Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resyana Yunita
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26589
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Rayhani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Widowati
"Tingkat konsentrasi NO2, SO2, dan PM10 di Kecamatan Taman Sari selalu mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif tahun 2006-2013, bahkan konsentrasi PM10 telah melampaui baku mutu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsentrasi NO2, SO2 dan PM10 di udara ambient dengan kejadian ISPA Penduduk di Kecamatan Taman Sari tahun 2006-2013. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi time trend dengan metode uji korelasi dan regresi.
Hasil analisis menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat konsentrasi SO2 (nilai p = 0,002) dan PM10 (nilai p =0,031), dengan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 8,2% jumlah kasus ISPA disebabkan konsentrasi SO2 dan 1,5% jumlah kasus ISPA disebabkan konsentrasi PM10. Sedangkan antara konsentrasi NO2 dengan jumlah kejadian ISPA tidak ada hubungan yang bermakna (nilai p = 0,194). Tingkat konsentrasi PM10 dan SO2 dapat mempengaruhi kejadian ISPA. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan preventif guna mengontrol tingkat pajanan dan jumlah kejadian ISPA.

The quality of air pollution in Taman Sari district such as level concentration of NO2, SO2 and PM10 always fluctuatly increase and decrease, moreover PM10 concentration have been exceed the maximum value level. The objection of this study is to know the association between level concentration of NO2, SO2 and PM10 in ambient with ARI occurrence at resident in Taman Sari district in 2006-2013. This study used time series study with correlation and regression test method.
The result of analysis indicated that level concentration of SO2 (p value = 0,002) and PM10 (p value = 0,014) had significant related to amount of ARI occurrence.The equation line explained that 8,2% of ARI occurrence caused by SO2 and 1,5% of ARI occurance caused by PM10. Meanwhile, level concentration of NO2 didn’t have significant related to ARI occurrence (p value = 0,194). The level concentration of SO2 and PM10 influence ARI occurrence. Therefore, the preventive actions need to do in order to control exposure level and ARI occurrence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Situmorang, Parulian
"Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) termasuk pneumonia masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, dimana angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) penyakit ISPA pada balita cukup tinggi. Oleh karena itu pemberantasan penyakit ISPA merupakan program nasional, untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang. Meningkatnya kejadian penyakit ISPA dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor lingkungan. Sebagian besar (80%-90%) waktu balita setiap harinya berada dalam rumah, dimana terdapat pajanan polusi udara dalam rumah yang diantaranya adalah PM10, Strategi yang paling tepat dilakukan dalam program pemberantasan penyakit ISPA adalah peningkatan kualitas udara indoor rumah tinggal.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cakung Timur Kota Jakarta Timur, untuk mengetahui kejadian penyakit ISPA pada balita, kondisi lingkungan yang berkaitan dengan kejadian penyakit ISPA, dan hubungan antara partikulat debu PMIO rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol. Sebanyak lima puluh kasus dipilih dan daftar kasus ISPA terjadi di Puskesmas pada 2 bulan terakhir, sedangkan lima puluh balita yang sehat menjadi kelompok kontrol diambil dan tetangga terdekat kasus. Beberapa variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA adalah kelembaban, suhu, kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi, bahan bakar memasak, asap rokok, pencahayaan, status gizi balita, riwayat imunisasi, dan jenis lantai. Data primer dikumpulkan dan pengukuran parameter kualitas udara indoor, lingkungan perumahan, dan karakteristik balita. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari pencatatan dan pelaporan Puskesmas Kelurahan Cakung Timur.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh staf puskesmas, teknis laboratorium dari BTKL Jakarta, dan staf Kelurahan Cakung Timur, melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi terhadap lingkungan rumah tinggal. Kejadian ISPA pada balita dipengaruhi oleh beberapa factor yang meliputi faktor lingkungan rumah, kondisi social, dan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara PM10 dan kejadian penyakit ISPA pada balita. Risiko untuk menjadi ISPA pada balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM10 lebih dari 70 μg/m3 adalah 6,1 kali dibanding balita yang tinggal dalam rumah dengan PM10 kurang atau sama dengan 70 μg/m3. Dengan mengontrol factor ventilasi rumah dan status gizi balita maka angka risiko tersebut akan berkurang menjadi 4,25 kali.
