Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arief Rahman Hakim
"ABSTRAK
Tesis ini membahas representasi Freemasonry, strategi representasi dan pengaruhnya terhadap representasi ibu kota Washington, D.C. Penelitian ini menggunakan teori representasi dan semiotik Peirce.
Tesis ini menunjukkan bahwa The Lost Symbol merepresentasikan Freemasonry melalui simbol dan ritual Mason, arsitektur kota, monumen, bangunan dan lanskap Washington, D.C. Dengan strategi oposisi biner, dialektika dan negasi afirmasi, Freemasonry direpresentasikan sebagai persaudaraan dengan rahasia, beriman pada Tuhan Yang Maha Esa, terbuka, toleran dan pluralis. Representasi Freemasonry berpengaruh terhadap representasi ibu kota Washington, D.C. sebagai kota kenangan (memorial city) dan kota sakral. Di samping itu, tesis ini juga menunjukkan posisi The Lost Symbol sebagai representasi tandingan dan respons atas gagasan konspirasi dalam konteks Amerika.

Abstract
The thesis examines the representation of Freemasonry in Dan Brown?s The Lost Symbol. The thesis looks at the problems: how the Freemasonry represented in the novel, what strategy used in representing Freemasonry and how it influences the representation of the capital city Washington, D.C. This novel is analyzed carefully and accurately using the theory of representation and Peirce?s semiotics.
The thesis argues that The Lost Symbol represents Freemasonry through Masonic symbols and rituals, city architectures, monuments, buildings, and landscapes in Washington DC. The representation of Freemasonry as fraternal organization poses the secret, faithful, open-minded, tolerant, and pluralist modes. The analysis uses binary opposition, dialectics and negation-affirmation technique to show that representation of Freemasonry influenced the representation of Washington, D.C. as memorial and sacred capital city. Besides, the thesis argues that The Lost Symbol positioned as counter-representation and response toward the idea of conspiracy in American context.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31323
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cox, Simon
Jakarta: Hikmah, 2010
813.54 COX d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhaputri Widiantini
"Sekitar tahun 2003, muncul sebuah novel yang cukup menggemparkan di penjuru tempat, yakni The Da Vinci Code oleh Dan Brown. Kualitas dari novel itu mungkin memang tidak sehebat beberapa karya yang telah muncul sebelumnya seperti The Name of The Rose, karya Umberto Eco. Tetapi pemilihan topiknya cukup kontroversial sehingga membuat banyak pihak _kalang-kabut_ dan berusaha membuat pembenaran pernyataan atas novel fiksi ini, dari pemberian keterangan atas fakta_fakta yang ada hingga pemberaan atas beberapa topik yang menjadi bagian dari novel tersebut. Kernudian terlihat sebuah kunci pembuka sejarah yang selama ini termanipulasi. Sejarah yang kita kenal selalu ditulis melalui pena dan sudut pandang maskulin. Hal ini membuat adanya kisah-kisah yang feminin justru dilupakan. Ketidakseimbangan ini justru membuat keadaan dalam masyarakat, termasuk kebudayaannya, sangatlah timpang dan tidak adil terhadap posisi perempuan. Ketika masuk dalam pembongkaran semiotik, kita akan lebih dapat melihat tanda-tanda sebagai sesuatu yang menghasilkan berbagai interpretasi baru karena dalam tanda kita dapat berpikir dengan kritis. Sekeliling kita dipenuhi dengan tanda, oleh sebab itu kita harus berani membongkarnya untuk menghasilkan sesuatu yang baru bagi pengetahuan juga bagi sejarah. Oleh karena itu teori yang sangat cocok dipakai adalah teori dari Peirce dimana interpretasi sangat berperan penting dalam menghasilkan sebuah tanda baru dalam kehidupan. Ketika memandang dengan perspektif feminis, maka akan dihasilkan sebuah sejarah baru, yang bukan lagi milik budaya patriarki (_His_story) melainkan menjadi sebuah sejarah yang dimiliki juga oleh perempuan (_Her_story). Bagaimana kita mampu memandang simbol yang begitu sarat unsur feminin tanda adanya bantuan teori feminisme? Teori Julia Kristeva mengenai chora feminine dan Maternity merupakan jawaban yang tepat dalam mengupas simbol-simbol yang mewakili unsur feminine. Dengan intertekstualitasnya, ia mengingatkan bahwa