Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Sukmana
"ABSTRAK
Sistem perpipaan telah lama dikenal sebagai metode transportasi minyak dan gas bumi yang paling aman. Namun, seperti juga peralatan industri lainnya sistem perpipaan dapat mengalami risiko kegagalan. kegagalan atau ketidakmampuan jalur pipa menjalankan fungsinya tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran risiko relatif keberadaan jalur pipa ukuran 30 inchi antara Lawe-Lawe dan Tg. Jumlai sepanjang +/- 6.3 km yang akan digunakan dan diintegrasikan dalam sistem perpipaan Proyek Centralized Crude Terminal yang akan segera dibangun di lokasi Terminal existing. Penilaian risiko dilakukan secara semi-kuantitatif dengan menggunakan metode indeks yang dikembangkan oleh W. Kent Muhlbauer pada masing-masing section jalur pipa.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil : Nilai indeks rata-rata untuk komponen indeks kerusakan oleh pihak ketiga sebesar 50,86, indeks korosi sebesar 61,14, indeks desain sebesar 57,14 dan indeks kesalahan operasional sebesar 60,00.
Komponen indeks kerusakan oleh pihak ketiga merupakan faktor paling tinggi yang menjadi penyebab kemungkinan kegagalan pada jalur pipa 30 inchi tersebut. Sedangkan section jalur pipa yang memiliki kemampuan menahan konsekuensi kegagalan paling rendah adalah pada section-6 (yaitu dengan nilai risiko relatif sebesar 18,45 dibandingkan nilai risiko relatif rata-rata sebesar 48,61), sehingga section pipa tersebut memiliki risiko kegagalan paling tinggi. Kegiatan inspeksi dan pengawasan harus lebih cermat dan intensif dilakukan pada section jalur pipa tersebut.
Kata kunci: Penilaian Risiko, Jalur Pipa Darat, Metode Indeks"
2012
T31192
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizky Zulkarnaen
"Pipa sebagai sistem penyaluran atau distribusi menjadi kebutuhan utama di industri minyak dan gas bumi saat ini. Namun penggunaan jalur pipa ini tersimpan bahaya sehingga menjadi salah satu sumber bahaya utama instalasi minyak dan gas bumi di dunia. Penilaian risiko fasiltas operasi di industri minyak dan gas bumi mutlak diperlukan untuk melihat tingkat kegagalan dan kehandalan sistem operasi fasilitas tersebut. Fasilitas CGP SKW PTJM akan dilakukan perubahan fasilitas, salah satunya adalah pipa penyalur LPG existing 8 inchi sepanjang 110 km yang akan menjadi pipa penyalur pipa kondensat dari CGP SKW ke ORF J. Keadaan tersebut menyebabkan diperlukannya penilaian risiko kembali fasilitas pipa existing 8 inchi sepanjang 110 km.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran risiko relatif keberadaan jalur pipa kondensat ukuran 8 inchi dari CGP SKW ke ORF J sepanjang 110 km. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode semi kuantitatif model W. Kent Muhlbauer tahun 2004. Pembagian seksi pipa dilakukan berdasarkan kepemilikan lahan, tipe penggunaan lahan, kedalaman pipa, buoyancy control, teknik konstruksi, tipe proteksi katodik dan tipe vegetasi sehingga menghasilkan 12 seksi jaringan pipa.
Dari hasil penelitian diperoleh indek risiko yang paling rendah adalah indek indek kesalahan pihak ketiga dengan nilai (69,50), setelah itu indek desain dengan nilai (70,50), urutan berikutnya adalah indeks korosi dengan nilai sebesar (71,33), dan indeks yang tertinggi adalah indek kesalahan operasi dengan nilai sebesar 85. Faktor dampak kebocoran tertinggi terdapat pada seksi 1, 9, 11 dan 12 dengan nilai 5,25. Faktor dampak kebocoran terendah terdapat pada seksi 2,4,6,7 dan 10 dengan nilai 1,75.
