Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163856 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imran Guricci
"ABSTRAK
Masalah sampah yang dihadapi warga RW 01 Kelurahan Pulau Panggang
membutuhkan sebuah solusi. Tesis ini hadir untuk merespon masalah tersebut
dengan jalan membuat perencanaan dengan melibatkan partisipasi warga RW 01
untuk mencari solusi terhadap masalah yang mereka hadapi tersebut. Penelitian ini
menggunkan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa masalah sampah di RW 01 Kelurahan Pulau Panggang
disebabkan oleh faktor perilaku, predisposisi, penguat dan modal sosial, sebagai
bagian dari faktor manusia dan sosial, serta faktor lingkungan, teknologi, finansial
dan fisik sebagai bagian dari faktor non manusia. Degan mempertimbangkan aset
komunitas warga RW 01 maka diusulkan tiga program besar yaitu : Program
Membuang Sampah pada Tempatnya, Program Peningkatan Kerjasama antara
stakeholders dan Program Pemanfaatan Sampah Plastik.

Abstract
Waste problem faced by a community in RW 01 Kelurahan Pulau Panggang needs
a solution. This thesis is written to respond the problem by arranging planning
with the community participations to meet a solution of the problem. This
research uses qualitative approach with descriptive style. This research concludes
that the waste problem is caused by behavior, predisposition, reinforcement, and
social capital factors included in human and social factor, in addition
environmental, technology, financial and physical factors included in non-human
factor. By considering the community asset, this research proposes three main
programs to reduse the waste problem. They are: Program Membuang Sampah
pada Tempatnya, Program Peningkatan Kerjasama antara stakeholders and
Program Pemanfaatan Sampah Plastik"
2012
T31573
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Musyafa Rois
"Kota Depok merupakan bagian dari wilayah aglomerasi Jabodetakbek (Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi) yang tergolong kawasan metropolitan. Tata kelola kota Depok harus mengimbangi kota-kota lain yang tergabung dalam wilayah aglomerasi tersebut. Salah satu permasalahan yang dimiliki oleh kota metropolitan adalah volume sampah yang besar dan memerlukan penanganan khusus. Kota Depok memiliki luas wilayah 200.29 Km2 dengan jumlah penduduk 1.179.813 jiwa. Volume sampah yang dihasilkan mencapai 600 Ton sampah/ hari (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018). Dari jumlah tersebut, terdapat sampah yang tidak terkelola sebanyak 528 ton/hari. Komposisi sampah di kota Depok didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 40%, ranting kayu serta daun 15%, kertas 5%, plastik 10%, logam 2%, kain tekstil 8%, karet kulit 2%, kaca 3%, dan lain-lain 15%. Pada penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa sampah anorganik yang terkelola di kota Depok sebesar 20%, sedangkan sampah organik yang terkelola sebesar 3,64%. Alasan rendahnya angka sampah organik yang terkelola dikarenakan keterbatasan daya tampung unit pengolahan sampah yang ada. Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan pendekatan khusus yang dapat digunakan untuk mengatasi pengolahan sampah organik di kota Depok. Pendekatan yang dilakukan diharapkan dapat melihat berbagai perspektif sehingga hasil yang didapat juga memberikan dampak yang besar bagi pengolahan sampah organik di kota Depok. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah design thinking yang terdiri dari tahapan emphatise, define, ideate, prototype, dan test.
Perancangan solusi sistem pengelolaan sampah organik dengan pendekatan design thinking bertujuan merancang sistem pengolahan sampah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. produk yang dihasilkan berupa aplikasi komunikasi antara aktor pengelolaan sampah. Dengan aplikasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan angka sampah organik yang terkelola dan mengurangi penimbunan sampah organik (landfill) di Tempat Pembungan Akhir (TPA).

Depok City is part of the agglomeration area of Jabodetakbek (Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi) which is classified as a metropolitan area. The governance of Depok city must compensate for other cities incorporated in the agglomeration area. One of the requirements of a metropolitan city is a large volume of waste and requires special handling. Depok City has an area of 200.29 Km2 with a population of 1,179,813 inhabitants. The volume of waste produced reaches 600 tons of waste / day (Ministry of Environment and Forestry, 2018). Of this amount, 528 tons / day of unmanaged waste. The composition of waste in Depok is 40%, wood branches and 15% leaves, 5% paper, 10% plastic, 2% metal, 8% textile fabric, 2% rubber skin, 3% glass, and others-lay 15%. In the initial research revealed that inorganic waste that is managed in Depok is 20%, while managed organic waste is 3.64%. The reason for the low number of managed organic waste is considering the capacity of existing waste processing units.
