions and remain intacts. This study focus about the spatial layout of the factory in order to understanding the power relation concept between white people as ruler and indigenous people as worker. The power relation concept can be known through panopticon system of the emplacement of the buildings."
2017
S69380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Kurniawan
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas Pabrik Gula Soemberhardjo dengan menggunakan
kajian arkeologi industri. Pengaruh Belanda pada masa kolonial memicu
berkembangnya industrialisasi di Nusantara. Salah satu industri yang berkembang
adalah industri gula. Berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah kolonial
mempengaruhi dinamika industri gula di Nusantara. Kondisi tersebut mendorong
berkembangnya pabrik-pabrik gula, salah satunya PG Soemberhardjo.
Lingkungan serta ketersediaan infrastruktur menjadi faktor penentu dalam
pendirian pabrik gula. Pendirian PG Soemberhardjo didukung dengan keberadaan
bangunan pabrik, pemukiman pegawai, dan peralatan produksi. Kelas-kelas sosial
pada masyarakat industri di PG Soemberhardjo terbentuk berdasarkan jabatan
yang tercermin dari bentuk rumah tinggal pegawai. Emplasemen pabrik gula
soemberhardjo dibentuk untuk mengakomodir kelas-kelas sosial yang ada.

ABSTRACT
This research is to study PG Soemberhardjo using industrial archaeology
as the perspective. Dutch influence in colonial era triggered the process of
industrialization in Nusantara. Regulations introduced by the colonial government
in that era affected the nature of sugar industries. The outcome was the thriving of
sugar factories accross Nusantara, one of the sugar factory built in this era was PG
Soemberhardjo. Environment and infrastructures are the determinant factors in the
establishment of sugar factory. The establishment of PG Soemberhardjo was
supported by the construction of the factory building, worker?s settlement, and the
availability of machineries. Social structures in PG Soemberhardjo?s industrial
society was formed based on the job position in factory and such structures are
reflected in the form of the dwellings. Emplacement of PG Soemberhardjo was
constructed to accomodate those kind of social structures"
2015
S66883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyandaru Kuncorojati
"Pabrik gula Sindanglaut merupakan salah satu tinggalan industri yang berasal dari masa kolonial dan diteliti menggunakan sudut pandang arkeologi industri. Masuknya bangsa Belanda ke Indonesia mulai memicu industri gula dalam skala besar dengan berdirinya pabrik gula di berbagai daerah di Jawa. Bangsa Belanda datang membawa pengaruh terhadap perkembangan teknologi produksi gula di Indonesia dengan dipergunakannya mesin-mesin hasil Revolusi Industri yang terjadi di Inggris pada abad ke-18. Salah satu pabrik gula yang didirikan di Jawa Barat pada masa kolonial adalah pabrik gula Sindanglaut. Pabrik gula Sindanglaut memiliki beberapa komponen penunjang kegiatan produksi gula, yaitu sumber daya alam, bahan baku, alat dan bangunan produksi, serta bangunan tempat tinggal pegawai. Berdirinya pabrik gula Sindanglaut tidak hanya memperkenalkan kegiatan industri kepada masyarakat pribumi tetapi juga ikut mengubah tatanan masyarakat yang semula feodal menjadi masyakarat industri. Pada masyarakat industri terdapat pembagian kelas sosial berdasarkan pekerjaan atau jabatan mereka. Pembagian kelas sosial menjadi beberapa golongan ditampilkan dalam bentuk bangunan pegawai dan pola ketetakanya.

Sindanglaut sugar factory is one of industrial heritage, which cmose from colonial era and is being researched with industrial archaeology’s perspective. The arrival of the Dutch in Indonesia started to affect sugar industry in huge scale in some of areas in Java. The Dutch has influenced the technology development of sugar production in Indonesia, such as using the machines, which is a result from Industry Revolution in England, that happened in 18th century. One of sugar factory that has built in West Java in colonial era is Sindanglaut sugar factory. Sindanglaut sugar factory has supporting components for activities of sugar production, such as natural resources, raw material, tools and production building, and also houses for the workers. The establishment of Sindanglaut sugar factory is not only to introduce industrial activity to the society, but also has changed the social structure of society, which at first is feudal and then became industrial society. In industrial society there is classification of social class, based on the job or their position. The classification of social class which divided the society into some classes is represented from the style of the building of worker’s houses and its position pattern."
2013
S46531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diazeva Fathia
"

