Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6433 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hays, Steve M.
New York: McGraw-Hill, 1995
628.53 HAY i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pepper, Darrell W.
London: Imperial College Press, 2009
628.53 PEP m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hess-Kosa, Kathleen
"Abstract:
In the new millennium, indoor air quality methodologies have expanded, evolved, and morphed. This book addresses the old and the new. The focus is shifting from a knee-jerk to a more proactive response. Although indoor air quality in older buildings will continue to present old challenges, new construction is going forward with new challenges. Indoor Air Quality: The Latest Sampling Methods, Second Edition covers basic concepts and details various approaches to the identification and assessment of indoor air contaminants that contribute to building-related illness in commercial buildings, in"
Hoboken: CRC Press, 2011
628.53 HES i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Reyna Faradila Setiawan
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi, yang berdampak pada kebutuhan akan ruang merokok yang memadai. Aktivitas merokok di ruang tertutup menghasilkan polutan berbahaya seperti PM2.5, karbon monoksida (CO), nikotin, dan senyawa organik volatil (VOC), yang dapat merusak kualitas udara dan membahayakan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruang merokok indoor dan mengevaluasi strategi desain ruang merokok berdasarkan standar kualitas udara yang ada. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian teori dan studi kasus untuk memahami penerapan sistem pengudaraan, termasuk ventilasi alami dan mekanis, serta solusi desain ruang yang dapat mengurangi polutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ventilasi mekanis dan alami, serta penerapan penghalang fisik dan segregasi ruang, dapat efektif mengurangi kadar polutan dan meningkatkan kualitas udara dalam ruang merokok. Desain yang optimal memerlukan perencanaan yang matang, termasuk pemilihan teknologi tepat dan pengaturan pola penggunaan ruang. Penerapan sistem ventilasi yang efisien dan desain ruang yang tepat sangat penting dalam menciptakan ruang merokok yang aman dan nyaman, serta mengurangi risiko kesehatan penghuni.

Indonesia is one of the countries with the highest smoking consumption rates, which impacts the demand for adequate smoking spaces. Smoking activities in enclosed spaces generate harmful pollutants such as PM2.5, carbon monoxide (CO), nicotine, and volatile organic compounds (VOCs), which can damage air quality and pose health risks. The aim of this study is to analyze the factors affecting indoor air quality in smoking areas and evaluate smoking room design strategies based on existing air quality standards. The research method involves a theoretical review and case studies to understand the application of ventilation systems, including natural and mechanical ventilation, as well as design solutions that can reduce pollutants. The results show that a combination of mechanical and natural ventilation, along with the implementation of physical barriers and space segregation, can effectively reduce pollutant levels and improve air quality in smoking rooms. Optimal design requires careful planning, including the selection of appropriate technologies and management of space usage patterns. The implementation of an efficient ventilation system and proper room design is crucial in creating a safe and comfortable smoking space, while reducing health risks for occupants. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oghie M. Purnomo
"Dunia gencar membangun bangunan hijau termasuk Indonesia. Konsep green bukan sekedar penggunaan material dan penghematan energi, namun mengenai kualitas udara dalam ruangan (indoor air health and comfort/IHC). Aspek ini berkolerasi dengan kesehatan dan kenyamanan dari penghuni gedung. Pemenuhan konsep hijau akan mempengaruhi biaya konstruksi.
Skripsi ini bertujuan mengidentifikasi aspek apa yang mempengaruhi biaya konstruksi dan besar pengaruhnya terhadap biaya konstruksi dengan melakukan survey dan studi kasus di proyek kantor pusat Jasa Marga. Penelitian ini mendapatkan faktor yang paling dominan adalah instalasi sensor gas karbon dioksida dan penambahan biaya untuk memenuhi aspek IHC secara keseluruhan adalah sebesar 0,01%.

