Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192244 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ali Kusendra Pasha
"Di Negara-negara maju, yang menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan adalah apabila perusahaan tersebut telah tercatat dan diperdagangkan di pasar modal. Oleh karena itu banyak perusahaan yang berusaha agar perusahaannya dapat terdaftar di bursa. Namun besarnya biaya serta proses yang lama dalam melakukan penawaran umum perdana menyebabkan banyak perusahaan yang enggan untuk melakukannya. Oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan back door listing agar perusahaan tersebut dapat terdaftar di bursa tanpa perlu melakukan penawaran umum perdana. Back door listing itu sendiri adalah upaya suatu perusahaan untuk memperoleh akses ke pasar modal dan bursa dengan segala fasilitasnya secara tidak langsung melalui perusahaan lain yang sudah tercatat di pasar modal. Back door listing dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara melakukan merger dengan perusahaan terbuka yang terdaftar di bursa, seperi dalam merger (penggabungan) yang dilakukan oleh PT Nusantara Konstruksi dan PT Nusantara Infrastructure Tbk. Namun demikian, tidak ada peraturan yang berlaku secara spesifik mengenai pelaksanaan back door listing baik di dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas dan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Hal ini tentunya dapat menimbulkan ketidakpastian hukum yang dapat menimbulkn kerugian bagi masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan. penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif dan bersifat deskriptif yaitu penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan sejelas-jelasnya bagaimana praktek back door listing melalui merger dilihat dari hukum perusahaan serta peraturan di bidang pasar modal.

In developed countries, company being listed in the stock exchange is one of the indicators of a company’s success. Therefore, companies are striving to be listed in the stock exchange. However, companies are reluctant to conduct initial public offering due to the high cost and length of time. Having said that, companies are conducting back door listing with the objective of avoiding initial public offering to be listed in the stock exchange. Back door listing itself is a method of a company to obtain indirect access through other listed companies to the capital market including stock exchange and its facilities. Back door listing may be conducted by way of among others merger with a listed company, that is such conducted by PT Nusantara Konstruksi with PT Nusantara Infrastructure Tbk. Furthermore, there is no specific provision on back door listing in Law No. 40 of 2007 on Limited Liability Companies or any other capital market regulations. This may invoke legal uncertainty that may cause liabilities for the public and other related parties. This research is a descriptive normative type research which purpose is to describe back door listing through merger in relation to the company law and capital market regulation."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Anwar
"Persaingan usaha menuntut pengusaha untuk lebih strategis dalam mengembangkan usahanya. Strategi pengembangan usaha yang populer adalah menjadikan perusahaan go public demi memperoleh akses terhadap dana masyarakat dan berbagai keuntungan bursa saham. Namun, proses go public memerlukan Penawaran Umum Perdana yang melibatkan berbagai risiko. Untuk menghindari risiko namun tetap memperoleh keuntungan dari bursa, pengusaha melakukan backdoor listing. Salah satu cara backdoor listing adalah akuisisi atas perusahaan yang sudah go public oleh perusahaan tertutup yang hendak memperoleh akses ke bursa. Praktik seperti demikian terjadi dalam studi kasus penulisan ini, yaitu akuisisi PT Fatrapolindo Nusa Industri Tbk. oleh Titan International Corp. Sdn. Bhd.

