Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sijabat, W. Bonar
Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964
261 SID p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ivonne Visse Karina
"Skripsi ini membahas bentuk arsitektural dan ornamental pada Gereja Kristen Indonesia Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat keberadaan unsur lokal dalam bangunan Gereja Kristen Indonesia Medan sebagai bangunan Kolonial. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dan perbandingan. Hasil penelitian menyatakan bahwa unsur lokal lebih banyak ditemukan pada ornamental bangunan Gereja Kristen Indonesia Medan.

Focus of this study is about the architecture and ornaments of Gereja Kristen Indonesia Medan. The purpose of this study is to identify the presence of local architectural and ornamental elements on Gereja Kristen Indonesia Medan as a colonial period building, using descriptive and comparative method. The result of this research shows that many local elements are used as ornamental elements of Gereja Kristen Indonesia Medan building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11803
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Nowadays the problem of many priests has challenged priesthood itself, particularly its key element, namely celibacy. The first is a challenge to re-evaluate the relevancy of mandatory celibacy. Another challenge is that as the Church confronts the scandals caused by some priests, society itself has begun to challenge the Church's tradition of a celibate priesthood. However, I believe that the celibacy of priest is a gift from God and a personal decision to embrace a tangible witness of the love of God to all creation. Through love one will dedicate him/herself wholeheartedly to the service of God as either a religious or a priest. Love plays a pivotal role in celibacy as an essential beginning which continuous giving impact on the life of the celibate."
230 LIMEN 8:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Murray, Alexander
"We are born and die alone, and are often alone in between. But this is true of all human beings, in their millions. So in another sense we are not alone at all, quite the opposite. To manage other shared problems our species has devised organisms specific to each. The organisms specific to our shared solitudes are religions. Because of the paradox in which they originate, religions have a double character: private and public. There is no clearer example than Christianity. It could never have come into existence without some degree of organization, with its half-dozen early members or, thanks to development of Roman and Jewish traditions, millions. But the whole purpose of the organization was to cultivate, in each member, responses essentially private, known only to God. The public and private elements in Christianity are always in tension, usually a creative one; but sometimes not. Murrays five essays, produced for various occasions, consider different aspects of this tension, creative or otherwise, in the western church between, approximately, the millennium and 1300."
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20469928
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
J. B. Banawiratma
Yogyakarta: Kanisius, 1993
261 BAN b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Wicaksono
"ABSTRAK
Tesis ini berusaha menunjukkan bahwa nilai-nilai konservatif Presiden George W. Bush mengaktifkan kekuatan di antara pranata politik (pemerintah) dan pranata agama (gereja). Pengaktifan pranata politik dan pranata gereja diperlukan Presiden Bush untuk menjalankan kebijakan keamanan guna melawan ancanian terorisine. Tesis ini menggunakan teori-teori dan konsep-konsep antara lain dari Parsudi Suparlan mengenai nilai-nilai yang sakral dan konsep mengenai konservatif dari Mickletwait dan Woodridge. Pada bab pendahuluan diuraikan latar belakang, hipotesis, permasalahan penelitian dan kerangka teori. Pada intinya, tesis ini mencoba melihat dari dekat hubungan antara nilai-nilai budaya yang sakral yang terdapat pada : individu, masyarakat dan negara. Ketiga unsur tersebut membentuk hubungan hirarki yang disesuaikan dengan konteks permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai. Ancaman terorisme yang menjadi agenda politik Presiden Bush memperkuat kedudukan negara dalam hubungan ketiga unsur tersebut. Bab-bab selanjutnya menjelaskan diantaranya mengenai peran agama dalam politik di Amerika, sejarah konservatif Amerika dan keyakinan keagamaan Presiden Bush.