Based on the above problems, it should be considered that can be used to overcome the processing of organic waste in the city of Depok. The results carried out are expected to be able to see the various perspectives obtained also provide a large amount of processing of organic waste in the city of Depok. One discussion that can be done is design thinking which consists of stages of emphatise, define, ideaate, prototype, and test. The design of an organic waste management system solution with an approved design thinking discusses a waste treatment system that fits the needs of the community. the product produced consists of communication applications between waste management actors. With this application, it is expected to increase the number of managed organic waste and reduce the accumulation of organic waste (TPA) in Final Disposal Sites (TPA)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laudza Ulayya Ghani
"Timbulan sampah elektronik (e-waste) akan mengalami peningkatan sebanyak 4-5 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2016, sebanyak 44,7 juta ton sampah elektronik, hanya 8,7 juta ton yang dapat didaur ulang, sedangkan sisanya menjadi sampah residu. Perguruan tinggi sebagai pengguna Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) terbanyak, menjadi salah satu penyumbang sampah elektronik terbesar terhadap timbulan sampah elektronik. Pelaksanaan pengelolaan sampah elektronik di lingkungan kampus masih menghadapi beberapa tantangan dari aspek kebijakan, aspek kelembagaan, aspek keuangan, dan aspek sarana prasarana. Jika tantangan ini tidak segera diatasi, visi perguruan tinggi dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) untuk memberikan pengetahuan, inovasi, dan solusi untuk SDGs akan terhambat. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dihadapi oleh pihak kampus dari aspek-aspek terkait untuk menerapkan pengelolaan sampah elektronik di lingkungan kampus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam para stakeholder Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas serta data sekunder berupa laporan yang dimiliki oleh Kampus UI. Analisa data dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT yang merupakan alat dalam formulasi strategis, melalui perhitungan bobot dan rating pada indikator kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk menghasilkan alternatif usulan perencanaan strategik berdasarkan model pengelolaan sampah elektronik terintegrasi yang dapat memiliki manfaat untuk menyempurnakan sistem pengelolaan sampah elektronik yang sudah diterapkan. Hasil perhitungan analisa SWOT diperoleh nilai IFAS 0,94 dan nilai EFAS adalah 1,21 yang artinya bahwa Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas (DPOF) Universitas Indonesia (UI) berada pada posisi kuadran 1 yang mana alternatif strategi yang perlu diterapkan adalah strategi agresif untuk memanfaatkan peluang dengan menggunakan keunggulan DPOF UI dalam hal kekuatan dari segi aspek kelembagaan, aspek kebijakan dan aspek sarana prasarana.

Every year, the total amount of e-waste generated increases to 4-5 percent. In 2016, only 8.7 million tons of e-waste could be recycled from a total of 44.7 million tons of electronic waste, while the rest became residual waste. Educational institutions, as the majority of users from the Information and Communication Technology (ICT), are one of the largest contributors of the electronic waste stream. Educational institutions, as a leading actor of the sustainable development movement, in which electronic waste management is considered to be an important aspect, still face challenges in implementing e-waste management, especially in institutional aspect, technical aspect and legal aspect. Potential environmental problems associated with management practices will hamper SDGs target. This study aims to identify the strengths, weaknesses, opportunities and threats faced by institutional education to manage e-waste. Data were collected through in-depth interviews with stakeholders of the Directorate of Operations and Facility Maintenance and official reports published by the UI Campus. Data analysis was conducted using a SWOT analysis approach as a tool of strategic formulation by calculating weights and ratings on indicators of strengths, weaknesses, opportunities and threats to initiate alternative strategies based on an integrated electronic waste management model. The result showS that the IFAS value is 0.94 and the EFAS value is 1.21. It presents that the Directorate of Facility Operations and Maintenance (DPOF) Universitas Indonesia (UI) position is in quadrant 1. The alternative strategy defining DPOF position is an aggressive strategy to utilize opportunities by using the advantages they have."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Humaira
"Dengan permasalahan yang kompleks pada sistem pengelolaan sampah di DKI Jakarta, dibutuhkan sebuah pendekatan yang komprehensif terhadap sistem tersebut. Salah satu pendekatan itu adalah pendekatan makroergonomi, dimana salah satu metode yang dapat digunakan adalah Macroergonomic Analysis and Design (MEAD). Melalui tahapan MEAD, diketahui varian kunci dari sistem ini adalah kesalahan pembuangan sampah pada tempatnya oleh warga DKI Jakarta. Salah satu solusi technical support yang dapat diterapkan adalah perbaikan tempat sampah pilah. Proses perbaikan ini menerapkan New Product Development Processes (NPD Processes). Pengembangan baru dari tempat sampah ini memiliki beberapa fitur, seperti tanda warna, lambang pemilahan, pembedaan lubang, penutup kontainer, pengait kantung sampah, fungsi ayun, dan media informasi.

With the complex problems in the waste management system in Jakarta, it takes a comprehensive approach to the system. One of the approaches that could be used is the macro-ergonomics approach, where one of the methods is Macroergonomic Analysis and Design (MEAD). Through stages of MEAD, known key variants of this system is human error to dispose the waste into the proper bin. One solution that can be applied to technical support is improved recycle bins. New Product Development Processes (NPD Processes) is implemented to develop the recycle bin. The new recycle bin development has some features, such as colour coding, signs of waste segregation, differentiation of holes, container?s lids, trash bag?s hooks, swing feature of the bin, and information media."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Yasser Fauzan
"Pengelolaan sampah di pulau-pulau kecil berpenduduk perlu menerapkan strategi yang efektif untuk mengurangi sampah plastik. Keterbatasan yang ada mempengaruhi metode teknis pengelolaan yang diterapkan. Untuk menyusun strategi yang tepat diperlukan data timbulan sampah di darat dan di perairan serta tingkat pengetahuan dan sikap masyarakatnya. Pendekatan kuantitatif dengan metode System Dynamics digunakan untuk mengetahui strategi yang efektif untuk mengurangi sampah plastik. Timbulan sampah rumah tangga di pulau pramuka adalah 134,87 m3/bulan dan non rumah tangga 261,73 m3/bulan. Pertumbuhan sampah laut dasar 58,59 m3/bulan dan sampah laut permukaan 70,31 m3/bulan. Tingkat pengetahuan masyarakat kategori baik adalah 43% dan sikap positif 57%.
