Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51750 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumbayak, Erma Mexcorry
"Pada masa menopause, produksi estrogen oleh ovarium berhenti. Berkurangnya produksi estrogen menyebabkan perubahan fisik dan mental pada wanita menopause. Perubahan tersebut sering menimbulkan perasaan tidak nyaman, antara lain terjadi pada kulit. Kulit wanita menopause menjadi tipis dan mudah luka karena menipisnya epidermis; ketebalan dermis juga berkurang karena menurunnya jumlah kolagen dermis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ovariektomi (ovx) bilateral (yang diasumsikan sebagai upaya penurunan kadar estrogen) terhadap lapisan dermis kulit dan dampak terjadinya perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan 32 ekor tikus Wistar betina berumur ± 3 bulan dengan berat badan 150-250 g, dan dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok I (ovx 50 hari), kelompok II (kontrol 50 hari), kelompok III (ovx 100 hari), dan kelompok IV (kontrol 100 hari). Kelompok I dan II dibedah pada hari ke-50, kelompok III dan IV dibedah pada hari ke-100. Organ kulit diambil dari abdomen dan dibuat sajian histologis dengan pewarnaan Trichrome. Preparat kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan serapan warna RGB (Red, Green, Blue) atau format RGB menggunakan program Adobe Photoshop 7.0.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tebal dermis maupun tebal pulasan kolagen dermis antara tikus 50 dan 100 hari pada ovariektomi bilateral dibandingkan dengan kontrol. Namun demikian, ditemukan perbedaan yang signifikan pada kenaikan berat badan tikus ovariektomi bilateral 50 dan 100 hari. Tidak adanya perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan karena estrogen yang berkurang akibat ovariektomi segera digantikan oleh estrogen dari jaringan lemak akibat kenaikan berat badan; dan estrogen dari kulit, yang merupakan tempat biosintesis estrogen ekstraglandular. Penelitian ini akan lebih akurat jika diperoleh data kadar estrogen darah, kadar biosintesis kolagen dan variasi waktu pengamatan.

Abstract
At menopause, estrogen production by the ovary ceases. Decreased estrogen causes physical and mental changes in menopausal women. These changes often result in discomfort, such as changes in the skin. The skin of menopausal women becomes thinner and more prone to injury due to the thinning of the epidermis; the thickness of the dermis also decreases because of the reduced collagen in the dermis. This research aims to investigate the influence of bilateral ovariectomy (ovx), assumed as a method to decrease estrogen levels, on the dermal layer of the skin and the impact of these changes.
Thirty-two female Wistar rats, aged ±3 months, weighing 150-250 g, were divided into 4 groups, each containing 8 rats. Group I, sacrificed 50 days after ovariectomy, and Group II, the control group, were sacrificed on day 50. Group III, sacrificed 100 days after ovariectomy, and Group IV, the control group, were sacrificed on day 100. Skin samples were taken from the abdomen and made into histological slides stained with Trichrome. These slides were then analyzed quantitatively using the RGB (Red, Green, Blue) color absorption method with Adobe Photoshop 7.0.
