Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Abdullatif
"Campak masih menjadi permasalahan dunia dengan 20% penderitanya adalah balita. Di Jakarta Timur sendiri tercatat sebanyak 8721 kasus pada tahun 2007. Analisis spasial digunakan untuk menentukan wilayah yang berisiko tinggi terjadi KLB. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain studi ekologi pada seluruh penduduk wilayah Jakarta Timur.
Penelitian ini mendapatkan hasil adanya hubungan antara cakupan imunisasi campak (p=0,040) temperatur pada periode 3 tahun (p=0,001), kelembaban (p=0,041), dan curah hujan (p=0,022) dengan kasus penyakit campak di Jakarta Timur.
Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi penelitian ini untuk mencegah peningkatan kasus campak ialah diperlukan dua dosis imunisasi, perbaikan sanitasi, dan peningkatan program promosi kesehatan.
Measles still a problem in the world with 20% of cases happened in children. In East Jakarta there were 8721 cases in 2007. Spatial analysis is used to determine areas which have high risk of outbreaks. This study used secondary data with ecological studies design on the entire population of East Jakarta.
Results showed association between measles vaccination coverage (p=0.040), temperatures (p=0.001), humidity (p=0.041), and rainfall (p=0.022) with measles cases in East Jakarta.
Based on the results, suggestions to prevent measles including required two doses of immunization, develop good sanitation system, and conduct health promotion program.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Anggraheni
"Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan wilayah DKI Jakarta dengan angka deteksi kasus baru kusta dan kecacatan paling banyak di Jakarta pada tahun 2018. Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Penyakit kusta dapat menimbulkan kecacatan baik tingkat 1 maupun 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi spasial karakteristik kasus baru kusta dengan Sistem Informasi Geografi serta hubungan faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kecacatan pada kasus baru kusta Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dengan total sampel sebanyak 85 orang. Data diperoleh dari kartu penderita kusta di sembilan Puskesmas di Jakarta Timur. Data kemudian dianalisis univariat, bivariat, dan spasial. Kasus baru kusta paling banyak terdapat di Kecamatan Cakung (21 kasus), Cipayung (16 kasus), dan Duren Sawit (16 kasus) pada laki-laki (67,1%), rentang umur 25-34 tahun (27,1%), tidak bekerja (47,1%), tidak memiliki riwayat kontak (65,9%), cara penemuan pasif (84,7%), lama gejala <1 tahun (44,7%), tipe kusta MB (85,9%), tidak mengalami reaksi (64,7%), kecacatan tingkat 1 sebesar 10,6% dan kecacatan tingkat 2 sebesar 74,1%. Dari seluruh faktor risiko, tidak ada hubungan faktor risiko yang diteliti dengan kecacatan pada kasus baru kusta.

East Jakarta Administrative City is the DKI Jakarta area with the highest number of leprosy and disability detection cases in Jakarta in 2018. Leprosy is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium Leprae. Leprosy can cause disability both at level 1 and 2. This study aims to describe the spatial distribution of characteristics of new cases of leprosy with the Geographic Information System and the relationship of factors that influence the occurrence of disability in new cases of leprosy in the East Jakarta City Administration in 2018. This study is a descriptive study with a cross-sectional approach with a sample of 85 people. Data was obtained from leprosy patients in nine health centers in East Jakarta. Data were then analyzed by univariate, bivariate, and spatial. The most recent cases of leprosy were in Regency of Cakung (21 cases), Cipayung (16 cases), and Duren Sawit (16 cases) cases in men (67.1%), age range 25-34 years (27.1%), no work (47.1)%), no contact history (65.9%), passive discovery method (84.7%), symptom duration <1 year (44.7%), MB leprosy type (85.9%) ), no reaction (64.7%), level 1 disability of 10.6% and level 2 disability of 74.1%. Of all risk factors, there is no correlation between the risk factors studied with disability in the new case of leprosy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Okta Priyani
"Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gambaran maupun identifikasi perbedaan secara spasial keterkaitan antara faktor-faktor risiko penyakit DBD, khususnya lingkungan fisik yaitu variasi iklim (suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan) dan demografi (kepadatan penduduk) terhadap penyebaran kejadian penyakit DBD di wilayah Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor tahun 2008-2010.
Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan pendekatan spasial. Untuk mencari besarnya hubungan digunakan metode ekologi, yaitu penelitian epidemiologik analitik observasional yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen (kepadatan penduduk, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan) dengan variabel dependen yaitu penyakit DBD. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kecamatan di wilayah Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor pada tahun 2008-2010."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dwi Astuti
"Provinsi DKI Jakarta masih memiliki angka kejadian diare yang tinggi dibandingkan provinsi lain, dimana angka perkiraan diare di fasilitas kesehatan mencapai 280.104 kasus dan diare ditangani sebanyak 250.234 kasus. Diare juga merupakan salah satu penyakit yang masuk ke dalam kategori 10 penyakit terbanyak rawat jalan di puskesmas provinsi DKI Jakarta tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis spasial proporsi kejadian penyakit diare dengan kepadatan penduduk, pendidikan rendah, depot air minum, tempat pengelolaan pangan, fasilitas kesehatan (puskesmas), dan tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) di DKI Jakarta tahun 2019. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional karena penelitian dilakukan menggunakan data sekunder yang tersedia di website akses bebas yang meliputi variabel jumlah kejadian diare tahun 2019 untuk setiap kecamatan yang terdiri dari 36 kecamatan, kepadatan penduduk, pendidikan rendah, sumber air minum, tempat pengelolaan pangan, tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan), dan fasilitas kesehatan (puskesmas). Berdasarkan hasil analisis diketahui nilai Sig. (2-tailed) antara variabel dependen dengan variabel independen adalah sebesar p-value > 0.05, yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen. Namun demikian, variabel independen yang memiliki nilai p-value mendekati 0.05 adalah variabel tempat pengelolaan pangan dengan p-value 0.114, variabel dokter dengan p-value 0.266, dan variabel bidan dengan p-value 0.330. Kemudian hasil analisis nilai pearson correlation juga tidak ada yang > r table 0.329, yang berarti tidak ada korelasi antara variabel dependen dan independen. Namun demikian, variabel independen yang memiliki nilai r mendekati r tabel 0.329 adalah variabel tempat pengelolaan pangan sehat dengan r sebesar 0.268, dokter sebesar -0.190, dan bidan sebesar -0.167. Untuk wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi terjadinya diare diharapkan adanya suatu manajemen dan intervensi berbasis wilayah dari dinas kesehatan dan kesehatan lingkungan setempat dengan cara memberikan penyuluhan tentang menjaga dan memelihara fasilitas sanitasi yang telah tersedia. Untuk Dinas Kesehatan setempat, diharapkan dapat pengembangan indikator penting yang memungkinkan menjadi faktor risiko penyakit menular untuk bisa diambil informasinya secara rutin dan dilakukan tindakan preventif. Selain itu, pihak dinas kesehatan juga bisa membuat pemetaan kasus dan hasil pemeriksaan sanitasi.

DKI Jakarta Province still has a high incidence of diarrhea compared to other provinces, where the estimated number of diarrheas in health facilities reaches 280,104 cases and diarrhea is handled as many as 250,234 cases. Diarrhea is also one of the diseases that fall into the category of the 10 most outpatient diseases at the DKI Jakarta provincial health center in 2020. This study aims to determine the spatial analysis of the proportion of diarrheal diseases with population density, low education, drinking water depots, food management facilities, health facilities (puskesmas), and health workers (doctors, nurses, midwives) in DKI Jakarta in 2019. This study uses an observational type of research because the study was conducted using secondary data available on the free access website which includes the variable number of diarrhea events in 2019 for each sub-districts consisting of 36 sub-districts, population density, low education, drinking water sources, food management facilities, health workers (doctors, nurses, midwives), and health facilities (puskesmas). Based on the results of the analysis, it is known that the value of Sig. (2-tailed) between the dependent variable and the independent variable is p-value > 0.05, which means that there is no significant correlation between the dependent variable and the independent variable. However, the independent variables that have a p-value close to 0.05 are the variable where food is managed with a p-value of 0.114, a doctor's variable with a p-value of 0.266, and a midwife variable with a p-value of 0.330. Then the results of the analysis of the Pearson correlation value are also not > r table 0.329, which means there is no correlation between the dependent and independent variables. However, the independent variable which has an r value close to r table 0.329 is the variable where healthy food is managed with an r of 0.268, doctors of -0.190, and midwives of -0.167. For areas with a high level of vulnerability to diarrhea, it is expected that there will be an area-based management and intervention from the local health and environmental health office by providing counseling about maintaining and maintaining existing sanitation facilities. For the local Health Office, it is hoped that important indicators can be developed that may become risk factors for infectious diseases so that information can be taken regularly, and preventive actions can be taken. In addition, the health office can also make case mapping and sanitation inspection results"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herbagyanto Purnomo
"Campak (Measles) merupakan penyakit yang umumnya menyerang anak di bawah lima tahun (balita). Penyakit ini disebabkan oleh virus dan dapat dicegah dengan imunisasi.