Business competition demands for businessmen to be strategic in expanding their business. A popular strategy for business expansion is by making a company public to gain access to the capital market. However, going public requires an Intial Public Offerring which involves many risks. In order to avoid such risks, businessmen access the capital market via backdoor listing. One of the strategies for backdoor listing is through acquisition of a public company by a private company. Such practice happened in the case study of this academic writing: the acquisition of PT Fatrapolindo Nusa Industri Tbk. by Titan International Corp. Sdn. Bhd."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S25125
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karika Purnamasari
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000
S23562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziffany Firdinal
"Penggabungan Usaha PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) dengan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) dapat dikategorikan sebagai aksi backdoor listing BSM dengan mekanisme penggabungan terbalik (reverse merger), dengan kondisi seluruh bank yang melakukan transaksi merupakan pihak terafiliasi. Penelitian ini memfokuskan analisis terhadap Pertama, tidak dilakukannya RUPS Independen BRIS dalam pengambilan keputusan penggabungan usaha; dan Kedua, pemenuhan hak menilai harga saham (appraisal right) oleh BRIS. Penelitian ini menggunakan metode penelitian doktrinal serta bertipologi deskripsis analitis. Dari hasil penelitian diketahui seharusnya RUPS dalam rangka menyetujui Penggabungan Usaha BRIS dilaksanakan dengan tata cara RUPS Independen (kecuali terdapat penetapan Kementerian BUMN bahwa penggabungan adalah dalam rangka restrukturisasi -yang tidak di temukan dalam penjelasan RUPS-). BRIS juga sudah melaksanakan penyelesaian hak menilai harga saham (appraisal right) terhadap pemegang saham yang tidak setuju dengan penggabungan, namun jika dibandingkan dengan pelaksanaan hak yang sama pada aksi korporasi PT Indosat Tbk, PT Telkom (Persero) Tbk, dan PT Bank OCBC NISP Tbk, ditemukan perbedaan dalam penggunaan referensi/dasar harga pembelian, periode pembelian kembali saham, tempo pembayaran, dan Pihak yang melakukan pembelian kembali. Oleh sebab itu perbedaan perlakuan yang diterapkan Perusahaan Terbuka, meski tidak bertentangan dengan aturan terkait, namun dapat menimbulkan ketidakadilan bagi pemegang saham minoritas.

The merger of BRIS with BSM and BNIS can be categorized as a backdoor listing action of BSM with a reverse merger mechanism, and all affiliated parties. This study focuses on the absence of the BRIS Independent GMS in making business merger decisions; and the fulfillment of the appraisal right by BRIS. This study uses doctrinal research methods. From the results of the research, it is known that the GMS to approve the BRIS Merger shall be Independent GMS. BRIS has also carried out the settlement of the appraisal right for shareholders who do not agree with the merger, but when compared to the exercise of the same rights in the corporate action of PT Indosat Tbk, PT Telkom (Persero) Tbk, and PT Bank OCBC NISP Tbk, there are differences in the use of reference/basis for the purchase price, share repurchase period, payment tempo, etc. and the Party that makes the repurchase. Therefore, the difference in treatment applied by Public Companies, although not contrary to related rules, can cause injustice to minority shareholders."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parulyian, Benny Ashary
"Penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini adalah pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja sahamnya yang ditunjukkan oleh abnormal return yang diperoleh perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 perusahaan yang sudah listing di pasar modal sejak tahun 1991 sampai 1996.
Berdasarkan teori signaling yang dipilih, penulis mengajukan hipotesis yang menyatakan bahwa merger dan akuisisi akan menimbulkan abnormal return positif bagi perusahaan yang melakukannya. Hasil yang diperoleh untuk rata-rata dari total keseluruhan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi adalah abnormal return yang negatif dan signifikan.
Hasil yang diperoleh tersebut tidak sepenuhnya benar karena apabila merger tersebut dibagi dalam bentuk yang lebih spesifik maka hasil yang diperoleh akan berbeda. Abnormal return positif terjadi pada merger horisontal walau nilainya memang tidak signifikan sedangkan merger yang dilakukan kelompok perusahaan dengan ukuran (size) terbesar memberikan nilai positif yang signifikan.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa merger dan akuisisi tetap dapat memberikan kinerja yang positif bila dilakukan dengan strategi yang tepat."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Melati Yohanna Ratnawardhany
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000
S23653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Bambang Darwono
"ABSTRAK
Dilakukan penelitian pengukuran Anthropometri pada foto tulang belakang secara radiografi standar dari 30 orang dewasa Indonesia dengan sampel acak ?selected population" untuk tujuan mendapatkan ukuran baku tulang belakang orang Indonesia.