setiap pengalaman individu adalah sebuah keunikan yang takkan dimengerti oleh subjek lain. Justru dengan saling mengaitkan, maka pemahaman subjek akan menjadi beragam. Untuk dapat mengembangkan sebuah makna, maka hasrat subjek juga sangat berperan. Kristeva selalu menginginkan untuk mengangkat hal-hal yang posmoic, yang terlupakan. Karena justru dengan mengangkat yang terlupakan, kekayaan makna akan semakin beragam dan kemutlakan akan menghilang. Sejarah ini merupakan pengangkatan terhadap yang marginal, yang biasanya selama ini selalu dilupakan. Dan melalui penulisan ini dan pembongkaran terhadap novel The Da Vinci Code, akan terbukti bahwa novel ini merupakan salah satu upaya untuk berpikir melalui tanda dan dengan memandang sebuah permasalahan dengan paradigma baru yang ramah gender, maka pemikiran kritis akan mungkin terjadi, sehingga tidak ada lagi unsur penindasan terhadap kaum marginal. Pemikiran yang berpengaruh dalam masyarakat merupakan bentukan dari budaya pemenang, sehingga dengan adanya usaha pembongkaran yang sarat dengan pemikiran feminisme, kebudayaan yang berkembang itu dapat dibongkar pula sehingga menghasilkan sebuah keseimbangan dalam kehidupan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S16145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Justina Olivia
"Konsep kota utopia telah menjadi ide ideal yang menarik perhatian sejak zaman kuno, dengan Atlantis sebagai salah satu representasi paling terkenal melalui kisah Plato. Atlantis digambarkan sebagai kota sempurna yang memiliki harmoni antara alam dan peradaban, namun tenggelam akibat kesombongan yang membawa kehancuran. Pada era modern, konsep ini dihidupkan kembali melalui berbagai media, termasuk film animasi Atlantis: The Lost Empire (2001). Film ini menginterpretasikan Atlantis sebagai kota ideal dengan tata ruang simetris, pusat energi kristal, dan perpaduan harmonis antara teknologi dan alam. Skripsi ini bertujuan menganalisis penggambaran Atlantis sebagai kota utopia dalam film tersebut dengan pendekatan teori semiotika Roland Barthes. Fokusnya adalah bagaimana mitos kota utopia diadaptasi dalam visual dan narasi sinematik, serta pesan yang disampaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui tanda-tanda visual dan narasi, film ini menyampaikan makna tentang keseimbangan peradaban dan bahaya keserakahan, sekaligus merepresentasikan konsep kota yang ideal berdasarkan interpretasi budaya dan teknologi modern.

The concept of a utopian city has been an ideal idea that has attracted attention since ancient times, with Atlantis as one of the most famous representations through Plato's story. Atlantis is depicted as a perfect city that has harmony between nature and civilization, but sank due to arrogance that brought destruction. In the modern era, this concept is revived through various media, including the animated film Atlantis: The Lost Empire (2001). This film interprets Atlantis as an ideal city with a symmetrical layout, a crystal energy center, and a harmonious blend of technology and nature. This thesis aims to analyze the depiction of Atlantis as a utopian city in the film using Roland Barthes' semiotic theory approach. The focus is on how the myth of the utopian city is adapted in cinematic visuals and narratives, as well as the messages conveyed. The results of the study show that through visual signs and narratives, this film conveys meaning about the balance of civilization and the dangers of greed, while also representing the concept of an ideal city based on the interpretation of modern culture and technology. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raga Jiwa Zoelya
"Skripsi ini membahas tentang han dan kerinduan dalam enam sijo karya Hwang Jin Yi yaitu 산은 옛 산이로되 (Saneun Yet Sanirodwe), 어져 내 일이야 (Ojyo Nae Iriya), 동짓달 기나긴 밤을 (Dongjitdal Ginagin Bameul), 청산리 벽계수야 (Chongsanri Byokkyesuya), 청산은 내 뜻이요 (Chongsaneun Nae Teusiyo), 내 언제 무시호혀 (Nae Onje Musihohyo). Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan intrinsik guna mengetahui simbol dan citraan yang terdapat dalam keenam sijo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keenam sijo tersebut menggunakan citraan dan simbol yang menjadikan sijo tersebut bernilai tinggi.

