Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172070 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Natanael
"ABSTRAK
Jalan layang adalah salah satu solusi untuk masalah persinggungan titik
transportasi jalur darat. Namun keberadaan jalan layang berdampak pada munculnya ruang bawah jalan layang tempat kolom-kolom penahan jalan layang tersebut. Jalan layang yang berbeban besar membutuhkan kolom berukuran besar pula, dan kolom berukuran besar membutuhkan ruang yang berukuran besar pula. Pada ruang-ruang bawah jalan layang ini kerap dijumpai tindakan vandalisme. Vandalisme menjadi sampah visual di wajah kota dan menimbulkan rasa tidak aman bagi masyarakat kota. Namun dalam beberapa kasus, ruang-ruang bawah jalan layang justru dimanfaatkan sebagai taman graffiti, sebuah tempat berekspresi dan menyampaikan pesan-pesan sosial yang positif bagi masyarakat kota.
Studi kasus dilakukan dengan membandingkan vandalisme dan graffiti yang terjadi di beberapa jalan layang yang terdapat di kota Jakarta. Lokasi, kepadatan lalu lintas, dan kondisi sekitar yang berbeda dari jalan layang ternyata memberikan perbedaan hasil yang mucul di ruang bawah jalan layang, apakah vandalisme atau seni graffiti. Dengan melakukan perbandingan analisis dalam studi kasus antara ruang bawah jalan layang yang mendapat tindakan vandalisme dan seni graffiti, akan didapat jawaban apa faktor dibalik terjadinya vandalisme seni graffiti di ruang bawah jalan layang.

abstrack
Flyover is one of solution for the contiguity of land transportation tracks problem. However, a flyover give an impact for its existence and it is the emergence of space underneath that flyover. Space underneath a flyover is an absolute impact of the flyover?s big columns. A flyover with huge load require a lot of big colums, and a lot of big colums require a big underneath space. It is not a shocking fact if people have seen many vandalism acts in these underneath spaces. Vandalism is visual trashes for urban face and make people feel insecure. But in some cases,
spaces underneath the flyovers were used as graffiti parks, places where people express and deliver positive massages for urban people through graffiti art. Writer do the case studies by comparing vandalism act and graffiti art in several flyovers? spaces underneath in Jakarta. Different location, traffic density, and sorrounding environment of each flyover turn out to be some causes of the result difference, whether it is vandalism act or graffiti art. By comparing analysis of the
space underneath a flyover with vandalism act and the space underneath a flyover with graffiti art, writer will know the causes behind emergence of vandalism act and graffiti art in space underneath the flyovers."
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42769
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Adriyan
"Fenomena street art merupakan suatu bentuk propaganda dari fine art, dan biasanya menjadi konsumsi masyarakat dari kelas tertentu, namun street art mencoba mendobrak hal tersebut dengan menampilkan seni di tempat umum, dengan menghadirkan seni tersebut kepada masyarakat, dan bukan membuat masyarakat yang mendatangi sebuah galeri. Salah satu dari perwujudan street art yaitu seni grafiti yang pada awalnya berfungsi sebagai penunjuk identitas bagi individu atau sekelompok orang, dengan hasil yang terkadang bersifat vandalisme. Tetapi sekarang grafiti mulai diterima oleh sebagian kalangan tertentu. Dalam hal ini grafiti tersebut sudah di gunakan sebagai elemen dekorasi suatu ruangan dan membentuk identitas dari ruangan tersebut.
Beberapa studi kasus yang dipilih dibandingkan dengan berbagai bentuk grafiti yang ditempatkan pada ruang yang berbeda-beda, dimulai pada grafiti yang ditempatkan di dalam ruang interior bangunan, lalu grafiti pada luar bangunan tetapi masih didalam satu kompleks interior bangunan, selanjutnya di bandingkan kembali dengan penempatan grafiti yang berada di luar bangunan. Selain itu dibandingkan dengan satu bentuk mural yang terdapat pada ruang interior. Dengan penempatan grafiti yang berbeda-beda tersebut, ternyata menghasilkan dampak dan kesan yang berbeda dengan grafiti yang berada dipinggir jalan dengan eksterior bangunan sebagai medianya.
Skripsi ini mencoba menggali tentang faktor apa saja yang mempengaruhi grafiti untuk dapat difungsikan sebagai elemen suatu ruang, dan grafiti seperti apa yang dapat digunakan pada ruang tersebut. Dengan melakukan perbandingan analisis dalam studi kasus, akan didapat jawaban dari faktor apa yang mempengaruhi grafiti tersebut untuk dapat kembali masuk kedalam konteks suatu ruang.

