Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saudatina Arum Maujudah
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26476
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Amandita
"Kelompok usia remaja memiliki insiden infeksi menular seksual (IMS) kedua tertinggi di dunia. Akuisisi IMS pada masa remaja memiliki konsekuensi kesehatan yang serius pada usia dewasa. Tingkat pengetahuan dan persepsi remaja Indonesia terhadap IMS memengaruhi risiko penularan IMS. Studi deskriptif-analitik cross sectional ini bertujuan untuk menyelidiki tingkat pengetahuan dan persepsi remaja Indonesia di Jakarta terhadap IMS dan mengidentifikasi faktor-faktor demografis yang terkait dengan mereka. Populasi yang diteliti adalah siswa berusia 10 hingga 19 tahun dari tiga tingkat pendidikan (Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan). Sebanyak 397 subjek dilibatkan dalam penelitian ini. Sumber utama informasi kesehatan reproduksi untuk populasi penelitian adalah sekolah atau guru (n=260/397). Mayoritas mendapat nilai buruk untuk pengetahuan IMS (93,20%) dan persepsi IMS (69,77%). Terdapat hubungan signifikan antara usia dan pengetahuan IMS (p=0,009), tingkat pendidikan dan pengetahuan IMS (p<0,001), usia dan persepsi IMS (p<0,001), dan tingkat pendidikan dan persepsi IMS (p<0,001). Tidak ada hubungan antara pengetahuan IMS dan persepsi IMS (p=0,944). Penelitian ini menyimpulkan bahwa remaja di Jakarta memiliki pengetahuan dan persepsi yang buruk terhadap IMS, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis. Sekolah memiliki peran penting dalam distribusi pengetahuan IMS dan pembentukan persepsi IMS di kalangan remaja Indonesia.

Adolescents have the second highest incidence of sexually transmitted infections (STIs) globally. STI acquisition in adolescence has serious health consequences in adulthood. The level of knowledge and perception of adolescents towards STI influence their acquisition risk. This cross sectional descriptive-analytical study aims to understand the level of knowledge and perception of adolescents in Jakarta towards STI and identifies associated demographic factors. The study population were students aged 10 to 19 years from three education levels (Junior High School, Senior High School, and Vocational High School). A total of 397 subjects were included in this study. The main source of reproductive health information for the study population was found to be school or teachers (n=260/397). The majority scored poorly for STI knowledge (93,20%) and STI perception (69,77%). There were significant associations between age and STI knowledge (p=0,009), education level and STI knowledge (p<0,001), age and STI perception (p<0,001), and education level and STI perception (p<0,001), with no association between STI knowledge and STI perception (p=0,944). This study concluded that adolescents in Jakarta have poor knowledge and perception towards STI, which may be influenced by demographic factors. The school is important in STI knowledge distribution and STI perception forming among Indonesian adolescents. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riesparia Magi Awang
"Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999 di dunia terdapat 350 juta kasus baru seperti Sifilis, Gonore, Infeksi Chlamyda dan trikomoniasis. Sementara angka IMS di Indonesia sulit diketahui dengan pasti karena terbatasnya informasi yang ada. IMS diketahui dapat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi HIV dan juga menyebabkan morbiditas yang tinggi. IMS banyak menyerang golongan masyarakat yang mempunyai perilaku seksual dengan banyak mitra seperti pekerja seks komersial dan diantaranya adalah waria.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta timur dengan mengambil lokasi di Kebon Singkong, Velbak dan Pejagalan pada bulan Juni - Agustus 2002. Pengumpulan data menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam atau indeph interview. Jumlah informan sebanyak 12 orang, sedangkan informan kunci sebanyak 6 orang yang terdiri dari pemilik warung, pemilik toko obat dan petugas kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku waria dalam mencari pengobatan pada saat menderita IMS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan informan pada umumnya rendah terutama yang menyangkut penularan, pencegahan, jenis-jenis, gejala serta penyebabnya. Sikap yang ditunjukkan informan adalah negatif untuk penggunaan kondom, dan bersikap positif untuk mengobati sendiri dengan antibiotik yang tidak rasional, minum obat anti biotik secara teratur dan mencari pertolongan kesehatan kepada petugas kesehatan. Sumber utama informasi IMS dan HIV/AIDS adalah petugas kesehatan dan teman. Informan menganggap bahwa dirinya termasuk golongan yang rentan terhadap IMS dan juga mereka menganggap bahwa IMS adalah penyakit yang berbahaya. Kecuali biaya, maka waktu, jarak, perilaku petugas tidak menjadi hambatan informan dalam mencari pengobatan. Upaya mencari pengobatan IMS yang dilakukan dalam empat tahap yaitu mengobati dengan obat tradisional, minum obat-obatan antibiotik dengan dosis yang tidak rasional. Jika belum sembuh upaya lain yang ditempuh adalah mencari bantuan tenaga kesehatan modern baik yang swasta, pemerintah dan jika tidak ada perubahan akan kembali ke pengobatan tradisional.