Pada anak dengan status gizi kurang dapat terjadi komplikasi seperti Diare, Pnemonia, Encephalitis, Otitis media dan adanya komplikasi tersebut dapat mengakibatkan kematian.
Di Indonesia angka kejadian (Incidence rate) pada balita adalah 19,4/10.000 balita, oleh karenanya pemerintah mengadakan program imunisasi terhadap bayi umur 9-12 bulan, agar angka kejadian campak dapat diturunkan.
Di Jakarta Selatan meskipun keberhasilan cakupan (caverage) imunisasi telah mencapai lebih dari 100 %, tetapi penyakit campak masih endemis di wilayah Jakarta Selatan, bahkan relatif tinggi untuk anak balita. Hal ini menimbulkan pertanyaan faktor penyebab apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian campak pada anak usia 12 - 24 bulan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan disain kasus kontrol (Cases Control Study) dengan tujuan dapat menjawab pertanyaan diatas.
Sebagai kasus adalah anak usia 12 - 24 bulan yang menderita campak, dan sebagai kontrol adalah anak usia 12 - 24 bulan tidak menderita campak dan tinggal dekat rumah kasus. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 50 anak (dengan perbandingan 1 : 1).
Variabel yang diteliti adalah status imunisasi dan status gizi anak; pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu; dan lingkungan rumah penderita yaitu kepadatan dan ventilasi hunian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status imunisasi dan status gizi anak; pendidikan ibu; keadaan rumah penderita berpengaruh terhadap kejadian campak pada anak usia 12 - 24 bulan, sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian campak berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah status imunisasi, status gizi dan ventilasi hunian.
Penelitian ini menyimpulkan bahua anak yang dilakukan imunisasi dengan status (keadaan) gizi yang baik dan tinggal pada rumah dengan ventilasi yang baik dapat mengurangi kejadian(insidence) campak.
Dari hasil penelitian ini disarankan untuk meningkatan cakupan imunisasi dengan memanfaatkan momentum "Pekan Inunisasi Nasional" ( PIN ) , perbaikan gizi anak balita dan perbaikan ventilasi rumah tinggal untuk menurunkan angka kejadian campak pada balita.

Measles is common childhood disease in children under five years of age. The Disease is spread by virus, and can be prevented by immunization. For children with poor nutrition. the disease can be complicated by diarrhea, pneumonia, enchephalitis and otitis media, and these complication can result in death.
The incidence for children in Indonesia under five years is 19,4 per 10.000 children, so to reduce this rate the government has implemented an immunization program for infant 9 to 12 months old. In South Jakarta even though the coverage of immunization exceed 100 percent, measles is still considered endemic to the area and is in fact relatively high for the children under five years. This poses the question: what factors influence the incidence of measles for children between 12 and 24 months in this area ?.
To answer this question, this research used the cases control study approach. The cases were children aged 12 to 24 months who had measles, and the controls were children aged 12 to 24 months who did not have measles and live near the cases. The number of both cases and controls was 50 children each ( a ratio of 1 to 1 ).
The variable examined were the immunization status and nutrition of child ; the mother's education, knowledge and attitude; and the surrounding environment, namely the population density and ventilation within the home.
The research indicated that the incidence of measles in children aged between 12 and 24 months old was influenced by the immunization status and nutrition of the child, the mother's education and the home environment, while the factors those most contributed to the incidence of measles were, in order of magnitude, the child's immunization status, the level of nutrition, and the home ventilation.