Beberapa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian penyakit ISPA pada balita dalam penelitian ini adalah PM10, ventilasi, status gizi balita, kelemababan. Sedangkan variabel lain seperti kepadatan hunian ruang tidur, bahan bakar memasak, asap rokok, pencahayaan, riwayat imunisasi, suhu, dan jenis lantai tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita. Didapatkan bahwa PM10 merupakan predictor utama terhadap kejadian ISPA pada balita. Sebagai factor risiko utama pada ISPA, pajanan PM10 di udara dapat terhirup melalui pernapasan sehingga menyebabkan iritasi pada system saluran pernapasan yang selanjutnya menyebabkan ISPA. Penelitian ini menganjurkan agar setiap rumah dapat memiliki ventilasi yang cukup sehingga dapat menetetralisir sirkulasi PM10 di dalam rumah. Hal yang lain yang juga dianjurkan adalah dengan peningkatan status gizi akan dapat mencegah/menurunkan risiko balita terkena ISPA.

An Acute Respiratory Infection (ARI) including pneumonia is still becoming one of the public health problems in Indonesia because it causes high morbidity and mortality among children under-five year of age. Therefore, ARI has been included in the national program for prevention and control of ARI which goal is to achieve human resources quality of life, The increase of occurrence of ARI is influenced by many factors including environmental factors. Everyday, most of the time, 80-90% children under-five live in the house, which are exposed with indoor pollution including PM10. The main strategy of the national prevention and control program for ARI is to improve air quality of housing.
This study is carried out in the working areas of Community Health Center in the sub-district of East Cakung, East Jakarta Municipality. The purposes of the study were to identify the occurrence of ARI among children under-five, environmental conditions related to ART, and the relationships between PM10 and the occurrence of ART among children under-five. A case-control study design was employed in the study. A total of fifty cases of children under-five were randomly selected from the Community Health Center and fifty control groups were randomly selected from the field of neighboring household of the cases. The cases and control groups were drawn from a similar population in the working areas of East Cakung. Data on ART were based on the recall period of 2 months. In addition, several variables including humidity, temperature, beds, ventilation, cooking woods, cigarette smoking, lighting, nutritional status of children, morbidity, immunization and type of floors were involved to control its relationships.
The primary data was collected from several sources including the measurement of indoor air quality, housing environment, and children under-five characteristics. The secondary data was collected from the recording and reporting of the Health Center in East Cakung. Data were collected by the researcher with the help of Health Center staff, laboratory technician of CDC Laboratory in Jakarta, and local staff of East Cakung through interviews using a administered questionnaires and observation its housing environment. The occurrence of ARI among children under-five is influenced by many factors including its housing environment, social conditions, and health services. There is a significant relationship between PM10 and the occurrence of ART among children under-five, The risk of having ART for children under-five living in the housing with PM10 more than 70 ug/m3 was 6.1 times more than those living in the housing with PMI0 70 uglm3 or less. With the control of ventilation and nutritional status, the relationships reduce to 4,25 times.
