Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S.M. Ardan
Djakarta: Balai Pustaka, 1965
899.221 ARD n (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Wahyudi
""The focus of this thesis is the phenomenon of the nyai[ which was a dominant theme in novels produced before the founding of Balai Pustaka2, the Dutch colonial publishing house. The fictional treatment of this theme helps illuminate the social situation in Indonesia's colonial society in which penryaian or concubinage was regarded as social fact which was accepted as normal by Indonesian society at that time. In this respect, the discussion in this thesis is not I. only a literary analysis, but also a sociological analysis. This thesis is informed by a conviction that the validity of the official view of the genesis of Indonesian literature;, which has up untill now been regarded as a 'Literally, the term 'nyai' has two meanings: 1. term of reference and address for the concubine of a European or Chinese in Indonesia's colonial society, and 2. respectful term of address for older woman. The term 'nyai' in the second meaning is derived from Javanese culture, and has different meaning with the term 'nyai' which will be used in this thesis; so this meaning will not be used any longer. In the next discussion, a number of understandings of this term will be used, but actually those understandings have a basic meaning, that is, ""a concubine or a mistress of foreigner"". See John M. Echols and Hassan Shadily, Kamus Indonesia Inggris [An Indonesian-English Dictionary], Jakarta, PT Gramedia, 1989, p. 392. 201 the 57 Pre-Balai Pustaka novels there are more than 20 which narrate nyai stories. For Pre-Balai Pustaka novels, see Ibnu Wahyudi, Perkembangan Novel Indonesia sebelum Balai Pustaka [The Development of Indonesiannovels before the Balai Pustaka Period], Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1988. The official view which is meant here is a basic belief that has been followed by most of the researchers or literary c cs both in Indonesia and elsewhere, or that has been taught as a formulaic matter in schools,t Indonesian literature begins from the foundation of Balai Pustaka in 1917, or from the first publication of that colonial publisher. For the opinions that regard the foundation of Balai Pustaka as a indication of the emergence of Indonesian literature, see Goenawan Mohamad, ""Sebuah Sketsa Setengah Abad: Kesusastraan Indonesia 1917--1967,"" Horison, 1968; and Anthony H. Johns, ""Genesis of a Modern Literature,"" Indonesia, edited by Ruth T. McVey, New Haven: Yale University, 1967, p. 413. While for the opinions that regard the first novel published by Balai Pustaka as the birth of Indonesian literature, see, for example, A. Toeuw, Modern Indonesian Literature, The Hague: Martinus Nijhoff, 1967, p. 1; A.""
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T41371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francis, G.
"Tragedy about Dasima, a beautiful young woman, who is murdered during the colonial period in Batavia"
Jakarta: Masup Jakarta, 2013
899.221 FRA n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shelma Rachmahyanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas novel Njai Isah karya Sie Lip Lap dan Tjerita Njai Dasima karya G. Francis. Kedua novel ini mengisahkan kehidupan perempuan pribumi yang menjadi gundik orang Eropa atau Tionghoa pada zaman kolonial. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sastra. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Melalui metode deskriptif analitis terbukti bahwa ada perbedaan terhadap konsep nyai yang ada dalam cerita Njai Isah karya Sie Lip Lap dan Tjerita Njai Dasima karya G. Francis yang dilatarbelakangi oleh sudut pandang pencerita.

ABSTRACT
This thesis analyses the novel Njai Isah by Sie Lip Lap and Tjerita Njai Dasima by G. Francis. Both of these novels tell the story of native women who became mistresses to Europeans and Chinese people in the colonial period. The research is completed using the analytical descriptive method. Using this method, it is proven that there are different concepts of nyai within the story in Njai Isah by Sie Lip Lap and Tjerita Njai Dasima by G. Francis, which are based on writers perspective. Keywords Malay Tionghoa literature, comparison, concubinage, colonial period, Sie Lip Lap, G. Francis."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jean Tanuwibawa
"Sekitar akhir abad XIX sampai dengan sekitar awal abad XX, di Indonesia yang pada waktu itu masih dikenal sebagai Hindia-Belanda beredar cerita-rerita rekaan di masyarakat yang menampilkan topik-topik tentang masalah pernyaian dan perkawinan campuran atau perkawinan antar bangsa. Siapakah yang disebut Nyai? Kamus Umum Bahasa Indonesia II terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa memberikan definisi sebagai berikut: 1. gundik arang acing (terutama Orang Eropa); 2. panggilan kepada perempuan tua: 3. k.l. [s.i.c!] adinda (1983: 1459).