More nations including Indonesia tend to develop the green building. The green concept is not only using of materials and energy comsumption saving, but also concerning to indoor air health and comfort (IHC). This aspect has correlation to the health and the comfort of the building occupants. The Application of green building concept will have significant effect on construction cost.
This thesis is aimed to identify the aspect which influences on construction cost and how much it affects the construction cost with survey method and case study on Jasa Marga Main Office project. This research found that the most dominant factor of this aspect is carbon dioxide gas cencor installation and the additional costs to fulfill the whole aspects of IHC is 0.01 percents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
06 Bas i
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Atastina Sri Basuki
"ABSTRAK
This study is intended to compare the performance of LPG fuel and CNG fuel under consideration from residential cooking fuel aspect as well as from its pollutant emission aspect. Fuel combustion using laboratory bumer (Bunsen bumer) was carried out. Emission of pollutant gases especially CO and NOx were observed and measured. Pollutant gas concentration in ambient air around the flame as pollution source produce by LPG combustion was compare to that producted by CNG combustion. Their flame characteristics especially their flame length and their flame color were maintained to be the same, so their heat losses and their temperature could be predicted (by calculation). The magnitude of flame temperature were used to conclude weather pollutant gases generated from combustion was caused by gas dissociation or by incomplete combustion. The result of experiment shows that LPG combustion emit more pollutants gases than CNG combustion does, and gases are caused by incomplete combustion.
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja bahan bakar LPG dan bahan bakar CNG ditinjau dari aspek bahan bakar memasak perumahan serta dari aspek emisi polutannya. Pembakaran bahan bakar menggunakan bumer laboratorium (Bunsen bumer) dilakukan. Emisi gas pencemar terutama CO dan NOx diamati dan diukur. Konsentrasi gas pencemar di udara ambien sekitar nyala api sebagai sumber pencemaran yang dihasilkan dari pembakaran LPG dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pembakaran CNG. Karakteristik nyala api terutama panjang nyala api dan warna nyala api dijaga agar tetap sama, sehingga kehilangan panas dan suhunya dapat diprediksi (dengan perhitungan). Besarnya temperatur nyala digunakan untuk menyimpulkan gas pencemar cuaca yang dihasilkan dari pembakaran disebabkan oleh disosiasi gas atau oleh pembakaran yang tidak sempurna. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pembakaran LPG mengeluarkan lebih banyak gas pencemar daripada pembakaran CNG, dan gas disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna."
1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pramesti Putri
"Kualitas udara mikrobiologi dalam ruangan di rumah sakit perlu diperhatikan terutama pada ruang poliklinik karena di ruang tersebut banyak pengunjung berkumpul dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian, peluang tersebarnya penyakit melalui udara oleh bakteri dan jamur patogen juga tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi bakteri dan jamur di udara pada ruangan di poliklinik, perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur antar ruang poliklinik pada hari padat dan sepi pengunjung dan jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram. Sampel kualitas udara mikrobilogis diambil dengan menggunakan EMS E6 dengan menggunakan media TSA (Oxoid, 2011) untuk bakteri dan media MEA (Oxoid, 2011) untuk jamur dan dilakukan secara duplo. Pengambilan sampel dilakukan pada ruang poliklinik yang berbeda dan waktu yang berbeda dimana hari senin mewakili hari sepi dan sabtu mewakili hari padat pasien/pengunjung. Hasil sampling bakteri dan jamur diuji secara statistik dengan menggunakan statistik nonparametriks Pearson product moment dan two-tailed t-test.
Hasil pengukuran sampel menunjukkan konsentrasi bakteri dan jamur telah melebihi baku mutu mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 yaitu rata-rata 2.545 ± 9,11 CFU/m3 untuk bakteri dan 306 ± 2,91 CFU/m3 untuk jamur. Konsentrasi bakteri dan jamur paling tinggi terdapat pada ruang Poliklink Umum. Uji statistik Pearson product moment menunjukkan jumlah pengunjung memiliki korelasi yang rendah (r = 0,29) dengan konsentrasi bakteri dan memiliki korelasi sedang (r = 0,45) dengan konsentrasi jamur. Selanjutnya, uji statistik two-tailed t-test menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara jumlah pengunjung dengan konsentrasi mikrobiologi di udara.
