Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penulisan kripsi ini bertujuan untuk memaparkan secara garis besar perkembangan film dokumenter Prancis sejak awal munculnya hingga dasawarsa 1990-an.
Sebagai praktik yang berdiri sendiri dalam dunia sinema, film dokumenter mempunyai nilai-nilai dan konvensi0konvensinya sendiri yang berbeda dengan film fiksi. Konvensi yang dimaksud meliputi antara lain teknik dan metode pembuatan. Meskupin jarang mencapai popularitas tinggi dalam masyarakat, film dokumenter mempunyai peran penting sebagai media untuk berefleksi dan berekspresi. Film dokumenter dapat mengangkat suatu topik atau isu dengan cara yang tidak kalah menariknya dari film fiksi. Bahkan, pengaruhnya kadang-kadang leboh besar daripada film fiksi.
Dalam perjalanannya, perkembangan film dokumenter Prancis selalu tidak pernah lepas dari dinamika sosial, budaya, politik, dan ekonomi masyarakat. Hal itu ditandai oleh munculnya berbagai inovasi teknologi, pemikiran konseptual tentang metode pembuatan, dan vasriasi tema yang semakin meluas dari hari ke hari."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S14432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Maula Azzari
"Prancis memiliki angka populasi imigran yang besar di antara negara-negara Eropa dan banyaknya imigran di Prancis berpotensi menimbulkan konflik yang berkaitan dengan masalah integrasi. Dalam menghindari munculnya konflik ini, Prancis menuntut para imigrannya untuk berintegrasi sebagai masyarakat Prancis semaksimal mungkin. Akan tetapi, tuntutan ini seakan-akan membatasi para imigran dalam mengekspresikan identitas budaya negara asal mereka. Benturan budaya juga sering menjadi sebab permasalahan integrasi di Prancis. Tidak jarang mereka berperilaku seperti stereotip kelompok mereka yang sering dikaitkan dengan kriminalitas. Sebagai respon, sebagian masyarakat lain memperlakukan mereka dengan rasis. Ironisnya, mereka dianggap sebagai sebuah ancaman bagi ketertiban lingkungan, tetapi rasisme sendiri pun merupakan sebuah ancaman bagi eksistensi mereka. Ancaman dari tindakan yang sudah menjadi sebuah habitus ini dapat dilihat dalam film Les Misérables. Ditemukan bahwa salah satu tokoh polisi hitam, Gwada, menghadapi rasisme yang terinternalisasi sebagai bentuk habitus yang ada di departement Seine-Saint-Denis. Metode yang digunakan untuk menganalisis masalah ini adalah dengan menggunakan kajian film Boggs dan Petrie (2008), teori mengenai habitus milik Bourdieu (1994) yang digunakan untuk menganalisis bagaimana rasisme dapat terinternalisasi dalam diri tokoh, dan konsep rasisme terinternalisasi milik Pyke (2010). Hasil analisis menemukan bahwa institusi kepolisian memiliki peran besar dalam membentuk dan mempertahankan habitus yang sudah ada di lingkungan masyarakat. Ditemukan juga bagaimana institusi tersebut mempengaruhi tokoh lain untuk memiliki rasisme yang terinternalisasi dalam dirinya.