Ukuran yang diteliti adalah: interpedicular distance (IPD); Intervertebral pedicular distance (IVPD), Diameter pedicle (PP),diameter body (DCLV), AP spinal cannal diameter (SC), ratio antara spinal canal dan body (RSCC).
Peneliti mendapatkan bahwa ukuran tulang belakang dari orang Indonesia ini mempunyai kecenderungan lebih kecil dibanding hasil penelitian sebelumnya di Eropa, Amerika dan Afrika, serta didapatkan variasi anatomi.
Ukuran ini dapat dipergunakan sebagai pertimbangan untuk memilih pelat atau sekrup yang lebih sesuai untuk orang Indonesia."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Sakinah Agloes
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai penghapusan pencatatan (delisting) saham PT
Inovisi Infracom Tbk. Pokok permasalahannya meliputi bentuk perlindungan hukum
bagi investor terkait dilakukannya penghapusan pencatatan (delisting) saham PT Inovisi
Infracom Tbk di Bursa Efek Indonesia dan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh
investor terkait dengan penghapusan pencatatan (delisting) saham PT Inovisi Infracom
Tbk serta perbandingan peran notaris terhadap voluntary delisting dan forced delisting.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, bentuk penelitian yang digunakan adalah
yuridis normatif dan tipe penelitian eksplanatoris,menggunakan data sekunder, serta
dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian bentuk perlindungan hukum
bagi Investor PT Inovisi Infracom Tbk antara lain melalui prinsip keterbukaan yang
diatur dalam Pasal 85 sampai dengan Pasal 89 UUPM, kewajiban PT Inovisi Infracom
Tbk untuk memiliki prospektus, dan kepastian hukum dan penegakan hukum yang
dilakukan berdasarkan Pasal 4 jo Pasal 5 UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) oleh OJK.
Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh Investor PT Inovisi Infracom Tbk yang merasa
dirugikan antara lain melakukan pelaporan kepada OJK berdasarkan Pasal 30 UU OJK,
meminta PT Inovisi Infracom Tbk untuk buy-back saham yang melalui RUPS
berdasarkan Pasal 37 jo Pasal 38 jo Pasal 79 ayat (2) UUPT, dan dapat menuntut ganti
rugi berdasarkan Pasal 111 UUPM. Perbandingan peran notaris terhadap voluntary
delisting dan forced delisting adalah dalam voluntary delisting, RUPS tersebut
dilakukan sebelum terjadi delisting, sedangkan dalam forced delisting, RUPS dilakukan
setelah ada keputusan dari BEI untuk men-delisting saham perusahaan tersebut.

ABSTRACT
This thesis is about the deletion of shares (delisting) of PT Inovisi Infracom Tbk.
The main point of the issue is form of legal protection for investors related to the
deletion of shares (delisting) of PT Inovisi Infracom Tbk in Indonesia Stock Exchange,
legal effort that can be taken by investors related to the deletion of shares (delisting) of
PT Inovisi Infracom Tbk and comparison of the role of the notary towards voluntary
delisting and forced delisting. To answer the problem, the type of research used is
normative juridical and using explanatory research, using secondary data, and analyzed
qualitatively. Based of the result of the study, form of legal protection for investors
related to the deletion of shares (delisting) of PT Inovisi Infracom Tbk is through full
and fair disclosure that stipulated in Article 85 to Article 89 Capital Market Law,
obligation of PT Inovisi Infracom Tbk to have a prospectus, and legal certainty dan law
enforcement based on Article 4 juncto Article 5 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Law by
OJK. Legal effort that can be taken by investors related to the deletion of shares
(delisting) of PT Inovisi Infracom Tbk who feel disadvantaged is reporting to OJK
based on Article 30 UU OJK, asking PT Inovisi Infracom Tbk to do buy-back shares
through General Meeting of Shareholders based on Article 37 juncto Article 38 juncto
Article 79 paragraph (2) Limited Liability Company Law, and they can sue for
compensation based on Article 111 Capital Market Law. Comparison of the role of the
notary towards voluntary delisting and forced delisting are in voluntary delisting,
General Meeting of Shareholders are held before the delisting, while in forced delisting,
General Meeting of Shareholders are held after BEI give the decision to do the deletion
of shares (delisting) of that company.
