Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204484 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ice Sesi Wulandari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26761
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Sumber-sumber informasi tentang seksual yang tidak dijamin kebenarannya dan
pengaruh dari teman dapat mengubah pandangan remaja terhadap perilaku seksual
pranikah. Persepsi akhirnya mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual
pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi remaja terhadap
perilaku seksual pranikah Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain
deskriptif sederhana dengan purposive sampling, dimana pemilihan elemen untuk
menjadi sampel berdasarkan pertimbangan yang tidak acak (subjektif). Studi dilakukan
di SMA 12 Jakarta pada kelas XII saja. Data diperoleh dari 73 responden melalui
kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat meliputi distribusi
frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 54,8% responden
menganggap bahwa perilaku seksual pranikah adalah hal yang tidak boleh. Sisa
responden yang berjumlah 45,2% menganggap bahwa perilaku seksual pranikah boleh
dilakukan oleh remaja. Penelitian ini merekomendasikan sekolah memberikan
pendidikan seksuai yang lebih gencar lagi pada siswa-siswa SMA 12 Jakarta."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5297
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Antono Suryoputro
"Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap berbagai ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk peningkatan ancaman dari HIV/AIDS. Artikel ini membahas temuan penelitian yang dilakukan pada kurun waktu 2003-2004 terhadap remaja perkotaan di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja dan kebutuhan akan layanannya, dalam rangka memberikan arahan kebijakan untuk meningkatkan layanan kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Penelitian ini merupakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan belah lintang, melibatkan 2000 sampel remaja perkotaan usia 18-24 tahun yang berasal dari dua latar belakang sosial demografi yang berbeda di Propinsi Jawa Tengah. Masing-masing 1000 sampel diambil secara acak dari populasi kaum remaja yang bekerja dengan pendapatan rendah di pabrik, dan populasi kaum remaja kelas menengah dari para mahasiswa di perguruan tinggi. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei (wawancara dan angket/self administered). Teori Social Learning digunakan sebagai kerangka kerja analisis penelitian ini. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum pola risiko terhadap kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini diantaranya berhubungan dengan adanya karakter budaya di Jawa Tengah yang positif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor percaya diri merupakan faktor pengaruh yang paling kuat terhadap perilaku seksual remaja. Pengembangan kebijakan dan program yang mendatang seyogyanya ditujukan untuk mempertahankan nilai dan norma yang positif dari remaja, dengan meningkatkan rasa percaya diri mereka melalui layanan dan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi yang berbasis pada sekolah.

Influences on Youth Sexual Behaviour in Central Java: Implication of Sexual and Reproductive Health Policy and Services. Indonesian youth nowadays have been experiencing an increasing vulnerability to various kind of health hazards specially related to reproductive and sexual health, including the growing threat of HIV/AIDS. This paper reports on findings from a study undertaken during the year 2003-2004 among urban youth in Central Java. The study seeks to identify factors influencing youth sexual behavior and their need for services, in order to derive practical policy for enhancing youth sexual and reproductive health services. The study involved a total of 2000 samples derived from a youth population, aged 18-24 years old. A group of 1000 samples was randomly selected from a working youth population through factory employers, whereas the other 1000 samples were from middle class youth among university students. Social learning theory was applied as a base of the conceptual framework of the study with quantitative surveys and qualitative methods The findings showed that the overall pattern of sexual and reproductive youth health risk were relatively low in comparison to that in many other countries, which was partly related to distinctive and positive characteristics of the culture of the community in Central Java. The findings also showed that self efficacy was the strongest influencing factor on youth sexual behavior. Future policies and program development should be addressed to the ways in maintaining young people?s positive norms and values in line with the existing culture and religion by enhancing their self efficacy through school-based sexual and reproductive health education and services. Advocacy should also be used continuously to address environmental constraints that impede the adoption of healthy reproductive health behavior."
Universitas Diponegoro. Fakultas Kesehatan Masyarakat ; University of Exeter. Department of Geography, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suryati
"Periode remaja terjadi perubahan fisik, mental, spiritual dan intelektual sehingga remaja perlu dibekali dengan pengetahuan kesehatan reproduksi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan hubungan karakteristik pribadi, kehidupan sosial dan sumber informasi remaja mengenai kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual. Menggunakan studi kuantitatif, desain cross sectional, dilaksanakan pada Januari 2011, sebagai responden remaja kelas VII dan VIII di SMP Swasta Putra Bangsa Depok, Jawa Barat. Sebanyak 189 orang dipilih secara purpossive sampling, serta melihat hubungan antara variabel jenis kelamin, pengetahuan, sikap, pendidikan dan pekerjaan orang tua, jumlah saudara, tempat tinggal, kegiatan remaja, sumber informasi dari orang tua, guru, teman sebaya dan media massa terhadap perilaku seksual.