This research concludes that immunized children with a good nutrition and living in a well ventilated house can decreased the incidence of measles. The research suggest that to decrease the incidence of measles among children aged 12 to 24 months the extent of immunization be increased by taking advantage of the momentum created by the "Pekan Inunisasi National" ( PIN - National Immunization week ), that nutrition in children under 5 years old be improved, and that the public be made aware of importance of good ventilation in housing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T5779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sandra Yossi
"ABSTRAK
Semakin meningkatnya jumlah industri dan transportasi di Kotamadya Jakarta
Timur menyebabkan tingginya risiko pencemaran udara akibat limbah SO2 dan
TSP yang dihasilkan dan berdampak terhadap kesehatan terutama gangguan
saluran pernapasan. Pencemaran udara dan kejadian ISPA di Kotamadya Jakarta
Timur dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti suhu, kelembaban, dan curah
hujan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan SO2, TSP, dan
lingkungan fisik terhadap kejadian ISPA serta hubungan lingkungan fisik
terhadap konsentrasi SO2 dan TSP pada penduduk Kotamadya Jakarta Timur.
Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi menurut waktu dan dianalisis
menggunakan uji korelasi. Hasil penelitian dengan α=10% dan 5% menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsentrasi SO2 (p=0,005), TSP
(p=0,013), kelembaban minimum (p=0,059), dan curah hujan (p=0,057) dengan
kejadian ISPA. Hasil lain menunjukkan konsentrasi SO2 memiliki hubungan yang
signifikan dengan suhu (p=0,036), kelembaban maksimum (p=0,026), curah hujan
(p=0,025) dan juga TSP menunjukkan hubungan yang signifikan dengan suhu
(p=0,039) dan kelembaban maksimum (p=0,093). Kesimpulan dari penelitian ini
adalah konsentrasi SO2, TSP, dan lingkungan fisik mempengaruhi kejadian ISPA.

ABSTRACT
The increasing number of industrial and transportation in the East Jakarta district
resulted in increased risk or air pollution caused by waste produced SO2 and TSP.
This air pollution impacts on health, especially respiratory disorders. Air pollution
and ARI occurrence in the East Jakarta municipality is influenced by the physical
environment such as temperature, humidity, and rainfall. The purpose of this
study is to indicate the correlation of SO2, TSP, and physical environment on the
incidence of ARI and the relationship of physical environment on the
concentration of SO2 and TSP in the East Jakarta. This study uses ecological study
design according to time and analyzed using a correlation test. The results using
α=10% and 5% showed significant related between the concentration of SO2
(p=0,005), TSP (p=0,013), minimum humidity (p=0,059), and rainfall (p=0,057)
with ARI disease. Other results showed the concentrations of SO2 had significant
related to the temperature (p=0,036), maximum humidity (p=0,026), rainfall
(p=0,025), and the concentration of TSP had significant related to the temperature
(p=0,039) and maximum humidity (p=0,093). The conclusion of this research is
the concentrations of SO2, TSP, and physical environment affect the ARI disease."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alysha Lalita Aryanti
"Berdasarkan Global TB Report, Indonesia masih menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara yang memiliki estimasi kasus terbesar setelah India dan China. Kasus yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2021 sudah sebanyak 403.760 kasus atau sebesar 49% dari estimasi kasus yang ada (824.000 kasus). Salah satu wilayah di Indonesia yaitu Jakarta Timur memiliki jumlah kasus tuberkulosis terbanyak di Provinsi DKI Jakarta dengan total kasus selama tahun 2018-2020 sebanyak 11.988 kasus (31,1%). Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan maupun demografi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan antara faktor iklim dan demografi dengan kasus tuberkulosis di Jakarta Timur selama tahun 2018-2020 dengan menggunakan studi ekologi dan analisis spasial, serta unit analisis dalam penelitian ini merupakan seluruh penderita tuberkulosis pada 10 Kecamatan di Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kepadatan penduduk tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kasus Tuberkulosis (p = 0,593) dengan hubungan yang sangat lemah dan berpola positif (r = 0,102), begitu pula hasil analisis korelasi pada faktor iklim seperti curah hujan (r = 0,116), kelembaban udara ( r = 0,238), dan suhu udara (r = -0,172) memiliki hasil yang sama yaitu tidak ada hubungan yang signifikan atau nilai p > 0,05. Hasil analisis secara spasial diperoleh, bahwa tidak ada hubungan secara spasial antara kasus Tuberkulosis dengan faktor iklim dan demografi. Kesimpulan dalam penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara kasus Tuberkulosis dengan faktor iklim dan demografi, baik secara analisis statistik maupun spasial.