ABSTRAK
This thesis is trying to show that the conservative values of President George W. Bush could activate the powers between the political institution (state) and the religion institution (church) for the War against Terrorism post 11 September 2001. The Activation of both institutions is urgently needed by President Bush in order to implement his security policy and the doctrine of "Either you are with us or against us". The concepts being used are among others those of Parsudi Suparlan regarding the sacred values and those of Mickletwait dan Woodridge concerning the moral and conservative perspectives. The Introductory Chapter will define and explain the subject matter of this thesis and gives the theoretical framework, namely the theories or concepts of the American conservative and of the religious faith of President Bush. This chapter is also trying to analyze the relations among the sacred values: state, community and person with regard to the certain condition dependent on the context and the purpose will be achieved. The terrorist threat as a main political agenda of President Bush will be strengthening the state at the context of hierarchical sacred values. The following chapters will define and explore more on the role of religion in the political arena of the LIS, the history of American Conservative and the religious faith of President Bush.
"
2007
T 17550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Prasetyo
"Komunitas Basis, merupakan suatu konsep yang sedang dikembangkan oleh organisasi Gereja Katolik yang diwakili oleh mereka yang berada di Konferensi Wali Gereja Katolik Indonesia. Keinginan untuk mengembangkan komunitas Basis ini sudah dicanangkan sejak konsili Vatikan II, yaitu suatu pertemuan antara Para kardinal sedunia. Kardinal adalah pimpinan tertinggi gereja Katolik dalam suatu negara. Kemudian dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2000, keinginan ini dipertegas dengan dikeluarkannya kebijakan untuk mengembangkan komunitas basis di keuskupan masing-masing. Keuskupan adalah batas wilayah administratif yang dalam pemerintahan dapat disejajarkan dengan propinsi. Namun untuk satu wilayah keuskupan tidak terbatas pada satu propinsi saja, seperti misalnya keuskupan Agung Jakarta yang meliputi juga daerah Bekasi, Tangerang, serta Banten.
Awal ketertarikan peneliti untuk mengkaji komunitas basis didasarkan pada adanya antagonis, antara struktur gereja yang hirarki dengan pola yang top down dengan komunitas basis yang justru berangkat dari bawah. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana suatu organisasi yang sedemikian hirarkinya mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan suatu gerakan yang bottom up.
Sejalan dengan berlangsungnya pengumpulan data dan analisa data yang ada, maka topik penelitian ini mengalami beberapa kali perubahan, yang di dalam penelitian kualitatif hal itu sangat dimungkinkan. Jika pada awalnya peneliti tertarik untuk mengkaji perkembangan komunitas basis, maka pada akhirnya penulis justru tertarik untuk mengkaji mengenai konsep komunitas basis yang berkembang. Tidak adanya batasan yang baku serta batasan operasional yang ditetapkan oleh organisasi gereja katolik membuat begitu banyaknya variasi yang berkembang bukan hanya di kalangan umat (tercatat ada 21 variasi) tetapi juga di kalangan mereka yang berada di lingkungan struktur organisasi gereja katolik.
Dengan memakai kerangka pemikiran dari Coleman tentang modal sosial, Marx dan Gramsci tentang keberadaan basis di dalam dan di luar struktur, serta pemikiran Mannheim dan Berger tentang pengetahuan, maka peneliti memulai penelitian dengan mengajukan permasalahan yaitu, Apakah Komunitas Basis hanya merupakan gagasan utopis (tipe ideal) yang tidak akan mungkin terjadi? Pertanyaan mendasar ini dijabarkan lebih jauh dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apakah ada batasan (definisi) baku mengenai komunitas basis? Apakah ada ukuran baku yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan komunitas basis? Apakah komunitas basis merupakan suatu dasar dari struktur organisasi Gereja katolik? Apa yang disebut basis di dalam komunitas basis? Dalam menjawab pertanyaan penelitian, maka hipotesa kerja yang digunakan peneliti sebagai berikut: pertama: Tidak adanya batasan baku yang operasional di kalangan umat, bahkan di pusat hirarki membuat komunitas basis saat ini hanya merupakan gagasan utopis. Hipotesa kerja Kedua: ketika komunitas basis berada di luar struktur organisasi gereja, maka pengaruh top down dari hirarki menjadi hilang (setidaknya berkurang) dan komunitas basis dapat berkembang, serta hipotesa ketiga: komunitas basis merupakan bentuk potensial terbentuknya sekte-sekte di kalangan gereja Katolik, jika konsep komunitas basis disalahartikan sebagai gerakan kebebasan untuk melawan struktur yang ada.