"
2019
T53775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Ansari
"Industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset dimana inovasi produk dan kegiatan pemasaran yang efektif merupakan keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan farmasi agar sukses di pasar. Dibukanya pasar AFTA dan harmonisasi perdagangan ASEAN pada tahun 2008, membuat peta persaingan industri farmasi yang smakin luas dan ketat. Pemsahaan farmasi nasional harus mampu bersaing dengan perusahaan farmasi asing yang lebih besar dan memiliki pasar yang luas.
Era persaingan bebas dan adanya kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk industri farmasi menuntut perusahaan farmasi nasional untuk rneningkatlcan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing di pasar global. Upaya untuk menciptakan keunggulan melatarbelakangi penggabungan yang dilakukan oleh tiga perusahaan di industri farmasi yailu, PT Kalbe Farma Tbk., PT Dankos Laboratories Tbk. dan PT Enseval. Penggabungan ketiga entitas ini membentuk satu entitas dengan nama PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Tujuan utama yang ingin diraih dari merger ini adalah mencapai sinergi. Di antara potensi sinergi itu adalah pemakaian sumber daya bersama, pengurangan duplikasi aktivitas pemasaran dan rantai pasok (supply chain), posisi tawar yang kuat dengan pihak ketiga dan proses usaha yang terpadu. Selain itu penggabungan usaha ini akan memperbesar kapitalisasi pasar Kalbe di bursa, hal ini berpotensi untuk menarik minat para investor untuk membeli saham Kalbe.
Sinergi yang diperoleh dari kegiatan merger dan akusisi akan meningkatkan nilai perusahaan da.n rnemberikan dampak positif kepada peningkatan ksejahteraan stakeholders secara keseluruhan. Beberapa literatur di bidang keuangan meneliti mengenai return yang diperoleh dari kegiatan merger dan akuisisi dengan menggunakan metode event study. Sebagian besar penelitian yang dilakukan dengan metode ini rnemberikan hasil bahwa merger dan akuisisi memberikan kombinasi return yang positif bagi perusahaan target dan perusahaan pengakuisisi.
Teori merger berdasarkan sinergi dan efisiensi memprediksikan bahwa merger dan akuisisi menghasilkan return yang positif. Penelilian ini ingin menganalisis, apakah peristiwa merger (penggabungan usaha) yang dilalcukan oleh Kalbe memberikan pengaruh pada nilai perusahaan yang dicerminkan dari kinerja harga saham perusahaan di bursa. Pengaruh dari peristiwa merger dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap terciptanya abnormal return dan pola pergerakan cumulative abnormal return pada periode di sekitar pengumuman merger (event window). Selain itu untuk mengetahui apakah saham Kalbe setelah merger merupakan investasi yang menarik dan memberikan potensi return bagi investor, maka perlu dilakukan valuasi terhadap nilai Perusahaan untuk memperoleh nilai intrinsik saham Kalbe.
Berdasarkan analisis event study, pada hari ke +2 tercipta abnormal return yang signifikan. Ketiga metode yang digunakan memberikan kesimpulan yang sama. Metode Mean Adjusted Return menghasilkan abnonnal return sebesar 9,76%, sedangkan dengan metode Market Model sebesar 8,38% dan metode Market Acyusted Return sebesar 8,83 % Secara rata-rata pada hari ke +2 dihasilkan abnormal return sebesar 8,99%. Pada hari ke +3 sampai +10 secara umum terjadi abnormal return yang negatif tetapi berdasarkan hasil uji-t, abnormal return yang dihasilkan tidak signifikan. Secara keseluruhan pada event window (-10,+10) diperoleh rata-rata abnormal return sebesar 0,46% dengan metode Mean Adjusted Return, sedangkan dengan metode Market Model dan Market Adjusted Return masing-rnasing sebesar 0,34% dan 0,51%. Secara rata-rata dan ketiga metode menghasilkan abnormal return sebesar 0,43%.
