Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129308 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridwan
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pengembangan dan mengevaluasi derajat kompleksitas berbasis bukaan MLC statik menggunakan pengukuran detektor matrix Octavius, EPID, film Gafchromic dan dosis titik dan membandingkannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pengukuran derajat kompleksitas disarankan menjadi bagian program jaminan mutu teknik penyinaran intensity modulated radiation therapy IMRT dan volumetric modulated arc therapy VMAT . Serangkaian bukaan MLC statik berukuran kecil dan tak beraturan dibuat dalam penelitian ini untuk mewakili bukaan MLC statik pada teknik IMRT dan VMAT. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara perbedaan dosis dose difference perhitungan TPS dengan hasil pengukuran detektor matriks Octavius, EPID dan film Gafchromic menggunakan perbandingan perbedaan dosis global piksel per piksel dengan kriteria passing rate 3 mm, 3 . Hasil perbandingan dosis tersebut bervariasi antara 72,67 sampai 100 . Nilai derajat kompleksitas dihitung menggunakan edge area metric, edge metric, converted aperture metric, modulation complexity score, rasio MU/Gy dan circumference per area dengan nilai korelasi Pearson nilai-r menunjukkan hubungan yang cukup linier terhadap kompleksitas bukaan MLC statis dengan nilai bervariasi antara -0.688 sampai dengan -0.999 untuk pengukuran film gafchromic dan -0.714 sampai dengan -1.000 untuk pengukuran EPID.

ABSTRACT
The purpose of this study was to develop and to evaluate complexity metrics based on static MLC openings by using Octavius Detector, EPID, Gafchromic Film, and point dose measurement, and then compares them to the previous study. Complexity metrics have been suggested to be a part of quality assurance program for intensity modulated radiation therapy IMRT and volumetric modulated arc therapy VMAT techniques. A set of small and irregular static MLC openings were created as a representative of IMRT and VMAT radiation field segment. Furthermore, the dose difference between calculated and measured are evaluated using a pixel by pixel comparison with global dose difference criteria of 3 mm, 3 . The dose difference results were variated between 72.67 and 100 . The complexity scores was calculated by the edge area metric, edge metric, converted aperture metric, modulation complexity score, MU Gy ratio and circumference per area, show good linear those complexity metrics of the static MLC opening with the Pearson rsquo s r values variated between 0.688 and 0.999 for gafchromic film measurement and between 0.714 and 1.000 for EPID measurement."
2017
T48551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Azzi
"Pesawat linear accelerator (LINAC) dengan modalitas tanpa filter perata atau disebut dengan flattening filter free (FFF) telah terpasang di Indonesia. Karakteristik berkas foton pada material homogen dan heterogen LINAC FFF dipelajari pada penelitian ini. Kami menggunakan tiga pembanding, yaitu pengukuran pada phantom dengan menggunakan detektor film radiochromic, simulasi Monte Carlo, dan kalkulasi pada treatment planning system (TPS) dengan algoritma analytical anisotropic algorithm (AAA). Simulasi Monte Carlo dilakukan pada serangkaian perangkat lunak EGSnrc, DOSXYZnrc, dan MATLAB untuk menghasilkan data karakteristik berkas sinar-X FFF. Karakteristik berkas pada fantom homogen menunjukkan bahwa persentase dosis yang diterima permukaan meningkat sebesar 0.7 mm pada LINAC FFF dibandingkan dengan LINAC standar (WFF). Pada lapangan 10×10 cm2, terdapat penajaman penumbra dengan rasio WFF : FFF adalah 1 : 1.18, selain itu perbedaan dosis pada lapangan kecil antara TPS, simulasi dan pengukuran meningkat tajam seiring dengan penyempitan lapangan radiasi. Karakteristik berkas pada sumbu utama setelah melewati fantom inhomogen berbentuk segitiga dan slab tidak berbeda secara signifikan, tetapi perbedaan terlihat pada sumbu off axis hingga 6% karena pengaruh bidang miring dari material segitiga. Koreksi perturbansi setelah melewati material inhomogen udara dan ekuivalen tulang secara berturut-turut adalah 1.26 dan 0.88.