Kelas VII berperilaku seksual berisiko tinggi sebesar 25,4%, berisiko rendah sebesar 74,6%. Kelas VIII berperilaku seksual berisiko tinggi sebesar 54,9%, berisiko rendah sebesar 45,1%. Dari empat belas variabel yang diuji, didapatkan pengetahuan, sikap dan informasi kesehatan reproduksi dari media massa baik pada kelas VII maupun kelas VIII, pekerjaan ayah dan jumlah saudara pada kelas VII serta sumber informasi kesehatan reproduksi dari teman sebaya pada kelas VIII berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Diharapkan adanya peningkatan promosi kesehatan reproduksi pada remaja oleh Dinkes, Dinas Pendidikan/sekolah dan masyarakat.

Physically, mentally, spirituality, and intellectual changing happening on adolescence consequently they need to be educated about health reproduction knowledge. Objective of this study is to find out description and relation of personal characteristic, social living and information source of adolescence about health reproduction to sexual behavior. It uses quantitative study, cross sectional design, was carried out on January 2011, students of seventh and eighth class of Private SMP Putra Bangsa Depok, West Java as an adolescence respondents. 189 students was chosen by purposive sampling, to find relationship between variable of sex, knowledge, behavior, education, and parent occupation, number of brother and sister, home place, adolescence activity, information source from parent, teacher, friend on the same age and mass media to sexual behavior.
Seventh class has high risk sexual behavior in amount of 25.4%, and 74.6% for low risk one. Eighth Class has high risk sexual behavior in amount of 54.9%, and 45.1% for low risk one. Of fourteen examined variables, it found that knowledge, behavior and information source of reproduction health from mass media to either seventh or eighth class, father occupation and number of brother and sister to seventh class and information source of health reproduction from friend on the same age to eighth class related to adolescence sexual behavior. It is expected that there is an increasing of health reproduction promotion to adolescence by Dinkes, Education/School Agency and Community."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlia Yuliantini
"Kurangnya pengetahuan HIV/AIDS pada remaja mempengaruhi sikap remaja pada perilaku seksual pranikah sehingga akan meningkatkan kerentanan remaja tertular HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan HIV/AIDS dan sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 96 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki tingkat pengetahuan HIV/AIDS yang baik dengan sikap yang tidak mendukung terhadap perilaku seksual pranikah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah (p=0,0005). Peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS melalui pengembangan kurikulum dan penyusunan strategi promosi kesehatan yang tepat bagi remaja menjadi upaya untuk memperbaiki sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah.

Lack of HIV/AIDS knowledge on adolescent influences the adolescent attitude towards premarital sexual behavior so it will increase the adolescent vulnerability to HIV/AIDS infection. The aim of this study was to identify the correlation between the level of HIV/AIDS knowledge and adolescent attitude towards premarital sexual behavior. Descriptive correlative study and cross sectional approach was conducted by using questionnaires among 96 purposively selected students.
The results showed that most of the students had high level of HIV/AIDS knowledge with unfavorable attitude towards premarital sexual behavior. This study also indicated that sex correlated with attitude towards premarital sexual behavior (p=0,0005). Improvement of HIV/AIDS knowledge through developing the curriculum and creating appropriate health promotion for adolescent should be addressed to reform the adolescent attitude towards premarital sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Etikariena
"Masalah seksualitas di kalangan rem~a adalal: masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Di satu sisi perkembangan seksual itu muncul sebagai bagian dari perkembangan yang , harus mereka jalani. Namun, di sisi lain, penyaluran hasrat seksual yang belum semestinya mereka lakukan menimbulkan kecemasan dan akibat yang serius, seperti kehamilan atau tertular penyakit kelamilL Berdasarkan kecemasan-kecemasan itulah sejak tahun 1960-an, ketika mulai mlUlcul revolusi seks di daratan Eropa dan Amerika, penelitian mengenai keserbabolehan dalam perilaku seksual pada remaja mulai dilakukan. Ada indikasi yang menunjukan adanya peningkatan persentase remaja yang memiliki tingkat keserbabolehan yang tinggi stau yang melakukan hubungan seksual pranikah (Sarwono 1989). Tetapi, penelitian-penelitian yang dilakukan menemukan hasil yang tidak konsisten mengenai tingkat