The results showed no significant difference in dermis thickness and collagen staining thickness between the 50-day and 100-day bilateral ovariectomy groups compared to the control groups. However, there was a significant difference in body weight increase between the 50-day and 100-day bilateral ovariectomy groups. The lack of difference in dermis thickness and collagen staining is possibly due to the decrease in estrogen levels from ovariectomy being quickly replaced by estrogen from fat tissue as a result of weight gain, and estrogen from the skin, which represents extraglandular estrogen biosynthesis. This research would be more accurate if blood estrogen levels, collagen biosynthesis rates, and variations in observation time were also measured."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deswaty Furqonita
"Latar belakang dan Cara penelitian : Salah satu penyebab mata kering (dry eye) adalah karena berkurangnya sekresi kelenjar air mata. Mata kering lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada lelaki, terutama pada wanita menopause yang diyakini sebagai akibat defisiensi estrogen. Efek defisiensi estrogen pada histologi kelenjar air mata belum diketahui secara jelas. Penelitian ini bertujuan mengetahui kapan terjadi perubahan dan apa bentuk perbedaan histologi kelenjar air mata pada tikus yang diovariektomi (ovx) sebagai model untuk wanita menopause. Ada 32 ekor tikus yang dibagi kedalam 4 kelompok yaitu: kelompok I (kontrol 50 hari), kelompok II (ovx 50 hari), kelompok III (kontrol 100 hari) dan kelompok IV (ovx 100 hari). Kelompok I dan II dibedah pada hari ke 50, sedangkan kelompok III dan IV dibedah pada hari ke 100. Kemudian diambil kelenjar air matanya untuk dibuat sediaan histologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya untuk menghitung jumlah asinus dan mengukur diameter asinus serta tinggi epitel asinus_ Sebagai data tambahan berat badan tikus diukur sebelum ovx dan sebelum dibedah. Data yang diperoleh diuji dengan uji T Data Mandiri, untuk menguji perbedaan jumlah asinus, diameter asinus dan tinggi epitel asinus pada kelompok I dengan II dan kelompok III dengan IV.
Hasil dan kesimpulan: Ada penurunan jumlah asinus yang bermakna (p=0,006<0,01) pada kelompok tikus 50 had pasca ovx, namun untuk diameter asinus dan tinggi epitel asinus tidak ada perbedaan bermakna dibandingkan dengan kontrol. Pada kelompok tikus 100 had pasca ovx tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,01) untuk jumlah asinus* diameter asinus dan tinggi epitel asinus dibandingkan dengan kontrol. Terjadinya penurunan jumlah asinus pada tikus 50 had pasca ovx disebabkan berkurangnya estrogen akibat ovariektomi. Kadar estrogen yang berkurang pada tikus 100 had pasca ovx telah dapat digantikan dengan sintesis estrogen ekstraglandular yang akhirnya akan meningkatkan kembali jumlah asinus sehingga sesuai dengan kontrol.

One etiology of dry eyes is a diminished secretion of the lacrimal glands, this is more frequently found in women than in men and in menopausal women it is certainly caused by estrogen deficiency. The effect of estrogen deficiency on the histology of the lacrimal gland is not well known. This investigation is done in order to know the time and form of histological changes in the lacrimal gland of bilateral ovariectomized (ovx) Wistar rats, which were used as a model for menopausal women. In this investigation, 32 Wistar rats were used and divided in 4 groups i.e.: Group I and group III were used as control groups, while group II and group IV were ovariectomized rats. Lacrimal glands were taken out surgically in group I and group II 50 days post ovx, while the same procedure was done in group III and group IV 100 days post ovx. Histological slides were made of the lacrimal glands and stained with hematoxylline-eosine (HE), then examined under light microscope in order to count the amount, diameter and epithelium height of the acini. The weight of the rats were also measured, as supportive data The result data was tested with Kolmogorov-Smirnov normality test, Lavane homogeneity test and independent T data test, to analyze the difference in amount, diameter, and epithelium height of the acini, between group I and group II, and between group III and group IV.