Dalam skripsi ini arti nyai lebih mengarah pada definisi nyai yang pertama gundik orang asing. Dalam bahasa Jawa dan Sunda juga dikenal istilah nyai ini. S. Prawiro Atmodio (1987:285) dalam Bausastra Jawa mendefinisikan nyai sebagai sebutan untuk istri kyai atau sebutan untuk gundik arang belanda. Dalam Kamoes Soenda-Indonesia karya R. Satiadibrata (1950:237) dikatakan bahwa nyai atau nyi adalah panggilan untuk perempuan yang lazimnya di letakkan di depan nama perempuan; misalnya Nyai Misnem, atau Nyai Mas.
Menurut Satiadibrata di daerah Pasundan gundik orang asing disebut nyai-nyai. Lebih jauh lagi, tim proyek penelitian dan Pencatatan Kebudayaan daerah (1979: 143) yang meneliti adat istiadat di Jawa Barat memberikan keterangan bahwa kata atau sebutan nyai kadang-kadang dipakai oleh seorang suami untuk memanggil istrinya; kita ingat misalnya tokoh Kabayan yang memanggil istrinya, lteung, dengan sebutan nyai.
Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan perkawinan carnpuran atau perkawinan antar bangsa adalah perkawinan yang dilakukan antara dua prang yang berbeda kebangsaan atau keturunannya; salah seorang dari pasangan tersebut adalah pribumi. Pada abad yang lampau perkawinan semacam ini yang terjadi di Hindia-Belanda, biasanya tidak disertai surat nikah. Surat nikah biasanya berlaku hanya untuk kalangan masyarakat Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda. Sangatlah menarik jika ditelaah dengan seksama lamanya peredaran cerita-cerita perkawinan antarbangsa dan pernyaian ini; ternyata topik cerita semacam ini beredar lebih dari dua puluh tahun di Hindia-Belanda (Bacquet Siek, 1984; Salmon, 1981: 32, 38,57; Toer, 1985: 226). Lebih menarik lagi adalah kenyataan bahwa ternyata pengarang-pengarang cerita dengan topik tersebut berasal dari berbagai keturunan yang ada di Hindia-Belanda. Pengarang-pengarang tersebut ada yang berasal dari keturunan pribumi, keturunan Eropa seperti Inggris dan Belanda, ada pula yang berasal dari keturunan Tianghoa. Oleh karena itu, maka penulis merasa sangat tertarik untuk meneilitinya. Selain itu, penulis melihat bahwa belum banyak cerita-cerita ini diteliti. Umumnya penelitian yang telah dilakukan (hanya) terbatas pada satu buku saja jarang yang mengadakan studi perbandingan antara beberapa karya.
Oleh sebab itu, penulis dalam skripsi ini berusaha membuat telaah perbandingan antara dua, karya yang ditulis oleh dua pengarang yang berasal dari keturunan yang berbeda. Buku pertama merupakan karya G. Francis, seorang keturunan Inggris, berjudul Tjerita Njai Dasima. Buku yang kedua adalah karya seorang pengarang keturunan Tionghoa., Thin Tjim Boren,berjudui Tjerita Njai Soemirah. Tjerita Njai Dasima pertama kali diterbitkan tahun 1896, dan karena kepopulerannya telah beberap kali mengalami cetak ulang (antara lain pada tahun 1926 dan tahun 1930) sering dipentaskan bahkan pernah difilmkan.
Pemilihan Tjerita Njai Dasima bukan hanya karena kepopulerannya, tetapi terLitama karena cerita ini dianggap dapat mewaki1i karya-karya dari pengarang keturunan Barat. Dalam skripsi ini, Tjerita Njai Dasima yang dijadikan bahan analisis diambil dari buku Tempo Doeloe (1985) karya Pramoedya Ananta Toer. Buku ini dijadikan bahan analis karena penulis menganggap Tjerita Njai Dasima dalam karya ini masih terjaga keaslian bahasanya. Adapun cerita yang akan dijadikan pembanding adalah Tjerita Njai Soemirah Atama Peroentoengan Manoesia. Cerita ini dikarang oleh Thio Tjmn Boen dan diterbitkan pada tahun 1917. Seperti juga karya G. Francis, karya ini penulis anggap dapat mewakili karya-karya dari penulis keturunan Tionghoa. Ringkasan Tjerita Njai Dasima dan Tjerita Njai Soemirah terdapat dalam Lampiran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutedja-Liem, Maya
Leiden: KITLV , 2007
BLD 839.313 09 SUT n (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
S.M. Ardan
Depok : Masup, 2007
899.221 ARD n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amitri Dinar Sari
Depok : Ruas, 2005
899.221 AMI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dono
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999
899.221 DON d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fredy. S
Jakarta: Gultom Agency, [date of publication not identified]
899.221 FRE d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>