France has the biggest population of immigrants among European countries and the bigger the numbers, the bigger the chances of creating integration issues. As an effort to avoid conflicts, France demands their immigrants to fully integrate as French citizens as much as they possibly can. However, this demand limits immigrants in expressing the cultures that come from their homeland. Cultures clashing often becomes the reason that they’re having problems integrating. It is also not rare to find them behaving like their group’s stereotypes that are often associated with criminality. As a response, immigrants would be treated in a racist way by some people. Ironically, they would also be treated as a threat to society, but racism itself is a threat to their existence. The threat of this action that has become a habitus can be seen in the film Les Misérables (2019). It is found that one of the policemen, Gwada who is a black man, is facing internalized racism as a form of habitus that can be found in Seine-Saint-Denis. In this article, Boggs and Petrie’s (2008) film theory, Bourdieu’s (1994) habitus theory, and the Pyke’s (2010) concept of internalized racism were used to help with analyzing how racism can be internalized in one of the characters. As a result of the analysis, it is found that the police institution has a big role in creating and maintaining a habitus in society. It is also found how that institution can influence other characters into having internalized racism in himself."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Susilo
"Analisis SituasiFilm dapat dinikmati dari berbagai kalangan dengan latar belakang usia maupun status. Keberadaan film begitu magis karena kekuatannya yang mampu menggambarkan realitas masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Effendi, film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Sebagian dari mereka yang membuat film masih berpatron pada produk budaya dan industri, yang artinya selain film dibuat sebagai medium penyalur gagasan, tujuan utama film dibuat adalah sebagai sarana hiburan bagi penontonnya yang juga mempertimbangkan sisi ekonomi komersil . Dari segi media ekspresi, sineas menarik diri dari kebutuhan penonton akan hiburan. Mereka membuat film dengan dasar panggilan jiwa yang melihat realitas kehidupan masyarakat yang dinamis dan terlepas dari faktor komersil industri. Dari sini kita bisa melihat dualisme ideologi para pembuat film tentang tujuan mereka, yaitu film sebagai produk hiburan yang komersil, serta film sebagai medium ekspresi realitas. Jika selama ini film hiburan yang komersil merajahi layar bioskop, maka pertanyaannya adalah kemana film yang lebih mengangkat ekspresi realitas alternatif dipertontonkan ?Pernyataan KebutuhanMeski sudah sepuluh tahun berdiri dan kini dikelola secara lebih professional, masih banyak perbaikan yang harus dilakukan oleh Kineforum demi mencapai tujuan luhurnya. Salah satu yang menjadi pekerjaan banyak pihak adalah kesadaran masyarakat akan keberadaan ruang ini. Dalam pengelolannya, Kineforum mendapat bantuan dari pemerintah provinsi DKI Jakarta yang artinya masyarakat juga turut andil dalam membuat Kineforum bisa hidup. Namun kenyataannya, Kineforum masih dianggap menjadi tempat berkumpulnya mereka yang memang sudah paham tentang film sehingga terkesan sangat eksklusif. Maka dari itu film pendek ini secara tidak langsung menyoroti tentang bagaimana Kineforum ini dibentuk, lalu juga melihat apa yang sedang dihadapi sekarang dan tantangan yang akan datang. Sehingga diharapkan khalayak sasaran utamanya disini adalah masyarakat Jakarta dari kalangan anak muda, dapat memiliki rasa memiliki terhadap Kineforum dan turut serta untuk mengembangkannya.Maksud dan TujuanTujuan utama dalam pembuatan karya ini adalah ingin memberikan pengenalan tentang Ruang Putar Alternatif, sehingga penonton memiliki pilihan/referensi untuk budaya menonton yang tidak hanya di bioskop. Selain itu, berdasarkan riset awal yang sudah dilakukan, masih belum ada arsip digital seperti film yang mengangkat seputar Ruang Putar Alternatif, meskipun sudah cukup banyak tulisan yang mengangkat seputar Ruang Putar Alternatif. Itulah mengapa meskipun manfaat yang didapat cukup beragam, akan tetapi masih sedikit minat penonton.Sasaran KhalayakSasaran khalayak primer dari film ini adalah laki-laki dan perempuan berusia 16-24 tahun yang masih memiliki status sebagai pelajar, mahasiswa, atau karyawan pekerja. Aspek geografisnya tinggal di wilayah Jabodetabek dengan akses ke bioskop baik komersil ataupun Kineforum lebih dekat. Aspek psikografisnya memiliki ketertarikan tinggi terhadap film dan suka menonton. Secara status sosial ekonomi, terbuka untuk semua kalangan yang memiliki daya beli terhadap tiket bioskop.Ide DasarMembuat film dokumenter yang tujuannya untuk mengenalkan ruang putar alternatif utamanya Kineforum kepada khalayak sasaran, sehingga memiliki referensi dalam budaya menonton yang tak hanya di bioskop.Pendekatan Struktur dan Gaya PenulisanStruktur yang digunakan dalam film ini adalah kronologis dengan pendekatan gaya penuturan sejarah profil. Menampilkan ulasan tentang perjalanan berdirinya Kineforum dan juga bagaimana perkembangannya, lalu dilanjutkan ke bagian pengelolaannya sekarang serta sistem programasi yang digunakan.SinopsisRuang putar film di Indonesia didominasi oleh bioskop komersil yang notabene hanya memutarkan film-film tertentu. Film alternatif, film indie, maupun film pendek jarang mendapat tempat di layar lebar. Oleh karena itu, Kineforum lahir sebagai sebuah ruang putar alternatif yang menjadi wadah bagi film-film yang tidak terjamah bioskop arus utama.Anggaran DanaPra Produksi : Rp. 675.000Produksi : Rp. 675.000Pasca Produksi : Rp. 460.000 Total Biaya Produksi : Rp. 1.810.000