keserbabolehan remaja dalam perilaku seksual pranikah. Bahkan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 1990-an menunjukan kecenderwtgan adanya penurunan prosentase remaja, baik yang melakukan hubWlgan seks pranikah atau yang memiliki keserbabolehan tinggi terbadap perilaku seks pranikah (Ken Saraswati, 1993; Evy Syartika, 1998). Tinggi rendahnya keserbabolehan remaja dalam perilaku seksual ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya &dalah dari informasi yang didapatkan oleh remaja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah seksual. Krecth & Crutchfield (1958) menyatakan bahwa sikap bisa terbentuk melalui informasi yang diterima oleh individu. Informasi mengenai masalah seksual ini bisa diterima remaja melalui berbagai smnber. Biasanya, sumber dimana seseorang mendapatkan informasi adalah melalui lingktmgan yang terdekat dengan dirinya. Untuk remaja, lingkungan yang dekat dengan keseharian mereka adalah lingktmgan keluarga (dalam hal ini ayah dan ibu) Berta lingkungan teman sebaya (Hurlock, 1980). Demikian pula dalam masalah seksual, pengaruh keluarga dan teman sebaya amat menentukan keserbabolehan remaja (Reiss, dalam Reiss & Miller, 1979). Sebagai SUIllber informasi, kedua lingkungan yang menjadi acuan remaja sebut memiliki nilai-nilai yang berbeda. Keluarga (ayah & ibu) merupakan kelompok acuan yang negatit: sedang teman adalah kelompok acuan positif untuk keserbabolehan dalam perilaku seksual pranikah. Hanya saja ada kecendenmgan bahwa orang tua lebih tertutup untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan seks. Akibatnya, remaja mencoba mencari akses lain mrtuk mendapatkan pengetahuao tentaog seks. Remaja mendapatkan pengetahuannya dari ternan, buku porno, majalah, stan sumber lain yang tidak dapat dipastikan keakuratannya mengenai seks. Bahkan, ada gejala berkembangnya pengetahuao dan ,isu populer mengenai seks (mitos), di kalangan remaja. Mitos-mitos tersebut eendenmg mendorong perilaku seksual pranikah, yang disertai dengan alasan yang dibuat semasuk akal mungkin. Informasi yang benar, namun cendenmg mencegah, ditolak dengan bennacam pembenaran. Adalah suatu ironi, di saat remaja sedang mengalami perlcembangan seksual dan membutnhkan infonnasi yang tepat, mereka malsh dijauhkan dari informasi-infonnasi tersebut sehingga memilih mempereayai mitos-mitos yang dapat menjerumuskan mereka. Penelitian ini dilalrukan di kalangan remaja "ABG" yang rentang usianya sarna dengan remaja awal, yaitu 12-15 tahun. Dipilihnya ceABG' sebagai sampel karena adanya indikasi bahwa sikap pennisiftemadap seks pada remaja semakin lama cendenmg tetjadi semakin awal. Chwnlea (1982) berpendapat penyebab semakin awalnya masa pubertas di kalangan remaja adalah akibat semakin baiknya tingkat gizi dan peningkatan kesadaran akan perawatan kesehatan. Selain itu, akibat yang ditimbulkan perilaku seksual pranikah ini akan lebih mengkuatirkan jika dialami remaja yang masih muda usia (Faturoc~ 1992). Selain itu, karakteristik "ABO" yang mudah terpengaruh oleh lingkungan, terutama yang berkaitan dengan gaya hidup dan trend yang berlaku, menyebabkan mereka rentan dan mudah terpengaruh tennasuk dalam masalah perilaku seksual pranikah. Berdasarkan latar belakang itu, permasalahan yang muneul kemudian adalah bagaimana gambaran keseroabolehan remaja yang menjadi responden penelitian ini terhadap perilaku seksual pranikah. Kemudian, bagaimana tingkat keyakinan mereka terhadap mitos-mitos, baik yang mendorong ataupun mencegah perilaku seksual pranikah, serta sumber mitos mempengaruhi keserbabolehan terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Penelitian ini bersifat kuantitatit: Data yang diproleh diolah deng3n' teknik analisa Spearmo.n Rank Correlation, Chi Square dan Coefficient of Contigency. Sampel penelitian adalah 100 orang remaja "ABG" di Jakarta, yang berusia antara 12-15 tah~ dengan pendidikan SMP dan SMU.8ampel diperoleh dengan telmik Incidental Sampling. Basil penelitian ini men\Uljukan bahwa : : (1). Standar keserbabolehan yang berlaku adalahpermissiveness with affection. Hal ini ' berarti perilaku seksual apap\Ul (termasuk hubtmgan barlan sebelum menikah) boleh dilakukan, baik oleh pria dan wanita, apabila dilandasi adanya ikatan afeksi diantara ' keduanya Secara wnum, perilaku seksual pranikah tertinggi yang dapat diterima responden adalah bercwnbu dengan tunangan. ' (2). Terdapat hubungan yang signifikan dan positifantara tingkat keyakinan terhadap mitos yang mendorong dengan keserbabolehan terbadap perilaku seksual pranikah. " (3) Terdap~ hublUlgan yang signiftkan ':ian negatifantara tinekat keyakinan terhadap mitos yang meneegah dengan keserbabolehan terbadap perilaku seksual pranikah. (4). Terdapat perbedaan yang signifikan sumber acuan mitos pada mitos yang , mendorong perilaku seksual pranikah. mrtuk mitos yang mendorong ini, ternan merupakan sumber acuan yang