Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Itja Risanti
"Ketahanan ikatan resin komposit-dentin merupakan salah satu penentu keberhasilan restorasi resin komposit. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efek klorheksidin terhadap degradasi kekuatan ikat resin kompositdentin.
Metode: Dua puluh empat sampel dentin yang diambil dari mahkota gigi premolar, dibagi menjadi tiga kelompok yang diberikan perlakuan berbeda. Kelompok I diberi perlakuan bahan bonding tanpa klorheksidin, kelompok II diberi perlakuan klorheksidin dan bonding, kelompok III diberi perlakuan bonding mengandung klorheksidin, pada tiap kelompok dibagi menjadi 2 sub-kelompok yaitu kelompok tanpa direndam dan kelompok yang direndam NaOCl 10% selama satu jam, sehingga didapat enam sub-kelompok. Kemudian seluruh kelompok di ukur kekuatan ikat gesernya menggunakan Universal Testing Machine. Satu sampel dari setiap sub-kelompok dilakukan Scanning Electron Microscope (SEM). Data dianalisa statistik dengan uji hipotesis Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Hasil: rerata kekuatan ikat geser sebelum perendaman NaOCl 10% tertinggi kelompok I sedangkan rerata kekuatan ikat geser setelah perendaman NaOCl 10% tertinggi pada kelompok III. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok I terhadap kelompok II dan antara kelompok II terhadap kelompok III.
Kesimpulan: Klorheksidin mempunyai efek terhadap pengurangan degradasi kekuatan ikat geser resin komposit-dentin.

Resilience of composite resin-dentin bonding known as one of success composite resin restoration determinants. The purpose of this study was to analyze the effect of chlorhexidine on reducing the degradation of composite resin-dentin shear bond strength.
Methods: Twenty-four premolar crowns were divided into three groups then given different treatments. Group I was treated material bonding without chlorhexidine, group II was treated with chlorhexidine and bonding, group III was treated with chlorhexidine-contained bonding. Each group was divided into two sub-groups: the group without immersion of NaOCl 10% and the group with immersion of NaOCl 10% for one hour, then it were obtained six sub-groups. After twenty-four hours, shear bond strengths measured using Universal Testing Machine. A sample of each group was photographed with Scanning Electron Microscope (SEM). Statistical analysis was done by Kruskal Wallis test, then followed by Mann Whitney test to determine significance between groups.
Results: The mean value of shear bond strength before immersion of NaOCl 10% was highest on Group I, while the mean value of shear bond strength after immersion of NaOCl 10% was highest on Group III. There are significant differences between Group I with Group II and between Group II with Group III.
Conclusion: Chlorhexidine have an effect on reducing the degradation of shear bond strength of resin-dentin bonding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31955
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Itja Risanti
"ABSTRAK
Latar belakang: Ketahanan ikatan resin komposit-dentin merupakan salah satu
penentu keberhasilan restorasi resin komposit. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis efek klorheksidin terhadap degradasi kekuatan ikat resin kompositdentin.
Metode: Dua puluh empat sampel dentin yang diambil dari mahkota gigi
premolar, dibagi menjadi tiga kelompok yang diberikan perlakuan berbeda.
Kelompok I diberi perlakuan bahan bonding tanpa klorheksidin, kelompok II
diberi perlakuan klorheksidin dan bonding, kelompok III diberi perlakuan bonding
mengandung klorheksidin, pada tiap kelompok dibagi menjadi 2 sub-kelompok
yaitu kelompok tanpa direndam dan kelompok yang direndam NaOCl 10%
selama satu jam, sehingga didapat enam sub-kelompok. Kemudian seluruh
kelompok di ukur kekuatan ikat gesernya menggunakan Universal Testing
Machine. Satu sampel dari setiap sub-kelompok dilakukan Scanning Electron
Microscope (SEM). Data dianalisa statistik dengan uji hipotesis Kruskal Wallis
yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: rerata kekuatan ikat geser
sebelum perendaman NaOCl 10% tertinggi kelompok I sedangkan rerata kekuatan
ikat geser setelah perendaman NaOCl 10% tertinggi pada kelompok III. Terdapat
perbedaan bermakna antara kelompok I terhadap kelompok II dan antara
kelompok II terhadap kelompok III. Kesimpulan: Klorheksidin mempunyai efek
terhadap pengurangan degradasi kekuatan ikat geser resin komposit-dentin.

