Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arry Djaelani
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
S22197
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Didin Sudirman
"Tesis ini mengungkapkan permasalahan sejauh mana sikap narapidana/tahanan terhadap perilaku seksualnya. Seperti diketahui bahwa di dalam Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara (Lapas/Rutan) setiap narapidana/tahanan mengalami perlakuan berupa pembatasan kebebasan bergeraknya. Sedangkan kebutuhan seksual adalah merupakan kebutuhan primer manusia yang selalu menuntut pemenuhannya. Oleh karena itu diperkirakan akan terdapat penyimpangan perilaku bagi mereka yang sementara waktu "terpaksa" harus menghuni Lapas/Rutan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan populasi target 6 (enam) institusi yakni Lapas Kelas I Cipinang, Lapas Kelas I Tangerang, Lapas Kelas I Cirebon, Lapas Kelas IIA Soekarno-Hatta Bandung, Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta Pusat dan Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandung. Sedangkan populasi survei sebanyak 5.487 (lima ribu empat ratus delapan puluh tujuh) orang dengan sampel sebanyak 192 (seratus sembilan puluh dua) responden. Penarikan sampel ditetapkan dengan tehnik "probability sampling" dan tehnik pengumpulan data digunakan melalui kuesioner dan wawancara.
Penelitian ini menggunakan paradigma "fakta sosial" dari E. Durkheim dengan pendekatan positivisme dan teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme struktural yang meliputi teori system dari Talcot Parson, teori anomie dari Robert K. Merton dan teori pertukaran sosial dari M. Blau, yang pada dasarnya berpendapat bahwa struktur sosial sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa "pemenjaraan" (pemasukan orang-orang ke dalam Lapas/Rutan) membawa dampak terhadap cara mereka memenuhi kebutuhan seksualnya yang meliputi perbuatan masturbasi (celana besukan), homoseksual, bestiality dan lain-lain serta berdampak terhadap cara mereka memperoleh obyek seksualnya yang normal. Hal yang terakhir berkaitan dengan proses "akomodasi" yang dilakukan dengan para petugas Lapas/Rutan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Santosa
"Prevalensi penyebaran HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan perkembangan yang demikian pesatnya. Apabila tidak disikapi secara serius dan juga secara multi-dimensional maka bahaya penularan HIV/AIDS akan mengancam kehidupan bangsa dan negara ini karena kondisi tersebut berpotensi untuk terjadinya kehilangan generasi (lost generation). Dan peningkatan penularan HIV/AIDS di Indonesia tidak hanya terjadi di tengah-tengah masyarakat umum saja, namun juga menjadi ancaman dalam kehidupan di lingkungan RUTAN Klas I Jakarta Pusat yang mana perlu mendapatkan prioritas dalam penanggulangannya. Untuk itu dalam rangka menanggulangi penularan HIV/AIDS di kalangan tahanan dan narapidananya, maka pihak RUTAN Klas I Jakarta Pusat telah berupaya dengan berbagai cara untuk dapat menekan peningkatan penyebaran HIV/AIDS tersebut. Dan upaya yang dilakukan oleh pihak RUTAN Klas I Jakarta Pusat tersebut mengacu pada Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba pada LAPAS dan RUTAN di Indonesia tahun 2005-2009. Tetapi yang sangat disayangkan adalah upaya tersebut belum dilakukan secara optimal oleh pihak RUTAN Klas I Jakarta Pusat, baik dari pihak petugas pemasyarakatannya sendiri maupun dari pihak tahanan dan narapidananya, sehingga prevalensi peningkatan penyebaran HIV/AIDS di dalam lingkungan RUTAN Klas I Jakarta Pusat terus saja meningkat. Perencanaan Strategis merupakan salah satu dari sekian jenis perencanaan, adalah merupakan suatu perencanaan yang perlu dibuat oleh RUTAN Klas I Jakarta Pusat dalam rangka menentukan strategi-strategi yang efektif untuk digunakan dalam penanggulangan HIV/AIDS, karena lebih bersifat komprehensif dalam arti lebih memfokuskan pada analisis lingkungan secara keseluruhan, baik lingkungan eksternal, maupun lingkungan internal. Berangkat dari persoalan tersebut, penulis melakukan penelitian ini dengan maksud untuk mencari dan menentukan strategi-strategi yang ideal yang perlu ditempuh oleh RUTAN Klas I Jakarta Pusat dengan sebelumnya melakukan analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi pendorong, maupun penghambat atau yang disebut identifikasi isu-isu strategis dan kemudian dilanjutkan dengan analisis SWOT. Dan sesuai dengan analisis SWOT tersebut, maka dapat ditemukan isu-isu strategis yang kemudian isu-isu strategis tersebut dilakukan pengujiannya untuk mengetahui isu-isu yang sangat strategis berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara dengan informan. Adapun isu-isu yang sangat strategis tersebut adalah : (1) Menekan tingkat prevalensi HIV/AIDS pada tahanan dan narapidana melalui berbagai pelatihan dan penyuluhan; (2) Menghilangkan stigma dan diskriminasi.

