Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukentyas Estuti Siwi
"Ruang Hijau (RH) merupakan bagian penting bagi kehidupan masyarakat di wilayah perkotaan. Tesis ini meneliti tentang kemampuan ruang hijau dalam menyerap Gas Karbon Dioksida (CO2) di wilayah Kota Depok dalam periode tahun 2000 sampai 2011. Data yang digunakan adalah data Landsat 7 ETM+ dan SPOT 4. Pengolahan awal meliputi koreksi geometris dan radiometris. Pengolahan tahap lanjut adalah menerapkan algoritma Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk pemisahan antara obyek vegetasi dengan nonvegetasi.
Analisis dilakukan untuk melihat perubahan ruang hijau antara tahun 2000 dan 2011, bagaimana hubungan antara NDVI dengan karakteristik tajuk, persentase tutupan vegetasi bawah dan biomassa lapangan.
Hasil yang diperoleh selama kurun waktu 11 tahun (tahun 2000-2011) telah terjadi penurunan luas ruang hijau di wilayah Kota Depok sebesar 2.691,22 ha dengan semakin berkurangnya luas ruang hijau mengakibatkan menurunnya kandungan biomassa hijau sebesar 759.890 kg dan kemampuan ruang hijau tersebut dalam menyerap gas CO2 sebesar 1.116.681 kg CO2.

Green space (RH) is an important part of community life in urban areas. This thesis examines the ability of green space to absorb Carbon Dioxide (CO2) Gas in Depok city in the period 2000 to 2011 using Landsat 7 ETM+ and SPOT-4 image. Images pre-processing are geometric and radiometric correction and then Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) for separating between objects non-vegetation and vegetation.
Spatial and quantitative analysis were performed to see changes of green space and relationship between NDVI with canopy characteristics, the percentage of vegetation cover and biomass below ground.
The results show that green space in Depok City in the period 2000 to 2011 decreased by 2.691.22 ha with the reduction in area of green space resulted in a decreased of the green biomass of 759.890 kg and the ability to absorb CO2 gas 1,116,681 kg CO2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31199
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaniswara Wiradharma
"Ruang Hijau (RH) adalah bagian dari pola ruang kota yang penting keberadaanya bagi lingkungan perkotaan dan kehidupan manusia. Biomassa hijau yang terkandung dalam ruang hijau memiliki peranan ekologis sebagai penyerap gas karbon dioksida (CO2). Dengan memanfaatkan citra Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8, dapat diketahui perubahan luasan ruang hijau dengan menggunakan meteode (Normalized Differential Vegetation Index) NDVI yang mampu melakukan klasifikasi objek identik vegetasi dan non vegetasi. Analisis meliputi hubungan antara NDVI dan biomassa hijau lapangan yang meliputi karakteristik tajuk dan tutupan vegetasi bawah.
Hasil yang diperoleh yaitu sebaran kandungan biomassa hijau di Kota Bogor tidak merata. Terjadi perubahan yaitu penurunan kandungan biomassa hijau sebesar 13.111 ton sehingga terjadi penurunan kemampuan serapan CO2 Kota Bogor sebesar 19.273 ton. Hal ini disebabkan karena penurunan luas ruang hijau sebesar 135,86 Hektar (1,15%) atau + 11,32 Hektar per tahunnya di Kota Bogor dari tahun 2001 hingga 2013.