Of the total variables involved in the study, only several variables including particulate matter (PM10), ventilation, nutritional status of children, and relative humidity having significant relationship with the occurrence of the diseases. The other variables including beds, cooking woods, cigarette smoking, lighting, immunization, temperature, and the kind of floor do not indicate significant relationship with ARI. PM10 is considered as the predictor of the occurrence of ARI among children under-five. The main risk factor of ARI is PM10; its exposure in the air will be inhaled through respiratory system, which causes irritation of respiratory system, which leads to the occurrence of ARI. It is suggested that every house should have proper and adequate ventilation so as to prevent and neutralize PMI0 circulating indoors. It is also suggested that improving of nutritional status could prevent children under-five to ART.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
T12930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudaini Rifa Irfani
"Infeksi cacing usus Soil-Transmitted Helminthes (STH), yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang, memiliki prevalensi yang tinggi di Jakarta, terutama pada anak-anak. Penyebaran infeksi cacing usus STH melalui tanah terkontaminasi telur cacing sehingga gaya hidup anak berperan penting dalam terjadinya infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi cacing usus STH pekerjaan ayah dan ibu pada siswa SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 8-9 Desember 2010 dengan mengumpulkan 93 feses siswa dan kuesioner yang diisi oleh orang tua.
Hasilnya yaitu terdapat 11 siswa (11,8%) terinfeksi cacing usus STH sedangkan 82 lainnya (88,2%) tidak terinfeksi, dengan jumlah infeksi Ascaris terbanyak yaitu 8 siswa (8,6%). Karakteristik pekerjaan ayah terbanyak adalah karyawan (58,1%), sedangkan kebanyakan ibu tidak bekerja (67,7%). Pada uji Chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna antara infeksi cacing usus STH dengan jenis kelamin (p=0,439), tetapi terdapat perbedaan bermakna dengan kelas (p=0,015). Sementara, pada uji Fisher, tidak terdapat perbedaan makna antara infeksi cacing usus STH dengan pekerjaan baik ayah (p=1) maupun ibu (p=0,682). Sebagai kesimpulan, pekerjaan ayah maupun ibu tidak berhubungan dengan infeksi cacing usus STH pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tahun 2010.

Soil-Transmitted Helminthes (STH) infection including Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,, and hookworm, has a high prevalence in Jakarta, primarily in children. This infection spreads through egg-contaminated soil, therefore the children's lifestyle has a great influence to the occurrence of infection. Father's and mother's occupation are factors that related with children's lifestyle. The intention of this study is to find the relation between STH infection and father's and mother?s occupation of students of SDN 09 Pagi Paseban. This study uses cross-sectional design. In December 8th - 9th 2010, 93 students feces and questionnaires filled by parents were collected.
We found that there are 11 students (11,8%) infected with Ascaris infection as the highest prevalence (8,6%). The other 82 students (88,2%) are not infected. Most fathers work as employee (58,1%) while most mothers do not work (67,7%). In Chi-square test, there are no association between STH infection and gender (p=0,439), but STH infection is associated with class (p=0,015). Meanwhile, in Fisher test, STH infection is associated with neither father's occupation (p=1) nor mother's occupation (p=0,682). As conclusion, father's and mother's occupation are not related with STH infection in students of SDN 09 Pagi Paseban.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Orchidita Lystia
"Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang serius dinegara berkembang maupun Negara yang telah maju, tetapi jumlah angka morbiditas dan mortalitas di negera berkembang lebih banyak terutama di Indonesia. penemuan kasus ISPA menurut Data LB I SIMPUS (2017) yang dikutip dari Dinas Kesehatan Depok (2017) dengan angka kejadian sebesar 158.512 kasus, jumlah penderita ISPA merupakan data umum penderita yang merupakan gabungan dewasa dan balita. ISPA menempati urutan pertama diantara 10 penyakit besar di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui bagaimana hubungan kualitas udara ambien (NO2 dan SO2) dengan kejadian penyakit ISPA. Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tempat. Dalam penelitian ini nantinya akan dilakukan pengamatan pola kecenderungan terhadap kualitas udara ambien (NO2 danSO2) dengan kejadian penyakit ISPA tahun 2017. Hasil penelitian menunjukan kualitas udara NO2 tidak terdapat hubungan bermakna dengan kasus ISPA (p=0,641). Variabel hubungan antara kualitas udara NO2 dengan kasus ISPA menunjukan korelasi yang searah (positif) dengan kekuatan/ keereatan hubungan yang sangat lemah (r=0,132). Sedangkan untuk kualitas udara SO2 dengan kasus ISPA tidak dapat dihitung secara statistik. Hal tersebut dikarenakan hasil data SO2 tidak terdeteksi.