The prevalence of HIV/AIDS in Indonesia shows a rapid development. When the situation described is not seriously as well as multi-dimensionally handled the danger of the HIV/AIDS infection spreading will become a threat to the life of the nation and the condition will potentially cause the lost of the generation. The development of the disseminating of HIV/AIDS in Indonesia is not occur among the public community only, but also threatening the life inside the First Class State Detention House of Central Jakarta and the cope itself needed to be a priority. In term of the cope of the HIV/AIDS disseminating among its prisoners and inmates, the First Class State Detention House of Central Jakarta has put great efforts in such ways to press the development of the disseminating of HIV/AIDS. The efforts of the First Class State Detention House of Central Jakarta refers to the National Strategy of the Cope of HIV/AIDS and Drugs Abuse on the Institute Serve a Sentence and the State Detention House in Indonesia 2005-2009. But unfortunately, the efforts has not executed optimally by the side of the First Class State Detention House of Central Jakarta?s officers as well as the prisoners and the inmates, and this circumstance always support the velopment of the HIV/AIDS spreading. Strategic planning which is one of the kind of planning types is a plan made by the First Class State Detention House of Central Jakarta in order to define an effective strategies to be used in the cope of HIV/AIDS because it is more comprehensive that more focuses on environmental analysis, either external or internal environment. Based on the problem, the research is done by the writer with the aim to find out an ideal strategies which should be taken by the First Class State Detention House of Central Jakarta. The research is done by analyzing the supporting and the inhibiting factors previously, and called as identification of strategic issues and then by SWOT analysis. And according to the SWOT analysis than the strategic issues is found, and then are examined to find out the most strategy issues based from the result of the observation and interview with the informants. Therefore the most strategic issues are: (1) Reducing the development HIV/AIDS prevalence among the prisoners and inmates through many kind of trainings and information-tellings; (2) Dismissing the stigma and discrimination."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T12912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuwono
"Penelitian ini mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan manajemen penanggulangan HIV/AIDS Narapidana di Lapas Klas II A Narkotika Jakarta dan kendala-kendalanya. Untuk melihat manajemen penanggulangan HIV/AIDS, dipergunakan 5 Fungsi manajemen Richard W Snarr. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bersama dan homoseksual, terjadi di Lapas Klas II A Narkotika Jakarta sehingga dapat mengakibatkan penularan HIVIAIDS di dalam Lapas. Manajemen terhadap penanggulangan HIV/AIDS di Lapas Klas II A Narkotika Jakarta, melibatkan aktivitas kelima unsur dalam fungsi manajemen. Perencanaan penanggulangan HIV/AIDS berdasarkan program yang dilaksanakan oleh KPA, Departemen Kesehatan dan LSM. Dalam pengorganisasiannya berkoordinasi dengan instansi terkait dan LSM. Penempatan staf juga sesuai dengan latar belakang pendidikannya atau telah terlatih dengan pengetahuan dan keterampilannya. Kepemimpinan Kalapas dinilai sangat mendukung dalam penanggulangan HIV/AIDS namun dalam unsur pengawasan dari Ditjenpas dan Kanwil Departemen Hukum dan Ham DKI Jakarta, belum dirasakan di Lapas Klas Il A Narkotika Jakarta. Evaluasi terhadap program penanggulangan HIV/AIDS belum dilakukan oleh Ditjenpas maupun Kanwil Dep. Hukum Dan Ham DKI Jakarta, tetapi secara intern Kalapas melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program penanggulangan HIVIAIDS.
