Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niarsi Merry Hemelda
"Penelitian mengenai pengaruh gradien ketinggian terhadap variasi morfologi rotan Calamus javensis Blume (Arecaceae) telah dilakukan di Gunung Kendeng, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui variasi morfologi, sebaran variasi morfologi populasi C. javensis terhadap ketinggian, serta mengidentifikasi karakter morfologi tertentu yang dipengaruhi ketinggian. Sebanyak 16 karakter morfologi C. javensis yang meliputi organ batang dan daun dianalisis menggunakan Cluster Analysis (CA) dan Principal Component Analysis (PCA). Penelitian dilakukan pada kisaran ketinggian 1000--1300 mdpl, namun populasi C. javensis di Gunung Kendeng sudah tidak dijumpai pada ketinggian 1200--1300 mdpl. Hasil CA menunjukkan adanya 3 kelompok C. javensis berdasarkan variasi morfologi di Gunung Kendeng, TNGHS. Kelompok 3 yang memiliki karakter jumlah duri jarang serta leaflet basal spreading merupakan C. javensis var. inermis. Hasil PCA menunjukkan bahwa karakter yang berperan dalam variasi morfologi populasi C. javensis meliputi leaflet basal, jumlah duri upih, panjang petiolus, bentuk leaflet basal, diameter batang, dan panjang duri upih. Sebaran variasi morfologi berdasarkan ketinggian masih tumpang tindih. Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa gradien ketinggian tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada ke-16 karakter morfologi populasi C. javensis pada ketinggian 1000--1200 mdpl. Dapat disimpulkan bahwa karakter morfologi dari C. javensis pada ketinggian 1000--1200 mdpl di gunung Kendeng belum menunjukkan clinal variation.

Altitudinal gradient effect on morphological characters of Calamus javensis Blume (Arecaceae) has been studied in Mountain Kendeng, Mountain Halimun Salak National Park (MHSNP), West Java. The goals of this study were to analyze morphological variation and variation distribution of C. javensis population, also to identify certain characters that affected by altitudinal gradient. 16 morphological characters from stem and leaf were analyzed using Cluster Analysis (CA) and Principal Component Analysis (PCA). The range of altitude that used in this study was 1000--1300 mdpl, but C. javensis population was absent in 1200--1300 mdpl. CA classified C. javensis specimens into 3 groups. The third group, characterized by few spines on its leaf sheath and spreading basal leaflet, was identified as C. javensis var. inermis. Characters that were analyzed using PCA showed that basal leaflet, spine abundance of leaf sheath, petiole length, basal leaflet shape, stem diameter, and leaf sheath spine length were important characters in morphological variation of C. javensis. Morphological variation of C. javensis showed overlapped distribution. Simple linear regression analysis showed there was no character of C. javensis that significantly affected by altitudinal gradient. In conclusion, morphological characters of C. javensis population in Mountain Kendeng, MHSNP, from 1000 to 1200 m.a.s.l. had not showed the clinal variation yet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1591
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Mirmanto
"kajian permudaan alami di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat telah dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap pola dan proses ekologi serta suksesi hutan. sebanyak 27 petak (10 m x 10 m ) telah di dan pada setiap petak dilakukan pengukuran terhadap anakan pohon ( diameter 2-5 cm), yang meliputi diameter setinggi 20 cm di atas tanah, tinggi dan posisi di dalam setiap petak. setiap jenis yang tercatat dibuat spesimen bukti ekologi, untuk identifikasi jenis. dalam 27 petak tercatat sebagai jenis dominan 73 jenis anak pohon , yang terdiri atas 51 marga dan 29 suku. macaranga triloba tercatat sebagai jenis dominan hanya pada 9 petak, sedangkan 4 jenis lainnya kurang dari 5 petak. ini menunjukan danya penyebarann jenis tertentu pada habitat tertentu pula, menunjukan adanya ketertarikan antara keberadaan suatu jenis dengan habitattertentu. ketinggian tempat dan penutupan kanopi diduga sangat berpengaruh terhadap terbentuknya tipe komunitas."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 17:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Kristiana Widyaningrum
"ABSTRAK
Sustainable financing atau pembiayaan berkelanjutan untuk kawasan konservasi telah menjadi bahan perdebatan bagi para ahli konservasi. Sebagian besar kawasan konservasi termasuk taman nasional, dalam pengelolaannya didanai oleh pemerintah. Namun, tren global saat ini menunjukkan kondisi yang berlawanan dimana meningkatnya jumlah taman nasional dihadapkan pada dana pemerintah yang terbatas, serta menurunnya pendanaan eksternal. Menyadari hal tersebut, pemerintah Indonesia mendorong taman nasional untuk memiliki pendanaan mandiri melalui penetapan 21 taman nasional model pada tahun 2006.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pendanaan untuk konservasi taman nasional di Indonesia, dan melihat peluang untuk mengembangkan pendanaan mandiri bagi taman nasional tersebut. Study yang lebih mendalam di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dilakukan untuk mencari kemungkinan kekurangan anggaran, dan efektivitas serta efisiensi dalam penggunaan dana konservasi. Studi ini menggunakan data dari sumber resmi, dan dianalisis melalui pendekatan kuantitatif dengan teknik Exploratory Data Analysis (EDA).