Green Space is necessary part of urban space pattern for urban environment and human life. Green biomass on the green space has an ecological role as an absorber of carbon dioxide gas (CO2). Information of changing area of green space derived from utilization of remotely sensed data of Landsat 7 ETM + and Landsat 8 by using NDVI (Normalized Differential Vegetation Index) method known capable of performing object classification to identical vegetation and non vegetation. The analysis includes the relationship between NDVI and field-derived green biomass, includes the characteristics of vegetation cover and lower canopy.
The result show that distribution of green biomass properties in Bogor is uneven. There were changes in the levels, decrease up to 13.111 tons of green biomass resulting in decreased ability to uptake of CO2 by 19.273 tons in Bogor City. This is because the area of green space is reduced by 135.86 hectares (1.15%) or approximately 11.32 hectares per year respectively in Bogor City from 2001 to 2013.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggieani Laras Suti
"Kota Bandung merupakan kota metropolitan besar di Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah penduduk lebih dari 2,5 juta jiwa pada tahun 2019 berdasarkan BPS Kota Bandung. Jumlah penduduk yang sangat banyak berdampak pada emisi karbon yang banyak juga. Selain itu, kebutuhan lahan di daerah ini terus meningkat, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan, akibatnya penutup vegetasi akan terganggu. Penutup vegetasi yang terganggu akan berdampak pada kemampuan penyerapan karbon dan di sisi lain, emisi penduduk juga tidak terserap. Padahal jumlah penduduk di Kota bandung terus meningkat dan berdasarkan U.S Environmental Protection Agency, manusia mengeluarkan CO2 dalam sehari mencapai 2,3 pon atau sebanyak 1 kg. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis biomassa, daya serap, dan kemampuan menyerap karbon dioksida pada Ruang Terbuka Hijau. Beberapa indeks vegetasi termasuk NDVI, ARVI, dan SAVI yang berasal dari Sentinel-2B multispekral dilakukan integrasi dengan nilai biomassa berbasis allometrik untuk menghasilkan model estimasi biomassa. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa vegetasi RTH di Kota Bandung dapat menyerap CO2 hasil respirasi penduduk sebesar 95,9%, namun tidak mampu menyerap CO2 secara keseluruhan di udara. Distribusi kelas RTH yang memiliki biomassa, daya serap, dan besaran kemampuan menyerap emisi paling tinggi didominasi pada lereng agak curam hingga sangat curam yaitu terdapat Manglayang Park yang keberadaanya pada RTH Pelestarian Alam, sedangkan pada kelas paling rendah didominasi pada lereng sangat landai hingga landai yang banyak ditumbuhan vegetasi di pinggir jalan yaitu RTH Sempadan Jalan.

Bandung is a major metropolitan city in West Java Province, with a population of more than 2.5 million people in 2019 based on BPS Bandung. The huge population has an impact on carbon emissions as well. In addition, land needs in this area continue to increase, but not offset by land availability, as a result vegetation cover will be disturbed. Disturbed vegetation cover will have an impact on carbon sequestration capabilities and on the other hand, population emissions are also not absorbed. Whereas the population in bandung city continues to increase and based on the U.S. Environmental Protection Agency, humans emit CO2 in a day reaches 2.3 pounds or as much as 1 kg. The purpose of this study was to analyze biomass, absorption, and the ability to absorb carbon dioxide in Green Open Space. Several vegetation indices including NDVI, ARVI, and SAVI derived from Sentinel-2B multispecral are integrated with allometric based biomass values to produce biomass estimation models. The results of this study stated that UGS vegetation in Bandung can absorb CO2 resulting from population respiration by 95.9%, but is not able to absorb CO2 as a whole in the air. Distribution of UGS class that has biomass, absorption, and the amount of ability to absorb the highest emissions is dominated on slopes rather steep to very steep, namely Manglayang Park which is located in the UGS Nature Preservation, while in the lowest class is dominated on the slopes are very sloping to ramps that are growing vegetation on the roadside, namely UGS Border Road."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Muthia
"Biomassa merupakan salah satu cara terbaik untuk menjelaskan mengenai vegetasi di wilayah perkotaan. Setiap kota di Indonesia diwajibkan memiliki 30% ruang terbuka hijau dari total luas wilayahnya. Kota Tangerang merupakan salah satu kota penyangga Ibukota yang terus berkembang sejak tahun 1990-an. Perkembangan kota yang cukup pesat dan muculnya berbagai aktivitas seperti aktivitas rumah tangga, transportasi, hingga industri mendorong terjadinya perubahan area hijau yang terus berkurang. Data BPS menunjukkan bahwa Kota Tangerang hanya memiliki area hijau sebesar 2.319,21 ha (12,56%) dari total wilayahnya. Padahal, area hijau memiliki fungsi penting yaitu sebagai penyerap emisi atau polutan terutama gas karbondioksida (CO2). Penelitian ini menggunakan pengukuran langsung dan indeks vegetasi untuk merumuskan formula biomassa yang ideal. Kegiatan pra-lapang dimulai dengan mencari indeks vegetasi yaitu formula NDVI (Normalized Differential Vegetation Index) dan EVI (Enhanced Vegetation Index) yang berasal dari data citra SPOT 7. Formula alometrik yang digunakan adalah alometrik dengan persamaan y = 0,118 D2,53 untuk mencari nilai biomassa dari perhitungan lapangan. Analisis kuantitatif dan spasial digunakan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa biomassa memiliki hubungan dengan tingkat keeratan tinggi dengan indeks vegetasi NDVI dan EVI. 