Beberapa kendala dalam penanggulangan HIV/AIDS meliputi anggaran yang terbatas, sarana/fasilitas terbatas, minimnya kualitas dan kuantitas SDM, belum adanya peraturan tentang tes HIV di Lapas, malasnya napi mengikuti program pembinaan, partisipasi keluarga/masyarakat yang kurang mendukung karena keterbatasan dana dan persepsi yang salah.

The study examine problems related to management of HIV/AIDS prevention for Jakarta Narcotics Prison inmates and it's constraint, HIV/AIDS prevention management will be analyzed by Richard W Snarr's five functions of management. Research data to answer both problems are collected by qualitative method.
Research result concluded that sharing needle among inmates in drug using and homosexual behavior are happened in Jakarta Narcotics Prison. These risk behavior caused HIVIAIDS spreading in this prison. Management of HIVIAIDS prevention for Jakarta Narcotics Prison inmate does involve Richard W Snarr's five functions of management. HIVIAIDS prevention planning is implemented by KPA, Department of Health and NGO, which is the three of them are coordinated. Staffing of employee has evaluated based on educational background and necessary skill in handling this problem. Head of prison leadership evaluated very supporting for this program, although there are skill a lot of weaknesses in HIVIAIDS prevention implementation, such as look of monitoring from Directorate General Of Correction and Local Authority of Department of Law and Human Right Both of those institution has not evaluated the development of this program, even though this has been done internally by the head of prison.
Some constraints in handling this matter related to basic limitation such as budget, facility and human resources quantity and quality. Besides, HIV/AIDS test for inmates is not regulated yet. Another constraint is also about uninterested feeling of inmates in following counseling program and lack of family / society participation because of budget limitation and wrong perception.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirda Hirtianingsi
"Berbagai permasalahan di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara memerlukan pola dan tindakan pengamanan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan sebegal upaya pelaksanann keamanan dan ketertiban dalam mencegah upaya pelarian.
Dalam penelitian ini ada tiga partanya.an penelitian yang hendak dijawab yaitu mengapa sampai teljadi pe!arian narapidana I tahnnan, bagaimana cara mereka melarikan diri, dan apa strategi yang dilakukan guna mencegah pelarian narapida.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancmu terbadap infurman penelitian dengan menggnnakan pedn!llllll wawatlcaJ:>l.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahv.-a teljadinya pelarim di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di sebabkan oleh beberapa fuktor yaitu : keluarga, keingiuan dari narapidana itu sendiri, petugas dan sarana pengamanan. Selain itu adanya kendala berupa terbatasnya anggaran, smnber daya manusia, serta kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan pengamanan.
Bahwa terjadinya pelarian karena beberapa hal sebagai berikut : adanya tekanan-tekanan yang di alami narapidana selama berada di Lembaga Pemasyarakatan, Adanya pemerasan dan kekerasan fisik dan psikis dari sesama penghuni atau petugas, Narapidana terlibat hutang piutang dengan sesama penghuni atau petugas, Merasa hidup terkekand, Narapidana rindu akan keluarga, Adanya peluang bagi narapidana, melarikan diri akibat keteledoran pegawai. Keputusasaan dari narapidana yang tidak tahan berada di Lembaga Pemasyarakatan

Varlous environmental problems in the correctional institution and requires the State Penitentiary patterns based on the procedures and precantions that have been designnted as the implementation of the security and order in preventing the escape attempt.