Linear accelerator (LINAC) without flattening filter modalities or called flattening filter free (FFF) has been installed in Indonesia. Photon characteristics of LINAC FFF in homogeneous and heterogeneous materials were evaluated in this study. We used three comparators, i.e. measurements on phantom using radiochromic film detectors, Monte Carlo simulations, and calculations on treatment planning system (TPS) in which anisotropic algorithm algorithm algorithm (AAA) was implemented. Monte Carlo simulations were performed on EGSnrc, DOSXYZnrc, and MATLAB software to generate FFF X-ray characteristic data. Photon beam characteristics in the homogeneous phantom indicate that the maximum relative dose was shifted by 0.7 mm to the surface in LINAC FFF compare to standard LINAC (WFF). On the field size of 10 × 10 cm2, there is a penumbra sharpening with a ratio of WFF: FFF is 1: 1.18. Besides, the difference in the small field between TPS, simulation, and measurements were sharpened along with the narrowing of the radiation field. Beam characteristics on the central axis after throughout the triangle shaped and slab inhomogeneity material was not significantly differed. However, the difference in perturbation ratio was seen along the off-axis up to 6% on the triangle shaped inhomogeneity material. Perturbation correction surroundings air and bone equivalent material is 1.26 and 0.88, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Ciamaudi
"Reaksi fotoneutron adalah salah satu reaksi inti yang terjadi pada kepala linac, baik pada linac berkas foton ataupun berkas elektron. Reaksi fotoneutron menghasilkan produk berupa neutron dengan tingkat energi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan berapa besar dosis neutron yang mungkin diterima oleh pasien radioterapi saat proses radioterapi dengan pesawat linac Varian iX 15 MV lapangan 10 cm × 10 cm. Simulasi pengukuran dilakukan pada posisi isocenter kedalaman 1 cm – 15 cm untuk membentuk kurva PDD. Pengukuran off-axis pada permukaan fantom, 2 cm, 3 cm, dan 15 cm juga dilakukan agar dapat membentuk off-axis profile.
Verifikasi simulasi dilakukan dengan membandingkan data pengukuran berkas foton lapangan 30 cm × 30 cm dengan beam data commissioning (BDC) Varian iX 15 MV Rumah Sakit Siloam MRCCC. Hasil Penelitian menunjukkan nilai dosis posisi isocenter adalah 1,24 × 10-2 Sv Gy-1 pada permukaan fantom, 4,82 × 10-2 Sv Gy-1 pada kedalaman 2 cm, 1,25 × 10-1 Sv Gy-1 pada kedalaman 3 cm, dan 1,89 × 10-6 Sv Gy-1 kedalaman 15 cm. Namun, nilai dosis tertinggi terdapat pada posisi -2 cm kedalaman 2 cm, yaitu 2,05 × 100 Sv Gy-1. Pada posisi isocenter, nilai dosis tertinggi berada pada kedalaman 7 cm dengan nilai 2,70 × 10-1 Sv Gy-1.

Photoneutron reaction is one of the reactions that occur in the linac head, both in the photon and the electron beam. The reaction produces neutrons with a certain energy level. This study aims to simulate how much neutron dose that may be received by radiotherapy patients during the process of radiotherapy with Varian iX 15 MV 10 cm × 10 cm field. Measurement simulation is carried out at an isocenter position depth of 1 cm - 15 cm to create a PDD curve. Off-axis measurements on phantom surfaces, 2 cm, 3 cm, and 15 cm are also carried out to make an off-axis profile.