Pola CAR memperlihalkan pergcrakan harga saham Kalbe yang Stabil sejak hari -8 dan yang dilanjutkan dengan lonjakan yang tajam pada had ke +2 sebagai reaksi dari pengumuman merger yang dilakukan Perusahaan. Setelah hari ke +2 nilai CAR mengalami penurunan secara perlahahan-lahan. Penunman pola CAR kemungkinan terjadi karena aksi profif taking atau adanya koreksi harga yang disebabkan oleh lonjakan yang tinggi pada hari +2. Pada hari ke +10 diperoleh nilai CAR secara rata-rata sebesar 9.11%. Hasil yang diperoleh dari analisis abnormal retum dan pergerakan pola CAR di sekitar pengumuman merger Perusahaan dengan metode event study sesuai dengan teori merger berdasarkan sinergi, bahwa tindakan merger yang dilakukan oleh perusahaan memberikan return yang positif bagi pemegang saham (shareholders) sebagai cerminan dari potensi sinergi yang akan diperoleh dari merger.
Valuasi saham dilakukan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow dan menggunakan pendekatan Free Cash Flow to the Firm (FCFF) untuk memproyeksikan arus kas perusahaan dimasa datang. Berdasarkan hasil valuasi, diperoleh nilai intrinsik saham Kalbe sebesar Rp 1.460,- per saham. Jika dibandingkan dengan harga saham Kalbe pada tanggal 29 Desember 2006 sebesar Rp 1.190,- per saham, maka harga saham Kalbe diperdagangkan discount 18,5% dari nilai intrinsiknya, atau dengan kata lain saham Kalbe undervalued. Apabila diasumsikan bahwa fair value tidak mengalami perubahan maka harga saham Kalbe Parma pada tanggal 1 Mei 2007 (Rp 1.260,-) diperdagangkan discount 13,7% dari nilai intrinsiknya atau undervalued. Saham Kalbe setelah sekitar 1,5 tahun merger merupakan investasi yang memberikan potensi return yang menarik Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa datang melalui potensi sinergi sebagai dampak dari merger yang dilakukan perusahaan dan strategi bersaing perusahaan untuk menghadapi pasar global. Dari hasil valuasi ini, penulis merekomendasikan beli (buy) untuk saham Kalbe.

Pharmaceutical industry is a research-based industry, where product innovation and effective marketing program are the crucial source of competitive advantage for every pharmaceutical company to able to succeed. The opening of AFTA market and ASEAN trade harmonization program in 2008, lead to a broader and intense competitive market. In connection to this, national pharmaceutical companies are going to face a tough competition from global pharmaceutical companies which already has their own worldwide market.
The era of free-trade market and new regulations on pharmaceutical industry forced national pharmaceutical companies to create their competitive advantage to able to survive in the global competition. The merger between PT Kalbe Farma Tbk, PT Dankos Laboratories Tblc. and PT Enseval to become one entity named PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) was done as part of the company long term strategy to create competitive advantage in the international market. The main objective of the merger is to create synergy. The potential source of synergy would come from: elimination of resource duplication, elimination of duplication in marketing activities and supply chain, strong bargaining power with third party and streamlining all of the companys business activities. Furthermore, the merger will increase, significantly, the company 's market capitalization which would attract investors to buy the company's stocks.
The synergy created by merger and acquisition will improve the value of the company and also the wealth of stakeholders as a whole. Event study was the common method in financial literature used to analyze the return or wealth created by the merger and acquisition activities. Most of the research concluded that merger and acquisition gave positive combined returns for targets and bidders.
Merger theory based on synergy and efficiency predict that return in a merger and acquisition is positive. This research tries to analyze the eject of merger into the company 's value which was rejlected by the conrpanyiv stock price performance in the stock market. The study of the effect of merger would be done by analyzing the creation of abnormal return and the pattern of the cumulative abnormal return around the announcement day (event window). Furthermore, to know whether the company's stock is still an interesting investment and would give potential return to investors we are going to do stock valuation. Fundamental analvsis was done to calculate the intrinsic value of Kalbe 's stock.