Penelitian ini membahas mengenai Perkebunan Teh Gedeh di Cianjur, Jawa Barat dengan menggunakan sudut pandang arkeologi industri. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi proses produksi teh dan kehidupan sosial di Perkebunan Teh Gedeh melalui keletakan bangunan-bangunan serta arsip. Bangunan-bangunan yang diteliti antara lain bangunan untuk produksi, bangunan untuk tempat tinggal, dan infrastruktur sedangkan arsip yang digunakan berupa foto, peta dan surat kabar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa terdapat tiga tahapan dalam proses produksi teh Perkebunan Teh Gedeh, yaitu praproduksi, produksi dan pasca produksi serta alat-alat yang digunakan pada tahapan-tahapan tersebut. Kelas sosial di Perkebunan Teh Gedeh terbagi menjadi golongan atas, golongan menengah dan golongan pekerja yang terlihat dari pekerjaan, tempat tinggal, pakaian, serta gender. Keletakan bangunan-bangunan di Perkebunan Teh Gedeh memiliki makna dan tujuan tertentu terkait dengan fungsi pengawasan dan fungsi strategis.

 


This study discusses Gedeh Tea Plantation in Cianjur, West Java, using point of view of industrial archaeology. This study aims to reconstruct the tea production process and social life in Gedeh Tea Plantation through the location of buildings and archives. The buildings studied include buildings for production, buildings for housing, and infrastructure, while the archives used are photos, maps, and newspapers. Based on the results of the analysis, it is known that there are three stages in the tea production process of Gedeh Tea Plantation, namely preproduction, production, and post-production, and the tools used at these stages. The social class in Gedeh Tea Plantation is divided into the upper class, middle class, and working-class as seen from their occupation, residence, clothing, and gender. The location of the buildings in the Gedeh Tea Plantation has a specific meaning and purpose related to its supervisory and strategic functions.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Q. Reynaldo Regent Effendy
"Penelitian ini merupakan upaya rekonstruksi Stasiun Kereta Api Sukabumi, Jawa Barat, pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 dalam perspektif arkeologi industri. Kajian arkeologi industri adalah salah satu kajian arkeologi yang menekankan interpretasi pada tinggalan industri masa lampau dengan memberikan konteks sosial, ekonomi, dan teknologi. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data (analisis bentuk dan kontekstual), dan interpretasi. Hasil penelitian ini adalah kegiatan operasional perkeretaapian di dalam Stasiun Kereta Api Sukabumi berdasarkan hubungan keletakan antar bangunan. Pada stasiun ini juga menggambarkan adanya pembagian kelas sosial penumpang. Stasiun ini berperan dalam perantara mobilisasi masyarakat dan distribusi barang serta komoditi perkebunan teh sekitar. Stasiun ini juga andil dalam industri pariwisata di Sukabumi. Keberadaan stasiun ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat pada masa Hindia Belanda yang hendak ke Kota Sukabumi.

This research is an effort to reconstruct the Sukabumi Railway Station, West Java, in the late 19th to early 20th centuries in industrial archaeology perspective. The study of industrial archeology is one of the archaeological studies that emphasizes the interpretation of the industrial heritage of the past by providing social, economic, and technological contexts. The research method used includes data gathering, data processing, data analysis (form and contextual analysis), and interpretation. The results of this study are the railway operational activities in the Sukabumi Railway Station based on the location relationship between buildings. At this station also illustrates the existence of a social class division of passengers. This station has a role in community mobilization and distribution of goods and commodities from surrounding tea plantations. This station also has role in the tourism industry in Sukabumi. The existence of this station made easy for people during the Dutch East Indies era who wanted to go to Sukabumi City.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Maulana Kusuma
"Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh Revolusi Industri bagi Modernisasi pengolahan tebu di Tegal khususnya pabrik gula Doekoewringin dan Kemanglen dari tahun 1841-1853. Pabrik gula ini dibangun pada tahun 1841 oleh seorang veteran tentara Belanda yang bernama Theodore Lucassen. Pabrik gula Doekoewringin dan Kemanglen merupakan pabrik gula pertama yang menggunakan sistem uap tercanggih dan berasal dari perusahaan Derosne et Cail. Pabrik gula ini menjadi salah satu bentuk modernisasi mesin-mesin pabrik gula di Hindia Belanda pada masa cultuurstelsel (tanam paksa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modernisasi pengolahan tebu di Jawa dengan contohnya pabrik gula Doekoewringin dan Kemanglen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Sumber-sumber yang digunakan adalah sumber primer berupa arsip nasional dan arsip dari Delpher. Sumber sekunder yang digunakan berupa buku dan jurnal. Berdasarkan sumber yang diperoleh, pabrik gula Doekoewringin dan Kemanglen adalah pabrik gula pertama yang melakukan pengolahan tebu menggunakan mesin uap yang sama seperti pabrik gula di Karibia. Hal ini tentu menjadi sebuah contoh mengenai perkembangan teknologi dan industri yang ada pada pabrik gula di Jawa.