Verification is done by comparing 30 cm × 30 cm field measurement data with beam data commissioning (BDC) of MRCCC Siloam Hospital’s Varian iX 15 MV linac. The result showed the dose value of the isocenter position is 1,24×10−2 Sv Gy-1 on the phantom surface, 4,82×10−2 Sv Gy-1 at a depth of 2 cm, 1,25×10−1 Sv Gy-1 at a depth of 3 cm, and 1,89×10−6 Sv Gy-1 at a depth of 15 cm. However, the highest dose value is -2 cm in 2 cm depth, which is 2,05 × 100 Sv Gy-1. In the  socenter position, the highest dose value is 2,70×10−1 Sv Gy-1 in 7 cm depth.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Bondan Panular
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang perbedaan hasil pengukuran keluaran linac
precise system di RSPAD Gatot Soebroto menggunakan detektor matriks PTW
dan fantom air, untuk sinar-x pengukuran dilakukan pada lapangan 10 x 10 cm2
dengan SSD 100 cm sedangkan untuk elektron menggunakan aplikator 10 x 10
cm2 dengan SSD 95 cm, dosis yang diberikan 1 Gray (100 MU) pada kedalaman
maksimum. PDD untuk sinar-x dan elektron yang dihasilkan dari pengukuran
detektor matriks memiliki rentang yang lebih pendek pada daerah kedalaman
maksimum dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan fantom air,
dengan rentang perbedaan 4 mm ? 5 mm untuk sinar x dan 3 mm ? 6 mm untuk
elektron. Sedangkan profil dosis untuk berkas sinar-x antara detektor matriks
dengan fantom air memiliki kesesuaian pada daerah lapangan penyinaran dengan
perbedaan kurang dari 2 %. Untuk berkas elektron terjadi perbedaan yang
signifikan dengan bertambahnya kedalaman, sehingga dapat disimpulkan bahwa
detektor matriks dapat digunakan untuk verifikasi penyinaran pada daerah target
volume penyinaran (Gross Tumour Volume/GTV) tetapi kurang baik untuk daerah
organ sekitarnya (Organ at Risk/OAR). Detektor matriks lebih baik apabila
digunakan untuk sinar-x, tetapi kurang baik digunakan untuk elektron.

ABSTRACT
This thesis discusses about output differences of Elekta Precise linac
treatment system on Gatot Subroto Army Hospital between the use of matrix
detector and water phantom, for x-ray measurement performed on 10 x 10 cm2
field size with a SSD 100 cm, as well as electron measurement using the
applicator 10 x 10 cm2 with SSD 95 cm, both on the given dose of 1 Gray
(100 MU) in the maximum depth. PDD for x-rays and electrons from the
measurement of the matrix detector has shorter range in comparison to the
maximum depth of measurement results with the water phantom. The range of
difference is found to be 4 mm - 5 mm for x-rays and 3 mm - 6 mm for the
electrons. Dose profile for x-ray measurement using the matrix detector is having
compatibility with water phantom measurement at the irradiation field, with the
difference found to be less than 2%. For the electron beam, significant difference
occurs with increasing depth, leading to the conclusion that the matrix detector
can be used to verify radiation on the Gross Tumour Volume (GTV), while being
not good enough for the Organ at Risk (OAR). The matrix detector is better used
for x-rays measurement, with relatively poor compatibility for electron
measurement."
2012
T31257
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S38449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devani Fitriani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi distribusi dosis radioterapi pada kasus kanker payudara, dengan menyelidiki dampak dosimetrik dari kesalahan pemosisian leaf MLC pada Varian Halcyon untuk kesalahan acak, dan untuk mengevaluasi keefektifan jaminan kualitas portal dosimetri dalam menangkap perubahan signifikan secara klinis yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan ini. Kesalahan acak secara sengaja dibuat pada leaf MLC sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, 50%, 80%, dan 100% dari total keseluruhan distal MLC Halcyon yang berjumlah 28 pasang, dengan pergeseran daun MLC sejauh 1 mm yang mengacu pada batas nilai toleransi AAPM TG 142. Modifikasi pergeseran leaf MLC memanfaatkan Python, Python dapat membaca file dicom yang dieksport dari TPS eclipse, modifikasi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya dosis yang diterima pasien dan menentukan apakah pergeseran leaf MLC tersebut masih dalam rentang yang dapat ditoleransi. Rencana kemudian diberikan pada Linac Varian Halcyon dan fluence ditangkap oleh Electronic Portal Imaging Device (EPID). Distribusi dosis yang diperoleh dievaluasi dengan metode gamma indeks. Hasil evaluasi dan analisis menunjukkan bahwa peningkatan error posisi MLC menyebabkan distribusi dosis yang semakin tidak sesuai dengan batasan dosis, dengan dosis yang diterima oleh PTV semakin menurun yang mempengaruhi kualitas dan efektivitas treatment radioterapi.