Beberapa saran yang dianjurkan penulis adalah perlunya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan tentang IMS, pelatihan untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap dan perilaku yang positif terhadap upaya mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan, perlunya pengembangan prorotipe media yang spesifik waria (transvestisme), membuat perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi secara terpadu dengan dana yang memadai, menyediakan kondom gratis dalam jangka waktu tertentu.

The Attitude of Transvestites in Seeking Medication for Sexually Transmitted Infections in East Jakarta in 2002Sexually Transmitted Infections such as HIV/AIDS infections constitute the world's health problem including Indonesia. Based on WHO's estimation of 1999 there are currently 350 millions cases of syphilis, gonorrhea, Chlamydia and Trikomoniasis infections. The figures of Sexually Transmitted Infections in Indonesia are not definitely known due to limited available information. Sexually Transmitted Infections can increase sensitivity to HIV infection and also raise morbidity rate. Sexually Transmitted Infections mostly affect certain type of community who have frequent sexual relation with commercial sex workers including transvestites.
The research was carried out in three districts in Jakarta namely Kebon Kacang, Velbak and Pejagalan in June-August 2002. Qualitative approach was implemented in data collecting process through in-depth interview. The number of informants was 12 with six key informants consisting of food stall owners, drugstore keepers, and health officer.
The research was aimed at obtaining information on transvestite's attitude in seeking medication when suffering from Sexually Transmitted Infections.
The result of the research revealed a low level of knowledge on the part of the informants regarding transmission, prevention, types, symptoms and cause of disease.
The informants showed negative attitude towards the use of condoms, positive attitude for self-medication by using irrational antibiotic, regular antibiotic take in and seeking medical help from physicians. The main resource of information for Sexually Transmitted Infections and H1V/AIDS was health officers and friends. The informants viewed that they were vulnerable to Sexually Transmitted Infections and that Sexually Transmitted Infections were dangerous. The use of condoms as a means to prevent Sexually Transmitted Infections was relatively rare. Factor hindering the informants in utilizing health services among others was cost and factor encouraging them to use health services was peer group and counseling by health officers exposed by media. Attempt to seek medication were divide into stages namely medication with traditional medicine, taking antibiotic with irrational dose, seeking medical help from modem state or private physicians and traditional medication.
The writer emphasizes the need of counseling to enhance knowledge on Sexually Transmitted Infections, training to generate and boost positive behavior and attitude in seeking medication from health services, the necessity to develop specific media for transvestites, planning, implementation, integrated monitoring and evaluation with sufficient fund, providing free condoms within a certain period of time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual yang tidak aman. Remaja merupakan salah satu kelompok risiko
tinggi terkena IMS Hal ini dikarenakan pada remaja terjadi perubahan hormonal
yang dapat meningkatkan hasrat seksual sehingga remaja berperilaku untuk
menyalurkan hasrat seksual tersebut. Pengetahuan mempakan faktor yang paling
penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan infeksi menular
seksual dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasi.
