Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kholis Ernawati
"Tambak terlantar merupakan man made breeding places pada daerah endemis malaria di ekosistem pantai Pengelolaan habitat perindukan vektor dapat memutuskan rantai penularan malaria Penerapan manajemen terpadu yaitu manajemen kasus dan manajemen lingkungan dalam pengendalian malaria merupakan key alternative terutama pada daerah endemis dengan jumlah habitat perindukan vektor berupa tambak terlantar yang luas Pengelolaan tambak terlantar perlu menerapkan prinsip berkelanjutan yaitu mempertimbangkan aspek ekologi ekonomi sosial kelembagaan dan teknologi Tujuan penelitian ini adalah merumuskan model pengendalian malaria melalui pengelolaan habitat perindukan vektor berkelanjutan Lokasi penelitian adalah desa Sukarame Sukamaju dan Kampung Baru Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung Metode yang digunakan untuk pemilihan alternatif pengelolaan tambak terlantar berkelanjutan yaitu Analytical Network Process ANP Penyusunan model pengendalian malaria melalui pengelolaan habitat perindukan vektor menggunakan metode System Dynamics Hasil penelitian menunjukkan bahwa urutan alternatif pengelolaan tambak terlantar agar tidak menjadi habitat perindukan vektor yang mempertimbangkan aspek aspek keberlanjutan adalah budi daya ikan Nila Bandeng 27 Budi daya udang 22 rehabilitasi mangrove 18 mengeringkan tambak 12 mengalirkan air laut ke tambak 10 dan membersihkan ganggang atau lumut 9 Urutan kriteria yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan alternatif pengelolaan tambak terlantar adalah aspek lingkungan 26 sosial 24 Teknologi 18 Kelembagaan 17 dan ekonomi 15 Skenario terbaik pada model pengendalian malaria melalui pengelolaan habitat perindukan vektor berkelanjutan dilakukan dengan intervensi predator 60 dan rehabilitasi mangrove 10 Pengelolaan tambak terlantar membutuhkan keterlibatan lintas sektor yaitu instansi Dinas Perikanan 70 pengusaha tambak 80 peran serta aktif masyarakat 50 dan keterlibatan instansi Dinas Kesehatan 70 dalam manajemen kasus malaria Pengendalian malaria melalui pengelolaan habitat perindukan vektor berkelanjutan dapat menurunkan habitat perindukan vektor 8 28 kepadatan larva Anopheles sp 55 2 nyamuk Anopheles sp 11 68 dan kasus malaria 25 78

Derelict ponds are man made breeding places in endemic areas in coastal ecosystems Vector breeding habitat management can break the chain of transmission of malaria Implementation of the integrated management of case management and environmental management in malaria control is a key alternative especially in endemic areas by the number of vector breeding habitats such as ponds abandoned areas Management of abandoned farms need to apply sustainable principles that consider the ecological economic social institutional and technological The purpose of this study is to formulate a model of malaria control through sustainable management of vector breeding habitats The research location is the village Sukarame Sukamaju and Kampung Baru Punduh Pedada subdistrict Pesawaran district Lampung province The method used for the selection of alternative sustainable management of derelict ponds were Analytical Network Process ANP Modeling the control of malaria through vector breeding habitat management using System Dynamics The results showed that the sequence of alternative farm management so as not to be stranded vector breeding habitats that considers aspects of sustainability are Tilapia aquaculture Milk 27 shrimp cultivation 22 rehabilitation of mangroves 18 dry ponds 12 sea water flowing into the pond 10 and cleaning algae or moss 9 The order of the criteria to be considered in the selection of alternative to derelict farm management are environment 26 social 24 technology 18 institutional 17 and economy 15 The best case scenario in a model of malaria control through sustainable management of vector breeding habitat is done by the intervention predators 60 and mangrove rehabilitation 10 Management of abandoned farms that require cross sector involvement Fisheries agencies 70 farm employers 80 public participation 50 and the Public Health Service agency involvement 70 in malaria case management Control of malaria vector breeding habitat through sustainable management can reduce vector breeding habitats of 8 28 density of larval Anopheles sp 55 2 the mosquito Anopheles sp 11 68 and decrease malaria cases of 25 78 "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farha Widya Asrofani
"Pesisir Kabupaten Tangerang mempunyai ekosistem alam yang luas namun pemanfaatannya belum optimal. Ekosistem tersebut memberikan jasa dan nilai yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat. Nilai setiap jasa ekosistem dapat dijadikan sebagai acuan dampak pembangunan agar tidak merugikan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Masalah dalam penelitian ini yaitu belum dilakukannya pengelolaan pesisir berbasis nilai jasa ekosistem, padahal mengetahui nilai jasa ekosistem pesisir dibutuhkan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan pengelola untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Tujuan penelitian adalah menganalisis jasa ekosistem pesisir yang tersedia berdasarkan tipologinya, menganalisis karakteristik jasa ekosistem pesisir berdasarkan hak kepemilikan, pengelolaan, dan penerima manfaatnya, menganalisis nilai ekonomi jasa ekositem pesisir, dan merumuskan pengelolaan pesisir untuk peningkatan nilai jasa ekosistem.