Identifikasi bakteri dengan pewarnaan gram menunjukkan bahwa 84,2% bakteri yang ditemukan merupakan bakteri gram negatif dan 15,2% gram positif. Bakteri gram negatif berpotensi lebih besar dalam menginfeksi manusia karena memiliki endotoksin. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemasangan filter HEPA atau ULPA pada sistem ventilasi (AC) untuk menurunkan konsentrasi bakteri dan perbaikan sistem ventilasi agar kelembaban ruangan terjaga antara 30-60% dan suhu ruangan dibawah 25°C sehingga dapat menurunkan konsentrasi jamur.

Microbial indoor air quality in hospital has to be considered, especially in the examining and waiting room because many people gathered at the same time. Hence, chances for spreading airborne disease by pathogenic bacteria and fungi are high. The objectives of this study are to find out indoor air bacteria and fungi concentrations at the examining room, the difference of bacteria and fungi concentrations during high and low numbers of visitors, and types of bacteria based on gram staining. Microbial air samples were taken in Duplo by using EMS E6 with TSA (Oxoid, 2011) and MEA (Oxoid, 2011) media for bacteria and fungi, respectively. Samplings were conducted on different examining rooms and days, which Monday and Saturday represented as low and high numbers of visitors, respectively. The sampling results tested statistically by using non-parametric statistical method, Pearson product moment and two-tailed t test.
The measurement results showed that indoor air bacteria and fungi concentrations have exceeded the quality standards by Menteri Kesehatan RI No. 1204 in 2004, with the average are 2.545 ± 9.11 CFU/m3 and 306 ± 2.91 CFU/m3 for bacteria and fungi, respectively. The highest concentration of bacteria and fungi is found in examining room for children and general, respectively. Pearson product moment test showed a low correlation (r=0.29) between number of visitors and indoor air bacteria concentration and moderate correlation (r=0.45) between number of visitors and indoor air fungi concentrations. Furthermore, two-tailed t-test results showed that there was no significant relationship between number of visitor and indoor air microbial concentrations.
Identification of bacteria with gram staining showed that 84.2% of bacteria found are gram-negative and 15.8% are gram-positive bacteria. The gram-negative bacteria are having greater possibly infected human than gram-positive bacteria because it has endotoxin. Therefore, it is necessary to install HEPA or ULPA filters on ventilation system (air conditioned) and maintain relative humidity between 30-60% and temperature below 25°C in the hospital to reduce indoor air bacteria and fungi concentrations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayfa Farhah
"Warna merupakan elemen yang digunakan oleh arsitek dan desainer interior dalam mendesain suatu ruang. Warna menjadi penting karena warna ditemukan dalam setiap objek termasuk pada permukaan ruang. Jika digunakan secara tepat, warna pada permukaan ruang tidak hanya memberikan nilai estetis tetapi juga dapat memberikan dampak bagi pencahayaan dan kondisi termal sebuah ruangan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui performa warna permukaan ruang yang memenuhi standar kualitas ruang dalam berdasarkan Indoor Environmental Quality (IEQ). Penilaian IEQ dinilai berdasarkan kenyamanan visual, termal, dan kualitas udara. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu eksperimen dan pengolahan data. Eksperimen yang dilakukan dalam penulisan ini berupa suatu model ruang dalam berupa kotak. Warna permukaan di dalam kotak tersebut dapat divariasikan dengan intensitas cahaya yang terkontrol. Data nilai yang didapatkan dari eksperimen kemudian diolah berdasarkan poin-poin yang disesuaikan dengan parameter kenyamanan visual, termal, dan kualitas udara. Hasil eksperimen dan pengolahan data menunjukkan bahwa warna terbaik yang memenuhi standar IEQ tidaklah terdiri dari satu warna saja, tetapi performa suatu warna sangat bergantung pada kondisi kebutuhan ruang serta berdasarkan parameter apa warna tersebut dinilai. Warna permukaan ruang yang tepat dapat diketahui dengan melengkapi beberapa informasi pengguna seperti kegiatan yang dilakukan dalam ruang, jenis ruang, iklim ruangan tersebut berada, serta informasi mengenai keberadaan tanaman dalam ruangan tersebut. 