Based on the Global TB Report, Indonesia still ranks third in the world as the country with the largest estimated case after India and China. Cases found in Indonesia in 2021 have reached 403,760 cases or 49% of the estimated existing cases (824,000 cases). One of the regions in Indonesia, namely East Jakarta, has the highest number of tuberculosis cases in DKI Jakarta Province with a total of 11,988 cases (31.1%). Tuberculosis is a disease that can be caused by environmental and demographic factors. This study aims to analyze the determinants between climate and demographic factors with tuberculosis cases in East Jakarta during 2018-2020 using ecological studies and spatial analysis, and the unit of analysis in this study is all tuberculosis patients in 10 sub- districts in East Jakarta. The results showed that population density did not have a significant relationship with Tuberculosis cases (p = 0.593) with a very weak relationship and a positive pattern (r = 0.102), as well as the results of correlation analysis on climatic factors such as rainfall (r = 0.116), humidity ( r = 0.238 ), and air temperature ( r = - 0.172 ) have the same results, namely there is no significant relationship or p value >0.05 . The results of the spatial analysis are obtained, that there is no spatial relationship between Tuberculosis cases with climatic and demographic factors. The conclusion in this study, there is no significant relationship between tuberculosis cases with climatic and demographic factors, both statistically and spatially."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafqa Tamam
"Tujuan penelitian ini adalah utuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah daerah untuk infrastruktur terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan regresi data panel dengan metode fixed effect. Hasilnya menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah daerah untuk infrastruktur memiliki pengaruh dalam mengurangi kemiskinan di kabupaten/kota di Jawa Timur pada periode penelitian tahun 2008-2010. Hal ini ditunjukkan dengan adanya koefisien pengeluaran pemerintah daerah untuk infrastruktur sebagai variabel bebas yang bertanda negatif. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi kemiskinan. Sedangkan pengeluaran untuk jalan, irigasi, dan jaringan memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi penduduk miskin. Adanya variasi intersep antar kabupaten/kota yang ada dalam model persamaan yang digunakan menunjukkan bahwa masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur memiliki karakteristik kemiskinan yang berbeda-beda.

The purpose of this study is to analyze the effect of local government expenditures for infrastructure to the poverty level in the districts/cities in East Java Province. The study uses quantitative approach with panel data regression with fixed effect methods. The results show that local government expenditures for infrastructure have an effect in reducing poverty in the districts/cities in East Java in period 2008-2010. This is indicated by the coefficient of local government expenditures for infrastructure as the independent variable that have negative sign to the poverty level as the dependent variable. Expenditures for the buildings have no significant effect in reducing poverty level. Whereas expenditures for the road, irrigation, and network have a significant effect in reducing poverty level. The existence of intercepts variation between the districts/cities in the model indicates that the respective districts/cities in East Java Province have different characteristics of poverty.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T38889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Novita Sari
"Ketidakefektifan pengendalian penyakit TB paru di kota Administrasi Jakarta Selatan ditinjau dari angka kesembuhan yang kurang dari target nasional yaitu <85% serta adanya peningkatan kasus TB paru di kota Administrasi Jakarta Selatan terjadi terus-menerus dari tahun 2015-2017. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yaitu cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk dengan proporsi kasus TB paru BTA positif di kota Administrasi Jakarta Selatan. Penelitian menggunakan studi ekologi melalui pendekatan spasial. Data penelitian bersumber dari data sekunder. Data diolah secara statistik menggunakan uji korelasi pearson product moment dan analisis spasial menggunakan teknik overlay. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya korelasi antara variabel cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk dengan proporsi kasus TB paru BTA positif di kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2015-2017 (p value >0,05). Secara spasial adanya pengaruh antara variabel cakupan rumah sehat dengan proporsi kasus TB Paru BTA positif dilihat dari pola spasial hanya terdapat di kecamatan kecamatan Kebayoran Baru dan Pasar Minggu serta variabel kepadatan penduduk dengan proporsi kasus TB Paru BTA positif dilihat dari pola spasial hanya terdapat di kecamatan Kebayoran Lama. Ini menunjukkan bahwa ada peluang terdapatnya korelasi pada faktor risiko lain yang tidak termasuk ke dalam penelitian ini. Sehingga, peneliti lain dapat meneliti lebih lanjut dengan faktor risiko yang tidak termasuk ke dalam penelitian ini.