Results and conclusions: There was a significant decrease in the amount of acini (p=0,008<0.01) in the group of ovariectomized rats 50 days post ovx; however,there was no significant difference in the diameter and epithelium height of the acini, compared to its control group. No significant difference (p<0.01) was found in the amount, diameter and epithelium height of the acini, between the ovariectomized rats 100 days post ovx and its control group. The decrease in the amount of acini in the ovariectomized rats 50 days post ovx was due to diminished estrogen caused by ovariectomy. The decrease in amount of estrogen in the ovariectomised rats 100 days post ovx was replaced by extraovarial estrogen secretion, which eventually raised the amount of acini to the amount found in its control group.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ul Latifah
"Tulang adalah jaringan ikat dan merupakan bagian tubuh paling penting. Cacat tulang akibat trauma dan penyakit tulang menjadi salah satu masalah yang signifikan saat ini. Osteoarthritis (OA) adalah salah satu penyakit tulang rawan dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Rekayasa jaringan tulang menjadi pengobatan alternatif dengan kombinasi sel, perancah, dan faktor sinyal. Perancah tulang harus memiliki sifat mekanik yang serupa dengan tulang, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas yang baik. Pemilihan material yang tepat sangat penting dalam pembuatan perancah tulang karena biomaterial memiliki peranan penting dalam rekayasa jaringan tulang. Biomaterial seperti logam, polimer natural, polimer sintetis, keramik, dan kompositnya telah banyak digunakan dalam aplikasi biomedis. Kolagen tipe I merupakan salah satu biomaterial yang sering digunakan untuk perancah tulang. Pada penelitian ini, kolagen diekstrak dari ikan king kobia menggunakan metode deep eutectic solvent (DES). Kolagen tipe I hasil ekstraksi dengan metode DES memiliki yield sebesar 20.318%. Kolagen dikarakterisasi menggunakan SEM dan FTIR. Kolagen hasil ekstraksi digunakan dapat digunakan sebagai material perancah tulang dengan campuran alginat dan PVA. Perancah Kol/Alg/PVA dikarakterisasi dengan pengujian SEM, FTIR, uji tekan, porositas, laju degradasi, dan swelling. Perancah Kol/Alg/PVA memiliki porositas sebesar 29,98% dan memiliki laju degradasi yang bagus. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa perancah dapat digunakan untuk aplikasi perancah tulang.

Bones are connective tissue and are the most important part of the body. Bone deformities due to trauma and bone disease are a significant problem today. Osteoarthritis (OA) is a cartilage disease with a prevalence that continues to increase every year. Bone tissue engineering is an alternative treatment with a combination of cells, scaffolds and signaling factors. Bone scaffolds must have mechanical properties similar to bone, good biocompatibility and biodegradability. Selection of the right material is very important in the manufacture of bone scaffolds because biomaterials play an important role in bone tissue engineering. Biomaterials such as metals, natural polymers, synthetic polymers, ceramics and their composites have been widely used in biomedical applications. Type I collagen is one of the most frequently used biomaterials for bone scaffolding. In this study, collagen was extracted from king kobia fish using the deep eutectic solvent (DES) method. Type I collagen extracted using the DES method has a yield of 20.318%. Collagen was characterized using SEM and FTIR. Extracted collagen can be used as a bone scaffolding material with a mixture of alginate and PVA. Col/Alg/PVA scaffolds were characterized by SEM, FTIR, compression test, porosity, degradation rate, and swelling. The Col/Alg/PVA scaffold had a porosity of 29.98% and had a good degradation rate. The characterization results show that the scaffold can be used for bone scaffold applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Pujiningtyas
"Biji lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) memiliki kandungan polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan dan efek penghambatan tirosinase. Fitosom adalah nanovesikel lipid yaitu suatu sistem pembawa obat terutama ekstrak tumbuhan yang dapat meningkatkan absorpsi obat. Tujuan penelitian ini untuk memformulasi sediaan serum yang mengandung fitosom ekstrak biji lengkeng menggunakan koproses kasein-kolagen sebagai eksipien. Digunakan koproses kasein dengan kolagen karena kolagen memiliki manfaat dalam menjaga elastisitas kulit. Metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikril hidrazil) digunakan untuk mengetahui nilai efficient concentration (EC50) ekstrak biji lengkeng dan uji penghambatan tirosinase dilakukan berdasarkan pengukuran dopakrom untuk memperoleh nilai inhibition concentaration (IC50). Efisiensi penjerapan fitosom dihitung berdasarkan penetapan kadar fenol total supernatan dengan metode Folin-Ciocalteu. Nilai EC50 dari ekstrak biji lengkeng sebesar 6,58 μg/mL. Uji penghambatan aktivitas tirosinase menunjukkan nilai IC50 sebesar 1795,93 μg/mL. Pembuatan fitosom dengan perbandingan fosfatidilkolin dan ekstrak sebesar 1,5 : 1 menunjukkan nilai efisiensi penjerapan sebesar 65,88%, nilai rata-rata diameter partikel (Z-average) sebesar 382,59 nm dan nilai polidispersitas (PDI) sebesar 2,03. Penggunaan koproses kasein-kolagen sebagai eksipien menghasilkan sediaan serum dengan viskositas rendah.