Berdasarkan hasil simulasi model System Dynamics, pada kondisi Bussiness as Usual (BAU), kemampuan pengurangan sampah saat ini 42,81% dan terus menurun menjadi 0,21% pada bulan ke-60. Untuk mempertahankan kemampuan pengurangan sampah lebih besar dari 20% (target nasional), maka direkomendasikan strategi intervensi dengan membatasi jumlah wisatawan sesuai dengan daya tampung penginapan yang ada di pulau, menambah tingkat keaktifan anggota Bank Sampah menjadi 75%, menghentikan pembakaran sampah secara terbuka dan mengganti dengan pembakaran pada Incinerator serta menambahkan alat pengkomposan komunal.
Hasil skenario kombinasi didapatkan penurunan volume timbulan sampah plastik dari 175.155,13 m3 pada kondisi BAU menjadi 3.329,01 m3 dengan kemampuan yang efektif mengurangi sampah pada bulan ke60 yaitu 35,94%.

Waste management in small populated islands needs to implement effective strategies to reduce plastic waste. The limitations conditions affect the applied of technical methods management. To set up appropriate strategies, waste data in the land and in the water also the level of knowledge and attitudes of the community are required. Quantitative approach with System Dynamics method is used to find out an effective strategy to reduce plastic waste. Waste generation of households in Pramuka Island is 134,87 m3/month and non-household is 261,73 m3/month. Generation of benthic debris is 58,59 m3/month and floating debris generation 70,31 m3/ month. The level knowledge of good category community is 43% and positive attitude 57%.
Based on the simulation results of System Dynamics model, under Business as Usual (BAU) condition, waste reduction capacity is currently 42,81% and continues to decline to 0,21% in the 60th month. To maintain a waste reduction capability greater than 20% (national target), an intervention strategy is recommended by limiting the number of tourists according to the island's accommodating capacity, increasing the members liveliness of the Garbage Bank to 75%, stopping open burning of garbage and replacing with burning on the Incinerator as well as adding a communal composting tools.
The result of combination scenario is the decrease of plastic waste generation volume from 175.155,13 m3 in BAU condition to 3,329,01 m3 with effective ability to reduce waste in 60th month that is 35,94%.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
T49054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih Herbowo
"Kunjungan wisatawan ke Sanur telah menurun sejak tahun 1988, penurunan kunjungan tersebut terutama disebabkan karena menurunnya kualitas lingkungan Sanur serta makin tidak nyamannya sarana kepariwisataannya. Penurunan kualitas lingkungan ditandai dengan adanya erosi pantai, kebersihan, demikian pula ketidakaturan makin terasa mengganggu.
Untuk menjaga daya tank lingkungan, perbaikan selalu harus dilakukan. Sebagai akibat turunnya kunjungan wisata, penerimaan pendapatan pun menjadi berkurang dan keadaan ekonomi masyarakat ikut menurun. Sanur sebagai kawasan pariwisata yang semula unggul menjadi menurun daya tarik. Sanur terkesan kurang mengantisipasi dan siap menghadapi perubahan-perubahan karena permintaan yang.meningkat, suatu kelemahan yang perlu diperbaiki.
Sesuai dengan kajian keunggulan dan kelemahan, SWOT, pilihan mengarah untuk menggunakan kebijakan partisipatif dalam merevitalisasi kawasan Sanur karena adanya potensi untuk bekerja sama dan karena merupakan perwujudan dari hak azasi dalam iklim politik yang demokratis.
Menghadapi keadaan Sanur yang memburuk beberapa tokoh masyarakat yang terdiri atas tokoh-tokoh desa Sanur, desa adat, LSM, pakar, sadar bahwa permbinaan suatu kawasan Iingkungan memerlukan kerjasama. Masyarakat setempat yang terdiri dan gabungan beberapa pihak berinisiatif melakukan perbaikan-perbaikan lingkungannya dan bersama-sama membentuk Gerakan Permbangunan Sanur Bersama, dan berusaha untuk memulihkan kembali daya tarik Sanur. Gerakan ini berkembang dan dibentuklah Forum Pemerhati Sanur (1997) yang diprakarsai tokoh-tokoh masyarakat dan pemuka agama .dengan pesertanya adalah pengusaha, LSM, ilmuwan dan pemerintah. Pembahasan dan pengelolaan Sanur dibahas bersama dalam forum.
Pengembangan cara bekerja sama seperti diatas sebagal suatu proses memecahkan masalah yang didukung masyarakat, merupakan suatu sistem perencanaan partisipatif yang menampung aspirasi masyarakat, adalah masalah yang menjadi latar belakang penelitian ini.
Penelitian yang dilaksanakan ini dibatasi pada kawasan Sanur dengan tiga desanya, Sanur Kaja, Kelurahan Sanur, dan Sanur Kauh. Sedang revitalisasinya dibatasi pada aspek fisik lingkungan Sanur dan perencanaan dibatasi pada aspek fisik lingkungannya.
Kerangka berpikir dari proses perencanaan partisipatif adalah bahwa semua masukan dan semua yang terlibat diikut sertakan dalam proses yang demokratis untuk menghasilkan output yang dapat memulihkan daya tarik Sanur.
Rumusan masalahnya adalah, pertama bagaimana proses perencanaan partisipatif dalam memulihkan kembali daya tarik Sanur, yang kedua, bagaimana pengaruh perencanaan partisipatif dalam merevitalisasi kawasan pariwisata Sanur.
Penelitian dilakukan dengan mengkaji proses perencanaan partisipatif dalam revitalisasi kawasan pariwisata Sanur, hasil revitalisasi kawasan pariwisata Sanur.