ABSTRACT
Background: Resilience of composite resin-dentin bonding known as one of
success composite resin restoration determinants. The purpose of this study was to
analyze the effect of chlorhexidine on reducing the degradation of composite
resin-dentin shear bond strength. Methods: Twenty-four premolar crowns were
divided into three groups then given different treatments. Group I was treated
material bonding without chlorhexidine, group II was treated with chlorhexidine
and bonding, group III was treated with chlorhexidine-contained bonding. Each
group was divided into two sub-groups: the group without immersion of NaOCl
10% and the group with immersion of NaOCl 10% for one hour, then it were
obtained six sub-groups. After twenty-four hours, shear bond strengths measured
using Universal Testing Machine. A sample of each group was photographed with
Scanning Electron Microscope (SEM). Statistical analysis was done by Kruskal
Wallis test, then followed by Mann Whitney test to determine significance
between groups. Results: The mean value of shear bond strength before
immersion of NaOCl 10% was highest on Group I, while the mean value of shear
bond strength after immersion of NaOCl 10% was highest on Group III. There are
significant differences between Group I with Group II and between Group II with
Group III. Conclusion: Chlorhexidine have an effect on reducing the degradation
of shear bond strength of resin-dentin bonding"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titty Sulianti
"Papain dan Papacarie® adalah bahan kemomekanik yang dikembangkan dari bahan alami berupa enzim papain. Enzim papain diperoleh dari getah buah pepaya, mengandung α- I antitrypsin yang hanya bekerja pada jaringan terinfeksi. Bahan kemomekanik yang terbaik adalah yang juga memiliki efek antimikroba karena bakteri dapat tetap hidup pada lesi karies yang telah dipreparasi.
Tujuan: membandingkan efek antimikroba antara papain dan Papacarie® terhadap Streptococcus mutans.
Material dan metode: kelompok uji adalah papain dan Papacarie® dengan kontrol klorheksidin. Uji analisis dilakukan secara in vitro dengan uji dilusi dan uji difusi yang menghasilkan Kadar Hambat Minimal (KHM), Kadar Bunuh Minimal (KBM) dan zona hambatan.
Hasil: KHM papain lebih tinggi dari Papacarie®. KBM papain lebih tinggi dari Papacarie® dan Zona hambatan papain lebih rendah dari Papacarie®..
Kesimpulan: papain sebagai bahan kemomekanik memiliki efek antimikroba yang tidak lebih baik dari Papacarie®.

Papain and Papacarie® are chemomechanical removal caries (CMCR) materials that developed from natural material, papain enzim. Papain enzym derived from papaya latex, containing α- I antitrypsin that only works in infected tissue. The best CMCR is also contain antimicrobial material because the bacteri could alive in the caries lesion.
Objective: to compare the antimicrobial effects of papain and Papacarie® with dilution and difussion test.
Materials and methods: test groups are papain and Papacarie®; control group is chlorhexidine. Analyses are tests with dilution and diffusion tests by in vitro that found the KHM ,KBM and zona hambatan as antimicrobial effects.
Result: The KHM of papain is higher than Papacarie. The KBM of papain is higher than Papacarie®. The Zona hambatan of papain is lower than Papacarie®.
Conclusion: papain as chemomechanical caries removal has antimicrobial effect but Papacarie® have antimicrobial effect better than papain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Mahardika Generosa
"ABSTRAK
Latar belakang: Ketahanan ikatan antara resin komposit dengan
dentin merupakan penentu keberhasilan restorasi resin komposit.
Tujuan: Menganalisis EBA terhadap kekuatan ikat resin-dentin.
Metode: 48 sampel dentin dibagi menjadi 6 kelompok. Kemudian
seluruh kelompok di ukur kekuatan ikat gesernya menggunakan UTM.
Data dianalisa statistik dengan uji hipotesis Kruskal Wallis yang
dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil: Median tertinggi
kelompok 3, sedangkan median terendah kelompok 5. Kesimpulan:
Ekstrak biji anggur yang diaplikasikan sebelum etsa dapat
meningkatkan kekuatan ikat gesek namun tidak dapat menghambat
biodegradasinya.ABSTRACT
Background: Resilience of resin-dentin bonding known as one of
success composite resin restoration determinants. Aim: To analyze the
effect of grape seed extract on resin-dentin shear bond strength.