Alat pengumpul data berupa kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling sejumlah 121 responden pada siswa kelas XI SMA 1 Bekasi,
Kota Bekasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleb remaja yang memiliki
pengetahuan IMS rendah dan memiliki perilaku seksual berisiko sebanyak 59,3% (35
remaja), sedangkan remaja yang berpengetahuan tinggi dan memiliki perilaku
seksual tidak berisiko sebesar 61,3% (38 remaja). Hasil penelitian dengan
menggunakan uji Kai Kuadrat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan infeksi menular seksual dengan perilaku seksual pranikah (p
value= 0,037;a= 0,05; p< 0,05). Penelitian ini merekomendasikan agar penelitian
berikutnya mengidentifikasi perbedaan tingkat pengetahuan IMS dan perilaku
seksual ditinjau dari usia dan jenis kelamin. Selain itu, penelitian ini
merekomendasikan untuk memperluas area penelitian agar hasil yang diperoleh
dapat menggambarkan keadaan populasi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5628
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon. Romariana Dewi
"Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai macam kuman /bakteri, virus, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual. IMS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia, yang mempengaruhi kualitas hidup dan menyebabkan penyakit serius dan kematian. Wanita pekerja seks (WPS) dianggap sebagai kelompok berisiko tinggi untuk tertular infeksi menular seksual (IMS), ada potensi risiko penyebaran IMS lebih lanjut ke populasi umum melalui kontak seksual mereka dengan klien laki-laki heteroseksual dengan penggunaan kondom yang tidak konsisten dan melalui pasangan seks yang tidak terkait dengan pekerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian IMS pada WPS di Indonesia tahun 2018/2019. Analisis dilakukan secara univariat dan diuji dengan chi square dan regresi logistik ganda dengan jumlah sampel yang memenuhi syarat sebanyak 5.649 responden dengan data sumber STBP 2018/2019. Dari hasil penelitian diketahui bahwa proporsi kejadian IMS pada WPS sebesar 9.9 % dengan tingkat Konsistensi Penggunaan Kondom sebesar 37,1 %. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsistensi penggunaan kondom dengan kejadian IMS dengan AOR 0.678 (95% CI 0,57-0,81), faktor Lama Kerja (≤5 tahun) dengan AOR 0.74 (95% CI 0.60-0,92) dan Penyuluhan IMS dengan AOR 0,74 (95% CI 0,61-0,89).

Sexually transmitted infections (STIs) are infections caused by a wide variety of germs/bacteria, viruses, parasites and genital lice that are mostly transmitted through sexual intercourse. STIs are a major public health problem worldwide, affecting quality of life and causing serious illness and death. Female sex workers (FSWs) are considered a high risk group for contracting sexually transmitted infections (STIs), there is a potential risk of further spread of STIs to the general population through their sexual contact with heterosexual male clients with inconsistent condom use and through non-work related sex partners. This study is a cross sectional study that aims to determine the determinants of STI incidence among FSWs in Indonesia 2018/2019. The analysis was carried out univariately and tested with chi square and multiple logistic regression with a total of 5,649 eligible samples of respondents with 2018/2019 IBBS source data. From the results of the study, it is known that the proportion of STI incidence in FSWs is 9.9% with a level of Condom Use Consistency of 37.1%. There is a significant relationship between the consistency of condom use with the incidence of STIs with an AOR of 0.678 (95% CI 0.57-0.81), the length of employement (≤5 years) with an AOR of 0.74 (95% CI 0.60-0.92) and STI counseling with an AOR of 0.74 (95% CI 0.61-0.89)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Kurnia Sari
"Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terkait reproduksi yang sangat berbahaya, menular dan menyebar luas secara global di berbagai Negara. IMS memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan baik pada wanita hamil dan janin maupun wanita yang tidak hamil. Oleh sebab itu pencarian pengobatan yang benar diperlukan guna meminimalkan resiko penularan ibu ke bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor yang berhubungan dengan pencarian pengobatan infeksi menular seksual pada wanita usia subur 15 - 49 tahun di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2017. Analisis dilakukan secara univariat dan diuji dengan chi square dan regresi logistik ganda dengan jumlah sampel 1963 responden. Hasil dari analisa Proporsi Pencarian Pengobatan IMS pada WUS di Indonesia masih rendah yaitu 30,4 %. Faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobtan IMS di Indonesia hanya pendidikan. Saran bagi pemerintah meningkatkan kebijakan mengenai pengetahuan IMS sesuai tingkat pendidikan.

Sexually transmitted infections (STIs) are one of the public health problems related to reproduction that is very dangerous, contagious and widespread globally in various countries. STI has a very bad impact on health both in pregnant women and fetuses and women who are not pregnant. Therefore the search for the right treatment is needed to minimize the risk of mother to baby transmission. This study aims to determine the description of factors associated with seeking treatment for sexually transmitted infections in women of childbearing age 15 - 49 years in Indonesia based on the 2017 IDHS data. The analysis was conducted univariately and tested with chi square and multiple logistic regression with a sample of 1963 respondents. The results of the analysis of the proportion of seeking treatment for STIs among female sex workers in Indonesia are still low 30.4%. The only factor related to the seeking behavior for STI treatment in Indonesia is education. Suggestions for the government to improve policies regarding STI knowledge according to education level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Awwaliyah
"Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmitted Infections (STIs) termasuk 10 besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian di dunia. Pelaut merupakan komunitas yang memiliki risiko terhadap penularan IMS, yang berdasarkan data STBP 2010 diketahui pria potensial berisiko tinggi meliputi pelaut, tukang ojek, tenaga kerja bongkar muat, dan supir truk memiliki persentase total kasus HIV dan sifilis sebesar 0,7% dan 4,4%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik, pengetahuan dan sikap terhadap persepsi berisiko tertular IMS pada pelaut di Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni 2012. Desain studi yang digunakan adalah Cross Sectional dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh pelaut di wilayah kerja Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni 2012. Meliputi 99 responden, berumur > 18 tahun dan bersedia mengikuti penelitian. Data diambil dengan kuesioner (self administered).