Untuk mempertajam tujuan penelitian ini dirumuskan hipotesis kerja yaitu: dengan perencanaan partisipatif revitalisasi kawasan pariwisata akan berhasil.
Tipe penelitian ini adalah evaluasi dengan metode survei yang bersifat deskriptif-analitis menggunakaan metode sampling secara purposive, yaitu sesuai dengan tujuan dengan basis keterwakilan. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dengan kuesioner, wawancara secara terstruktur, dan observasi. Sedangkan variabel babas adalah perencanaan partisipatif dan revitalisasi adalah variabel terikat. Indikator perencanaan partisipatif pengetahuan, sikap, perilaku, peran forum, dan hasil konsultasi. Indikator revitalisasi adalah obyek pariwisata, fasilitaas pelayanan pariwisata, dan prasarana pariwisata.
Hasil survei diperoleh dengan pengumpulan data kuesioner dari 107 responden terdiri dari 60 dari dunia usaha, 36 ormas nirlaba dan masyarakat, 8 pemda dan 3 pakar. Penelitian dilakukan antara bulan Agustus 2000 -Oktober 2001 di Kelurahan Sanur, Desa Sanur Kaja dan Desa Sanur Kauh, yang merupakan bagian dari Kawasan Strategi Sanur.
Dari hasil penelitian dilapangan dan sebagai hasil analisis serta pembahasan dan aspek-aspek pengetahuan, sikap dan perilaku diperoleh bukti bahwa masyarakat Sanur memahami bahwa kawasan Sanur menurun keadaannya yang membawa akibat adanya penurunan pendapatan. Masyarakatpun mengetahui penyebab-penyebab dan menyadari bahwa perbaikan-perbaikan perlu dilakukan. Perencanaan partisipasif telah berhasil merumuskan masalah-masalah yang perlu diatasi dan pemecahan serta cara-cara pelaksanaannya.
Beberapa yang dapat disebutkan sebagai hasil revitalisasi adalah, meningkatnya kepatuhan pada peraturan perundangan menyangkut pembangunan dan pelestarian Iingkungan, adanya penertiban bagian-bagian bangunan yang disesuaikan dengan ketentuan tata ruang, adanya peningkatan kebersihan, dan keamanan. Hasil revitalisasi yang signifikan adalah Kawasan Pantai Matahari Terbit, yang panting adalah adanya peningkatan jumlah wisatawan yang datang.
1. Proses perencanaan partisipatif dalam revitalisasi dilakukan melalui forum dengan melibatkan seluruh stakeholder.
2. Hasil revitalisasi, telah meningkatkan daya tarik Sanur, dengan membaiknya kualitas Iingkungan kawasan pariwisata Sanur dan fasilitas pelayanan pariuvisatanya serta telah meningkatkan kunjungan wisatawan
Dengan kesimpulan lebih lanjut bahwa hipotesis yang dikemukakan diatas terbukti benar.
Kemudian disarankan :
1. Hasil yang dicapai dalam memperbaiki kualitas Iingkungan Sanur telah menunjukan bahwa partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilannya, karenanya, disarankan bahwa perencanaan partisipatif digunakan dalam setiap usaha pembangunan suatu lingkungan.
2. Keberhasiian partisipasi sangat tergantung pada produktiftas dialog interaktif antara semua stakeholder, sehingga disarankan agar lebih efektif, wadab kelembagaan partisipatif dikembangkan terus dengan kelompok yang besamya beranggotakan sekitar 20 stakeholder
3. Keberhasilan partisipasi juga sangat bergantung pada kemampuan stakeholder untuk berdialog, karena itu masyarakat perlu terus diberdayakan dan ditingkatkan kemampuannya, dengan meneruskan penyelenggaraan kursus-kursus, penyuluhan, serta pembinaan tentang perencanaan partisipatif
4. Untuk mencapai hasil partisipatiI yang sebaik-baiknya perlu ditingkatkan tanggung jawab masing-masing anggota masyarakat, diperjelas dan dipertuas hak dan kewajibannya dalam mengikuti perencanaan partisipatlf , dan dalam memelihara kelestarian lingkungan.
5. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan berguna bagi anggota forum.

The number of the tourists arrival in Sanur had decreased since 1988. This decrease is primary caused by the decline of the environment quality and the worsening of the existing tourists facilities. The decline has also been marked by the erosion of the beaches, cleanliness is poor, so is order and lawfulness.
To preserve it's attractiveness improvement and maintenance should constantly be undertaken. As a result of the decline in tourist visitation, people's income weakened and the people's economy worsened. Sanur as a formerly leading tourist destination area has lost its attraction and seems to have lost its sense to anticipate changes due to rising demands, which in it self is a weakness that needs strengthening.
In line with SWOT analysis conducted, it is recommended to adopt participatory policy as a mechanism to revitalize Sanur, considering that there is a great potential for collaboration among the people, and since it is seen as an application of the principle of people's right in a democratic political environment
Faced with such a condition, a group of concerned people consisting of informal leaders of the village, desa adat, NGG's and some professionals realize that an area that needs to be revitalize requires a strong effort jointly undertaken by the people and initiated the establishment of a movement called Gerakan Sanur Bersama (Sanur Mutual Movement).
The objective is to restore, and revitalize Sanur by motivating the people and initiating improvement and enhancement of the existing disintegrated tourist facilities, to its legendary magnificence in the past. The movement has then be extended to became Forum Pemerhati Sanur ( Sanur Awareness Forum ) in 1977, initiated by Informal leaders and Religious leaders, with businessmen, NGO's, some experts and the Government. Problems faced by Sanur are discussed collaboratively in the forum.