Methods: 48 dentin sample were divided into 6 groups. Shear bond
strengths measured using UTM. Statistical analysis was done by
Kruskal Wallis test and Mann Whitney test. Results: The highest
median value was highest on group 3, and the lowest was group 5.
Conclusion: Grape seed extract can improve the shear bond strength
but not have effect on reducing the biodegradation.
;Background: Resilience of resin-dentin bonding known as one of
success composite resin restoration determinants. Aim: To analyze the
effect of grape seed extract on resin-dentin shear bond strength.
Methods: 48 dentin sample were divided into 6 groups. Shear bond
strengths measured using UTM. Statistical analysis was done by
Kruskal Wallis test and Mann Whitney test. Results: The highest
median value was highest on group 3, and the lowest was group 5.
Conclusion: Grape seed extract can improve the shear bond strength
but not have effect on reducing the biodegradation.
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Rasidy
"Penelitian bertujuan mengetahui manfaat antiseptik terhadap jumlah bakteri di tangan dan pengaruh perilaku kebersihan tangan pada perawat di ruang rawat Divisi Perinatologi, Neonatal Intensive Care Unit (NICU), dan Intensive Care Unit (ICU) Departemen IKA RSCM.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan penurunan jumlah bakteri sesudah menggosok tangan dengan antiseptik kombinasi alkohol-chlorhexidine gluconate- emolien dan mencuci tangan dengan chlorhexidine gIuconate.
2. Berapa persen perawat yang melakukan cuci tangan/ menggosoka tangan sesuai prosedur
3. Apakah efek samping cuci tangan dengan chlorhexidine gluconate lebih kecil dibandingkan menggosok tangan dengan alkohol-chlorhexidine gluconateemolien
4. Apakah air yang digunakan untuk cuci tangan memenuhi syarat air bersih sesuai dengan PerMenKes RI. No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Arlyta S.
"Latar Belakang : Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang mampu membentuk biofilm dan banyak ditemukan pada kasus kegagalan perawatan saluran akar.
Tujuan : Melihat daya antibakteri kitosan dan klorheksidin terhadap E. faecalis dalam biofilm.
Metode : Deteksi dan kuantifikasi E. faecalis dalam biofilm yang hidup pasca pemaparan bahan uji, dengan real time PCR.
Hasil : Terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan antara kedua kelompok bahan uji terhadap kontrol (p ≤ 0,05), tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kitosan dan klorheksidin.
Kesimpulan : Daya antibakteri kitosan 2% terhadap biofilm E. faecalis sebanding dengan klorheksidin 2%.

Background : Enterococcus faecalis has an ability to form biofilms and become a predominant bacteria that plays a major role in the etiology of persistent lesions after root canal treatment.
Aim : To analyze the efficacy of chitosan and chlorhexidine against E. faecalis in biofilms.
Methods : Detection and quantification of E. faecalis DNA that survive and live after immersing the biofilm in antibacterial solution, with real time PCR.
Result : Statistically there is significant difference of living E. faecalis between chitosan and control and between 2% chlorhexidine and control (p ≤0,05). But there is no significant different between chitosan and chlorhexidine (p>0,05).