Dari hasil uji statistik diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan persepsi berisiko tertular IMS p-value <0,001 (OR: 7,9; 95 % CI: 3,216-19,370). Diharapakan baik pihak terkait maupun pelaut sendiri ikut serta dalam kegiatan penaggulangan dan pemberantasan penyebaran IMS, dengan pemaksimalan edukasi maupun promosi kesehatan, sebagai upaya pencegahan terkait persepsi berisiko yang dapat memberi dampak pada perilaku kesehatan.

Sexually Transmitted Infections (STIs) is being one of ten deadly diseases that causing morbidity and mortality in the world. Seaman is a community with risk to STIs, based on STBP’s data 2010, men highly potential risk to STIs include seaman, ojek service driver and truck driver have 0.7% and 4, 4% of HIV and syphilis.
This study aims to describe the characteristic, knowledge and attitude towards risk perception of infected STIs within seaman in the Harbor of Merak-Bakauheni 2012. The study design was cross-sectional with a purposive sampling technique. The population of study is all seaman in the Harbor Region of Merak-Bakauheni 2012, includes 99 respondents with aged > 18 years old and willing to follow the study. Data taken with the questionnaire (self-administered).
Attitude and risk perception of infected STIs shows a relationship (OR: 7.9, 95% CI: 3.216 to 19.370). Both of stakeholders and seaman are willing and committing to participate in the activities and the controlling of eradicating of STIs, by increasing education through frequent health promotion as prevention that related to risky perceptions, so it leads in positive changing of health behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Yuridian Purwoko
"Sebagai kelompok yang mempunyai risiko tinggi tertular IMS, PSK pria nontransgender belum banyak diteliti. Di Indonesia baru tercatat satu penelitian di bidang sosiobudaya mengenai kelompok tersebut yang dilakukan di Yogyakarta dan belum ada satu pun penelitian di bidang kesehatan. Penelitian kesehatan Iebih banyak ditujukan pada PSK wanita, PSK pria transgender, atau ketompok MSM.
Diduga PSK pria di kota besar, khususnya Jakarta telah meningkat pasat sesuai perkembangan waktu, keterbukaan seksual, dan faktor ekonomi, namun hingga saat inl belum terdapat data penelitian mengenai faktor sosiodemografis PSK pria nontransgender, mencakup usia, pendidikan, pendapatan atau status ekonomi, dan pekerjaan lain. Juga belum diketahui data prevalensi penyakit IMS pada kelompok tersebut.
Karena belum terdapat data, dan berdasarkan penelitian mengenai PSK pria nontransgender di negara lain, serta belum ada program intervensi terhadap kelompok PSK pria nontransgender di Jakarta, maka ditegakkan dugaan bahwa prevalensi IMS pada kelompok tersebut masih tinggi, pengetahuan PSK pria nontransgender terhadap IMS yang masih rendah, sikap mereka yang kurang mempedulikan pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut, serta perilaku mereka yang cenderung berisiko tinggi tertular 1MS.
Pengukuran prevalensi memerlukan sumber dana, tenaga, dan waktu yang cukup besar, sehingga pada penelitian ini dibatasi pada tiga penyakit IMS yang menjadi prioritas pemberantasan penyakit menutar di Indonesia, yaitu gonore, sifilis, dan infeksi HIV/ AIDS. Proporsi kepositivan pemeriksaan kultur gonore, serologis sifilis, dan serologis infeksi HIV/ AIDS, dilakukan untuk mendapatkan perkiraan prevalensi penyakit tersebut pada PSK pria nontransgender di Jakarta.