The longan seed (Dimocarpus longan Lour.) contains polyphenol compounds which have antioxidant activity and tyrosinase inhibitory effect. Phytosomes are lipid nanovesicles which can be used as a drug carrier systems especially drugs from plant extracts that can increase the absorption of the drug. The aim of this study is to formulate a serum containing longan seed extract phytosome using a coprocess of casein-collagen as an excipient. Casein was used in combination with collagen because of its benefit in maintaining skin elasticity. The DPPH (2,2-diphenyl-1-pycril hydrazil) radical scavenging method was used to determine the value of efficient concentration (EC50) of longan seed extract, whereas tyrosinase inhibitory assay of longan seed extract was measured based on dopachrome measurement to obtain the value of inhibition concentaration (IC50). The entrapment efficiency of the phytosome was calculated based on determination of total phenolic compounds in the supernatant by using the Folin-Ciocalteu method. The EC50 values ​​of longan seed extract was 6.58 μg/mL, the Z-average values was 382.59 nm and the polidispersity index (PDI) was 2,03. Tyrosinase inhibitory assay showed the IC50 values was 1795.93 μg/mL. Phytosome formulation with phosphatidylcholine and extract ratio of 1.5:1 showed the entrapment efficiency of 65,88%. The use of casein-collagen coprocess as an excipient resulted in a serum with low viscosity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unzila Geta Nur Rafian
"Kombucha dan tanaman secang masing-masing terbukti dapat digunakan untuk mengatasi obesitas, diabetes, hiperglikemia, dan sebagai antioksidan. Kandungan polifenol pada kombucha dapat menurunkan penyerapan dan sintesis asam lemak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi efek kombucha secang secana in vivo pada hewan model obesitas yang diinduksi dengan pembedahan ovariektomi. Digunakan tikus galur Sprague-Dawley (n=48) yang secara acak dibagi ke dalam 8 kelompok, kelompok sham, kelompok negatif, kelompok positif (tamoksifen 0,45 mg/200 gram BB), kelompok ekstrak secang (20 mg/200 gram BB), kelompok kombucha (1 mL/200 gram BB), kelompok kombucha secang dosis 1 (1 mL/200 gram BB), kombucha secang dosis 2 (3 mL/200 gram BB), dan kombucha secang dosis 3 (3 mL/200 gram BB 3 kali sehari). Dilakukan pengukuran berat badan, indeks Lee, dan kadar glukosa darah selama penelitian. Efek kombucha secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai antidiabetes diamati dengan memeriksa kadar glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan kombucha secang pada dosis 1 (1 mL/200 gram BB) dapat secara optimal menurunkan kadar glukosa darah.


Kombucha and sappan plants have each been shown to be used to treat obesity, diabetes, hyperglycemia, and as antioxidants. The content of polyphenols in kombucha can reduce the absorption and synthesis of fatty acids. This study was conducted to determine the combined effects of kombucha secang in vivo on animal models of obesity induced by surgical ovariectomy. Sprague-Dawley strain rats (n=48) were randomly divided into 8 groups, sham group, negative group, positive group (tamoxifen 0.45 mg/200 g BW), secang extract group (20 mg/200 g BW), kombucha group (1 mL/200 g BW), secang kombucha dose 1 (1 mL/200 g BW), secang kombucha dose 2 (3 mL/200 g BW), and secang kombucha dose 3 (3 mL/200 g BW 3 times a day). Body weight, Lee index, and blood glucose levels were measured during the study. The effect of kombucha secang (Caesalpinia sappan L.) as antidiabetic was observed by checking blood glucose levels. The results showed that kombucha secang at dose 1 (1 mL/200 gram BW) can optimally reduce blood glucose levels.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Pratama Arnofyan
"Latar Belakang : Angka kejadian reseksi anastomosis pada kasus intususepsi
masih sangat tinggi. Hal ini dikarenakan masih seringnya pasien datang terlambat
setelah 72 jam, kurangnya SDM untuk melakukan reduksi non operatif, dan
kurangnya penunjang seperti USG untuk menegakkan diagnosa. Penting untuk
memperhatikan presisi, tehnik dan mempertimbangkan usus yang tersisa dalam
melakukan reseksi anastomosis. Hingga saat ini belum ada standar operasi khusus
yang dapat menjadi panduan bagi para dokter bedah dalam melakukan reseksi
akibat intususepsi. Karena itu, peneliti tertarik untuk mencari batas reseksi yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu anastomosis end-to-end yang optimal dan
rendah tingkat kebocorannya. Penelitian akan dilakukan kepada tikus sebagai pilot
study sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut.