The research was conducted to evaluate the radiation dose distribution in breast cancer cases, By investigate the dosimetric impact of multi-leaf collimator positioning errors on Varian Halcyon for random errors, and to evaluate the effectiveness of portal dosimetry quality assurance in capturing clinically significant changes caused by these errors. Random errors were intentionally created in the MLC leaves at 5%, 10%, 15%, 20%, 50%, 80%, and 100% of Halcyon's total of 28 distal MLC pairs, with a 1 mm MLC leaf shift in reference to the AAPM TG 142 tolerance limit values. The modification of the MLC leaf shift utilizes Python, Python can read the dicom file exported from TPS eclipse, this modification is done to determine the amount of dose received by the patient and determine whether the MLC leaf shift is still within the tolerable range. The plan was then administered on a Varian Halcyon linear accelerator and the fluence was captured by an Electronic Portal Imaging Device (EPID). The obtained dose distribution was evaluated by the gamma index method. The results of the evaluation and analysis showed that increasing the MLC position error led to dose distributions that were increasingly out of dose constraint, with the dose received by the PTV decreasing which affected the quality and effectiveness of the radiotherapy treatment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Sawitri
"Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang berhubungan dengan peningkatan kepekaan (hipereaktiviti) saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Episode ini umumnya dihubungkan dengan obstruksi yang bersifat reversibel baik spontan maupun dengan pengobatan. Hipereaktiviti saluran napas merupakan faktor penting yang mendasari asma bronkial dan untuk mengetahui ada atau tidak hipereaktiviti saluran napas perlu dilakukan uji provokasi bronkus 2 Proses inflamasi menyebabkan peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan sehingga timbul gejala-gejala pernapasan akibat penyempitan saluran napas difus dengan derajat bervariasi. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan seperti alergen, infeksi, rangsangan fisis, rangsangan rat kimia, reaksi refleks terhadap udara dingin atau latihan serta akabat refluks gastroesofagus (RGE).
Pada penderita asma dengan RGE, beberapa gangguan pernapasan berhubungan dengan asam lambung. Berbagai penelitian menyatakan RGE berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran napas, penurunan faal paru dan gejala Minis asma. Hubungan penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) dan asma dipikirkan oleh William Oster pertama kali pada tahun 1912. William Oster memperkirakan bahwa serangan asma dapat disebabkan oleh iritasi langsung mukosa bronkus atau tidak langsung oleh pengaruh refleks lambung. Bray pada tahun 1934 memperkirakan bahwa distensi lambung pada sore hari dapat meningkatkan refleks vagal dan menyebabkan bronkokonstriksi. Harding dkk menyatakan bahwa asam lambung berhubungan dengan 90% kejadian batuk dan 78% ganguan pernapasan. Mekanisme patofisilogi ini disebut esophageal acid induced bronchoconstriclion. Berbagai data penelitian mendukung hipotesis bahwa RGE menyebabkan asma, dilain pihak asma menyebabkan RGE namun hubungan antara RGE dan asma sampai sekarang belum jelas."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Panca Wardhani
"Semivariogram adalah fungsi yang dapat menyatakan korelasi spasial pada data spasial. Semivariogram digunakan untuk mencari bobot pada kriging. Semivariogram mempunyai beberapa parameter diantaranya sill dan range. Parameter tersebut biasanya ditaksir berdasarkan plot semivariogram yang dihitung dari data sampel terhadap jaraknya. Metode ini biasa disebut metode klasik. Namun pada skripsi ini akan digunakan metode lain untuk menaksir parameternya. Metode yang digunakan adalah metode linear programming.