Seksi pipa yang paling berisiko untuk mengalami kegagalan paling tinggi adalah seksi 1, 11 dan 12 dengan nilai 56,95. Sedangkan seksi pipa yang paling tidak berisiko untuk mengalami kegagalan adalah seksi 6 dengan nilai 174,29. PTJM berdasarkan standar AS/ANZ 4360 harus melakukan pengelolaan risiko dengan prioritas puncak pada seksi pipa 1,3,5,8,9, 11 dan 12. Variabel risiko yang dapat dilakukan peningkatan oleh PTJM antara lain indek kerusakan pihak ketiga (line locating, public education, ROW condition dan patrol frequency), indeks korosi (proteksi internal, tes timbal, close interval survey condition dan internal inspection), indeks desain (corrective action) dan indeks kesalahan operasi (safety system, SCADA, training dan mechanical error preventer).

Pipeline as transmission and distribution system becoming major demands for oil and gas industry today. However these pipeline applying contain hazard that become the one of the major instalation hazard source in world of oil and gas installation. Operating facilitiy risk assessment is essential for oil and gas industry operation to overview facility operation system failure and reliability level. In the other hand, CGP SKW PTJM will change their facility structure, one of the changes is 8 inch LPG existing pipeline along 110 km that will becoming condensate pipeline from CGP SKW to ORF J. These condition to cause the need to reassess of 8 inch existing pipeline risk along 110 km.
This study was conducted to have risk relative overview of 8 inch condensate pipeliene from CGP SKW to ORF J along 110 km. The study use 2004 W. Kent Muhlbauer semi quantitative method. Pipe sectioning of this study was conducted based on land ownership, land use, pipe depth, buoyancy control, construction type, cathodic protection type and vegetation tipe that resulted 12 section of pipeline.
From these study generate risk relative score, the lowest risk relative score is coming from third party index with score of 69.53, then the second one is design index with score of 70.50, the third one is corrosion index with score of 71.33, and the highest one is incorrect operatios index with score of 85. The highest score for leak impact factors is coming from section 1, 9, 11 and 12 with score of 5.25. The lowest leak impact factors is coming from section 2,4,6,7 and 10 with score of 1.75.
Pipe section that have the highest risk for chance of failure is section 1,11 and 12 with score of 56,95. While the lowest one is section 6 with score of 169,71. According to AS/ANZ 4360 standard, PTJM have to conduct pipeline risk management with top priority on section 1,3,5,8,9, 11 and 12. Risk variables that can be improved by PTJM are third party index (line locating, public education, ROW condition and patrol frequency), corrosion index (internal protection, lead test, close interval survey condition and internal inspection), design index (corrective action) and incorrect operations index (safety system, SCADA, training and mechanical error preventer).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frizal Aswad
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S39529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Leviyani
"Di dalam perancangan bangunan tinggi, pondasi biasanya dimodelkan sebagai perletakan jepit. Akibatnya, perbedaan jenis pelat lantai dasar yang digunakan tidak mempengaruhi respons struktur dan gaya geser dasar dianggap bekerja serentak. Padahal, terdapat dua jenis pelat lantai dasar (suspended slab dan slab-on-ground) yang dapat memberi kekakuan yang berbeda pada perletakan bangunan. Ditambah lagi, kekakuan perletakan berperan besar dalam memberi kekakuan pada bangunan tinggi. Dengan demikian, pengaruh pemodelan perletakan terhadap respons seismik struktur perlu diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons bangunan tinggi akibat beban gempa dan menganalisis pengaruh variabel-variabel yang ada (tinggi bangunan, Ly/Lx bangunan, asumsi diafragma lantai tingkat, jenis diafragma lantai dasar, dan pemodelan perletakan) terhadap karakteristik dinamik dan respons struktur dengan analisis spektrum respons menggunakan ETABS berlisensi Laboratorium Struktur UI. Hasilnya, suspended slab memperbesar gaya geser dasar dinding geser. Selain itu, perbedaan jenis diafragma lantai dasar menyebabkan perbedaan distribusi: gaya geser tingkat gedung dan dinding geser, drift antarlantai, gaya tarik cord, serta gaya tekan kolektor. Perbedaan gaya tarik cord tersebut membesar jika Ly/Lx bangunannya membesar. Kemudian, perletakan lentur memperbesar gaya geser dasar gedung, sedangkan perletakan kaku memperbesar gaya geser dasar dinding geser. Selain itu, perbedaan jenis perletakan, khususnya perbedaan kekakuan pegas, menyebabkan perbedaan distribusi: gaya geser tingkat gedung, dinding geser, dan portal, drift antarlantai, gaya tekan kolektor, serta gaya tarik cord.