Tujuan : Mengetahui batas reseksi usus yang optimal dinilai dari kebocoran
anastomosis berdasarkan grading kolagen pada batas reseksi tersebut.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan hewan coba
tikus putih Sprague Dawley. Tikus putih dilakukan intususepsi dengan
menggunakan stylet, dari proksimal ke distal. Setelah 45 menit, intususepsi di
reduksi.Tikus putih dikelompokkan dalam tiga kelompok sesuai batas reseksi
anastomosis, yang kemudian batas reseksi ini dilakukan pemeriksaan grading
kolagen. Setelah 5 hari, dilakukan laparotomi untuk menilai kebocoran
anastomosis.
Hasil : Pada perbandingan grading kolagen dengan reseksi usus didapatkan
grading terbanyak pada batas 1 adalah grading 2 (57,1 %), pada batas 2 grading 2
(71,4 %) ,batas 3 grading 3 (71,4%).Perforasi terbanyak ditemukan pada grading
2 sebanyak 5 sampel. Pada perbandingan batas reseksi dengan perforasi
didapatkan perforasi terbanyak pada batas 1 (85,7 %)
Simpulan : Terdapat perbedaaan grading kolagen pada batas reseksi usus dimana
batas kelompok batas 3 memiliki grading kolagen yang lebih baik ( grade 3 dan 4)
sehingga kelompok batas 3 lebih direkomendasikan secara histopatologis.
Grading kolagen dapat dinilai untuk melihat kemungkinan perforasi hasil
anastomosis. Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian
perforasi selain grading kolagen.

Background : There is still high presentation of intussuseption cases with resection and
anastomose, caused of multi factors as : patient delay more than 72 hours, less on
profesional expert to do non operative reduction and less of examination such as ultra
sound to make a diagnose. That is important to take attention with pretition, tehniques
and less of intestine when do the resection. There is still no operative standard about the
boundary of resection cause of intussuseption, thats why the author want to do the
experimental to find the optimal part of resection with minimal leakage. The experimental
will do on rat as a pilot study.
Aim : How to get the optimal part of resection compared with anastomotic leakege based
on collagen grading.
Method : The experimental test using a Sprague Dawley rat. We make a intussuseption
on gut rat using a styleth from proximal to distal. The release do after 45 minutes. The
rats then separated into three boundaries group, and did resection-anastomose with each
gut from groups were performed a histopatologic test to count collagen grading. Leakage
of anastomose were examinated after 5 days
Result : In comparison between collagen grading and the extent of resection
obtained the highest grading in group 1 is grade 2 (57,1%), group 2 is grade 2
(71,4%), group 3 (71,4%). The highest Leakage can be found on grade 2 (5
sample).in comparison the extent of resection and leakage,the highest is group 1
(85,7%).