This thesis is about han and yearning in six Hwang Jin Yi’s sijo. This research applied a qualitative methode with intrinsic approach. This study aimed to know how is gisaeng’s han and yearning portrayed in six Hwang Jin Yi’s sijo. As well as what kind of imagery and symbol that used. This study indicate yearning that Hwang Jin Yi suffered as a gisaeng is tragic yearning. Through imagery and symbol analyisis of six Hwang Jin Yi’s sijo dominantly use imagery and symbol which make those sijo a great sijo.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silmia Fuqoha
"[ ABSTRAK
Kong Yi Ji (孔乙己) merupakan salah satu cerita pendek yang ditulis oleh penulis Cina bernama Lu Xun. Karya ini menceritakan tentang kehidupan seseorang tokoh bernama Kong Yi Ji yang tidak pernah lulus ujian negara sehingga dikucilkan dari masyarakat. Dalam cerita ini, Lu Xun menceritakan kondisi masyarakat Cina pada masa itu. Dengan penggambaran tokoh utama yang sangat singkat, Lu Xun dapat menyampaikan maksud dari cerita ini yaitu mengkritik Konfusianisme. Makalah ini membahas tentang perubahn situasi sosial Cina pada masa itu dalam cerita Kong Yi Ji melalui kajian tokoh dan kondisi sosial.
ABSTRACT Kong Yi Ji (孔乙己) is one of short stories that written by Chinese authors named Lu Xun. The story is about the life of a character named Kong Yi Ji who he never passed the Imperial Examination so ostracized from society. In this story, Lu Xun tells about the situation of Chinese society at that time. With a brief depiction about main character, Lu Xun can convey the intention of this story, criticize Konfusianism. This paper discusses alteration Chinese society at that time in Kong Yi Ji through character and social conditions., Kong Yi Ji (孔乙己) is one of short stories that written by Chinese authors named Lu Xun. The story is about the life of a character named Kong Yi Ji who he never passed the Imperial Examination so ostracized from society. In this story, Lu Xun tells about the situation of Chinese society at that time. With a brief depiction about main character, Lu Xun can convey the intention of this story, criticize Konfusianism. This paper discusses alteration Chinese society at that time in Kong Yi Ji through character and social conditions.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Resie Dwi Utami
"Jurnal ini membahas tentang duka seorang gisaeng yang tersirat dalam empat puisi karya gisaeng Yi Maechang yaitu 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, Untuk Tamu yang Mabuk), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Meratapi Kemalangan Sendiri), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Bangau dalam Sangkar) dan 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Bersedih Sendiri). Gisaeng merupakan wanita penghibur yang dilegalkan oleh pemerintah untuk bekerja menghibur raja atau para bangsawan. Meskipun memiliki beberapa privilege, namun sebenarnya gisaeng juga menyimpan kesedihan karena profesinya tersebut. Melalui metode kualitatif, penulis ingin mengetahui seperti apa duka gisaeng yang tersirat dalam keempat puisi Yi Maechang serta simbol dan imaji yang ia gunakan untuk menggambarkan kesedihannya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keempat puisi Yi Maechang menekankan pada imaji penglihatan dan perasaan. Ia juga menggunakan simbol seperti bangau yang terkurung dalam sangkar, batu permata berharga yang belum diketahui orang-orang, atasan hanbok sutera yang robek, dan air mata mutiara untuk menggambarkan dukanya sebagai gisaeng. Melalui analisis imaji dan simbol, dapat diketahui bahwa duka Yi Maechang sebagai gisaeng antara lain mengalami keterkungkungan akibat profesinya tersebut, harus melayani pria yang tidak ia cintai, serta kesepian dan kepedihan akibat ditinggal pergi oleh kekasih.

This journal discusses about the sorrow of gisaeng that knotted in four Yi Maechang‟s poems entitled 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, To The Drunken Guest), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Lamenting One‟s Misfortune), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Crane in The Cage), and 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Grieve by Herself). Gisaeng is female entertainers that legitimazed by the government to entertaining the king or the nobles. Eventhough gisaeng have some privilege but actually gisaeng also retain the sorrow because her profession. Through qualitative method, the writer want to know what kind of sorrow that knotted in four Yi Maechang‟s poems and symbol and image that she used to describe her sadness.