Metode yang digunakan adalah analisis penggunaan lahan, statistik deskriptif dan valuasi ekonomi berupa surplus produsen dan replacement cost.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jasa ekosistem utama adalah jasa penyedia pangan dari ekosistem laut dan jasa ekosistem rekreasi. Desa yang potensial dikembangkan dengan membuka investasi pembangunan adalah Desa Tanjung Anom dan Desa Surya Bahari.
Kesimpulan penelitian ini adalah pembangunan di kawasan pesisir harus memperhatikan nilai manfaat yang masyarakat terima selama ini dari jasa ekosistem yang tersedia.

Coastal Tangerang Regency has a wide natural ecosystem, but its utilization is not optimal. The ecosystem provides services and values ​​related to community welfare. The value of each ecosystem service can be used as a reference for development impacts so as not to harm the welfare of the surrounding community.
The problem in this study is that the management of coastal ecosystems based on ecosystem service values ​​has not yet been carried out, whereas knowing the value of coastal ecosystem services is needed as consideration for management decisions to achieve sustainable development.
The research objective is to analyze the available coastal ecosystem services based on their typology, analyze the characteristics of coastal ecosystem services based on ownership rights, management, and beneficiaries, analyze the economic value of coastal ecosystem services, and formulate coastal management to increase the value of ecosystem services.
The method used is land use analysis, descriptive statistics, and economic valuations in the form of producer surpluses and replacement costs.
The results showed that the main ecosystem services are food service providers from the marine ecosystem and recreational ecosystem services. The villages that have the potential to be developed by opening investment in development are Tanjung Anom Village and Surya Bahari Village.
This study concludes that development in coastal areas must pay attention to the value of the benefits that people have received so far from the available ecosystem services.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wezia Berkademi
"Desa Bojonegara yang memiliki lokasi strategis di pesisir Teluk Banten mengalami perkembangan industri yang pesat. Kegiatan ekonomi di wilayah pesisir secara bersamaan meningkatkan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumber daya pesisir sehingga menyebabkan perubahan fisik, kimia, dan biologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui data observasi dan tinjauan pustaka bertujuan untuk memperkirakan perubahan lingkungan yang terjadi dan menghitung nilai kehilangan ekosistem yang terjadi jika salah satu elemen di wilayah pesisir terganggu. Pengambilan sampel air dilakukan di lima belas titik, termasuk industri, pelabuhan, dan stasiun pemantauan di sepanjang pesisir Kabupaten Bojonegoro hingga Pulau Lima untuk menilai tingkat keparahan dampak pencemaran industri. Total nilai kerugian ekosistem dihitung dengan menggunakan pendekatan produktivitas dan biaya penggantian untuk menganalisis nilai kerugian ekosistem pada tiga fungsi ekosistem mangrove adalah Rp. 166.863.567.165 dan harus dikembalikan untuk pemulihan lingkungan dengan dana pemulihan yang harus dikeluarkan oleh pelaku reklamasi (industri) adalah Rp. 9.254.253 per meter persegi kawasan reklamasi selama 30 tahun sebagai biaya kompensasi pengelolaan lingkungan. Pentapan biaya ini secara efektif melalui hasil simulasi dengan menggunakan system dynamics efektif mengurang tekanan dan meningkatkan kualitas lingkungan di pesisir Desa Bojonegara

Bojonegara District, having a strategic location in the coastal area of Banten Bay, is undergoing rapid industrial development. The economic activities in coastal areas simultaneously increase the ecological pressure on ecosystems and coastal resources. Ecosystem stress, directly and indirectly, disrupts organisms' life on land and in waters, causing physical, chemical, and biological changes in coastal areas of Bojonegoro District to Lima Island, causing a potential impact on socioanthropogenic activities. This research uses a mixed qualitative and quantitative approach through the observational data and literature review, aiming to estimate the economic loss that occurs if one element in the coastal area is disturbed, impacting the whole system. The water sample was collected at fifteen spots, including industrial, port, and monitoring stations along the coastal areas of Bojonegoro District to Lima Island, to assess the severity of the impacts of industrial pollution. Total economic loss is calculated using the productivity and replacement cost approach to analyze the loss value of damage on three seagrass ecosystem functions. It is estimated that the total loss value due to damage is more than Rp. 166,863,567,165 and must be returned for environmental restoration with recovery funds that must be spent by the reclamation actor (industry) is Rp. 9,254,253 per meter cubic of reclamation area for 30 years as compensation for environmental management. This cost-effective determination through simulation results using system dynamics effectively reduces pressure and improves environmental quality in the coastal village of Bojonegara."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sati