Summary : There are differences about collagen gradingin the extent of bowel
resection which is the third group of resection has higher collagen grading (3 and
4 ) and then more recommended as histopatologic exam. Collagen grading could
be marked to see possibilities of anastomotic leakage. There is some factors that
affect a leakage besides collagen grading.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Fitri Hapsari
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Berbagai keluhan yang muncul pada masa menopause sebagian disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Salah satu keluhan yang muncul adalah xerostomia. Xerostomia dapat terjadi akibat laju aliran & produksi liur yang tidak adekuat. Hal ini mungkin terjadi karena kelenjar liur tidak berfungsi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ovariektomi (ovx) bilateral (yang diasumsikan sebagai penurunan kadar estrogen) terhadap gambaran histologis kelenjar parotis dan kapan terjadinya perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Wistar betina berumur ± 3 bulan dengan berat badan 150-250 g, yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok I (ovx 50 hari), kelompok II (kontrol 50 hari), kelompok III (ovx 100 hari), kelompok IV (kontrol 100 hari). Kelompok I & II dibedah pada hari ke 50, sedangkan kelompok III & IV dibedah pads hari ke 100. Organ yang diperoleh dibuat sajian histologis dengan pewarnaan HE.
Hasil dan Kesimpulan:
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara jumlah asinus perlapangan pandang, diameter asinus, dan tinggi epitel asinus kelenjar parotis tikus 50 hari dan 100 hari ovariektomi dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan bennakna hanya tampak pada diameter dan tinggi epitel asinus tikes 50 hari ovariektomi dibandingkan dengan tikus ovariektomi 100 hari. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena estrogen yang berkurang akibat ovariektomi digantikan oleh estrogen hasil kenaikan berat badan tikus, dan kemungkinan kompensasi estrogen ekstra ovarium 50 hari pascaovariektomi terjadi secara berlebihan. Penelitian ini akan lebih akurat jika diperoleh data kadar estrogen darah.

Effect of Bilateral Ovariectomy on the Histology of Parotid Gland in Wistar RatsMenopause may comes with complaints, most of which are caused by decreased estrogen concentration. Xerostomia is one of the complaints, as the result of inadequate production and flow rates of saliva due to salivary gland dysfunction. Ovariectomy that will decrease in estrogen levels could lead to xerostomia. The aim of this study was to investigate the effect of bilateral ovariectomy, on histological structure of the parotid gland.
Twenty-four female Wistar rats, aged ± 3 months, weighing 150-250 g, were divided into 4 groups, each group content of 6 rats. Group I, which are sacrificed 50 days after ovariectomy, and Group IT., as unovariectomized control group, was sacrificed on day 50. Group III, which are sacrificed 100 days after ovariectomy, and Group ITT as unovariectomized control group, was sacrificed on day 100. The histological specimens of the organs obtained were stained with HE.
This study found no significant differences in the number of acini per visual field, diameter of acini, and height of acini epithelium at 50 days and 100 days after ovariectomy compare with control. The only differences are in the diameter of acini and height of acini epithelium at 50 days after ovariectomy comparing with 100 days after ovariectomy. These results might be caused by the effect of estrogen produced by nonovarial tissues, as increase body weight was found, and over compensation of estrogen at 50 days after ovariectomy. This study would be more accurate if the blood estrogen concentration was also measured.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qothrunnada
"ABSTRAK
Fitoestrogen yang terkandung dalam kacang panjang (Vigna unguiculata (L.)
Walp.) berpotensi untuk digunakan sebagai pengobatan alternatif osteoporosis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol
70% buah kacang panjang terhadap kadar kalsium tulang tikus melalui
pengukuran dengan spektrofotometri serapan atom. Metode ovariektomi
digunakan untuk mewakili kondisi osteoporosis yang dilakukan pada 36 tikus
betina galur Sprague Dawley yang terbagi ke dalam 6 kelompok. Kelompok I
sebagai sham, kelompok II sebagai kontrol negatif, keduanya diberikan CMC
0,5%, kelompok III, IV, dan V diberikan ekstrak kacang panjang dosis bervariasi,
berturut-turut, 100; 200; dan 400 mg/200 g bb tikus disuspensikan dalam CMC
0,5%, dan kelompok VI sebagai kontrol positif diberikan larutan natrium
alendronat dalam aquadest. Semua kelompok kecuali kelompok sham dilakukan
ovariektomi pada hari ke-1 kemudian diistirahatkan selama 20 hari. Bahan uji
diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke 22 sampai hari ke 50.