In this atudy there were three research questions to be answered is why it happened runaway prisoners I detainees, how they escaped, and what strategies made inorder to avoid a breakout.
The method used is qualitative method of data collection techniques against the informant interview conducted with the study using the imerview guide.
From the result of this research is that the breakout in the Correctional Institution State Prison and is caused by several facton: the family, the desire of the prisoners themselves, and facility security officers. In addition to the constraint of lhnited budgets, human resources, and lack of facilities and infmstructure that support the implementation of security.
That the happening of escape because the following several things : Existence of pressure - p!llSsure which in experiencing of convict during in prison, Existence of and extortion hardness of physical and is psychical the than dweller humanity of officer, Confict involve receivable debt with dweller humanity or officer, Feel life bridled, Convic long of family, Esistence of opportunity to convict, careless effect of officer, hopeless from convic which do not hold up to reside in Prison
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T3286
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Ridwansah
"Beragamnya latar belakang kehidupan narapidana, baik itu latar belakang kasus, suku/etnis, agama dan lainnya merupakan faktor nyata dari keberadaan Lembaga Pemasyarakatan sebagai minatur masyarakat. Disana juga terdapat berbagai kebutuhan dan kepentingan narapidana dalam rangka mempertahankan hidupnya selama dalam lapas. Dalam rangka hal tersebut narapidana akan menjaga hubungannya dengan petugas dan aturan yang berlaku dalam lapas sehingga baik petugas maupun aturan mampu mengakomodir ataz dilemahkan oleh kepentingan narapidana, termasuk kepentingan menambah fasilitas kamar hunian sesuai keinginan narapidana. Akibat adanya penambahan fasilitas-fasilitas pada kamar hunian pada narapidana tertentu akan berakibat adanya kecemburuan sosial di kalangan narapidana, pemborosan anggaran karena umumnya penambahan fasilitas berupa alat-alat elektronik yang menggunakan listrik, dan yang terpenting adalah narapidana tersebut umumnya tidak tersentuhk program pembinaan.
Dalam penelitian ini ada dua pertanyaan penelitian yang hendak dijawab yaitu bagaimana kebijakan pemenuhan fasilitas kamar hunian bagi narapidana di Rumah Tahanan negara dan Lembaga Pemasyarakatan di Jakarta seria kendala-kendala yang dihadapi dalam kebijakan pemenuhan fasilitas kamar hunian tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan..dengan wawancara terhadap informan penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara. Wiforiiai penelitian terdiri dari informan petugas dan informan. Lokasi penelitian adalah lima Unit Pelaksana Teknis (UPT) di DKI Jakarta, yaitu Lapas Klas I Cipinang, Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta, Lapas Klas IIA Salemba, Rutan Klas I Jakarta Pusat dan Rutan Klas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kebijakan pemenuhan fasilitas kamar hunian bagi narapidana pada lima (5) lokasi penelitian belum terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan perbedaan persepsi dan cara pandang terhadap aturan yang ada yang berbeda-beda sehingga penerapannya pada masing-masing lapas/rutanpun berbeda. Kebijakan pemenuhan fasilitas kamar hunian bagi narapidana di lapas/rutan masih mementingkan unsur keamanan dan keiertiban. Penyimpangan terhadap pemenuhan fasilitas kamar hunian narapidana adalah adanya fasilitas-fasilitas tambahan yang tidak sesuai aturan seperti TV, AC, Kompor Listrik hingga pencurian listrik untuk kepentingan fasilitas lainnya. sementara dalam rangka mensiasati kondisi kelebihan daya tampung (over kapasitas) pada masing-masing l!okasi penelitian dilakukan alih fungsi atau pemanfataan ruang yang bukan kamar hunian menjadi kamar hunian bagi narapidana. Sementara faktor kendala dalam kebijakan pemenuhan fasilitas kamar hunian bagi narapidana terdiri dari empat faktor utama yaitu kendala komunikasi, kendala sumber daya, kendala sikap implementator dan kendala struktur birokrasi

Diverse backgrounds inmate's life, whether it is the case background, tribe / ethnicity, religion and the other is a real factor of the exisience of correctional institulions as minatur community.There alsa have various needs and interests of prisoners in order to survive as long in prison. In order to convict it will maintain relationships with officers and rules that apply in the prison so that both workers and able io accommodate the rulés or attenuated by the interests of prisoners, including facilities to add interest as you wish inmate occupancy rooms. Due to the exiztence of additional facilities in room occupancy on a particular inmate will result in the social jealously among the inmates, waste budget because generally in the form of additional facilities for electrical appliances that use electricity, and most importantly the inmates were mostly uniouched by development programs.