Street art phenomenon has became a propaganda of fine art, and it usually used by specific consumer, but street art tried to break the rules by showing it off on public spaces, presenting it to people in order to make them see it on the street, not in the gallery. One of its kind is graffiti, which exists to identify certain people or group at the first time, and sometimes, it is considered as vandalisme. But now, some people has started to accept it, and it is used more for decoration which can help to communicate the characteristic of the space.
Case study has been done by comparing many kind of graffiti that are made in different places; which are done within the interior spaces, outer side of the building, and the exterior. It then, also compared with mural of the interior spaces. Applicating graffiti in many different places, resulting the different impact and impression of shape and function, in comparison to the exterior media.
This paper by discover the factors that influence the use of graffiti as one element or space. By comparing them for different purposes, one can find the factors which affect the graffiti to be applied within different spatial contexts.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rahma
"Ruang di bawah jalan layang memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Studi dilakukan dengan melihat potensi pemanfaatan tersebut berdasarkan unsur fundamental dalam arsitektur yakni ruang. Kajian teori mencakup pengertian ruang, batas-batas ruang, hubungan antara ruang dan batas ruang, serta bagianbagian jalan layang yang memiliki pengaruh terhadap ruang di bawahnya. Studi kasus dilakukan di ruang di bawah jalan layang Kemanggisan dan Pasar Rebo yang memiliki bentuk dan pemanfaatan yang berbeda.
Kesimpulan yang didapatkan, jenis pilar sebagai batas ruang sangat mempengaruhi potensi pemnafaatan. Pilar yang bentuknya linier memberikan sifat terbuka sedangkan pilar berupa dinding cenderung bersifat tertutup.

Space under flyover has great potential to be used. This study investigates the potential used of space under flyover based on theory of space. The investigation includes the meaning of space, boundaries, the relation between space and boundaries, and flyover's elements that have influence to space underneath. The case used is the space under the Kemanggisan flyover and Pasar Rebo flyover that have different boundaries and use.
The conclusion of this study is that the pillars as main boundary have the most influence to the space under flyover to be use. Linear pillars provide an extrovert space while wall pillars provide an introvert space.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Dara Fitriani
"Pesatnya pembangunan kota membuat penggunaan media tanah semakin terbatas, ada baiknya untuk mengoptimalkan seluruh ruang yang dimiliki termasuk ruang sisa. Hal ini agar ruang sisa dapat bermanfaat dan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan terhadap fenomena ini adalah dengan mengkaji teori ruang sisa oleh Trancik (1986) dan Loukaitou-Sideris (1996), serta teori dari Gehl (2010) dan Gehl (2011) mengenai ruang publik. Dalam mengumpulkan data, metode yang dilakukan adalah analisis studi kasus dengan mengamati langsung ruang dan aktivitas yang ada. Temuan dari hasil analisis pengamatan disampaikan secara naratif yang menjelaskan kondisi ruang. Pengamatan menunjukan ruang sisa bisa berubah menjadi ruang aktif apabila ada pemasukan program dan penambahan elemen ruang. Sementara faktor dan elemen yang mempengaruhinya adalah lokasi, ciri fisik, pengguna, aksesibilitas, dan pemeliharaan ruang.