This study explains the influence of the Industrial Revolution on the modernization of sugarcane processing in Tegal, especially the Doekoewringin and Kemanglen sugar factories from 1841-1853. This sugar factory was built in 1841 by a veteran of the Dutch army named Theodore Lucassen. The Doekoewringin and Kemanglen sugar factories were the first sugar factories to use the most advanced steam system and came from the Derosne et Cail company. This sugar factory became a form of modernization of sugar factory machines in the Dutch East Indies during the cultuurstelsel (forced cultivation) period. This study aims to determine the modernization of sugar cane processing in Java with the example of the Doekoewringin and Kemanglen sugar factories. The method used in this study is the historical method. The sources used are primary sources in the form of the national archives and archives from Delpher. Secondary sources used in the form of books and journals. Based on the sources obtained, the Doekoewringin and Kemanglen sugar factories were the first sugar factories to process sugar cane using the same steam engine as sugar factories in the Caribbean. This is certainly an example of technological and industrial developments in sugar factories in Java."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rista Antari
"Krisis malaise tahun 1929 mengakibatkan lima pabrik gula di Banyumas bangkrut pada tahun 1933. Salah satunya adalah Pabrik Gula Kalibagor yang merupakan pabrik terbesar dan tertua di Banyumas. Pada penelitian ini dibahas dampak yang dirasakan pabrik gula Kalibagor saat krisis malaise dan bagaimana pabrik gula ini dapat bangkit kembali tahun 1938. Sumber primer yang digunakan adalah arsip Suikerregeling 1936, harian Belanda dan Hindia-Belanda seperti De Telegraaf, De Locomotief, De Algemeen Handelsblad pada periode 1900-1938. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), analisis sumber (interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi). Hasilnya ditemukan bahwa Pabrik Gula Kalibagor mengalami jatuh bangun selama krisis malaise tahun 1933-1938. Pabrik Gula Kalibagor harus berhenti berproduksi pada tahun 1933 karena krisis malaise dan bencana kekeringan. Keuntungan pabrik yang terus menurun akibat musim kemarau menyebabkan produksi gula menjadi rendah ditambah dengan adanya krisis malaise sehingga pabrik gula Kalibagor mengalami kerugian yang besar. Perekonomian Banyumas semakin memburuk dan untuk mengembalikan perekonomian Banyumas maka Bupati Banyumas mengupayakan untuk dibukanya kembali Pabrik Gula Kalibagor. Pada tahun 1936, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan membangkitkan kembali salah satu pabrik gula di Banyumas, yaitu Pabrik Gula Kalibagor. Pabrik Gula Kalibagor beroperasi lagi pada tahun 1938 yang membuat perekonomian di Banyumas kembali membaik.

Crisis malaise in 1929 has caused five sugar factories in Banyumas going bankrupt in 1933. One of them was the Kalibagor Sugar Factory, which was the largest and oldest factory in Banyumas. This research discusses the impact of crisis malaise to Kalibagor sugar factory and how this sugar factory could revive in 1938. The primary sources used the Suikerregeling 1936 dutch archives, daily of De Telegraaf, De Locomotief, De Algemeen Handelsblad in the period 1930-1938. This research method uses historical methods consisting of source collection (heuristics), source criticism (verification), source analysis (interpretation), and history writing (historiography). The result is, Kalibagor Sugar Factory experienced ups and downs during the malaise crisis of 1933-1938. Kalibagor Sugar Factory had to stop production in 1933 due to malaise crisis and dryness weather. The factory's profits continued to decline due to bad weather which caused low sugar production coupled with the malaise crisis so that the Kalibagor sugar factory suffered huge losses. Banyumas economy was getting worse and to restore Banyumas economy, then the Banyumas Regent was making efforts to reopen the Kalibagor Sugar Factory. In 1936 the Dutch East Indies government issued a policy of reviving one of the sugar factories in Banyumas, namely the Kalibagor Sugar Factory. So that the Kalibagor Sugar Factory could operate again in 1938. That way, the economy in Banyumas was getting better again."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>