This kind of teamwork as a process to reach mutual consensus, has been accepted by the people and is a system of participatory planning that could accommodate people's aspiration, and is regarded as the background of this research
The research is conducted in a limited area of Sanur with it's three villages, respectively Sanur Kaja, Sanur village and Sanur Kauh.. While aspect of revitalisation the thesis is concerned is mere physical, and planning is limited to what is related to the physical aspect of the environment.
The central deliberation of this participatory planning process is that all input or ideas and all participating member of the forum are incorporated democratically in the process to formulate the best output for restoring Sanur attractiveness.
The main problem investigated in this research is firstly, how could participatory planning be put into action in restoring the attractiveness of Sanur, secondly how has the participatory planning influenced revitalization of Sanur.
The research is also conducted by investigating the process of participatory planning in revitalization, and the revitalization result of Sanur
It is assumed that this research's hypothesis is that revitalisation of Sanur area, the planning of which is conducted through participatory planning approach will have a good result.
The type of this research is a descriptive analytical survey with a purposive sampling method, as intended with a representative base system. The survey is intended to accumulate primary data's by questioning and structured interviews and observations. The free variable are participatory planning while revitalization is a fixed variable The participatory planning indicator are knowledge, behaviour, attitude, tourist object, tourism facilities, infrastructure.
Survey results have been accumulated from 107 respondents, consisting of 60 representatives of the business circle, 30 Non Government Organizations, 8 government officials and 3 experts from different universities and has been conducted between August 2000 and May 2001 in Sanur village, Sanur Kaja, and Sanur Kauh, which is part of the strategic planning region of Sanur
Through field investigation and analysing aspect of knowledge, attitude and behaviour proof has been accumulated, that the people of Sanur are well aware of the environmental decline, resulted in the decrease of their income.
The Participatory planning has been- able to formulate problem and its solution and implementation aspect. Some result that could be mention are: Better compliance to regulatory building code and environmental protection measures. Improvement of building according to urban spatial guide lines. Improvement of solid waste collection system. Better organizes security system. A significant result of participatory planning is the project Pantai Matahari Terbit (Sun Rise Beach), Other significant result is the increase of aggregated tourist arrival in Sanur.
Result of the research illustrated above leads the author to conclude:
1. Participatory planning process in revitalization has been conducted through a forum involving all stakeholder
2. Revitalization has been successful, indicated by the
improvement of the environment and by the rise of tourist arrivals.
It is further concluded that the hypothesis the author presented proofed to be right
It is further suggested that:
1. Improvement of the Sanur environment quality has indicated that community participation has a significant role in its success, it is therefore suggested that participatory approach in planning should be constantly administered for planning and development programme.
2. Success of the participatory system depends on the productivity of inter dialog among stakeholder. It is therefore suggested for more efficiency that consultative forum should be constantly strengthened and with a membership of approximately of 20 person
3. Success of the participatory system depends also on the ability of the shareholder to participate in a dialog, it is therefore necessary that people's ability should constantly be improved through courses, enlightens, and participatory planning courses.
4. The Right and Responsibilities of the people in participatory planning should be clearly formulated as well as in appreciating and protection of the environment.
5. Result of this research is proposed be used for further research and for the benefit of member of the forum.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 2442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto Kusnadi
"Pulau kecil merupakan pulau yang memiliki keanekaragaman yang spesifik, sumberdaya aiam yang terbatas dangan masyarakat yang memiliki karakteristik sosial budaya yang beradaptasi dengan kehidupan pulau. Ekosistem kapulauan memiliki karakteristik adanya keterbataaan daya dukung Iingkungan baik lahan maupun air sebagai kebutuhan dasar.
Pulau Panggang merupakan pulau dengan Iuas 9 Ha, pada tahun 2001 dihuni oleh 3.275 jiwa dengan kepadatan 364 jiwa/ha adalah melebihi kepadatan kota Jakarta (144 jiwa/ha). Kepadatan penduduk, di pulau kecil akan mengakibatkan terjadinya tekanan tarhadap Iingkungan dan berdampak pada penurunan sumberdaya pulau. Air bersih akan semakin langka dan mahal yang pada akhimya akan membebani perekonomian masyarakat pulau. Untuk mengatasi masalah tekanan penduduk terhadap sumberdaya air maka di pulau kecil harus dilakukan pengelolaan air bersih dengan tujuan untuk mempertahankan ketersadiaan air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk pulau.
Pangelolaan air bersih di Pulau Panggang menjadi masalah penting karena keterbatasan sumber air bersih dan kemampuan masyarakat untuk membayar. Hingga saat ini penduduk Pulau Panggang memanfaatkan air bersih dari air hujan yang ditampung daiam tangki/bak penampungan. Penurunan kualitas Iingkungan dapat teridentifikasi dan penurunan kuantitas dan kualitas air sumur dangkal yang telah tercemar oleh Iimbah rumah tangga dan air laut.
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan belum dilakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, membuat model pengelolaan air bersih secara Iestari dan mengidentifikasi faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan air bersih secara lestari. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah: Bila curah hujan total Iebih besar atau sama dengan jumlah kebutuhan air bersih penduduk puiau kecil, dengan melakukan pengelolaan air bersih secara Iestari maka kebutuhan air bersih penduduk dapat terpenuhi dan air hujan (air hujan dan air tanah dangkal).
Peneiitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto dan survei. Pengambilan sampel untuk kuesioner dilakukan dengan metode simple random sampling, dan kualitas air ditentukan berdasarkan uji fisik, kimia, dan bakteri coli.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kebutuhan air bersih penduduk Pulau Panggang sebanyak 70 Iiter/orang/hari atau sebanyak 6.877,5 m3/bulan. Jumlah curah hujan rata-rata yang jatuh di wilayah Kepulauan Seribu sebanyak 127,5 mm/bulan atau 11.473,5 m3/bulan. Air Iarian sebanyak 3.442,05 m3/buIan. Neraca air di Pulau Panggang dengan laju pertambahan penduduk 1,8%/tahun maka hingga tahun 2026 akan terjadi surplus air bersih, dan pada tahun 2027 akan terjadi defisit air bersih.
Penerapan teknologi RO di Pulau Panggang di nilai tidak Iestari karena, tujuan pembangunan RO hanya untuk memenuhi kebutuhan air minum sebesar 8 Iiter/jiwa/hari. Kebiasaan masyarakat adalah mengkonsumsi air hujan sehingga pada musim hujan penduduk Pulau Panggang tidak memanfaatkan air RO sehingga akan menjadi beban pemerintah dalam mengoperasikan unit pengolahan air bersih tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan di Pulau Panggang belum dilakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, disebabkan:
1). Pengelolaan air bersih masih bersifat sektoral oleh antar instansi.
2). Belum adanya konsep -pengelolaan air bersih dengan biaya murah sehingga tidak membebani anggaran pemerintah atau sesuai dengan tingkat ekonomi penduduk pulau Panggang.
3). Keterbatasan sumberdaya manusia dan sumber ekonomi masyarakat Pulau Panggang.
Untuk mengatasi masalah kebutuhan air bersih di Pulau Panggang harus melakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, meliputi:
1). Teknologi tepat guna Teknologi pengelolaan air bersih yang diterapkan dengan berdasarkan pada sifat dan fungsi Iingkungan alami pulau, dapat diterapkan dan sesuai dengan Iingkungan binaan dan lingkungan sosiai. Teknologi yang digunakan dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan memberikan manfaat sesuai tujuan pengelolaan air bersih.
2). Pengelolaan kuantitas air bersih, yaitu untuk meningkatkan jumlah relatif air bersih terhadap jumlah penduduk. Meliputi:
a). Pemanenan air hujan, yaitu melakukan penangkapan air hujan dari atap dan ditampung dalam tangki/bak penampungan. Tempat penampungan air hujan harus dimiliki oleh setiap rumah dan di dalamnya dapat diberikan treatment sehingga air yang masuk ke dalam tangki tidak tercemar oleh pencemar yang ada pada Iingkungan dan dapat menambah mineral yang dibutuhkan oleh manusia.
b). Penataan ruang dan mengatasi masalah kepadatan jumlah penduduk, melakukan penghijauan pada daratan pantai yang sesuai dengan Iingkungan pulau.
c). Hemat dalam memanfaatkan air bersih.
3). Pengelolaan kualitas air bersih.
Bertujuan untuk mencegah bahan pencemar masuk ke dalam air bersih, baik yang ada dalam penampungan atau yang tersimpan sebagai air tanah dangkal. Pengeloaan kualitas air bersih dapat dilakukan dengan: perbaikan sanitasi dan pengendalian pengambilan air tanah.
Hal berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan air bersih secara lestari adalah:
1). Adanya konsep pengelolaan air bersih secara Iestari dengan menyesuaikan dengan sifat Iingkungan alam, Iingkungan binaan dan Iingkungan sosial.
2). Adanya koordinasi antara dinas terkait dalam melakukan kegiatan pengelolaan air bersih.
3). Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan air bersih secara lestari.
4). Sosialisasi pengelolaan air bersih secara menerus sehingga pengelolaan air bersih secara lestari dapat menjadi salah satu bagian dari aktivitas kehidupan penduduk pulau.

Small islands are islands that possess spesific diversity, limited natural resources with its people having social and cultural characteristics that adapts to the archipelago life. The island ecosystem has the characteristic of the limited environment condition to support their basic needs, both land and water.
Panggang is an island with an area of 9 Ha. ln 2001, 3.275 people live here and its density population of 364 people/Ha outnumbered the density population of Jakarta (144 people/Ha). Such a high population in a small island can cause pressures on the environment and contribute to the deterioration of the island?s natural resources. Clean water will become rare and unaffordable and therefore burden the economic of the local community. To overcome the problem of the people?s pressures toward water resources, a management of clean water has to be conducted in the purpose of preserving the clean water supply that is useful for the local community.
Clean water management has become an important issue on Panggang lsland because of the limited resources of clean water and the people?s lacking ability to pay for it. The people on Panggang Island have been using clean water that comes from rain, which is restored in reservoir. The environment quality deterioration can be identified from the decreasing quantity and quality of the land water, which has been contaminated by house waste pollution and seawater.
The objectives of this research are for identification some factors which causes there is no sustainability of clean water management; for create a sustainability of clean water management model; and for identitication. which factors that, can causes this sustainability of clean water management to be succeed.
The proposed hypothesis in this research is: When total rainfall is bigger than or is the same as total of clean water that people need on small island, with a sustainability of clean water management, the need of clean water of those people can be fulfilled by using water from rainwater (rain and shallow groundwater).
This research is descriptive with a qualitative and quantitative approach. The research method used is ex-post facto and survey. The sampling for the questionnaire is completed by using the simple random sampling, and the water quality is determined from its physical and chemical test and also we do on colli bacteria test.