Color is an element used by architects and interior designers in designing a space. Color is important because color is found in every object, including on the surface of a room. If used properly, the color on the surface of the room not only provides aesthetic value but can also have an impact on lighting and temperature of a room. This thesis aims to determine the performance of the surface color of a room that meets the quality standards based on Indoor Environmental Quality (IEQ). The IEQ assessment is based on visual comfort, thermal comfort, and air quality. The method used in this paper is experimentation and data processing. The experiment is in the form of a room model in the form of a box. The color of the surface inside the box can be varied with controlled light intensity. The value data obtained from the experiment was processed based on the points adjusted for the parameters of visual comfort, thermal comfort, and air quality. Experimental results and data processing show that the best color that meets IEQ standards does not consist of just one color, but the performance of a color is very dependent on the conditions of space requirements and based on what parameters the color is assessed. The exact color of the surface of the room can be known by completing some user information such as the activities in the room, the type of room, the climate the room is in, as well as information about the presence of plants in the room."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Sukma Dewi
"Memiliki hewan pendamping atau companion animal mengalami tren kenaikan pada setiap tahunnya. Selaras dengan hal tersebut maka terdapat potensi adanya permintaan yang tinggi terkait fasilitas untuk menunjang kebutuhan hewan pendamping. Salah satu dari fasilitas penunjang kebutuhan hewan yaitu animal boarding atau tempat penitipan. Terdapat potensi ancaman polutan pada fasilitas penunjang kesehatan hewan seperti  patogen zoonosis, zat alergen, potensi meledaknya jumlah okupan sebagai penghasil polutan karbon dioksida (CO2), dan polutan dari gas amonia yang disebabkan oleh perilaku spraying dari companion animal. Di beberapa tempat, hampir setengah dari pekerja yang bekerja di fasilitas hewan telah dilaporkan mengalami gejala terkait alergi seperti rhinitis, konjungtivitis, asma, urtikaria kontak, dan jenis dermatitis alergi lainnya. Karena adanya potensi tercemarnya udara ruang dalam pada animal boarding dari polutan-polutan berbahaya, sistem penjernihan udara banyak diaplikasikan pada ruangan-ruangan yang rentan terhadap polutan di animal boarding. Dengan demikian, penelusuran mengenai mekanisme penjernihan udara pada animal boarding sangat menarik dilakukan.

Having a companion animal experiences an increasing trend every year. The number of pets worldwide has also been systematically increasing since 2010. Over the past 10 years, the pet population has grown. In line with this, it can be ensured that there is a high demand for facilities to support the well-being and health of companion animals. The presence of pollutants is one of the factors that affect Kualitas Udara Ruang Dalam. There is a potential threat of pollutants in animal  facilities such as zoonotic pathogens, allergenic substances, the potential for an increase in occupant numbers leading to carbon dioxide (CO2) emissions, and pollutants from ammonia gas caused by spraying behavior from companion animals. In some places, almost half of the workers in animal facilities have reported allergy-related symptoms such as rhinitis, conjunctivitis, asthma, contact urticaria, and other types of allergic dermatitis. Due to the potential air contamination in animal boarding from harmful pollutants, air purification systems are widely applied in rooms susceptible to pollutants in animal boarding. Therefore, exploring the mechanisms of air purification in animal boarding is highly interesting to be conducted.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>