Pengukuran kadar kalsium dilakukan pada hari ke 51. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak kacang panjang lebih tinggi meningkatkan kadar
kalsium tulang dibandingkan dengan natrium alendronat. Akan tetapi, efek
peningkatan yang ditimbulkan dari ketiga varian dosis adalah sama sehingga tidak
ada dosis efektif ekstrak etanol kacang panjang dalam meningkatkan kadar
kalsium.

ABSTRACT
Phytoestrogen contained in long beans (Vigna unguiculata (L.)Walp.) could
potentially be used as an alternative treatment for osteoporosis.This study is aimed
to determine the effect of 70% ethanolic extract of long bean on rat bone calcium
level by Atomic Absorption Spectrophotometry measurement. Ovariectomy
method is used to represent osteoporosis condition on 36 Sprague Dawley strain
female rats which are divided into 6 groups. Group I as a sham, group II as a
negative control, both had been given with CMC 0.5%, group III, IV, and V are
given varying doses of long bean extract, 100; 200; and 400 mg/200 g bw rats
respectively, were suspensed in CMC 0.5%, group VI as a positive control had
been given alendronate sodium in aquadest. All groups except sham group was
ovariectomized on the first day and then rested for 20 days. Each of them orally
administered once daily from day 22 to day 50. The bone calcium level was
measured on day 51. The results showed that the ethanol extract of long bean
increases bone calcium level higher compared to alendronate sodium. But effect
of increasing three varying doses ethanol extract of long bean are the same, so
there is no effective dose of ethanol extract of long bean on increasing the bone
calcium level."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42255
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriellius Chandra
"Rangka manusia tersusun atas struktur-struktur seperti: ligamen, tendon, otot, dan organ manusia yang lain. Dalam regenerasi jaringan tulang, rekayasa jaringan memiliki keunggulan dibandingkan metode allograft dan autograft karena hanya menginduksi respon sistem imun minor dan tidak memerlukan operasi kedua untuk mendapatkan tulang donor dari tubuh pasien sendiri yang mana terdapat peningkatan risiko infeksi ketika lebih banyak operasi dilakukan. Salah satu aplikasi rekayasa jaringan adalah pembuatan perancah mirip matriks ekstraseluler yang memberikan dukungan struktural pada sel karena struktur jaringnya. Kolagen adalah salah satu sumber perancah biokompatibel dan memadai untuk rekayasa jaringan untuk regenerasi tulang dalam hal sifat mekanik, struktur pori, permeabilitas, hidrofilisitas dan stabilitas in vivo. Dalam penelitian ini kolagen bersumber dari ikan King Kobia dengan metode ASC dan PSC. Freeze-dryingmerupakan proses pengeringan di mana pelarut dan/atau media suspensi dikristalisasi pada suhu rendah dan selanjutnya disublimasikan dari keadaan padat langsung ke fase uap. Metode ini menghasilkan bahan dengan stabilitas bentuk yang baik sehingga tidak berubah setelah rekonstitusi dengan air. Dalam penelitian ini penulis menambahkan material seng oksida (ZnO) dan titanium oksida (TiO2) yang selanjutnya akan diuji karakteristiknya. Penambahan TiO2 dan ZnO meningkatkan porositas perancah. Dalam penelitian ini ZnO meningkatkan persentase porositas dengan signifikan. Namun, struktur mekanik dari uji tekanan kompresif dan porositas belum menunjukan hasil yang menyerupai penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya kesalahan pengukuran volume atau konsentrasi pada proses pencampuran komposit dan ketidaksesuaian spesifikasi liofilisasi. Kedua faktor ini mengubah tekstur dan struktur perancah menjadi mengerut dan menempel pada wadah well-plate.