paling banyak disebutkan oleh responden. ' (5) Terdapat perbedaan yang signifikan sumber acuan mitos pada mitoB yang meneegah perilaku seksual pranikah. untuk mitos yang mencegah ini, ibu merupakan swnber acuari yang paling banyak disebutkan oleh responden (6) Hasit tambahan yang menemukan bahwajenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman pacaran, jmnlah ternan dalam kelompo~ pengalaman pacaran ternan, . sering tida1mya ke mall, temyata tidak signifikan berpengaruh pada keserbabolehan pada perilaku seksual pranikah. Ada beberapa saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambahkan jwnlah sampel agar bisa dilakukan generalisasi, analisa faktor mrtuk mengetahui mitos-mitos yang mendorong atau menceg--cJI secara pasti juga disarankan. Selain itu, pembentukan rapport dengan para responden agar dapat dilakukan Wltuk memperkecil kemungkinan rnWlculnya respon "social desirability". Pengisian kuesioner secara berssma-sarna oleh responden juga sebaiknya dihindari untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Sedangkan Wltuk para orang tua, disanmkan untuk berkomunikasi secara terbuka melaJui teknik diskusi mengenai masaJah seks dan memberikan informasi yang benar mengenai seks sesuai dengan usia dan jenis kelamin anak. Dalam dislrusi pilih topik yang sedang diminati anak, agar anak tidak risih dan orang tua juga tidal< rnerasa tertekan. Pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak akan sangat membantu daJam proses penyampaian informasi tentang seks pada anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kehamilan tidak dikehendaki, aborsi ilegal dan tidak aman, peningkatan kasus penyakit menular seksual termasuk infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Hal tersebut sebagai akibat perilaku seksual remaja yang cenderung permisif dan berani, keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Faktor lain yang mendukung adalah mudahnya akses informasi seksualitas yang keliru dari teman sebaya dan media massa, adanya anggapan dari orang tua atau guru bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi masih dianggap tabu, membangkitkan keingintahuan remaja terhadap hal seputar seksual menjadi besar dan mempengaruhi kebebasan remaja mengambil keputusan terhadap situasi tertentu khususnya terkait kecenderungan melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan kecenderungan remaja melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah di Indonesia, yang mencakup faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sumber informasi kesehatan reproduksi yang keliru yang pemah didapat remaja melalui teman sebaya, orang tua dan media massa (Televisi, Radio, Buku/ Majalah/ Koran) berdasarkan jenis kelamin, tingkat
pendidikan serta alasan remaja melakukan hubungan seksual pranikah. Desain penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian menggunakan data sekunder hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2002-2003. Jumlah sampel 4156 orang remaja (2341 pria dan 1815 wanita) berusia 15 sampaj dengan 24 tahun, yang diambil dari sekitar 9100 rumah tangga di 15 propinsi. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 dan confidence interval (CI) 95 persen. Hasil Penelitian menyimpulkan terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja pria dan wanita dengan kecenderungan remaja pria dan wanita melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah p <0,05. Ada hubungan yang bennakna antara sumber informasi kesehatan reproduksi yang keliru yang pernah didapat remaja pria melalui teman sebaya dengan kecenderungan remaja pria melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah p<0,05 dan ada hubungan antara sumber informasi kesehatan reproduksi yang didapat remaja wanita melalui orang tua dengan kecenderungan remaja wanita melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah. Penelitian ini merekomendasikan perlu peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja dan sumber informasi kesehatan reproduksi yang baik dan benar terhadap pencegahan kecenderungan remaja melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah di Indonesia."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5486
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Solehah
"Besarnya masalah HIV dan AIDS secara global dan nasional serta tingginya angka kumulatif penderita pada usia remaja, maka salah satu cara menghindari penularannya adalah dengan merubah perilaku seksual berisiko tertular HIV. Salah satu cara untuk merubah perilaku berisiko tersebut adalah dengan menyebarluaskan informasi mengenai HIV dan AIDS pada remaja. Kini banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang memberi perhatian terhadap masalah kesehatan reproduksi dan seksual pada remaja, hal ini merupakan wadah yang sangat baik bagi remaja dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan termasuk masalah HIV dan AIDS.