Anabtsis based on event study methodology resulted in a significant abnormal return at day +2. We are using three methods to predict expected return and all of the three methods gave the same conclusion. The Mean Athusted Return method arrived at estimated abnormal return of 9. 76%, meanwhile the Market Model arrived at 8.38% abnormal return and Market Athusted Return model at 8.99% abnonnal return. On day +3 until +10, generally, resulted in an insignificant negative abnormal return based on t-test. On average, in the (-10, +10) event window, we arrived at estimated abnormal return of 0.46% for Mean Achusted Return, 0.34% abnormal return Market Model and 0.35 % for Market Adjusted Return. The three methods resulted in an average of 0.34% abnormal return.
The pattern of CAR shows stable movement from day -8 and followed by sharp increase on day +2 after the merger announcement day. After day +2, CAR pattem show steady decline. The downturn pattern of CAR was probably due to profit taking or price correction because ofthe jump in price in day +2. On day +10, on average, CAR was recorded at 9.11 %. The result from the abnormal return and CAR pattern analysis aligned with the merger theory based on synergy that merger create positive return to the shareholders as a reflection of potential synergy ofthe company.
Valuation process was done by using Discounted Cash Flow (DCF) method with Free Cash Flow to the Firm approach to predict the company 's cash flow in the future. The valuation arrived at intrinsic value of Rp 1,460,- per share for Kalbe's stocks. Compared to the actual price at 29 December 2006 at the level of Rp 1.190,- per share, then the price of the company 's stock was traded at 18.5% discount, in other words the company 's stock was undervalued. Assuming that fair value did not change then at I May 2007 (actual price Rp 1.260,- per share) was also traded discount by 13.7% from its intrinsic value or undervalued Kalbe 's stock after 1.5 years of merger was still an interesting investment with attractive potential retum. This result reflects the company 's potential growth prospect as a result of synergy from merger and the company's strategy facing global market. Based on DCF valuation, we recommended buy for Kalbe 's stacks."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Rahadian
"ABSTRAK
Pencatatan ganda (dual listing) suatu saham pada dasarnya bertujuan untuk memperluas cakupan emisi saham dengan menarik investor yang berada diluar jangkauan operasi bursa utama. Hal tersebut merupakan salah satu pendorong PT Telekomunikasi indonesia Tbk. untuk melakukan emisi saham di beberapa bursa sekaligus. Selain tercatat pada perdagangan saharn di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai bursa utama, saham Telkom juga di catatkan pada perdagangan saham di New York Stock Exchange (NYSE).
Adanya perbedaan waktu antara Jakarta dan New York. tempat dimana BEJ dan NYSE beroperasi, secara otornatis mengakibatkan adanya perbedaan waktu perdagangan antara kedua bursa. Hal itu membawa implikasi tersendiri terhadap perdagangan saham Telkom yang dicatatkan di kedua bursa tersebut, sebagai akibat dan adanya mekanisme pasar yang menyetarakan harga saham di kedua bursa sesuai dengan kaidah hukum harga tunggal. Proses penyetaraan harga tersebut menjadi Iebih terlihat manakala kurs mata uang antar kedua bursa bergejolak cukup signifikan Sehingga dalam transaksi perdagangan saham Telkom para pelaku pasar (seperti penanam modal, perantara perdagangan efek dan manajer investasi) cenderung menjadikan pergerakan harga saham Telkom di NYSE dan kurs mata uang n.ipiah terhadap dolar sebagai acuan dalam menyikapi pergerakan harga saham Telkom di BEJ.
Dalam situasi perekonomian Indonesia yang dilanda krisis, kurs mata uang rupiah bergejolak sedemikian hebatnya sampai melampaui batas perkiraan akal sehat. Sehingga para pelaku pasar sering kehilangan arah dalam menyikapi pergerakan saham Telkom, yang secara tidak angsung ikut terpengaruh, sebagai akibat dan proses penyetaraan harga antara BEJ dengan NYSE.