Conclusion : Antibacterial effectivity of chitosan is equal to chlorhexidine against E. faecalis in biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardiono
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memberi informasi mengenai pemakaian antiseptik khlorheksidin glukonat 4 % yang akan dibandingkan dengan antiseptik alkohol 70 %, yang dalam hal ini mempergunakan isopropil alkohol 70 %, mengingat penelitian ini belum ada di Indonesia terutama pada bidang ilmu bedah mulut. Infeksi seringkali terjadi paska operasi yang disebabkan oleh bakteri-bakteri yang terdapat pada kulit, meskipun pra operasi telah dilakukan sterilisasi dengan antiseptik. Salah satu faktor penyebaran mikroorganisme tersebut adalah tangan. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk memutuskan rantai infeksi tersebut antara lain dengan memperhatikan faktor prosedur persiapan operasi yaitu cuci tangan. Pada penelitian ini membandingkan antara dua buah antiseptik yaitu iso propil alkohol 70% dengan khlorheksidin glukonat 4% pada pencucian tangan pra operasi bedah mulut dengan kontrol menggunakan aquades steril. Jumlah sampel adalah 15, dengan p < 0,05 diperoleh hasil pada penelitian ini terdapat perbedaan yang nyata dalam pengurangan jumlah koloni kuman antara pencucian tangan menggunakan antiseptik isopropil alkohol 70% dengan khlorheksidin glukonat 4%. Tingkat kepercayaannya 95- 99%."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Setyawati Moekti
"Tujuan: mengetahui jumlah pelepasan Bispheno-A (BPA), yakni substansi yang memiliki efek sitotoksis pada Resin Adhesif Ortodonti, setelah perendaman larutan obat kumur Klorheksidin Glukonat dan saliva buatan. Metode Penelitian: 66 lempeng silindris Resin Adhesif Ortodontik direndam dalam dua larutan berbeda yaitu , (1) Klorheksidin Glukonat dan (2) Saliva buatan. Perendaman dilakukan pada beberapa waktu berbeda yaitu, 1 jam, 7 hari, dan 30 hari. Dihitung pelepasan BPA pada kedua kelompok menggunakan metode Liquid Chromathography-Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Hasil: Diperoleh pelepasan BPA dari Resin Adhesif Ortodonti pada larutan obat kumur Klorheksidin Glukonat 1 jam: 0,21 ng/ml, 7 hari: 0,32 ng/ml, 30 hari: 0,78 ng/ml, sedangkan pada saliva buatan 1 jam: 0,19 ng/ml, 7 hari: 0,53 ng/ml, 30 hari: 1,41 ng/ml. Kesimpulan: Jumlah BPA yang terlepas dari Resin Adhesif Ortodonti pada perendaman larutan obat kumur Klorheksidin Glukonat dan saliva buatan selama 1 jam, 7 hari dan 30 hari, berada di bawah dosis toleransi harian BPA (< 1.52 ng/mL).

Objective: to determine the amount of BPA, cytotoxic substance found in orthodontic adhesive resin, after immersion in a solution of chlorhexidine gluconate mouthwash and artificial saliva. Research Methods: 66 Orthodontic adhesive resin cylindrical plates were immersed in two different solutions: (1) Chlorhexidine Gluconate, (2) artificial saliva, for 1 hour, 7 days, 30 days. In each experimental group, the BPA release in the solution was calculated using LC- MS/MS. The release of BPA in both groups was calculated using the Liquid Chromathography-Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Results: The release of BPA from Orthodontic Adhesive Resin was obtained in the Chlorhexidine Gluconate mouthwash solution, 1 hour: 0.21 ng/ml, 7 days: 0.32 ng/ml, 30 days: 0.78 ng/ml, while in artificial saliva, 1 hour: 0.19 ng/ml, 7 days: 0.53 ng/ml, 30 days: 1.41 ng/ml. Conclusion: The amount of BPA released from the Orthodontic Adhesive Resin by immersion in a solution of Chlorhexidine Gluconate mouthwash and artificial saliva for 1 hour, 7 days and 30 days, was below the daily tolerated dose of BPA (< 1.52 ng/mL)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cininta Dyah Paramita
"ABSTRAK
Latar Belakang: Saat ini pemakaian obat kumur di masyarakat cukup popular.
Salah satu kandungan zat aktif obat kumur yang sering digunakan adalah
klorheksidin glukonat. Pemakaian obat kumur yang berketerusan disamping
menyikat gigi tentunya akan mempengaruhi kondisi dalam rongga mulut, salah
satunya protein saliva. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh penggunaan obat
kumur yang mengandung klorheksidin glukonat 0,2 % selama 1,2 dan 3 minggu
terhadap profil protein saliva. Metode: Pengambilan sampel saliva dari 5 subyek saat
sebelum berkumur dan 1, 2, 3 minggu setelah pemakaian obat kumur. Profil pita
protein saliva diidentifikasi dengan metode SDS PAGE dengan Recom Blue Wide
Range Protein Marker. Hasil: Profil pita protein sebelum berkumur yang
teridentifikasi antara 7-80 kDa. Setelah 1,2 dan 3 minggu berkumur teridentifikasi
juga pita protein >100 kDa disamping pita protein <50 kDa Kesimpulan:
Penggunaan obat kumur yang mengandung klorheksidin glukonat selama 1, 2 dan 3
minggu mengakibatkan perubahan profil protein saliva dengan teridentifikasi pita
protein yang sangat bervariasi.