Solo: Azka Pressindo, 2017
570 SAT e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Dwi Sumarah
"ABSTRAK
Ekosistem hutan menyediakan berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung, dimana kemungkinan nilai tidak langsungnya lebih tinggi daripada nilai guna langsungnya. Dikarenakan tidak adanya harga pasar, maka perlu dilakukan perhitungan manfaat hutan secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi manfaat taman hutan wisata alam Grojogan Sewu secara menyeluruh, mengetahui tingkat membayar pengunjung dan faktor ? faktor yang mempengaruhinya. Nilai manfaat yang dihitung dalam penelitian ini adalah nilai manfaat wisata, nilai potensi kayu, nilai serapan karbon, nilai kesejukan dan nilai serapan air. Metode kontingensi dengan regresi logistik digunakan dalam penelitian ini untuk mengitung nilai guna wisata. Sedangkan untuk nilai kayu dan serapan karbon menggunakan pendekatan harga pasar yang berlaku dan nilai kesejukan dan nilai serapan air menggunakan pendekatan biaya pengganti. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini salah satunya adalah tingkat kemauan membayar pengunjung terhadap objek wisata TWA Grojogan Sewu. Nilai kemauan membayar pengunjung di objek wisata ini yang diperoleh masih lebih rendah daripada harga tiket masuk ketika penelitian dilakukan, yaitu dengan nilai terendah sebesar Rp10,622.56 yang diperoleh dari pengunjung dengan jenjang pendidikan tinggi dan memiliki jarak tempat tinggal ke lokasi wisata lebih dari 500 km, sedangkan nilai tertinggi adalah Rp12,406.39 yang diperoleh dari pengunjung dengan jenjang pendidikan menengah dan jarak tempat tinggal ke objek wisata kurang dari 500 km. Faktor ? faktor yang mempengaruhi nilai kemauan membayar tersebut adalah tingkat tawaran harga, umur, jenjang pendidikan tinggi, jumlah kunjungan, waktu berkunjung, persepsi responden terhadap ekosistem hutan di lokasi rekreasi sebagai daya tarik wisata dan persepsi terhadap TWA Grojogan Sewu sebagai asset nasional dan keamanan dalam melakukan kegiatan wisata di TWA Grojogan sewu. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai ekonomi penggunaan langsung lebih rendah daripada nilai penggunaan tidak langsung.dengan nilai total sejumlah Rp68.805.414.238,30.

ABSTRACT
Forest ecosystem provides many benefits for human being, those are use values and non-use values, which its non-use values may considerably exceed its use values. Due to lack of market price on forest ecosystem service, therefore needs a comprehensive method of forest ecosystem service valuation. Aims of this study are estimating the benefits value of Grojogan Sewu tourism forest, eliciting willingness to pay of tourist and drawing factors which influence to willingness to pay (wtp) level. The economic values which are estimated in this study are recreation value, commercial timber value, carbon storage value, micro-climate value and watershed service. Contingent valuation method along with logistic regression is used to evaluate the recreational value. However, commercial timber value and carbon storage value are based on market price approach; otherwise micro-climate and watershed value are based on substitution. Result of willingness to pay of tourist in this study is lower than the current price of entrance fee when this research was established which the lowest wtp is around Rp10,622.56 that generated from respondents who have a high education and home distance to attraction site more than 500 km; on the other hand the highest wtp is about Rp12,406.39 which generated from tourists with a medium education level and home distance less than 500 km. In this case, wtp is influenced by bid vehicle, age, a high education level, numbers of visit, the time-length of visit, perception on natural surroundings of forest ecosystem as recreational attraction, perception on statement that Grojogan Sewu as a national asset and safety feeling surrounding recreational site. Based on the study, it is defined that the use value is lower than the non-use value which the amount of total values around Rp Rp68.805.414.238,30."