Penelitian dengan pendekatan potong lintang ini bertujuan mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku seksual berisiko tertular HIV dan AIDS pada remaja pasar kelompok dampingan PKBI DKI Jakarta di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini juga ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya. Pengambilan sampel dilakukan dengan kuisioner terstruktur pada 98 responden yang diambil secara acak sederhana berdasarkan data yang tersedia di PKBI DKI Jakarta. Analisa data dilakukan secara univariat dalam bentuk distribusi frekuensi, kemudian secara bivariat melalui uji chi square untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variable terikat. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa sepertiga dari kelompok dampingan berperilaku seksual berisiko tertular HIV dan AIDS (35,7%). Angka yang cukup besar mengingat responden masih berusia remaja dan belum menikah. Sebagian besar dari responden telah memiliki pengetahuan baik mengenai HIV dan AIDS (60%) meskipun beberapa masih bercampur dengan informasi yang keliru. Pengetahuan yang keliru dapat dilihat dari jawaban bahwa penyakit AIDS hanya menyerang kaum homoseksual (11,2%), atau penularan HIV salah satu caranya dengan pemakaian handuk bersamaan (23,5%). Dalam hal sikap, proporsi responden yang bersikap positif sebanding dengan yang memiliki sikap negatif.
Sebagian besar responden berada pada usia 20-24 tahun (70,4%) dan berjenis kelamin laki-laki (63,3%). Dalam hal pendidikan formal yang ditamatkan proporsi remaja berpendidikan tinggi (¡Ý SMA) (43,9%) hampir sama dengan remaja yang berpendidikan rendah (¡ÜSMP) (56,1%). Sebagian besar responden pernah menggunakan NAPZA (61,2%) dan proporsi yang berada pada lingkungan pasar kurang dari 3 tahun sama dengan yang telah lebih dari 3 tahun. Hampir seluruh responden telah terpapar media porno, hanya 8 remaja yang mengaku tidak pernah terpapar. Remaja yang terpapar informasi lebih dari 3 sumber proporsinya hampir sama dengan responden yang terpapar informasi kurang dari 3 sumber. Remaja yang telah didampingi lebih dari 4 kali oleh petugas outreach (¡Ý 4 kali) sebesar 53,1% dan 46,9% telah didampingi kurang dari 4 kali.
Variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan HIV dan AIDS hanyalah frekuensi pendampingan (p-value 0,031; OR=2,47; 95% CI=1,07-5,67). Kemudian hanya variabel pengetahuan yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel sikap terhadap HIV dan AIDS (p-value 0,017; OR=2,75; 95% CI=1,19-6,36). Dan hasil uji hipotesis dengan perilaku berisiko terdapat 4 variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu umur (p-value 0,022; OR=3,25; 95% CI=1,11-9,56), jenis kelamin (p-value 0,013; OR=3,19; 95% CI=1,21-8,40), penggunaan NAPZA (p-value 0,000; OR=20,57; 95% CI=4,54-93,26 ) dan keterpaparan media porno (p-value 0,008; OR=4,69; 95% CI=1,28-17,19).
Peneliti mendukung akan program-program yang dilakukan oleh PKBI maupun LSM lain dalam usaha menanggulangi penularan penyakit AIDS. Usaha ini tentunya tidak dapat terlaksana tanpa peran serta masyarakat, pemerintah maupun pihak-pihak terkait. Pemberian informasi sepatutnya diberikan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan remaja. Hindari pembuatan media informasi dengan gambar yang mendekati pornografi, karena dikhawatirkan pesan tidak tersampaikan dengan baik. Dalam menyebarkan informasi tentang cara pencegahan penularan HIV, pemberi informasi harus mengurutkan atau menekankan bahwa cara pertama pencegahan adalah tidak melakukan hubungan seks, kedua bersikap saling setia dengan pasangan seks dan terakhir bagi kelompok yang berisiko adalah penggunaan kondom. Bagi remaja, tidak melakukan hubungan seksual pra nikah adalah sangat dianjurkan karena selain bertentangan dengan norma agama tentu akan merugikan kesehatan reproduksi dan kehidupannya di masa yang akan datang."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>