ARI is still a serious health problem in developing and developed countries, but the number of morbidity and mortality in developing countries is more, especially in Indonesia. The discovery of ARI cases according to SIMPUS LB I Data (2017) quoted from Depok Health Office (2017) with an incidence of 158,512 cases, the number of ARI sufferers is general data of patients who are a combination of adults and toddlers. ARI ranks first among 10 major diseases in Depok City. This study aims to find out how the relationship between ambient air quality (NO2 and SO2) and the incidence of ARI disease. This research is descriptive quantitative study using ecological study design based on place. This study will observe the trend pattern of ambient air quality (NO2 and SO2) with ARI disease in 2017. The results showed that NO2 air quality was not significantly associated with ARI cases (p = 0.641). The variable relationship between NO2 air quality and ARI cases shows a direct (positive) correlation with the strength / severity of a very weak relationship (r = 0.132). Whereas for air quality SO2 with ARI cases cannot be calculated statistically. This is because the SO2 data results are not detected.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sihotang, Retta Catherina
"ABSTRAK
Latar Belakang: Malaria asimtomatik cukup banyak ditemukan pada daerah endemik, termasuk Nusa Tenggara Timur. Meskipun tidak menimbulkan gejala, individu yang terinfeksi sangat berperan dalam penularan malaria. Sama seperti malaria dengan gejala, pada malaria asimtomatik dapat terjadi perubahan hematologi termasuk trombosit. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi malaria asimtomatik di kecamatan Nangapanda, mengetahui kadar trombosit penduduk, dan mengidentifikasi hubungan antara kejadian malaria asimtomatik dengan jumlah trombosit. Metode : Penelitian ini menggunakan teknik potong lintang berdasarkan data penduduk Kecamatan Nangapanda dari penelitian besar sebelumnya pada tahun 2009. Hasil : Dari total 217 subjek penelitian, prevalensi malaria asimtomatik di Kecamatan Nangapanda didapatkan sebesar 14,29 . Nilai tengah jumlah trombosit pada subjek penelitian didapatkan sebesar 110 x 103/ L, dengan nilai minimal 14 x103/ L dan nilai maksimal 511x103/ L. Dari 31 individu yang terinfeksi, didapatkan prevalensi trombositopenia sebesar 74,2 , sedangkan dari 126 individu yang tidak terinfeksi didapatkan prevalensi sebesar 67,7 . Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kejadian infeksi malaria asimtomatik dengan jumlah trombosit atau status trombositopenia. Kesimpulan : Tidak ditemukan hubungan bermakna antara malaria asimtomatik dengan jumlah trombosit pada penduduk Kecamatan Nangapanda.

ABSTRACT
Introduction Asymptomatic malaria is prevalent in endemic area, including East Nusa Tenggara. Although it usually cause no symptoms, the infected individual plays a significant role in malaria transmission. Like symptomatic malaria, hematological changes such as in platelet count might occur in asymptomatic malaria. Objective This study aims to obtain the prevalence of asymptomatic malaria in a population living in Nangapanda district, to describe the platelet count of the population, as well as to investigate the relationship between asymptomatic malaria and platelet count. Method This study used cross sectional method based on the data from a previous study that was conducted in Nangapanda district back in 2009. Result From a total of 217 subjects, the prevalence of asymptomatic malaria found in Nangapanda district was 14.29 . The median of platelet count of the subject population was 110 x 103 L, ranging from 14 x103 L to 511x103 L. Out of 31 infected individuals, the prevalence of thrombocytopenia was 74.2 , meanwhile from 126 not infected individuals the prevalence of thrombocytopenia was 67.7 . No significant relationship was found between asymptomatic malaria and platelet count or the status of thrombocytopenia. Conclusion Asymptomatic malaria was not associated with the low platelet count in this population of Nangapanda district."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>