In design of high-rise building, foundations are usually modeled as fixed supports. As a result, different type of ground slabs does not affect structure response and base shear is assumed to work together. In fact, there are two types of ground slabs (suspended slab and slab-on-ground) which can give different stiffness to the supports. In addition, supports’ stiffness have a big role in giving stiffness to high-rise building. Therefore, effects of supports modelling to structure’s seismic response need to be investigated. This research aims to analyze high-rise building’s response due to seismic load and analyze effects of variables (building’s height, Ly/Lx of building, assumption of story diaphragm, types of ground slabs, and supports modelling) on structure’s dynamic characteristic and response using response spectrum analysis by ETABS with a license belonging to Universitas Indonesia Laboratory of Structure. The result is that suspended slabs increase shearwalls’ base shear. Furthermore, different type of ground slabs cause differences of distribution of: building and shearwalls’ story shear, story drift, cords’ tension force, and collectors’ compression force. The differences of distribution of cords’ tension force will increase if Ly/Lx of building increase. Then, flexible supports increase building’s base shear whreas rigid supports increase shearwalls’ base shear. Furthermore, different type of supports, especially different stiffness of springs, cause differences of distribution of: building, shearwalls, and frames’ story shear, story drift, cords’ tension force, and collectors’ compression force."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Karyawan berpendidikan tinggi di dalam suatu organisasi
seringkali menghadapi permasalahan sehubungan dengan
perkembangan karirnya di perusahaan, salah satunya adalah
ketidaksesuaian antara nilai-nilai yang mereka miliki dengan
tuntutan dalam pekerjaan dan jalur karirnya. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran mengenai pola sistem nilai karyawan yang berada
dalam karir manajerial dan karir teknis.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan
alat ukur Personal Values Questionnaire dari England yang
telah dimodifikasi. Subyek penelitiannya adalah sarjana
teknik dan sarjana akuntansi yang bekerja dalam karir
manajerial dan karir teknis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok karir terdapat nilai-nilai operatif dominan yang sama dan
polanya tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Pada tiap
kelompok karir terdapat nilai-nilai yang khas, walaupun
jumlahnya relatif kecil. Nilai-nilai yang khas pada karir
manajerial adalah Kepemimpinan dan Inisiatif, sedangkan pada
karir teknis nilai-nilai yang khas adalah Ketrampilan,
Tenaga Terlatih dan Manajer.
Pola sistem nilai antara karir manajerial dan teknis
memiliki perbedaan yang signifikan bila dikelompokkan
berdasarkan bidang ilmu teknik dan akuntansi. Pola sistem
nilai pada tiap karir juga berbeda bila dibandingkan antara
bidang ilmu teknik dan akuntansi. Pola sistem nilai pada
tiap kelompok karir juga terdapat perbedaan antara yang
berpengalaman 5 tahun ke bawah dengan yang telah
berpengalaman lebih dari 5 tahun. Selain itu juga terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok karir manajerial
dengan karir teknis yang telah berpengalaman manajerial
lebih dari 5 tahun dengan kelonpok karir teknis yang telah
berpengalaman teknis lebih dari 5 tahun.