Situation Anasysis Film can be consumed by audiences in various ages and status backgrounds. Its existence is magical because of its power to depict the society. According to Effendi, film can be defined as a culture produt and a device to express art. For some filmmakers, film is patronized by culture product and industry, which means film is not just be made as a medium of idea, but it also has a main goal to become a medium of entertainment for the audience that considers commercial aspect. As a medium of expression, filmmakers pull theirselves out from the audience rsquo s need of entertainment. They create film based on the calls from their hearts who see the dinamical social reality despite the commercial industry factor. From here, we can see the filmmakers rsquo ideology dualism according to their goals, which are film as commercial entertainment products, and film as media to express the reality. If nowadays commercial entertainment films dominate theaters, where films which express the reality go Question of Need Even though Kineforum has been established for ten years and has professionally been managed, Kineforum needs to do a lot of fixations to achieve its noble goals. One of the jobs is to encourage the people rsquo s awareness of Kineforum rsquo s existence. In its management, Kineforum is supported by the Governor of DKI Jakarta, which means the society can also help Kineforum to survive. However, in reality Kineforum is viewed just to be a place for people who has deep knowledge about film, so it is considered as exclusive. In response to that, this film indirectly highlights to how Kineforum was established, what is the problems it has to face, and its challenges for the future. The main aim for this film is Jakarta rsquo s young audiences, so they can have affections toward Kineforum and take parts to improve itAim and Purpose The main purpose of this project is to give an introduction to alternative theater, so the audience can have the choices or references to watching culture outside the mainstream theater. Besides, according to the early research, there is no digital archive such as film which pick up the issue related to alternative theater. That is why the benefit gained from the film is abundant, but the audience rsquo s interest is small.Audience Target The primary audience target in this film are men and women age 16 24 years old who are still having status as students, college students, or workers. The geographic aspect of the target is that the audiences live in Jabodetabek with near access to commercial theaters and Kineforum.The psychographic aspect is that the audiences have high interest in film and love to watch movies. In economic status, it is open for all people who can afford buying box office ticket.Basic idea Produce a documentary film which aim is to introduce alternative theater especially Kineforum to the audiences, so they have more references in watching culture outside the commercial theater.Structure Approach and Writing Style Structure used in this film is a set of chronology with historical profile description approach. It shows review of Kineforum rsquo s establishment and how it improves, then it continues to its managerial nowadays along with its programation system.Synopsis Theaters in Indonesia are dominated by commercial theaters which just play particular kinds of film. Alternative movies, Indie movies, or short movies are scarcely have place in the big screen. In response to that, Kineforum was born as an alternative theater which can be a place for films that do not have a place in mainstream theather.BudgetingPre Production Rp. 675.000Production Rp. 675.000Post Production Rp. 460.000 Total Budget Rp. 1.810.000 "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Natasia Stephanie
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Naomi Hadiah Berliana
"Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai kondisi film dokumenter di Indonesia sebagai sebuah media alternatif, sebagai akibat dari keterbatasan dalam ruang eksebisinya. Keterbatasan ruang eksebisi tidak hanya secara fisik namun juga secara ide atau kebebasan ekspresi. Eksebisi merupakan muara dari dua tahapan sebelumnya yakni tahapan produksi dan distribusi. Masingmasing tahapan memiliki peran penting sebelum pada akhirnya dapat menikmati film dokumenter di ruang yang mudah diakses dan sejajar dengan media arus utama. Menggunakan metode kualitatif, film dokumenter dilihat sebagai media alternatif (Bailey, dkk, 2007), dengan ciri-ciri yang melekat, dan kemungkinannya menjadi sebuah produk industri budaya dalam kerangka kajian ekonomi politik berdasarkan struktur pasar melalui indikator-indikator dalam kebijakan perdagangan dan kebudayaan menurut Andrew Flibbert (2007). Dengan pendekatan kritis, film dokumenter dapat diagendakan untuk menyuarakan sebuah penolakan atas sebuah wacana dominasi dari pemilik kepentingan tertentu yang merugikan masyarakat. Dengan segala keterbatasan dukungan dari pemerintah dan pemilik media massa arus utama, film dokumenter digunakan komunitas dan kelompok masyakarat dalam menyampaikan sesuatu. Penelitian ini menemukan bahwa film dokumenter masih terhambat dalam setiap tahapannya, pendanaan pada produksi, jalur distribusi, dan ruang eksebisi, yang semuanya berujung pada kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya diterapkan.