In this research, there are two research questions to be answered is how the Juifiliment of the policy room occupancy facility for inmates at the Detention Center and state correctional institutions in Jakarta and the constraints faced in julfilling the policy facilities such occupancy rooms, The method used is qualitative method of data collection techniques againts the informant interview conducted with the study using the interview guide Informants consisted of officers and informants informants. Location of the study are five Technical Executive Unit (UPT) in Jakarta, namely Class I Cipinang Prison, Jakarta Narcotic Prison Class HA, Class 14 Salemba prison, Central Jakarta Rutan Class I and Class ITA Rutan Pondok Bambu, East Jakarta.
Based on this research found that the policy of fulfiliment of room occupancy facility for inmates at five (3) the location of the research has not been performing well. This is due to differences in perception and outlook of the existing rules are different so that its application in each prison / rutanpun different. Compliance policies occupancy room facilities for inmates in the prison / detention center is still concerned with the elements of security and order. Deviation toward the Julfiilment facility inmate occupancy room is the presence of additional facilities that are not in accordance with regulations such as TV, air conditioning, Electric Stove to theft of electricity for the benefit of other facilities, while in order to anticipate the conditions of excess capacity fover capaciiy) at each study site conducted over the function or utilization of space that is not a room occupancy room occupancy for the inmates. While the constraint factor in fulfilling the policy for inmate occupancy room facilities consist of four main factors namely the communication constraints, resource constraints, barriers and constraints implementer attitudes bureaucratic structure.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33545
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliawan Dwi Nugroho
"Penelitian ini berfokus pada upaya penanggulangan kepadatan hunian di dalam lingkungan Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) yang ada di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penggalian informasi yang relevan dengan topik yang diteliti dilakukan melalui studi kepustakaan dan wawancara mendalam kepada informan yang memahami permasalahan yang sedang diteliti ataupun informan yang mengalami langsung situasi over kapasitas hunian dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS yang ada di 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdapat di DKI Jakarta.
Dari hasil temuan lapangan dapat disimpulkan bahwa proses penerimaan dan penempatan tahanan baru yang berlaku di RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini telah diatur dalam PROTAP (prosedur tetap) pengelolaan RUTAN dan LAPAS. Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta dalam mengatasi over capacity adalah pembangunan gedung hunian baru, perbaikan gedung bangunan lama, penggunaan gedung bangunan umum sebagai blok hunian, pemaksimalan pengisian kamar hunian, pemberian kemudahan dalam proses pengurusan CB, CMB, PB dengan sistem jemput bola. Sedangkan Rencana Strategis RUTAN dan LAPAS dalam menanggulangi kepadatan hunian adalah selain menjalankan upaya-upaya penanggulangan yang sudah ada juga dirasa perlu untuk mengembangkan dan meningkatkan kerjasama secara multi pihak khususnya dengan institusi terkait dalam sistem peradilan pidana terpadu."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25413
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Mulyono
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>