The rapid development of the city makes land-use become more limited, it is better to optimize all the space owned including lost space. Thus, lost space can be useful and help meet the needs of the community. The approach taken to this phenomenon is by examining the theory of lost space by Trancik (1986) and Loukaitou-Sideris (1996), also with theory by Gehl (2010) and Gehl (2011) about public space. In collecting data, the method used is study case analysis by directly observing the space and activities. The findings from the observation analysis are presented in a narrative manner that explains the condition of the space. The observations reveal that lost space can be transformed into active space if there is program insertion and space elements addition. While the factors and elements that affect it are locations, physical characteristics, users, accessibility, and space maintenance."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Hadi Yassin
"Perkembangan kota saat ini mengarah pada terbentuknya ruang sisa, karena proses pembangunan yang memperlakukan bangunan sebagai entitas terisolasi tanpa keterhubungan dengan jalanan dan lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman perancang kota dalam mengaitkan hubungan antara bangunan, ruang, dan perilaku manusia dalam desain kota. Akibatnya, kota cenderung mengalami pembangunan yang tidak berkelanjutan, dengan penurunan performa lingkungan, keterasingan sosial, dan peningkatan kejahatan. Istilah ruang sisa dapat menggambarkan ruang kota yang tidak memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungannya, terbentuk secara tidak sengaja selama tahap perencanaan, terisolasi dari jaringan jalan utama, dan tidak diinginkan oleh pengguna dan lingkungan sekitar. Ruang sisa ini banyak ditemui di perkotaan terutama di area bawah jembatan layang. Meskipun telah dilakukan upaya revitalisasi di area bawah jembatan layang, masih saja ditemukan ruang yang tidak digunakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penulisan ini akan membahas mengenai pemahaman lebih lanjut tentang aspek yang dapat menunjang keberhasilan suatu ruang sisa yang sudah direvitalisasi menjadi ruang publik.

The development of cities today leads to the formation of lost spaces, due to the development process that treats buildings as isolated entities with no connection to the streets and the surrounding environment. This is due to the lack of understanding of urban designers in linking the relationship between buildings, spaces, and human behavior in urban design. As a result, cities tend to experience unsustainable development, with reduced environmental performance, social alienation, and increased crime. The term lost space can be described as urban spaces that do not have a positive impact on the community and its environment, formed unintentionally during the planning stage, isolated from the main road network, and undesirable to users and the surrounding environment. The existence of these lost space can be found under bridges. Although revitalization has been done to this under bridge, there are still under bridge that have been revitalized with little visitors that can be found. Therefore, this paper will discuss further understanding of the aspects that can support the success of a lost space that has been revitalized into a public space."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Pandu Pradana
"Perubahan fungsi adalah sesuatu yang identik dengan citra kota dan masyarakatnya kini. Ditandai dengan perkembangan teknologi yang pesat sehingga kemudian memicu timbulnya kedinamisan pada cara hidup masyarakat kota. Perubahan-perubahan tersebut turut diwarnai pula dengan adanya pemikiran bahwa bentuk memicu timbulnya fungsi tertentu. Dengan ini, masyarakat kota menjadi kreatif akan perubahan yang ada sehingga dapat terus beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Fenomena-fenomena perkembangan yang terjadi pada kota turut pula memicu lahirnya ruang ambigu pada kota. Diawali dengan timbulnya banyak persepsi akan suatu ruang, selanjutnya membuat ruang tersebut beradaptasi dan berinteraksi dengan pengguna, dalam hal ini masyarakat kota. Adaptasi dan interaksi itulah yang membuat suatu ruang kemudian menjadi fleksibel. Fleksibilitas kemudian berpengaruh terhadap timbulnya ruang multifungsi.
Karena fleksibel, pemaknaan baru pada suatu ruang yang dianggap ambigu menjadi bebas, dalam hal ini menjadi pemicu lahirnya kegiatan graffiti dan skateboarding. Keadaan ini berdampak pada terjadinya pertentangan, karena tidak semua pengguna sepakat dengan hadirnya pemaknaan baru terhadap ruang kota. Perubahan fungsi yang ekstrim sehingga mengakibatkan misuse seiring dengan hadirnya pemaknaan baru terhadap ruang, berdampak pula pada pembentukkan citra baru bagi kota.
Skripsi ini mencoba menelusuri apa yang melatarbelakangi lahirnya ruang ambigu terkait dengan fenomena graffiti dan skateboarding. Disini akan terlihat bagaimana hubungan antara ruang ambigu dengan kemunculan misuse dalam arsitektur.