Untuk studi selanjutnya disarankan untuk menggunakan
subyek yang telah berada lebih dari 5 tahun pada tiap jalur
karirnya dan memiliki minat yang sesuai dengan jalur
karirnya. Selain itu diperlukan subyek dalam jumlah besar,
terutama bila akan memakai Personal Values Questionnaire."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Fernanda
"Di Indonesia peti kemas mulai berkembang penggunaannya karena dalam fungsinya untuk mengemas dapat dipakai berulang kali dan kemudahan dalam operasionalnya. Didalam menggunakan peti kemas maka diperlukan fasilitas penunjang yaitu terminal peti kemas yang berfungsi untuk pendistribusian dan juga untuk penampungan. Di dalam operasional terminal peti kemas risiko keselamatan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan suatu manajemen risiko untuk mengendalikan risiko-risiko tersebut agar dapat dihindari atau dampaknya bias diminimalisir. Manajemen risiko ini dimulai dengan mengidentifikasi secara umum risiko yang ada serta menganalisis dampak umum dan penyebab umum dari risiko tersebut. Standar khusus yang digunakan untuk manajemen keselamatan dalam kerja adalah Standar IMO yaitu Formal Safety Assesment. Di dalam peniliaian risiko ini digunakan sebuah metode yaitu menggunakan matriks risiko yang berisi nilai- nilai dari sebuah risiko itu sendiri. Risiko yang mendapatkan nilai tertinggi (berbahaya) dianalisis sebab terjadinya dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis sehingga bisa diminimalisir atau dihilangkan dampak negatifnya.

Nowadays, in Indonesia used of container as a transport equipment has growth because it is simple and easy to use. In usage of container, the most important thing besides container itself and ship is a container terminal. Every container operation need container terminals to stacking the container and distribute them. Every operational activity in container terminal contain much safety risk. A risk management is needed to prevent, decrease the damage of risk, even to make a risk disappear. First thing to do is identification risks and analyze what main cause and the effect. After risks identified we make a simple risks scoring with risk matrix. The highest risks then identified with Fault Tree Analysis method so we know what the root of this risk and make a simple rules to control the risks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Wilayah Pesisir adalah daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Wilayah
pesisir Cirebon di Jawa Barat, Indonesia adalah dataran rendah daerah pantai yang
merupakan salah satu areal potensial untuk budidaya ikan dan pertanian. Melalui daerah
ini terdapat juga sarana transportasi utama propinsi Jawa Barat untuk seluruh wilayah di
pulau Jawa. Sebagai kota yang terletak di dataran rendah dengan penduduk yang padat
dan kota berkembang, Cirebon sangat rentan terhadap kenaikan permukaan air laut.
Studi geomorfologi, geo-listrik, dan penginderaan jauh dilakukan selama tahun 2008
dan 2009 di wilayah pesisir Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar wilayah pesisir di Cirebon telah longsor pada berbagai skala mulai dari kondisi
rentan menjadi buruk. Air laut telah menembus sampai beberapa kilometer kedaratan.
Kerugian nilai penggunaan lahan diproyeksikan sekitar Rp. 1.295.071.755.150/ha/
tahun akibat naiknya air laut sebesar 0,8 meter yang akan membanjiri berbagai lahan
seperti: tambak udang, ikan, garam kolam, sawah, dan pemukiman"
620 JITK 3:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Henri Yuwono
"Operation of gas pipelines by PT X, built in 1998 along 14.4 km of which has a danger of gas leaks and fires. Risk analysis is conducted to anticipate the risks that would arise in the gas distribution activities whose results are expected to provide input for the company. This relative risk analysis using semiquantitative methods Risk Rating Index with the approach where the risk of possible dangers (Sum Index) and consequences (Leak Impact Factor). The results showed that the pipelines are in high risk areas (Intolerable) and most of the factors that play a role in contributing to the failure of the operation of the pipeline is the design factor."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T40815
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>