2016
T46295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Anwar
"Ion tripolifosfat merupakan zat yang terkandung dalam detergen dalam bentuk natrium tripolifosfat Na5P3O10 . Pembuangan air limbah detergen ke lingkungan perairan dapat menyebabkan peningkatan jumlah ion tripolifosfat. Di lingkungan ion triolifosfat dapat mengalami hidrolisis secara perlahan mengasilkan ortofosfat H2PO4- dan HPO42-. Kandungan fosfat yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi tanaman dan ganggang eutropikasi sehingga mengurangi jumlah oksigen yang terlarut dalam air dan berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan, oleh karena itu kadar ion tripolifosfat dalam perairan perlu dimonitor.
Salah satu metode pemisahan ion tripolifosfat dapat dilakukan dengan menggunakan ion-imprinted polymer. Kitosan-suksinat, tripolifosfat dan MBA Methylene Bis Akrilamida digunakan secara berturut-turut sebagai monomer pengompleks, template dan pengikat silang. Pada tahap awal dibentuk kompleks Fe-kitosan-suksinat-tripolifosfat. Tahap kedua kompleks Fe-kitosan-suksinat-tripolifosfat diikat silang dengan MBA Methylene Bis Akrilamida dan diiradiasi sinar gamma. Template Ion tripolifosfat dikeluarkan dengan menggunakan larutan KOH sehingga terbentuk rongga yang selektif untuk hanya ion tripolifosfat pada ion-imprinted polymer.
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa penyerapan ion tripolifosfat optimum pada kondisi pH 2, konsentrasi ion tripolifosfat 1 ppm dan waktu kontak 70 menit. Pada studi ini dilakukan pula percobaan penyerapan ion tripolifosfat pada non-imprinted polymer, termasuk juga pengaruh ion pengganggu. Hasil penyerapan ion tripolifosfat pada ion imprinted polymer lebih besar dibanding non-imprinted polymer pada kondisi optimum yaitu sebesar 94,42 , sedangkan pada non imprinted polymer yaitu 72,12 . Ion klorida Cl- merupakan ion yang memberikan gangguan lebih besar dibandingkan ion karbonat CO32- pada proses penyerapan ion tripolifosfat, persentase adsorpsi tripolifosfat dengan adanya Cl- adalah 57,71 dibandingkan ion CO32- yaitu 68,28.

Tripolyphosphate ion is a substance contained in the detergent in the form of sodium tripolyphosphate Na5P3O10 . Disposal of detergent waste water into the environment can lead increasing tripolyphosphate ion. This ion will undergo hydrolysis slowly which produces orthophosphate H2PO4 and HPO4 2. Excess phosphate content can cause the increase in the number of plants and algae eutrophication , thus reduce the amount of oxygen dissolved in water and can be harmful to the preservation of aquatic ecosystems, therefore the levels of tripolyphosphate ion in the aquatic environment need to be monitored.
One method separation of tripolyphosphate ion can be done through ion imprinted polymer chitosan succinate, tripolyphosphate and MBA Methylene Bis Akrilamida used as the complexing monomer, template and crosslinking agent, respectively. In the first step, Fe III chitosan succinate tripolyphospate is formed. In the second step, Fe III chitosan succinate tripolyphospate is crosslinked by MBA and irradiated by gamma ray. Tripolyphosphate ion is removed with KOH solution to form a selective cavity for tripolyphosphate ion in the ion imprinted polymer.