The human skeleton is composed of structures such as: ligaments, tendons, muscles, and other human organs. In bone tissue regeneration, tissue engineering has advantages over allograft and autograft methods because it only induces a minor immune system response and does not require a second operation to obtain donor bone from the patient's own body where there is an increased risk of infection when more operations are performed. One application of tissue engineering is the fabrication of extracellular matrix-like scaffolds that provide structural support to cells due to their net structure. Collagen is one source of biocompatible scaffolds and is adequate for tissue engineering for bone regeneration in terms of its mechanical properties, pore structure, permeability, hydrophilicity and in vivo stability. In this study, collagen was sourced from King Cobia fish using the ASC and PSC methods. Freeze-drying is a drying process in which the solvent and/or suspension medium is crystallized at low temperature and then sublimated from the solid state directly into the vapor phase. This method produces a material with good shape stability so that it does not change after reconstitution with water. In this study the authors added zinc oxide (ZnO) and titanium oxide (TiO2) materials which would then be tested for their characteristics. The addition of TiO2 and ZnO increased the porosity of the scaffolds. In this study, ZnO significantly increased the percentage of porosity. However, the mechanical structure of the compressive stress and porosity tests has not shown results that resemble those of previous studies. This may occur due to volume or concentration measurement errors in the composite mixing process and non-compliance with lyophilization specifications. These two factors change the texture and structure of the scaffold to shrink and stick to the well-plate container."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyid Mawardi
"Latar belakang: Penuaan paru ditandai dengan perubahan struktur dan fisiologi paru. Secara struktural, terjadi perubahan ketebalan septum interalveolar dan komponen di dalamnya, salah satunya adalah serat kolagen interstisial, sehingga dapat memengaruhi fungsi paru sebagai organ respirasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara jumlah serat kolagen interstitial paru dengan ketebalan septum interalveolar pada penuaan tikus Sprague-Dawley. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional analytic correlative. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley sebagai subjek penelitian. Subjek penelitian terdiri atas empat kelompok usia, yaitu 2 hari, 16 hari, 3-4 bulan, dan >12 bulan yang ditentukan dengan m ± 0.043 μm, dan 0,512 ± 0.020 μm. Uji korelasi non parametrik Spearman (p = 0,03) antara jumlah serat kolagen interstisial dengan ketebalan septum interalveolar menunjukkan nilai koefisien korelasi (r = 0,213). Kesimpulan: Pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara jumlah serat kolagen interstisial paru dengan ketebalan septum interalveolar pada penuaan tikus Sprague-Dawley. Dengan demikian, dapat dipikirkan bahwa serat kolagen interstisial dapat mempengaruhi ketebalan septum interalveolar paru tikus yang menua, meskipun bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi.
Background: Lung aging is characterized by structure and physiologic changes of the lung. Structurally, the interalveolar septum thickness and all of its components including collagen fiber are change, so that affect the lung function as a respiratory organ. This study is aimed to determine the correlation between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber and interalveolar septum thickness on Sprague-Dawley rat aging. Method: The design of this research is cross sectional analytic correlative. The data was taken from the lung tissue preparations of 24 rats in 4 groups based on age, 2 days, 16 days, 3-4 months, and >12 months using single blind randomization technique. The methods of preparation making are based on the literatures. Data that was assessed were the histology of pulmonary interstitial collagen fiber and interalveolar septum. Then, they were analized using SPSS 20.0. Result: Sequentially, the modes of interstitial collagen fiber are 1, 2, 2, and 3; while the interalveolar septum thickness means are 0,436 ± 0.059 μm, 0,399 ± 0.022 μm, 0,474 ± 0.043 μm, and 0,512 ± 0.020 μm. By using non parametric Spearman correlation test (p = 0.03), it was obtained the correlation coefficient (r = 0.213) between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber with the interalveolar septum thickness. Conclusion: There is a weak correlation between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber with the interalveolar septum thickness of Sprague- Dawley rat aging. Thus, it can be thought that pulmonary interstitial collagen fiber may affects interalveolar septum thickness of rat aging, although it’s not as the only one factor."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>