Change in function is something that identical with the city image and its current community. The rapid development of technology marked the emergence of community dynamic way of life. These changes also influenced by the thought of form triggered the emergence of certain function. Hence, the city community became creative toward the changes that happen, in order to continually adapt with those changes.
The development phenomena that happened to the city also triggered the birth of ambiguous space in the city. Preceded with the emergence of numerous perceptions of a space, thus made this space adapting and interacting with the user, in this case the city community. Those adaptations and interactions that made a space become flexible. Afterwards this flexibility was influential towards the emergence of multifunctional space.
Since it was flexible, new elucidation of a space that were regarded as ambiguous became free, in this case became the trigger of the birth of activity such as graffiti and skateboarding. This situation had an impact in the occurrence of conflict, because not all users agreed with this city space new elucidation. The extreme change in function resulted in misuse along with the presence of new elucidation of space, which also had an impact in producing new image for the city.
This writing tried to investigate the basis of the birth of ambiguous space in relation to the graffiti and skateboarding phenomenon. From here, the state of relations between ambiguous space and the emergence of misuse in architecture will be seen.
"
Lengkap +
2008
S48402
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Urrohmah
"Skripsi ini membahas proses produksi ruang yang terjadi di jalan layang Pasar Rebo. Beberapa pertanyaan terkait yakni karakter jalan layang Pasar Rebo terkait dengan Jalan Raya Bogor, proses produksi penggunaan ruang di jalan layang terkait dengan temporalitas, dan aktivitas relaksasi memproduksi ruang publik. Untuk dapat memahami dan mengungkap proses produksi ruang akibat aktivitas relaksasi pada jalan layang digunakan teori-teori produksi ruang dari Henri Lefebvre dan teori praktek meruang dari Michel de Certeau. Metode kualitatif digunakan pada pengamatan dan wawancara terhadap pengguna ruang pada Jalan Layang Pasar Rebo.
Hasil penelitian menunjukkan jalan layang pada tahapan conceived space sebagai sirkulasi kendaraan menjadi lokasi yang menarik dalam tahapan perceived space sebagai ruang publik dan tempat berjualan. Konflik ini menjadikannya sebagai dualisme fungsi dalam tahapan lived space sehingga institusi terkait merasa perlu untuk membenahi fenomena ini dengan menggunakan strategy tetapi pengunjung atau pedagang dapat membaca situasi dengan menggunakan tactic.
Proses produksi ruang akibat aktivitas relaksasi berawal dari meminggirkan motor ke bahu jalan, memarkirkannya, membuka helm, mengendurkan otot, memutar badan menghadap timur atau barat, membeli jajanan, dan menikmati pemandangan sekitar. Aktor yang berperan saling terkait dengan aksi yang dilakukan sehingga memproduksi ruang baru pada jalan layang. Masing-masing mempunyai pemicu tersendiri yang lebih dominan baik dari alam, dimensi ruang, waktu, mata pencaharian, dan tugas penertiban sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

This final paper discusses the space production process that happens in Pasar Rebo overpass. Several questions arise from this phenomenon, such as the character of Pasar Rebo overpass associated with the context of Bogor highway, space utilization production process associated with temporality, and relaxation activities producing public space. To understand and reveal the space production process due to relaxation activities in overpass, production of space theories by Henri Lefebvre and spatial practice theory by Michel de Certeau are used through literature study. Qualitative methods used in the observations and interviews users of space in Pasar Rebo overpass.
The results shows Pasar Rebo overpass in the phase of conceived space as a vehicle circulation becomes an attractive location in phase of perceived space as public space and a selling place. These conflicts make it as a duality of functions in phase of lived space so relevant institutions feel the need to correct this phenomenon by using the strategy but the visitor or cadger can read the situation by using the tactic.
The process of production of the space due to the relaxation activity originated from the motor pulled onto the shoulder, parked, opened the helmet, relax muscles, rotating body facing east or west, buy snacks, and enjoy the scenery around. The actor who plays intertwined with the actions taken to produce a new space on the overpass. Each has its own trigger a more dominant both from nature, the dimension of space, time, livelihoods, and enforcement duties in accordance with the objectives to be achieved.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43075
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahreza Aditya
"ABSTRACT
Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhannya, manusia menggunakan ruang kota sebagai tempat beraktivitas. Setiap kegiatan manusia pada ruang kota, dipengaruhi oleh persepsi dan latar belakang masing-masing individu. Hal ini membentuk akitivitas yang beragam, sehingga menjadikan kota sebagai ruang yang kompleks dan dinamis. Karena hal ini, banyaknya aktivitas manusia di ruang kota sulit untuk dipahami, sehingga fungsi ruang kota yang dapat memberi manfaat kepada kehidupan manusia justru terabaikan. Fotografi sebagai ekstensi dari indera visual, memiliki kemampuan untuk menangkap kejadian dengan membekukan kejadian ke dalam objek visual berupa foto, sehingga segala kejadian yang ditangkap dapat dievaluasi lebih lanjut. Oleh karena itu, skripsi ini akan fokus untuk membahas fotografi yang digunakan sebagai perangkat membaca aktivitas manusia dalam menggunakan ruang kota, sebagai upaya untuk memahami cara dari masing-masing individu dalam menggunakan ruang kota. Dalam kajian ini kegiatan pasar di dalam ruang kota akan dijadikan sebagai contoh studi kasus. Skripsi ini juga dilakukan untuk mendalami fotografi sebagai perangkat yang digunakan dalam kajian keruangan, sehingga fotografi dapat digunakan sebagai perangkat dalam meninjau lebih lanjut tentang ruang kota dan pengaruhnya terhadap manusia.