Based on the result of this research, it is known that the need of clean water of the people on Panggang Island is 70 Iiter/people/day or approximately 6.877,5 m3/month. The amount of the rainfalls in Kepulauan Seribu area is approximately 127,5 mm/month or 11.473, 5 m3/month. The water flow is 3.442,06 m3/month. Based on the clean water scales in Panggang island and 1,8%/year the people rapid population growth, it is assumed that there will be a surplus of clean water in 2026, and will be a deficit in 2027.
The use of the reverse osmosis technology on Panggang island is considered because the purpose ofthe reverse osmosis enstabilishment is merely to fulfill the need of clean water for 8 liter/people/day. The people usually consume rainwater, therefore in the rainy seasons the Panggang lsland?s local communities do not use the osmosis-reversed water, and this becomes a burden for local govemment in operating the clean water management.
Based on the result of this research, it can be concluded that in Panggang Island, the clean water management has not been yet conducted in a sustainable way. This is caused by :
1). The clean water management on small islands is still sectional and conducted merely by certain institutions.
2). There has not been a concept of clean water management with a small budget that does not burden the local govemmenfs fiscal year, nor that suites the economy level of the Panggang Island community.
3). The limit of human resources and financial sources for Panggang lsland's community.
To overcome problem of clean water necessity in Panggang island, a sustainable management of clean water must be conducted. this includes :
1). Efficacious technology.
The technology of clean water management, which is used based on the characters and functions of the natural environment, shall be accepted and also be suited in the developed and social environment. So it can be conducted by the community and thus give advantages adjusted to the purpose of the clean water management
2). The clean water quantity management, is to increase the relative amount of clean water toward the people which includes :
a). Rain water harvesting, is to seize rainwater from roofs and restore them in the reservoir. Every house has to have a reservoir for rain water. They can give treatment inside of the tank to prevent water that fall into the reservoir from being contaminated by environmental contamination and to add minerals needed by human.
b). Reforestation the whole island and solving the population problem, planting on the coastline that is suitable with the island's environment
c). Economizing the clean water.
3). Clean water quality management
The purpose of the clean water quality management is to prevent clean water, which is restored in the reservoir and in around shallow water, from being contaminated by environmental contamination. The clean water quality management could e conducted with repairing the sanitary equipments and controlling the the ground extraction.
Things that give contributions to the successfulness of a sustainable clean water management of clean water are :
1). The concept of clean water management by adjusting to the natural environment characters as well as to the developed and social environment.
2). An obligation to have a good social coordination between the relative institutions in conducting the activities of the clean water management.
3). Including the people in managing the clean water in sustainable way.
4). A continous socialization of the clean water management in order to make it as one of the activities that becomes a habit ofthe people in doing their activities."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Succi Wulandhary
"Pengelolaan sampah di wilayah perkotaan masih menjadi masalah krusial. DKI Jakarta sendiri memiliki timbulan sampah yang terus meningkat setiap tahuunnya hingga mencapai 7.500 ton/hari pada tahun 2018. Wilayah RW 01, Kelurahan Srengseng Sawah, DKI Jakarta menjadi salah satu RW percontohan pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga melalui prinsip 3R, yaitu melalui pemilahan dan daur ulang sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan masyarakat pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif, serta menggunakan analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (70%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan sebanyak 65% masyarakat memiliki sikap cukup baik pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan sebagian besar masyarakat (58%) pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R ada pada kategori kurang baik. Berdasarkan hasil analisis jalur, faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan secara langsung adalah sikap sebesar 23,6%.
Hasil selanjutnya pada penelitian ini menemukan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh tidak langsung pada tingkat penerapan mengelola sampah melalui sikap dengan sebesar 13,5%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah meskipun tingkat pengetahuan masyarakat tinggi dan sikap yang cukup baik pada pengelolaan sampah, namun tingkat penerapan pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R belum tentu baik. Hal tersebut karena terdapat pengaruh tingkat pendidikan pada penerapan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan cenderung melakukan tindakan ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan mengelola sampah melalui prinsip 3R.

Waste management in urban areas is still a crucial problem. DKI Jakarta itself has a generation of garbage that continues to increase every year until it reaches 7,500 tons/day in 2018. RW 01, Srengseng Sawah Village, DKI Jakarta is one of the pilot RWs in household tingkat waste management through the 3R principle, namely through sorting and recycle. The purpose of this study is to analyze the factors that influence the tingkat of community application in household tingkat waste management with the 3R principle. This research uses a quantitative approach with a mixture of quantitative and qualitative methods, and uses path analysis.
The results showed that the majority of the community (70%) had a high tingkat of knowledge and as many as 65% of the community had a fairly good attitude on household tingkat waste management with the 3R principle. The results showed that the tingkat of application of the majority of the community (58%) in household tingkat waste management with the 3R principle was in the poor category. Based on the results of path analysis, the factors that influence the tingkat of application directly are attitudes of 23,6%. Further results in this study found that the tingkat of education had an indirect effect on the tingkat of application of managing waste through attitudes 13,6%.