The result of this study is four Yi Maechang‟s poems emphasize the usage of view image and feeling image. She also used symbols like crane in the cage, jade whose genuine worth remains unknown, silken robe, and tear like pearl to describe her sadness. Through image and symbol analysis, it knowed that the grief of gisaeng Yi Maechang is she has been bounded due to her profession as gisaeng, she has to entertain someone whom she doesn't love, and feel lonely and sorrow because her lover left her.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Iskarna
"Tesis ini akan menyajikan representasi atau gambaran jati diri perempuan dunia ketiga, khususnya perempuan kulit hitam Afrika, dari sudut pandang perempuan dunia ketiga itu sendiri dalam novel Second Class Citizen (1974) karya Buchi Emecheta, seorang pengarang perempuan Nigeria. Sebelum kaum perempuan dunia ketiga mulai berani menulis pada tahun 1970-an, karya-karya sastra didominasi oleh pengarang kolonial kulit putih dan pengarang laki-laki kulit berwarna. Perempuan Afrika sering direpresentasikan dari sudut pandang orang kulit putih atau kaum laki-laki Afrika sebagai sosok yang belum beradab, lemah dan bergantung pada laki-laki, menyerah terhadap ketertindasan, atau hanya terkait dengan urusan domestik.
Ketika gelombang feminisme mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia dan gerakan nasionalisme dunia ketiga dengan gencar memberikan perlawanan terhadap dominasi Barat, para perempuan Afrika mulai berani berbicara mengenai siapa dirinya, apa yang mereka alami, rasakan, dan inginkan, serta bagaimana mereka menyikapi dominasi kaum laki-laki serta penindasan yang dilakukan oleh kaum kolonial. Semua hal di atas dapat digali melalui seorang perempuan yang bernama Adah, tokoh utama perempuan dalam novel Second Class Citizen. Dalam novel ini Buchi Emecheta mendekonstruksi representasi perempuan Afrika yang selama ini diberikan oleh kaum laki-laki Afrika maupun orang kulit putih.
Untuk menunjukkan adanya perbedaan dalam merepresentasikan perempuan Afrika, dalam tesis ini pula disajikan representasi perempuan Afrika yang dilakukan oleh pengarang kulit putih dan laki-laki Afrika. Karya-karya yang diambil adalah "No Witchcraft for Sale" (1960) karya novelis Inggris, Dorris Lessing, "Girls at War" (1972) karya sastrawan Nigeria, Chinua Achebe, dan "Song of Ocol" (1967) karya penyair Uganda Okot p'Bitek. Di sini perempuan Afrika direpresentasikan sebagai "the other" atau sosok lain yang berlawanan dengan orang kulit putih yang beradab dan "the marginal" atau kaum yang dipinggirkan oleh masyarakatnya karena konstruksi gender.
Dalam karya-karya di atas, para pengarang memang memberikan simpati kepada kaum perempuan. Namun demikian, simpati yang ditunjukkan tidak disertai dengan ditampilkannya kaum perempuan Afrika sebagai kaum yang memberikan perlawanan terhadap dominasi kaum laki-laki dan kaum kolonial.