ABSTRACT
In an effort to fulfill their needs, humans use the city space as a place of activity. Every human activity in urban space is influenced by the perception and background of each individual, making the city a complex and dynamic space. Because of this, the function of urban space that can provide benefits to human become neglected because of the difficulty to comprehend the number of human acitvities in urban space. Photography as an extension of the visual sense has the ability to capture events by freezing it into visual objects in the form of photographs, so that all the events captured can be further evaluated. Therefore, this study will focus on discussing photography used as a tool for reading human activities, in an attempt to understand the ways of each individual in using urban space. In this study, market activity within the city space will serve as the case study. This study also explores photography as a tool used in spatial studies, so that it can be used as a tool in reviewing more about urban space and its effects on human life. "
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusneri Prasetiani Ekawaty
"Ruang publik merupakan tempat dimana orang-orang dapat berkegiatan dan bersosialisasi di dalamnya. Untuk mewujudkan suatu ruang publik yang dapat berfungsi dengan baik, perlu adanya keterlibatan karya seni publik di dalamnya. Patung merupakan salah satu bentuk karya seni publik yang sering ditemui pada ruang publik. Arti kehadiran patung tersebut menjadi penting, karena bukan hanya berfungsi sebagai elemen penambah estetika ruang saja. Kehadiran patung di dalam ruang publik seharusnya juga dapat memberikan begitu banyak manfaat seperti menciptakan rasa senang, bangga dan kagum akan kehidupan pada lingkungan di mana ia berada, merangsang kreativitas, dan juga memacu komunikasi antar individu yang berkegiatan di sekitarnya. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diperiukan adanya pengetahuan mengenai cara-cara penempatan karya seni publik yang baik pada sebuah ruang publik, sehingga keberadaan karya seni tersebut dapat lebih terasa di dalamnya.

Public space is a place where people can do their activities and socialize. To make a better functional public space, it needs the involvement of public art work within. Sculpture is one kind of public art which often can be found at some public spaces. Its presence become valuable when it is not only being aesthetical element. Its presence suppose to be more meaningful by giving sense of happiness, proud ness and admired by its surroundings, it can also desiring sense of creativity and can be connecting peoples working on it. For this purpose, it is require the knowledge about how to place this sculpture as public art in a public space in a good and right way, so its presence become meaningful."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cattleya Tiara Delina
"Skripsi ini membahas tentang sejarah dan definisi karya seni patung, definisi dan kriteria ruang publik, dan tata cara pencahayaan yang baik bagi karya seni patung yang terletak di ruang publik outdoor khususnya saat malam hari. Patung tidak hanya berfungsi mengisi ruang-ruang interior dalam suatu bangunan, tetapi juga dapat menyatu dengan ruang publik outdoor. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan saat menata cahaya pada patung agar dapat mencapai suatu penataan cahaya yang baik dan optimal. Selain itu, hasil terbaik dapat tercapai jika skema pencahayaan individual (hanya untuk objek patung) bekerja sama dengan pencahayaan bagi keseluruhan distrik atau area.

This thesis discusses the history and definition of sculpture, the definition and criteria of public space, and the lighting technique for sculpture that located in outdoor public spaces. Sculpture not only serves to fill interior spaces in a building, but also can be integrated with an outdoor public spaces especially at night. There are several aspects that must be considered when arranging the light on the sculpture in order to achieve the best and optimal arrangement of light. Furthermore, the best results can be achieved if the individual lighting scheme (only for sculpture) collaborating with the lighting of the entire district or area.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>