Based on this research is known the optimum adsorption of tripolyphosphate ion at pH 2, concentration tripolyphosphate ion 1 ppm, contact time for 70 minutes. This study also conducts experiments of adsorption of tripolyphosphate ion in non imprinted polymer, as well as the effect of interference ions. The result of adsorption of tripolyphosphate ion on imprinted ions is higher than compared to non imprinted. The adsorption percentages are 94.42 for IIP and 72.12 for NIP MBA. Chloride ion Cl is an ion that provides a greater interference to the adsorption process of tripolyphosphate ion than compared to carbonate ion. The Adsorptions of tripolyphosphates are 57.71 for present Cl ion and 68.28 for present CO32 ion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Andhika Pratama
"Ekosistem terumbu karang yang baik dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup habitat ikan serta ekosistem perairan. Pada penelitian kali ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh aktivitas manusia terhadap persebaran terumbu karang di Wilayah Perairan Pulau Samatellu Lompo, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan pata tahun 2000, 2014, 2018, serta 2021. Persebaran terumbu karang didapatkan melalui survei lapang dengan menggunakan metode foto transek bawah air, serta melakukan pengolahan data citra menggunakan algoritma Lyzenga untuk koreksi kolom air, setelah itu dilakukan proses klasifikan objek perairan dengan klasifikasi unsupervised. Terkait aktivitas manusia yang mempengaruhi kerusakan terumbu karang didapatkan melalui wawancara terhadap informan serta mencari studi literatur terkait. Hasil penelitian menunjukan bahwa Terumbu karang di Perairan Samatellu lompo semakin menurun dari tahun 2000-2021. Pada tahun 2000 luas karang hidup yaitu sebesar 13,53 ha, sedangkan tahun 2021 karang hidup menurun dengan luas sebesar 8,031 ha. Kegiatan destructive fishing, yakni kegiatan penangkapan ikan dengan cara yang merusak seperti pemboman serta pembiusan manusia menjadi faktor utama dalam kerusakan terumbu karang. Berdasarkan pengalaman serta pengetahuan informan, diketahui bahwa wilayah yang biasa dijadikan sebagai kegiatan destructive fishing adalah di bagian barat serta utara perairan Samatellu Lompo. Dengan menggunakan pemboman dapat mengakibatkan karang berubah menjadi pecahan karang atau rubble.

Good coral reef ecosystem can be beneficial for the survival of fish habitats and aquatic ecosystems. This study aims to analyze the influence of human activities on the distribution of coral reefs in the waters of Samatellu Lompo Island, Pangkajene Islands Regency, South Sulawesi in 2000, 2014, 2018, and 2021. Distribution of coral reefs was obtained through a field survey using the photo method. underwater transects, like processing image data using the Lyzenga algorithm for air column correction, after the process of classifying aquatic objects with unsupervised classification. Human activities that affect coral reef damage obtained through interviews with informants and looking for related literature studies. The results showed that the coral reefs in the Samatellu Lompo waters decreased from 2000-2021. In 2000, area of live coral was 13.53 ha, while in 2021, decreased by 8,031 ha. Destructive fishing activities, namely fishing activities in destructive ways such as bombing and anesthesia are the main factors in the destruction of coral reefs. Based on the experience and knowledge from informants, it’s known that the areas commonly used as destructive fishing activities are in the western and northern waters of Samatellu Lompo that causing coral to turn into dead coral or rubble."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arkienandia Nityasa Parahita
"Emisi Gas Rumah Kaca (GRK), termasuk emisi karbondioksida (CO2) telah menjadi penyebab utama dari perubahan iklim dan pemanasan global sejak pertengahan abad ke-20. Ekosistem Karbon Biru (EKB), yang meliputi mangrove dan padang lamun berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sebaliknya, kerusakan ekosistem ini dapat menimbulkan resiko lepasnya emisi karbon yang tersimpan kembali ke atmosfer. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi terbesar dari ekosistem tersebut, namun demikian, degradasi EKB di Indonesia yang disebabkan oleh konversi lahan dan kegiatan akuakultur kian meningkat. Sebagai kerangka pengaturan, Perencanaan Tata Ruang berperan penting untuk mengendalikan aktivitas tersebut, menimalisir konflik antar pengguna, dan melindungi EKB melalui instrumen Tata Ruang guna mencegah degradasi lebih lanjut. Perlindungan, pemulihan, dan pengelolaan EKB secara berkelanjutan tidak hanya mempertahankan kapasitasnya dalam penyerapan CO2, tetapi juga mempertahankan jasa ekosistem yang penting bagi adaptasi perubahan iklim, meningkatkan potensi sosial-ekonomi masyarakat, memberikan perlindungan terhadap risiko perubahan iklim di wilayah pesisir, serta memulihkan habitat yang terdegradasi guna mempertahankan fungsinya dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Penelitian ini akan melakukan analisis berkaitan dengan mengenai peran Penataan Ruang dalam proses Tata Kelola Karbon Biru, yang secara spesifik mencakup pengaturan dan instrumen tata ruang dalam perlindungan EKB dalam berbagai peraturan perundang-undangan, permasalahan kelembagaan dalam pengelolaan EKB di Indonesia, dan pengaturan serta studi kasus berkaitan keterlibatan masyarakat untuk pengelolaan EKB pada provinsi Kalimantan Timur dan Bangka Belitung.