Dalam memperkirakan barga saharn Telkorn pada saat pasar perdagangan saham di BEJ dibuka, para pelaku pasar senng rnembandingkaimya dengan harga penutupan di NYSE. Artinya, komparaSi harganya dilakukari dengan tanggal perdagangan beda, karena penanggalan di Jakarta lebih dahulu dan New York. Padahal secara Logis seharusnya komparasinya dilakukan terhadap tanggal yang sama. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam melakukan analisis perbandingan saharn Telkom dibedakan antara dua pendekatan. yaitu pendekatan tanggal perdagangan sarna dan beda. Di samping itu juga clibedakan atas dua kondisi. yaltu kondisi normal (penode t Januari 1997 sld 30 Juni 1997 sebagai sampel) dan kondisi krisis (periode I Agustus 1997 s/d 31 Juh 1998 sebagal sampel).
Pada kondisi normal, baik untuk pendekatan tanggal sama maupun beda, hasil perigujian. statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara harga penutupan saham Telkom di BEJ dengan di NYSE. Begitu juga pada kondisi kns?s untuk pendekatan tanggal sama. Sebaliknya, pada kondisi krisis untuk pendekatan tanggal beda, perbedaan harga penutupan saham Telkom antar kedua bursa cukup signifikan. Perbedaan yang cukup signifikan tersebut merupakan su.atu peluang arbitrase.
Hasil penelitian Lebih lanjut untuk pendekatan tanggal sama menunjukkan perbedaan harga penutupan per lembar saha.rn pada kondis normal berkisar antara +8 p01111 sampai dengan -9 point, Pada kondisi krisis, perbedaan harga penutupan per lembar saham berkisar antara -39 point sampai dengan +37 point.
Imbal hasil harian rata-rata (aritrnatik) perdagangan saham Telkom di BEJ pada kondisi kiisis relatif jaub Iebih besar dan kondisi normal, yaltu 0.034% untuk kondis kilsis dan 0.006% untuk kondisi normal. Sedangkan imbal hasil hanan ratata-rata di NYSE menunjukkan hasil yang negatif Sementara itu basil penghitungan volatilitas harga penutupan saham Telkom di kedua bursa pada kondisi krisis jauh lebih besar dan kondjsj normal (lebib besar 2 sampai 3 kali lipat). Hal tersebut rnenunjukkan bahwa pada kondisi krisis laju peningkatan imbal basil hariannya relatif lebih besar dan laju periingkatan risiko pada kondisi normal.
Hasil analisis model regresi berganda dengan menggunakan pendekatan arbItrage pricing theory, menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang dipilih tidak cukup mengakomodasi persamaan regresi. Dari 6 (enam) variabel yang dipilih hanya 2 variabel yang dapat diikuti sertakan pada persamaan regresi imbal hasil harian saham Telkom, yaitu imbal hasil harían LQ45 dan laju pertumbuhan harlan [ndeks [larga Konsumen (11-1K). Sementara pada kondïsi krisis ada 3 yang dapat diikut sertakan, yaitu imbal basil harlan LQ45, kurs rupiah/US$ dan PDB Nominal. Yang patut dicatat disini adalah pergerakan kurs rupiah lebih memberikan kontribusi terhadap jmbal hash harlan saham Telkom pada kondisi krìsis.
Dengan didasari hasul analisis yang telah dilakukan cukup banyak yang bisa digali dan mekanisme perdagangan saham pencatatan ganda. Pembayaran dividen saham, volume transaksi harian, porsi transaksi asing dan faktor-faktor sentimen pasar merupakan beberapa aspek yang tidak díikutsertakafl dalam proses analisis karya akhir ini. DengarL memasukan beberapa aspek tersebut maka hasil yang diperoleh akan lebih kaya dan bermanfaat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T6152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>