Dalam mengkaji hipotesa kerja ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dan penelitian ini termasuk ke dalam grounded research. Metode utama yang digunakan adalah wawancara mendalam yang dilakukan terhadap tiga orang informan. Peneliti memutuskan hanya tiga informan, karena dari ketiganya terdapat variasi jawaban yang berbeda tentang konsep komunitas basis, dan untuk mendukung alasan peneliti ini, maka dilakukan penyebaran angket terhadap 50 responden. Dari penyebaran terhadap 50 responden, angket yang kembali sejumlah 37 buah. Metode lain yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber beberapa buku tentang komunitas basis, dokumen-dokumen, serta beberapa majalah yang terkait, serta dimasukkan pula hasil refleksi atas pengalaman peneliti yang berkait dengan komunitas basis.
Hasil penelitian yang dapat disampaikan dalam hasil karya ini antara lain terdapatnya banyak variasi tentang pemahaman umat tentang komunitas basis. Hal ini disebabkan gereja sendiri tidak memiliki batasan yang baku tentang komunitas basis. Pada akhirnya komunitas basis hanya merupakan gagasan yang utopis yang tidak akan pernah terjadi, dan hal ini juga diakui oleh ketiga informan. Komunitas basis yang (boleh dikatakan) sudah berkembang saat ini adalah komunitas basis yang berada di luar struktur gereja. Mereka dapat berkembang karena tidak adanya campur tangan organisasi gereja. Dalam melihat komunitas basis kita bisa klasifikasikan ke dalam empat tipologi, yaitu komunitas basis yang berada di dalam struktur yang sejalan dengan pemikiran Marx tentang basis, serta komunitas basis yang berada di luar struktur yang sejalan dengan pemikiran Gramsci. Baik di dalam maupun di luar struktur, komunitas basis bisa merupakan gerakan yang menopang maupun yang melawan struktur. Gerakan komunitas basis yang dijadikan sebagai perlawanan terhadap struktur merupakan gerakan yang potensial untuk menjadi sekte-sekte atau sel-sel yang ada di dalam struktur gereja.
Hambatan utama terhadap perkembangan komunitas basis adalah budaya kemapanan dan budaya patriarki. Kedua faktor ini sulit untuk dihilangkan karena sudah berlangsung lama. Perlu perombakan yang menyeluruh agar kedua budaya ini dapat dihilangkan. Akhirnya Peneliti sampai kepada keinginan untuk memberikan masukan kepada Gereja Katolik agar membuat batasan yang lebih baku dan operasional tentang komunitas basis.
Ketika batasan yang baku sudah ada, maka sosialisasi hingga ke tingkat bawah (umat) juga perlu dilakukan, agar terdapat kesamaan pengetahuan antara umat yang satu dengan yang lain. Dan dari semua konsep yang ada tentang komunitas basis, maka konsep yang digagas oleh Frans Magnis Suseno, menurut peneliti merupakan konsep yang paling tepat untuk dijalankan dalam konteks Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanis Putratama Kamuri
Jakarta : Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat , 2019
200 SODE 6:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Bawono
"Penelitian ini mengangkat mengenai masalah identitas Kristen Jawa di GKJ dalam konteks masyarakat urban dan plural di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa identitas Kristen Jawa ala GKJ merupakan identitas hibrid yang terbentuk melalui mimikri dan selalu bersifat ambivalen antara kekristenan dan kejawaan. Dalam identitas Kristen Jawa ini pula telah terjadi reinterpretasi, yang sebelumnya bersifat eksklusif kini menjadi inklusif.

This study raised the issue of Javanese Christian identity in Gereja Kristen Jawa (GKJ) within urban and plural society context in Jakarta. This study used a qualitative method. This study found that Javanese Christian Identity in GKJ is a hybrid identity that is formed through mimicry and always ambivalent between Christianity and Javaneseness. And also, Christian Javanese has occurred reinterpretation and transformation, which previously exclusive has now become inclusive identity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>