Emission of greenhouse gases, including carbon dioxide (CO2), has been the main cause of climate change and global warming since the mid-20th century. Blue carbon ecosystems (BCE), which include mangrove and seagrass meadows play a key role in climate change mitigation and adaptation. Conversely, damage to these ecosystems risks the release of that carbon back to the atmosphere. Indonesia hosts one of the biggest proportions of such ecosystems, however, the rate of BCE degradation in Indonesia caused by land conversion and aquaculture remains high. As a regulatory framework, spatial planning plays a key role to control such activities, maintain conflict between uses, and protect BCE through spatial planning instruments to prevent further degradation. Conserving, restoring, and manage BCE sustainably not only maintains CO2 sequestration capacity but also services essential for climate change adaptation along coasts, improves socio-economic potential of the coastal community, provide protection against risks related to climate change in coastal areas, as well as restoring degraded habitats to recover their climate change mitigation potential and avoid additional greenhouse emissions. This paper aimed to analyzed the role of Spatial Planning in the Blue Carbon Governance process, which specifically includes spatial arrangements and instruments for the protection of BCE in various laws and regulations, institutional arrangement issues in the management of BCE in Indonesia, and case studies related to community involvement in the management of BCE in 2 provinces, East Kalimantan and Bangka Belitung.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The main objective of this book is to provide a multidisciplinary overview of methodological approaches, architectures, platforms, and algorithms for the realization of an Internet of Things (IoT)-based Smart Urban Ecosystem (SUE). Moreover, the book details a set of real-world applications and case studies related to specific smart infrastructures and smart cities, including structural health monitoring, smart urban drainage networks, smart grids, power efficiency, healthcare, city security, and emergency management.
A Smart Urban Ecosystem (SUE) is a people-centric system of systems that involves smart city environments, applications, and infrastructures. SUEs require the close integration of cyber and physical components for monitoring, understanding and controlling the urban environment. In this context, the Internet of Things (IoT) offers a valuable enabling technology, as it bridges the gap between physical things and software components, and empowers cooperation between distributed, pervasive, and heterogeneous entities."
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20502351
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"Budidaya perairan seringkali memunculkan permasalahan tingginya sisa pakan buatan. Alternatif pemberian pakan alami, misalnya perifiton diperlukan untuk mengurangi penggunaan pakan buatan sehingga kualitas dan daya dukung perairan terjaga. Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan gambaran kecukupan sediaan hara pendukung pertumbuhan diatom perifitik serta pola pertumbuhannya. Kajian ini dicobakan pada substrat semen-zeolit (zeocrete/Z) bernutrien. Pada substrat ditambahkan pupuk teknis P, N, dan Si, serta diharapkan dapat menyimpan cadangan dan melepaskan hara sediaan biologis bagi kebutuhan pertumbuhan diatom. Dosis pupuk dibedakan atas dua pendekatan, yaitu rasio (ZR) dan konsentrasi (ZK); masing-masing dengan tiga tingkatan. Selanjutnya dilakukan penyusunan model dengan perangkat lunak STELLA untuk mendapatkan gambaran mengenai prediksi keberadaan hara sediaan biologis sebagai lepasan dari cadangan hara, serta perkiraan rentang waktu penyokongan hara sediaan biologis dari substrat. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Split Plot in Time. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substrat zeocrete dapat menyumbang hara sediaan biologis yang memadai bagi kebutuhan pertumbuhan diatom. Diatom dapat tumbuh dengan baik pada substrat dengan capaian kelimpahan yang berbeda. Produktivitas diatom pada substrat zeocrete didukung oleh amonia, nitrat, dan silika. Substrat dengan perlakuan rasio memberikan variasi komposisi jenis diatom yang tumbuh, sedangkan substrat dengan perlakuan konsentrasi menunjukkan capaian biomassa yang mantap. Substrat zeocrete mampu menyediakan kebutuhan hidup bagi diatom secara general.
"
540 LTR 4:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>