Biomass is one of the best ways to explain vegetation in urban areas. Every city in Indonesia is required to have 30% of green open space from the total area. Tangerang City is one of the capital's buffer cities that has continued to grow since the 1990s. The development of the city is quite rapid and the emergence of various activities such as household activities, transportation, and industry to encourage changes in green areas that continue to decrease. BPS data shows that Tangerang City only has a green area of 2,319.21 ha (12.56%) of the total area. In fact, green areas have an important function, namely as an absorber of emissions or pollutants, especially carbon dioxide gas (CO2). This study uses direct measurements and vegetation index to formulate the ideal biomass formula. The pre-field activities begin with searching for vegetation indices, namely the NDVI (Normalized Differential Vegetation Index) and EVI (Enhanced Vegetation Index) derived from SPOT 7 image data. The allometric formula used is allometric with the equation y = 0.118 D2,53 to find the value biomass from field calculations. Quantitative and spatial analysis was used in this study. The results show that biomass has a relationship with a high degree of closeness with the NDVI and EVI vegetation index. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Ernst Belseran
"Isu perubahan iklim menjadi perhatian dunia dimana salah satunya peningkatan suhu udara akibat dari emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim ini diakibatkan oleh gas-gas dalam atmosfer salah satunya yaitu CO2. DKI Jakarta sebagai ibukota memiliki jumlah penduduk yang padat dengan berbagai macam penggunaan lahan yang ada. Penggunaan lahan yang di dominasi oleh permukiman mengakibatkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi untuk menyerap CO2 di atmosfer. Intepretasi citra SPOT-7 digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan menggunakan indeks vegetasi NDVI, EVI, GNDVI dan OSAVI.
Pengukuran diameter dan tinggi pohon juga dilakukan untuk mendapatkan nilai biomassa yang akan dijadikan nilai serapan CO2. Nilai serapan CO2 yang tersebar di DKI Jakarta diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pola sebaran dari nilai serapan CO2 pada RTH di DKI Jakarta di dominasi pada kelas sedang dengan pola persebaran berada di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Pola sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta tersebar secara acak dan lebih mendominasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

The issue of climate change become world attention where one of them increase in air temperature due to greenhouse gas emissions. This climate change is caused by gases in the atmosphere, one of which is CO2. DKI Jakarta as the capital has a dense population with a variety of existing land use. Land use that is dominated by settlements resulting in fewer green space, which functions to absorb atmospheric CO2. Image interpretation SPOT-7 is used to determine the level of greenness of vegetation on a green space using the vegetation index NDVI, EVI, GNDVI and OSAVI.
Measuring the diameter and height of trees were also performed to obtain the value of biomass that will be used as the CO2 absorption value. The CO2 absorption value that spread in Jakarta are classified into three classes: high, medium and low. The distribution pattern of CO2 absorption value at green space in Jakarta dominance in the medium class with the distribution pattern is located in South Jakarta, East Jakarta, North Jakarta and West Jakarta. The distribution pattern of green space in Jakarta scattered randomly and more dominate in East Jakarta and South Jakarta.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Ramadhan Kurniawan
"Estimasi biomassa dapat digunakan untuk mengestimasi nilai simpanan karbon dioksida. Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang mengalami penurunan luasan ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 1.000 hektar menjadi pemukiman, dengan luasan RTH publik hanya mencapai 7,3 % dari 20% yang ditentukan dalam Undang-Undang nomor 26 Tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya serap yang dimiliki oleh RTH di Kota Semarang terhadap emisi karbon dioksida yang dihasilkan oleh penggunaan kendaraan bermotor. Pemanfaatan penginderaan jauh dan pengukuran langsung ke lapangan digunakan untuk mengetahui estimasi nilai biomassa di Kota Semarang. RTH taman kota dan jalur hijau memiliki luas 1,41% dari seluruh luas Kota Semarang, dengan biomassa yang tersimpan mencapai 191,04 ton. Terhitung total simpanan karbon dioksida di Kota Semarang mencapai 1.402.218 ton. Estimasi emisi karbon dioksida diketahui sebesar 29.682.714 ton, sehingga terdapat defisit dari emisi karbon dioksida sebesar 28.280.496 ton.