This research is expected to provide an understanding of documentaries film in Indonesia as an alternative media as the result of the limitation of its exibition space. It is not only phisically limitation but also in the term of idea and expression freedom. The exibition is the end stage after film production and distribution. Every phase had important role before the film could be watched in the accesible space and be equal with the mainstream media. By qualitative method, documentary film is seen as an alternative media. (Bailey, et al., 2007), within the inherent characteristics as analysis tools and its possibility to be cultural industry production within the framework of the politic economy of media based on market structure through the trading and culture policy indicators applied, according to Andrew Flibbert (2007). By critical approach, documentary film could be used to express the rejection against a dominant discourse of certain party that takes advantage from society. Within all limited supporting from the government and mainstream media owners, the documentaries are used by community and society groups to express their opinion. This research uncovers that documentary film is limited in every phases, such as funding on production, distribution channels, and exibition space, and all of it due to government policies that do not fully implemented well."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiriana Enny
"Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memaparkan perkembangan Baccalaureat (Bac) di Francis berdasarkan perkembangan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional Francis dan perkembangan statistik lulusannya. Berdasarkan perkembangan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional Prancis terlihat bahwa materi dan penyelenggaraan Bac terus mengalami modifikasi. Beberapa kebijakan penting yang membentuk Bac seperti yang dikenal dewasa ini adalah kebijakan Fouchet pada 1965, kebijakan Chevenement pada 1985 dan kebijakan Francois Bayrou pada 1995. Sementara itu, berdasarkan perkembangan statistik lulusannya terlihat bahwa perkembangannya itu dipengaruhi oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Prancis dan situasi sosial_ekonomi pada suatu masa. Meskipun secara umum terlihat peningkatan jumlah lulusan Bac, terdapat beberapa karakteristik khusus yang membedakan antara satu periode dengan periode lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ayu Agung Utari Triandani
"Skripsi ini telah diuji pada tanggal 8 Januari 2002 di Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan Francis, di hadapan Panitia Ujian yang terdiri atas : Dr. Okke K. S. Zalimar, Dr. J. Kadjat Hartojo, Ari A. Harapan M.Hum, Joesana Tjahjani M.Hum, dan Bernadetta Utami SS. Skripsi ini memaparkan hasil penelitian mengenai perkembangan pemanfaatan energi nuklir di Prancis pada dasawarsa 1970 hingga tahun 2001. Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan pemanfaatan energi nuklir di Prancis, yang mulai intensif setelah krisis minyak 1973 hingga perkembangan pesatnya pada dasawarsa 1990 hingga tahun 2001, melalui pemaparan inovasi teknologi dan struktur industri pengolahan energi nuklir di Prancis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cininta Aryadini
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa sejak diberi hak pilih partisipasi perempuan dalam kehidupan politik Prancis terus meningkat. Penelitian ini memaparkan fakta-fakta politik secara deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peran serta perempuan Prancis di politik meningkat.

The Purpose of this thesis is to show that after having a suffrage from the French governement. Women's participation in political life of France increases constantly. This thesis explains the political facts descriptively. The Conclusion of this research is the participation of French Women increased."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S9
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Izza El Hambra
"Fokus penelitian ini terletak pada perkembangan Konstitusi Prancis pada masa Republik Kelima. Tujuannya untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada Konstitusi Prancis selama Republik Kelima yang tercermin dalam pengubahan beberapa pasal konstitusi. Penelitian ini menggunakan data yang dianalisis berdasarkan konsep konstitusi dan amendemen. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa amendemen yang terjadi berimplikasi memperkuat karakter negara Prancis, dan menyempurnakan peran presiden, parlemen, dan dewan konstitusi sebagai lembaga tinggi negara Prancis.

This thesis discusses The focus of this research lies on the raising of French Constitution During 5th Republic. This research were analyzed based on the concept of constitution and amendment. The thesis concluded that the amendement has goals to describe the character of France, and to make perfect the role of president, parliament, and Conseil Constitutionnel as the highest state body of France."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S14405
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>