Hasil studi ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya jumlah taman nasional, pemerintah Indonesia tidak serta merta menurunkan besarnya pendanaan. Namun, proporsi dana yang dialokasikan untuk taman nasional terhadap GDP, serta terhadap total belanja negara relatif rendah. Data dari TNGHS menunjukkan adanya kekurangan anggaran, dan adanya penggunaan dana yang tidak tepat waktu yang dapat menyebabkan in-efektivitas dan in-efisiensi dalam penggunaan dana. Meskipun demikian, inisiatif di tingkat lokal seperti komitmen untuk melakukan kerjasama program atau partnership, penyusunan rencana bisnis dan mekanisme pendanaan yang jelas dalam skema trust fund melalui lembaga independen dan terpercaya dapat membantu menyelesaikan beban keuangan di taman nasional.

ABSTRACT
Sustainable financing for protected areas (PAs) has currently become the subject of debates. Most of PAs including national parks (NPs) were financed by the governments. Nevertheless, current global trends contrast the increasing number of NPs with the limited government budget as well as the decreasing trend of external funds. Realizing such issue, Indonesian government promoted NPs to be self-financed through designation of 21 NP models in 2006.
This paper aimed to look at the financing mechanism for conservation of NPs in Indonesia, and see the potentials to support for self-financing. A more focus study in GHSNP is also discussed to look at the likely budget shortfall, and the effectiveness and efficiency use of the funds. The study uses a set of secondary data from official sources, and chooses Exploratory Data Analysis (EDA) technique as a quantitative approach to reveal the data.
The results indicate that by increasing the number of parks, Indonesian government does not necessarily lessen the budget support. However, the proportion of budget allocated for NPs to GDP and to total government expenditure is relatively low. There were budget shortfalls in GHSNP, and it is not allocated in timely manner, which somehow led to ineffective and inefficiency use of the funds. Even so, local initiatives such as commitment to cooperation programs or partnerships, creating a business plan and a clear financing mechanism through an independent and trustworthy institution, seem help to solve the financial burden."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bogor: TNGHS, 2008
R 577.34 EKO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Rizky
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji deforestasi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
tahun 2003 dan 2009. Data deforestasi dihasilkan dari overlay antara data
perubahan tutupan vegetasi tahun 2003 dan 2009 yang dihasilkan dari analisis
tingkat kehijauan vegetasi menggunakan metode NDVI dari citra Landsat,
dengan data perubahan besaran erosi tahun 2003 dan 2009 yang dihasilkan dari
pengolahan data dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss
Estimate). Deforestasi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak tahun 2003 dan
2009 adalah seluas 16.968,85 hektar. Deforestasi rendah dominasinya terdapat di
Kawasan Hutan Produksi Terbatas, didalam DAS Ci Sadane, pada kawasan
TNGH lama. Deforestasi sedang dominasinya terdapat di Kawasan Hutan Suaka
Alam dan Wisata, didalam DAS Ci Durian, pada kawasan TNGH lama.
Deforestasi tinggi dominasinya terletak di Kawasan Hutan Lindung, didalam
DAS Ci Ujung, pada wilayah tambahan TNGHS"
2011
S42423
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Nabilla Adiansari
"Penelitian ini mendeskripsikan tentang gambaran keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat berbasis community-based tourism di Desa Wisata Malasari dan hambatan yang dihadapi dalam keberlanjutan program. Penelitian dilaksanakan pada masa Pandemi Covid-19 tahun 2020 sampai 2021. Keberlanjutan program di Desa Wisata Malasari dipilih karena program pemberdayaan community-based tourism oleh JEEF telah selesai dan saat ini masyarakat melalui CV Pesona Malasari menjalankan keberlanjutan program secara mandiri, tetapi berdasarkan evaluasi oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) ditemukan beberapa kondisi yang menghambat keberlanjutan program. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode pengambilan data melalui wawancara mendalam secara daring, studi literatur dan observasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yang dipilih melalui metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian mengenai kondisi yang menghambat keberlanjutan program berdasarkan hasil evaluasi dari TNGHS. Pembahasan dipaparkan melalui aspek keberlanjutan program yaitu pelaksanaan community-based tourism, manajemen CV Pesona Malasari dan pengembangan community-based tourism. Adapun dari ketiga aspek tersebut terdapat perbedaan dan hambatan dalam kondisi pemberdayaan masyarakat dan community-based tourism apabila dibandingkan dengan masa implementasi program. Pada masa keberlanjutan program, meskipun terdapat beberapa upaya yang mendukung keberlanjutan program, tetapi upaya-upaya tersebut dihadapkan dengan beberapa faktor penghambat. Sehingga, cakupan penerima manfaat dari pemberdayaan masyarakat melalui community-based menurun dan pelaksanaan kurang maksimal apabila dibandingkan dengan saat implementasi program.