Biomass estimation can be used to estimate the value of carbon dioxide stores. Semarang City is one of the cities in Indonesia that has decreased the area of green open space by 1,000 hectares into residential areas, with the area of public green open space only reaching 7.3% of the 20% stipulated in Law number 26 of 2007. This research aims to analyze the absorption capacity of RTH in the city of Semarang on carbon dioxide emissions produced using motorized vehicles. Utilization of remote sensing and direct measurement to the field is used to determine the estimated value of biomass in Semarang City. City park green open space and green belt covers an area of 1.41% of the total area of Semarang City, with stored biomass reaching 191.04 tons. Total carbon dioxide deposits in Semarang City reached 1,402,218 tons. The estimated carbon dioxide emission is 29,682,714 tons, so that there is a carbon dioxide emission deficit of 28,280,496 tons."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Yulaeva
"Kualitas udara dalam ruangan yang baik di lingkungan sekolah merupakan hal penting untuk kesehatan dan produktivitas siswa. Pencemaran udara dalam ruangan menjadi perhatian karena seseorang dapat menghabiskan 90 waktunya di dalam ruangan. Pencemaran udara dalam ruangan merupakan masalah utama bagi kesehatan masyarakat secara global. Karbon Dioksida CO2 dan Total Volatile Organic Compound VOC merupakan polutan dalam ruangan yang berdampak pada gangguan fungsi paru.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pajanan konsentrasi CO2, total VOC dalam ruangan dan gangguan fungsi paru pada siswa Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret- Mei 2018. Sampel yang diambil berjumlah sebanyak 139 siswa dengan menggunakan metoda simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi CO2 dalam kelas di Sekolah Menengah Pertama di Depok sebesar 478,70ppm, rata-rata konsentrasi total VOC sekitar 6,4 x 10-3 ppm, rata- rata KVP = 72,66, VEP1 = 74,52 dan VEP1/KVP = 93,97, proporsi siswa yang mengalami gangguanfungsi paru sebesar 3,6. Tidak ditemukan hubungan antara pajanan konsentrasi CO2 dan total VOC dalam ruangan dengan gangguan fungsi paru VEP1/KVP CO2, p =1,000dan total VOC p =0,374 karena jumlah yang mengalami gangguan fungsi paru kecil dan konsentrasi CO2, total VOC masih di bawah ambang batas yang diijinkan. Perlu peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih di sekolah serta dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter pencemar udara lain di dalam ruangan dan gangguan pernafasan atau penyakit degeratif dengan metoda yang berbeda.

Good indoor air quality in school environments is important for student health and productivity. Indoor air pollution is a concern because people can spend 90 of their time indoors. Indoor air pollution is a major problems to public health globally. CarbonDioxide CO2 and Total Volatile Organic Compound VOC are indoor pollutants that affect pulmonary function disorders.
The purpose of this research was to know the relationship between exposure of CO2 concentration, total VOC indoor and pulmonary function disorder of students in Junior High School. This research used cross sectional design which conducted in March May 2018. The sample was 139 students using simple random sampling method.
The results showed that the average concentration ofCO2 in the class room at Junior High School in Depok was 478,70 ppm, mean total VOC concentration was about 5.4 x 10 3 ppm, mean FVC 72.66, FEV1 74.52 and FEV1 FVC 93.97, the proportion of student with lung function disorder 3.6. No association was found between exposure to CO2 concentrations and total indoor VOCs with pulmonary function impairment of VEP1 KVP CO2, p 1,000 and total VOC p 0.374 due to the number of impaired small pulmonary function and CO2 concentrations, total VOC was still below the threshold of the allowable limit. It needs to improve healthy and clean life behavior in school and do further research with another parameter of air pollution indoors and respiratory disorder or degenerative disease with a different method.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Cori Mentari
"Depok merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang harus dilindungi fungsinya dan merupakan kawasan yang diapit oleh kota Bogor dan kota Jakarta. Kondisi tersebut mengharuskan Depok sebagai kota penyangga hidup kota Jakarta. Namun, akibat arus mobilisasi dan migrasi yang tinggi menjadikan fungsi kota Depok beralih menjadi kota padat pemukiman serta ditandai adanya kompleksitas perkotaan sehingga menyebabkan kota Depok tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Peneliti menggunakan pendekatan positivis-kualitatif dengan mengacu 4 indikator dari teori Edward III yaitu: 1) Sumber Daya; 2) Disposisi; 3)Komunikasi; 4) Struktur. Berdasarkan analisis pada keempat indikator tersebut, diketahui bahwa implementasi penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Depok terkendala pada sumber daya, komunikasi dan struktur birokrasi.