Sesuai dengan cara kerja linear programming yang dapat menghasilkan solusi optimal, diharapkan parameter yang ditaksir dengan metode linear programming lebih baik dibandingkan dengan metode klasik. Dalam tugas akhir ini metode klasik dan metode linear programming diterapkan untuk kasus data tertentu dan hasilnya adalah metode linear programming menghasilkan taksiran parameter yang lebih baik dibandingkan metode klasik, berdasarkan uji statistik tertentu. Selain itu, metode linear programming juga..."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27868
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Yuli Yasinta
"Model regresi linier berganda adalah model yang dapat digunakan untuk menaksir nilai-nilai suatu variabel terikat berdasarkan lebih dari satu variabel bebas pada data. Metode yang dapat digunakan untuk menaksir model regresi linier berganda adalah maximum likelihood estimator MLE . Namun, MLE memiliki kelemahan, yaitu sensitif terhadap data yang mengandung outlier dan memiliki waktu proses running time yang relative lama. Metode yang digunakan untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah metode parallel. Metode parallel adalah metode yang membagi data menjadi beberapa kelompok. Salah satu metode pengelompokan yang sering digunakan untuk mencari banyak atau jumlah cluster adalah k-means clustering.
Pada tugas akhir ini, proses MLE dilakukan pada setiap cluster, sehingga metode ini disebut parallel maximum likelihood estimator. Data yang digunakan pada tugas akhir ini berasal dari bankruptcy data bank32nh . Bank32nh adalah data mengenai antrian pada suatu bank XYZ yang terdiri dari 4500 observasi, 1 variabel terikat, dan 31 variabel bebas. Dari hasil aplikasi data, parallel maximum likelihood estimator memiliki waktu proses running time yang lebih singkat dan nilai mean square error MSE yang lebih kecil.

Multiple linear regression model can be used to estimate the value between one dependent variable and more than one independent variables on the data. A method that can be used to estimate the parameters of the model is the maximum likelihood estimator MLE. However, MLE has weakness e.i sensitive to the data that contains outlier and has a relatively long running time. To overcome these weaknesses the parallel method is used. In the parallel method, the data is devided into several groups. One of the known clustering methods is "k means clustering".
In this study, the MLE process did on each cluster, so that this method is called the parallel maximum likelihood estimator. The current data used for this research is from bankruptcy data bank32nh . Bank32nh is a dataset about the queue at a XYZ bank which consist of 4500 observations, one dependent variable, and 31 independent variables from experimental results, parallel maximum likelihood estimator the running time is faster and has smaller mean square error MSE.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurhayati
"Sekuen konsensus adalah subsekuen yang paling sering muncul pada sekuen DNA. Sekuen ini berguna untuk menentukan letak dari protein. Dalam mencari sekuen konsensus harus memperhatikan posisi tiap basa dari sekuen DNA. Terdapat pola tertentuk untuk mentukan sekuen ini. Pencarian sekuen konsensus pada umumnya dilakukan dengan cara menyejajarkan subsekuen DNA dan memberikan skor, sekuen yang memberikan skor maksimum akan dijadikan sekuen konsensus. Pencarian skor maksimum ini dapat dilakukan dengan pemrograman linier. Dalam skripsi ini akan dibahas pencarian sekuen konsensus dan posisinya pada sekuen DNA dengan mencari skor maksimum menggunakan metode pemrograman linier.

Consensus sequence is the most frequent subsequences at DNA sequences. This sequence used to find binding site of protein. To searching consensus sequence it is important to consider location every nucleotides on DNA sequences. There is specific pattern to find this sequence. Searching consensus sequence commonly done by aligning DNA subsequences and giving score, a subsequence which give maximum score will be consensus sequence. Searching maximum score can use linear programming. In this paper will discuss how to find consensus sequence and its location on DNA sequence with searching maximum score using linear programming method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43272
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>