The conclusion that can be drawn is that although the tingkat of community knowledge is high and the attitude is quite good in waste management, the tingkat of application in household tingkat waste management with the 3R principle is not necessarily good. That is because there is an influence of the tingkat of education on the application, the higher a person's education will tend to do environmentally friendly actions, one of which is to manage waste through the 3R principle.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tairas, Teddy Adrian
"Peneliltian ini membahas mengenai timbulan dan komposisi sampah di dua Kecamatan di Kota Tangerang Selatan, yaitu Kecamatan Ciputat Timur dan Pondok Aren yang merupakan area padat penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pengukuran timbulan menngacu kepada metode SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Timbulan sampah pada kecamatan Ciputat Timur pada tahun 2012 adalah sebesar 123 ton/hari dan pada tahun 2032 mencapai 153 ton /hari. Sementara di kecamatan Pondok Aren timbulan sampah mencapai 206 ton/hari pada tahun 2012 dan pada tahun 2032 meningkat menjadi 307 ton/hari. Komposisi sampah pada kedua kecamatan masih didominasi oleh sampah jenis organik. Pada kecamatan Ciputat Timur sampah organik memiliki persentase sebesar 51%; sampah anorganik 49% dengan rata-rata sampah yang dapat didaur ulang sebesar 21%. Sementara kecamatan Pondok Aren memiliki persentase sampah organik sebesar 60%; sampah anorganik sebesar 40% dengan rata-rata sampah yang dapat didaur ulang sebesar 17,84%.
Penelitian ini menghasilkan alternatif pengelolaan sampah di kedua kecamatan. Alternatif 1 menekankan kepada reduksi timbulan sampah sebelum sampah dibuang ke TPA. Alternatif 2 menekankan kepada pemrosesan sampah di TPA sehingga seluruh timbulan sampah tidak direduksi sebelum masuk TPA. Luas lahan TPA yang dibutuhkan untuk menampung sampah dari kedua kecamatan dalam rentang tahun 20 tahun pada alternatif 1 adalah 17,5 Ha. Sementara, pada alternatif 2 dibutuhkan 24,22 Ha.

This study discusses the waste generation and composition in two sub-district of South Tangerang City, East Ciputat and Pondok Aren as a high populated areas. The measurements methods of waste generation and composition refer to SNI 19-3964-1994. The amount of waste generation in East Ciputat in the year of 2012 is about 107.82 tons/day or 2227.3 m3/day dan in the year of 2032 reaches the amount of 131.21 tons/day or 27108.8 m3/day, whereas the amount of waste generation in Pondok Aren reaches the amount of 178.9 tons/day or 3404.5 m3/day in the year of 2012 and 279.53 tons/day or 5328.4 m3/day in the year of 2032. The waste composition in these two sub-districts is still dominated by organic waste. In East Ciputat the waste composition consists of 51% organic, 49% inorganic with 21% recyclable-potential waste. On the other hand, Pondok Aren has 60% organic, 40% inorganic with 17.84% recyclable-potential waste.
The result of this study is the alternative of waste management concept that can be applied. The result also consist of waste management infrastructures such as collection vehicles, waste transport vehicles, waste -reducing facilities, and the area required to dump generated waste. The area required to accomodate the waste generation without the process of waste reducing is 24.22 Hectares. Whereas, the area required to accomodate the waste generation with the process of waste reducing is 17.5 Hectares.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42978
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rizki
"Universitas Indonesia (UI) merupakan universitas nasional yang terdiri dari dua kampus, yaitu Depok dan Salemba. Mayoritas terletak di Depok dan terdiri dari 10 fakultas dan sebuah program vokasi. Sampai saat ini UI tidak melakukan pengolahan sampah dan masih membuang sampah ke TPA Cipayung setiap hari. Tanpa adanya pengelolaan sampah yang baik, volume sampah di UI yang cenderung bertambah seiring dengan meningkatnya aktivitas dan jumlah warga akan mengakibatkan meningkatnya tumpukan sampah di TPA Cipayung yang dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan lingkungan dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengelolaan sampah di UI dan membuat suatu perencanaan pengelolaan sampah padat guna mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA Cipayung.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa 10 fakultas yang terdapat di UI Depok menggunakan sistem kumpulangkut- buang dan rata-rata volume sampah yang dihasilkan oleh 10 fakultas per hari adalah 14,5 m3. Rata-rata volume sampah UI Depok yang dibuang ke TPA Cipayung dalam seminggu adalah 90m3, Kesimpulannya, UI Depok belum memiliki pengolahan sampah dan reduksi volume sampah dapat menggunakan metode komposting dan bank sampah. UI Depok disarankan untuk menjalankan perencanaan ini guna mereduksi volume sampah.

The University of Indonesia is a state university which is currently located in two different cities in Indonesia: Depok and Salemba. Most of the university's campuses, which are specifically ten faculties and one vocation program, are located in the Depok area. Up until today, the UI has not yet conducted any proper management of solid wastes and still disposes the wastes to the TPA Cipayung on a daily basis. As the solid wastes are managed improperly, the volume of solid wastes at the UI keeps increasing following the increases of the frequencies and the intensities of people's activities impacting the environmental and public healths. This research aims to take a closer look at the UI's management of solid wastes and plan a better solid-waste management in order that the volume of solid wastes disposed to the TPA Cipayung might be reduced.
The research finds that no less than ten faculties in the UI have implemented the "collecting-transportingdisposing" system and that the volume of solid wastes produced by the ten faculties approximately reaches the number of 14,5 m3 a day in average. Meanwhile, it is found that the volume of solid wastes disposed to the TPA Cipayung is approximately 90 m3 a week. Looking at the two aforementioned findings, it might be concluded that the UI Depok has not yet adopted the right - not to mention dependent - sewage management system and that the volume of solid wastes should be reduced using the composting and the waste bank methods. Hence, it is suggested that the UI Depok uses the composting and the waste bank methods to reduce the volume of its solid wastes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>