Depok is one of the national strategic areas that should be protected for its functions. Depok is also an area that is flanked by Bogor and Jakarta. Therefore, Depok becomes a buffer city which supports its neighbourhood areas, such as Jakarta. Due to the current high mobilization and migration, Depok turns into densely populated city and urban area which characterized by its complexity. This makes Depok can not do its functions properly.
By using qualitative-positivist approache, researcher analyzes the case byusing Edward III's four indicators, which are: 1) Resources; 2) Disposition; 3) Communication, 4) Structure. Based on the analysis of four indicators, it is known that the implementation of the Green Open Space Regulation in Depok is hampered on its resources, communication process and birocratic structure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto
"Sistem pemonitor konsentrasi relatif karbon dioksida dalam ruangan berbasis sensor gas TGS4161 telah berhasil dibuat. Sistem ini dikendalikan dengan menggunakan mikrokontroler ATmega128. Mikrokontroler digunakan untuk mengatur keseluruhan sistem. Salah satu fungsi mikrokontroler adalah untuk mengolah GGL yang dihasilkan sensor menjadi satuan ppm. Pada sistem ini, konsentrasi CO² dihitung dengan cara menghitung perubahan relatif output sensor pada pengukuran saat ini dengan output sensor pada udara bersih (dianggap 400 ppm CO²). Proses konversi ke dalam satuan ppm dilakukan dengan menggunakan hubungan linear antara ∆GGL dengan konsentrasi CO² pada skala logaritmik. Dengan demikian perhitungan konsentrasi absolut karbon dioksida tidak dapat dilakukan. Sistem ini mampu menghitung konsentrasi relatif karbon dioksida dari 400 ppm sampai 10.000 ppm. Hasil perhitungan kemudian ditampilkan dengan menggunakan LCD 2x16. Sistem yang dibuat ini dilengkapi dengan data logger untuk menyimpan data-data yang dibaca oleh mikrokontroler. Data-data ini disimpan ke dalam microSD card sehingga dapat diolah lebih lanjut menggunakan PC. Sistem ini juga berfungsi sebagai kontrol ventilasi udara secara otomatis.

An indoor carbon dioxide monitoring system has been successfully constructed using a TGS4161 gas sensor. This system is controlled using ATmega128 microcontroller. Microcontroller used to control the whole system. One of the task is for converting EMF which is produced by a sensor into ppm unit. In this system, the CO² concentration is calculated by measuring the relative change of sensor output at the measuring point from sensor output in clean air (assumed to be 400ppm of CO²). Conversion into ppm unit is done by using relationship between ∆EMF and CO² gas concentration on a logarithmic scale. Thus, absolute concentration measurement can not be done. This system is able to calculate the relative concentration of carbon dioxide from 400 ppm to 10,000 ppm. Calculation results are then displayed using 2x16 LCD. This system is equipped with data logger to store the data read by microcontroller. The data can be stored in microSD card for further processing using PC. This system also can be used as automatic ventilation control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29400
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azra Qothrunnada Hazairin
"Estimasi biomasa dapat digunakan untuk mengestimasi nilai simpanan karbon dioksida. Kota Bogor adalah salah satu kota penyangga Kota Jakarta, yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dari tahun 1990-2000 yaitu sebesar 10.25 dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor setiap bulannya yang mencapai 3.373 kendaraan yang berdampak pada peningkatan emisi karbon dioksida. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa daya serap yang dimiliki oleh ruang hijau di Kota Bogor terhadap emisi karbon dioksida yang dikeluarkan oleh aktivitas manusia.
Penginderaan jauh dilakukan untuk mengetahui indeks vegetasi yang dapat memprediksi nilai biomasa terbaik dengan menggunakan nilai biomasa lapangan. MSAVI2 adalah indeks vegetasi terbaik yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai biomasa di Kota Bogor. Setiap kecamatan di Kota Bogor tidak dapat menyerap karbon dioksida yang dihasilkannya dengan total jumlah karbon dioksida tidak terserap sejumlah 5.931.131 ton.

Biomass estimation can be used to estimate the stock of carbon dioxide. Bogor City is one of the hinterland of Jakarta which has a significant increase in population growth rate, especially in 1990 2000 when the number hit 10.25 and the average 3.373 each month of vehicle increase which provides a significant release of carbon dioxide. This reasearch aim is to analyze green spaces ability to absorb carbon dioxide emission from human activity.
Remote sensing is used to select the best vegetation indices to estimate biomass value from in situ measurement. MSAVI2 is the best vegetation index to predict biomass in Kota Bogor. The result of this research is every districts in Bogor can not absorb its carbon dioxide emission with the total of 5.931.131 ton of carbon dioxide unabsorb.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>