ABSTRACT
Background: Currently the use of mouthwash is quite popular. One of the active
ingredients frequently used is chlorhexidine gluconate. The usage of mouthwash
continuously besides brushing the teeth will surely affect conditions in the oral
cavity, one of salivary proteins. Objective: To analyze the effect of mouthwash
application containing chlorhexidine gluconate 0.2% for 1.2 and 3 weeks to salivary
protein profiles. Methods: Sampling saliva of 5 subjects were collected before
rinsing and 1, 2, 3 weeks after the use of mouthwash. Salivary protein profile were
identified using SDS-PAGE with Recom Blue Wide Range Protein Marker. Results:
profile of protein bands before rinsing identified between 7-80 kDa. After using
mouthwash for 1,2 and 3 weeks also identified > 100 kDa protein band in addition to
<50 kDa protein band. Conclusion: The use of mouthwash containing chlorhexidine
gluconate for 1, 2 and 3 weeks resulted in changes of salivary protein profiles with
highly variable."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanny Tulim
"ABSTRAK
Latar belakang: C. albicans merupakan jamur yang dominan pada infeksi endodontik
persisten yang berperan dalam kegagalan perawatan saluran akar. Pembentukan biofilm
merupakan salah satu faktor virulensi C. albicans yang dapat meningkatkan resistensi
terhadap agen antijamur. Klorheksidin 2% sebagai larutan irigasi yang efektif dalam
mengeliminasi biofilm C. albicans telah terbukti bersifat toksik terhadap sel-sel sehat
sehingga diperlukan alternatif larutan irigasi yang efektif dan aman, yaitu berasal dari
bahan alami. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Robx.) mengandung xanthorrhizol
yang terbukti bersifat antijamur. Namun, belum terdapat penelitian yang menganalisis
konsentrasi optimum xanthorrhizol dalam mengeliminasi biofilm C. albicans ATCC
10231. Tujuan: Menganalisis efek antijamur xanthorrhizol 0,25%, xanthorrhizol 0,5%,
xanthorrhizol 0,75%, xanthorrhizol 1%, xanthorrhizol 1,25%, dan klorheksidin 2%
terhadap biofilm C. albicans ATCC 10231. Metode: Pemaparan xanthorrhizol terhadap
biofilm C. albicans ATCC 10231 dilakukan selama 15 menit, kemudian diuji dengan
metode MTT assay dan hitung koloni. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna
secara statistik antara persentase eradikasi dan hasil hitung jumlah koloni pasca
pemaparan xanthorrhizol 1%, xanthorrhizol 1,25%, dan CHX 2% pada biofilm C.
albicans ATCC 10231. Simpulan: Xanthorrhizol 1% dan xanthorrhizol 1,25%
memiliki efek antijamur terhadap biofilm C. albicans ATCC 10231 yang setara dengan
klorheksidin 2%.

ABSTRACT
Background: C. albicans is the most dominant fungal species in persistent endodontic
infection that has been associated with failure of endodontic treatment. An ability to
form biofilm is one of the C. albicans virulence factor that increase resistance towards
antifungal agent. In endodontic, 2% chlorhexidine as an effective irrigation solution
against C. albicans biofilm has been proven to be toxic to healthly cells so that an
effective and safe alternative irrigation solution is needed, which is derived from natural
ingredients. Java turmeric (Curcuma xanthorrhiza Robx.) contains xanthorrhizol which
has an antifungal effect. However, no studies have analyzed the optimum concentration
of xanthorrhizol in eradicating bioflm of C. albicans ATCC 10231. Aims: To analyze
antifungal effect of 0,25% xanthorrhizol, 0,5% xanthorrhizol, 0,75% xanthorrhizol, 1%
xanthorrhizol, 1,25% xanthorrhizol and 2% chlorhexidine against biofilm of C. albicans
ATCC 10231. Methods: fifteen minutes exposure of xanthorrhizol to biofilm of C.
albicans ATCC 10231, then antifungal effect tested by MTT assay and total plate count
method. Results: There was no statistically significant difference between percentage of
biofilm eradication and TPC results after exposure to 1% xanthorrhizol, 1,25%
xanthorrhizol, and 2% chlorhexidine in biofilm of C. albicans ATCC 10231.
Conclusion: 1% xanthorrhizol and 1,25% xanthorrhizol have an antifungal effect
against biofilm of C. albicans ATCC 10231 which is equivalent to 2% chlorhexidine."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>