This study describes the description of the sustainability of community-based tourism community empowerment program in Desa Wisata Malasari and the obstacles faced in the program sustainability. This research is conducted amidst the Covid-19 Pandemic in 2020 and 2021. The program sustainability at Desa Wisata Malasari was chosen because the community-based tourism empowerment program by JEEF has been completed and currently CV Pesona Malasari is running the program independently, but based on the evaluation by Gunung Halimun Salak National Park (TNGHS), several conditions were found that hindered the sustainability of the program. The approach used in this research is descriptive qualitative with data collection methods through in-depth online interviews, literature study and observation. Informants in this study consisted of 13 people who were selected through purposive sampling method. The discussion is presented through a description of the implementation of community-based tourism, the management of CV Pesona Malasari and the development of community-based tourism in the Malasari Tourism Village. As for these three aspects, there are differences and obstacles in the conditions of community empowerment and community-based tourism when compared to the program implementation period. During the program sustainability period, although there were several efforts that supported the sustainability of the program, these efforts were faced with several inhibiting factors. Thus, the coverage of beneficiaries from community empowerment through community-based decreased and the implementation was less than optimal when compared to the time of program implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardah
"Palms diversity composition, and density i six selected sites of 15 rectangular plots of 100 x 20 m were successfully studies. The sites are in kasepuhan ciptagelar, which located in the Gunung Halimun Salak National Park in West Java. The sites are in the disturbed primary submontane forest at 800 to 1400 m altitude. Ethnobotanical observations made in some of the villages in kasepuhan ciptagelar proceeded through informal unending open interviews involving some traditional elders, prominent communities, and handicraftsmen. There is no species addition to the park from the kasepuhan cigelar. Three species of rattans (calamus polystachys, C. burckianus, and korthalsia laciniosa) are added to the park from Cibedug, Leuwijaming, Ciptarasa, and Cikidang. Young leaves of doemonorops rubra are used for traditional inner baduy cloth. The use of C. javensis canes for bracelets and rings, and the infructescence of plectocomia elongata for decoration are new findings "
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2009
BBIO 9:4 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Diana Puspita
"Paradigma sektor kehutanan masih memandang kayu sebagai hasil utama mengakibatkan tingginya angka deforestasi di Indonesia. Padahal banyak hasil hutan lainnya yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Salah satu manfaat hutan yang belum terestimasi nilainya yaitu jasa lingkungan terutama wisata. Dan fungsi hutan yang mempunyai manfaat wisata salah satunya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Salah satu bagian dari TNGHS yaitu Resort PTNW Gunung Salak I yang mempunyai daya tarik tersendiri yaitu sebagai field project Suaka Elang. Pada Resort PTNW Gunung Salak I terdapat 2 (dua) lokasi wisata yaitu bumi perkemahan Loji dan Wana Wisata Sukamantri.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai ekonomi wisata dari lokasi tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode TCM dan CVM untuk mengetahui nilai ekonomi dari kawasan wisata. Dan nilai surplus konsumen untuk metode TCM Resort PTNW Gunung Salak I sebesar Rp. 909.000 per individu/tahun atau Rp. 6.635.700.000/tahun, sedangkan untuk nilai WTP kondisi saat ini sebesar Rp. 8.500 dan untuk kondisi masa akan datang sebesar Rp. 9.700.

The paradigm of forestry sector still sees wood as the primary outcome resulted in high rates of deforestation in Indonesia. Whereas many other forest products that can be utilized and have high economic value. One of the benefits from forests that have not estimated is environmental services value, especially forest tourism. And one part of forests that have tourism benefits is Mount Halimun Salak National Park. One part of the national park that has a special attraction as a field project of Raptor sanctuary is PTNW Mount Salak I Resort. In PTNW Mount Salak I Resort there are 2 (two) tourist sites, which are Bumi Perkemahan Loji and Wana Wisata Sukamantri.
This study aimed to obtain economic value from the site. This research using TCM and CVM method to determine the economic value from tourist area. The value of consumer surplus for TCM method PTNW Mount Salak I Resort is Rp. 909 000 per individual/year or Rp. 6.635.700.000/year, while for WTP value for current state of Rp. 8.500 and for the future condition of Rp. 9.700.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>