Dalam novel Second Class Citizen, perempuan Afrika direpresentasikan sebagai perempuan yang memang berada dalam ketertindasan ganda atau "doubly colonized", baik oleh orang kulit putih dari segi ras maupun kaum laki-laki Afrika dari segi gender. Namun demikian, kaum perempuan Afrika gigih dalam memberikan perlawanannya terhadap dominasi laki-laki Afrika serta diskriminasi orang kulit putih. Perempuan Afrika direpresentasikan sebagai "the feminist" karena mereka benar-benar melawan setiap usaha kaum laki-laki Afrika untuk menempatkan perempuan pads posisi inferior dan marginal. Dalam novel ini pula Emecheta merepresntasikan perempuan Afrika sebagai sosok yang memiliki posisi tawar yang tinggi dalam melakukan negosiasi identitas dalam himpitan diskriminasi ras yang dilakukan oleh orang kulit putih inggris. Di samping itu, perempuan Afrika direpresentasikan sebagai "the diasporic", yaitu sosok yang sadar dan memiliki kekuatan dalam menentukan identitas budayanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T3041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Rachman
"Latar Belakang
Penulis-penulis drama Amerika kontemporer sering menyorot kehidupan keluarga Amerika pada abad ke 20 baik mengenai keluarga kulit putih maupun keluarga kulit hitam. Mereka menggambarkan dampak industrialisasi, urbanisasi, maupun nilai-nilai budaya terhadap kehidupan keluarga modern di Amerika sejak abad ke 19. Mereka juga melontarkan kritik sosial terhadap pemerintah melalui karya-karya mereka. Contohnya, drama karya Arthur Miller Death of a Salesman, drama karya William O"Neill Long Days Journey into Night, drama karya Tennessee Williams A Streetcar Named Desire, dan drama karya Edward A l bee The Zoo Story.
Dalam karya-karya mereka, sering terungkapkan kondisi kehidupan keluarga yang menyedihkan di pedesaan maupun di perkotaan, juga keadaan daerah pertanian yang ditinggalkan karena perpindahan penduduk ke arah Barat maupun ke kota-kota besar karena perkembangan industri dan ilmu pengetahuan.
Hubungan antar anggota keluarga dalam kehidupan keluarga Amerika modern diungkapkan masih terpengaruh oleh ikatan kekerabatan pada abad ke - 19, namun hubungan tersebut mulai melonggar pada abad ke 20. Suka duka kehidupan keluarga Amerika modern abad ke 20 menggambarkan adanya perubahan dalam aspek hubungan antar anggota' keluarga. Hubungan antar anggota keluarga yang sebelumnya mementingkan keluarga di atas kepentingan pribadi berubah menjadi individualistis.
Dalam tesis ini saya akan menielaskan tentang hubungan antar anggota keluarga dalam kehidupan keluarga Amerika modern abad ke 20 sebagaimana yang terungkap dalam lakon Our Town karya Thornton Wilder dan lakon Curse of the Starving Class karya Sam Shepard. Karya Thornton Wilder mengungkapkan hubungan antar anggota keluarga yang harmanis pada awal abad ke 20, antara tahun 1899 - 1913, sedangkan karya Sam Shepard mengungkapkan hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis yang mengakibatkan adanya disorganisasi keluarga pada tahun 1950-an.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Padmarani Novianty
"Novel Andrew and Joey, A Tale of Bali dan The Java Man keduanya merupakan karya Jamie James, seorang penulis berkebangsaan Amerika. Masing-masing novel menampilkan representasi tentang Bali serta representasi tentang Jawa yang sarat dengan muatan politis Amerika, yang menaklukan, menjinakkan atau mengecilkan Timur.
Melalui analisis yang mempergunakan pendekatan pascakolonial Edward Said, diperlihatkan bagaimana ideologi orientalisme pengarang bekerja melalui pemilihan tokoh-tokoh yang menjadi vokalisasi novel serta bagaimana tokoh-tokoh tersebut ditampilkan. Tokoh-tokoh ini kemudian menjadi suara bagi Timur dalam novel Andrew and Joey, A Tale of Bali, karena dalam novel ini tokoh dari Bali sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bersuara.
Meski novelnya yang kedua, The Java Man menampilkan suara dari Timur, namun suara yang keluar adalah pengukuhan dari oposisi biner antara Timur dan Barat, dengan posisi yang dominan dipegang oleh Barat.

Andrew and Joey, A Tale of Bali and The Java Man, both are the works of an American writer, Jamie James. Each novel produces the representations of Bali and Java, loaded with American politics, which conquers, demeans or belittles fast.
By applying Edward Said's postcolonial approach, it is shown how the writer's orientalism works. By creating and selecting the characters which in turn becoming the.el's vocalization, the representation of Bali in Andrew and Joey, a Tale of Bali, is produced. This is then becomes the only voice of Bali since the Balinese in this novel comes to the reader only through the American's point of view.
In the second novel, the Javanese is given the chance to speak But the voice which comes out then became the validation of the binary opposition between the East and the West, in which the West holds the dominant position.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>