Pertanyaan penelitian
? Bagaimana identitas atau faktor sosiodemografis PSK pria nontransgender, mencakup usia, pendidikan, pendapatan atau status ekonomi, dan pekerjaan lain.
? Berapa proporsi kepositivan kultur gonore, serologis sifilis, dan serologis infeksi HIV pada PSK pria nontransgender.
? Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku PSK pria nontransgender terhadap IMS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Gani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian Infeksi Menular Seksual pada ibu rumah tangga. Terdapat beberapa indikator pengetahuan Infeksi Menular Seksual menurut Kementerian Kesehatan, 2007 yaitu: cara penularan, cara pencegahan, dan stigma tentang IMS. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pada 134 responden, semuanya adalah ibu rumah tangga yang berusia 15-35 tahun. Subjek yang dipilih adalah yang bersedia diwawancarai, tinggal di daerah penelitian minimal satu tahun terakhir.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual. Faktor yang berhubungan dengan Infeksi Menular Seksual adalah perilaku. Faktor pendahulu dan perilaku suami juga mempengaruhi terjadinya Infeksi Menular Seksual. Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, usia melakukan hubungan seksual lebih dewasa, perilaku seksual yang tidak berisio akan mampu menekan kejadian IMS.

The purpose of this study research was to find out the relationship between knowledge, the attitudes and behaviors of housewives with the incidence of sexually transmitted infections. According to the Ministry of Health, 2007 knowledge indicators of sexually transmitted infections namely: the mode of transmission and prevention, perception, and stigma about STIs. This research study used quantitative methods on 134 respondents, all of them are housewives aged 15-35 years. Subjects were selected that are willing to be interviewed, living in the study research area at least the past year.
The result of this study showed that there was no relationship between knowledge with the incidence of sexually transmitted infections. The significant factors influencing sexually transmitted infections were behavioral factors. Historical experience and husband behavioral factors also influence on the sexually transmitted infections. Respondents with higher levels of education, mature adult of sexual activity, and sexual behavior will be able to reduce the incidence of STIs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evvi Oktarina Helza
"ABSTRAK
Infeksi menular seksual merupakan pintu masuk penularan HIV-AIDS,
risikonya 5-9 kali lebih besar. Tingginya prevalensi IMS disebabkan karena faktor
perilaku. Pengendalian faktor dominan tersebut akan memberi dampak baik dalam
pemutusan rantai penularan IMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran faktor risiko dan hubungan faktor tersebut dengan kejadian IMS
berdasarkan analisis data sekunder Medical Record dan register harian Klinik IMS
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Tahun 2014. Metode yang digunakan adalah
kuantitatif coss sectional dengan analisis univariat dan bivariat. Uji statistik chisquare
dan regresi logistik digunakan untuk melihat hubungan antara dependent
variabel dan independent variabel. Hasil penelitian menunjukkan 72% dari 146
pengunjung Klinik IMS Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Tahun 2014 adalah
positif mengalami IMS, 60% diantaranya perempuan. Terdapat hubungan antara
jenis kelamin dengan IMS (p=0,001), dan penggunaan kondom dengan IMS
(p=0,002) serta perilaku berisiko dengan IMS (p=0,004) akan tetapi tidak terdapat
hubungan antara usia dan IMS (p=0,332), status perkawian dan IMS (p=0,052),
pendidikan dan IMS (p=0,325) begitu juga dengan jumlah pasangan seks dan IMS
(p=0,503)

ABSTRAK
The Sexually Transmitted Diseases was entry point for transmitted HIVAIDS,
its risk will be 5-9 more higer. The highly STDs prevalence was impacted by
behaviour factor. The Control of dominans factor will be result a good impact for
terminating the chain of STDs. This research intend to know overview the risk factor
and its correlation that factors with STD?s prevalence base on secunder data analysis
of medical record and daily registered at STD?s clinic of Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk in 2014. The methode used was the cross sectional quantitative with
univariat and bivariat. Analysis chi-square and regresion logistic used to know the
correlation between dependent variable and independent variable. The result of this
research can be show 72% of 146 visitors at IMS?s clinic of Puskemas kecamatan
kebon jeruk during 2014 was positive STD prevelance and 60% was female. There
was correlation between sex and STD (p=0,332), and condome use with STD
(p=0,002), risk factor behaviour and STD (=0,004), but threre was not correlation
between age and STD (p=0,332), marriage status and STD (p=0,052), education and
STD (p=0,325) and also multi partnership and STD (p=0,503)."
2015
S59144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>