The ineffectiveness of pulmonary TB disease control in South Jakarta that was reviewed from the recovery rate less than the national target of <85% and an increase in pulmonary TB cases in the South Jakarta occurred continuously from 2015-2017. This study aims to analyze risk factors of healthy home coverage and population density with the proportion of smear-positive pulmonary TB cases in South Jakarta.  This study used ecological studies through a spatial approach. The data was sourced from secondary data. The data were processed statistically using Pearson product moment correlation test and spatial analysis using overlay technique. The results of statistical analysis showed that there was no correlation between the variable coverage of healthy homes and population density with the proportion of positive smear pulmonary TB cases in South Jakarta in 2015-2017 (p value >0.05). Spatially there is an effect between the variable of healthy homes coverage with the proportion of positive smear pulmonary TB cases viewed from the spatial pattern only found in the sub-districts of Kebayoran Baru and Pasar Minggu and the population density variable with the proportion of positive smear pulmonary TB cases viewed from the spatial pattern only found in Kebayoran Lama sub-district. This indicates that there is a chance of other risk factors correlation that were not included in this study. Thus, other researchers can further research the risk factors that are not included in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Mercylina
"Penelitian ini membahas analisis persiapan menuju pelayanan terpadu satu pintu di Kota Administrasi Jakarta Timur dan kendala kendala yang dihadapi Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP merupakan pelayanan yang dilakukan dalam satu tempat untuk mempermudah masyarakat dalam menerima pelayanan perizinan maupun non perizinan yang terdapat dalam PTSP Teori yang digunakan untuk menjelaskan persiapan menuju pelayanan terpadu satu pintu adalah teori pelayanan publik dan reformasi pelayanan publik Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif Dengan menggunakan wawancara mendalam dan studi dokumen peneliti mendapatkan hasil bahwa persiapan yang dilakukan menuju pelayanan terpadu satu pintu di Kota Administrasi Jakarta Timur sudah cukup berhasil Analisis persiapan meliputi pelimpahan wewenang koordinasi permohonan SIUP dan TDP rekrutmen pegawai pelatihan pegawai sarana dan prasarana sosialisasi pengaduan masyarakat dukungan pemimpin struktur organisasi dan pengawasan pelayanan Namun kurangnya kuantitas sumber daya manusia jaringan internet yang belum memadai kurangnya sosialisasi kepada masyarakat masalah anggaran yang belum cair belum pastinya standard operating procedure SOP perizinan dan resistensi dari SKPD teknis masih menjadi kendala dalam mempersiapkan pelayanan terpadu satu pintu di Kota Administrasi Jakarta Timur.

This research discusses the analysis on preparation of one stop service in East Jakarta and the constraints encountered One Stop Service OSS is a service performed in one place to facilitate the public in receiving licensing services and non licensing services The theory is used to explain the preparation towards one stop service is the theory of public service and public service reform This research was conducted by using a qualitative approach In dept interviews and document study are used by researcher to get the result that the preparation is done by the one stop service in East Jakarta has been quite successful Preparation analysis include the delegation of authority the coordination SIUP and TDP permit application the employee recruitment the employee training the infrastructure the dissemination the public complaints the leader support the organization structure and the supervision of service However the lack of quantity of human resources the unadequate of internet network the budget problems the uncertainity of Standard Operating Procedure SOP of license and non license and the resistance of technical agency still become constraints in preparing a one stop service in East Jakarta.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S61323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>