Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205104 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Medita Ervianti
"Kecacatan merupakan salah satu indikator beban penyakit kusta. Risiko kecacatan akibat kusta tidak hanya terjadi pada kasus baru kusta, tetapi juga selama pengobatan dan setelah selesai pengobatan. Metode pengamatan berperan untuk mengendalikan tingkat cacat pada penderita yang telah selesai pengobatan. Metode pengamatan pasif diterapkan di Indonesia sejak tahun 1982. Pada tahun 2009, metode pengamatan semi aktif diterapkan di Kabupaten Pasuruan. Belum diketahui metode pengamatan yang lebih efektif biaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya antara metode pengamatan pasif dan metode pengamatan semi aktif setelah selesai pengobatan kusta dalam pengendalian tingkat cacat. Efektivitas dan biaya pada masing-masing metode dihitung dan dilihat berapa rasio efektivitas biaya dalam pengendalian tingkat cacat. Hubungan faktor-faktor seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi, tipe kusta, riwayat reaksi, pencegahan cacat, perawatan diri dengan pengendalian tingkat cacat serta faktor apa yang paling dominan juga diteliti. Desain penelitian adalah cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan metode pengamatan semi aktif lebih efektif biaya dibandingkan dengan metode pengamatan pasif. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan antara pencegahan cacat dan perawatan diri dengan pengendalian tingkat cacat. Sedangkan hasil multivariat menyatakan perawatan diri sebagai faktor yang mempengaruhi.

Disability is one of indicator of the leprosy burden. The risk of disability due to leprosy, not only in new cases of leprosy, but also during treatment and after release from treatment. Surveillance is one of method to control level of disability in patients who had completed treatment. Passive surveillance implemented in Indonesia since 1982. In 2009, the semi-active surveillance applied in Pasuruan. Not yet known which surveillance is more cost-effective.
This study aims to analyze the cost-effectiveness of the passive and semi-active surveillance after release from leprosy treatment in controlling the level of disability. The effectiveness and cost of each method was calculated and seen the cost-effectiveness ratio to the control of the level of disability. Relationship of factors such as age, education level, knowledge level, economic level, type of leprosy, history of reactions, defect prevention, self-care by controlling the level of disability and what is the most dominant factor is also studied. The study design was cross-sectional.
The results showed semi active surveillance more cost-effective than passive surveillance. Based on the results of the bivariate analysis, there is a relationship between defect prevention and self-care by controlling the level of disability. While the results of the multivariate declared self-care as a affected factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medita Ervianti
"Kecacatan merupakan salah satu indikator beban penyakit kusta. Risiko kecacatan akibat kusta tidak hanya terjadi pada kasus baru kusta, tetapi juga selama pengobatan dan setelah selesai pengobatan. Metode pengamatan berperan untuk mengendalikan tingkat cacat pada penderita yang telah selesai pengobatan. Metode pengamatan pasif diterapkan di Indonesia sejak tahun 1982. Pada tahun 2009, metode pengamatan semi aktif diterapkan di Kabupaten Pasuruan. Belum diketahui metode pengamatan yang lebih efektif biaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya antara metode pengamatan pasif dan metode pengamatan semi aktif setelah selesai pengobatan kusta dalam pengendalian tingkat cacat. Efektivitas dan biaya pada masingmasing metode dihitung dan dilihat berapa rasio efektivitas biaya dalam pengendalian tingkat cacat. Hubungan faktor-faktor seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi, tipe kusta, riwayat reaksi, pencegahan cacat, perawatan diri dengan pengendalian tingkat cacat serta faktor apa yang paling dominan juga diteliti. Desain penelitian adalah cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan metode pengamatan semi aktif lebih efektif biaya dibandingkan dengan metode pengamatan pasif. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan antara pencegahan cacat dan perawatan diri dengan pengendalian tingkat cacat. Sedangkan hasil multivariat menyatakan perawatan diri sebagai faktor yang mempengaruhi.

Disability is one of indicator of the leprosy burden. The risk of disability due to leprosy, not only in new cases of leprosy, but also during treatment and after release from treatment. Surveillance is one of method to control level of disability in patients who had completed treatment. Passive surveillance implemented in Indonesia since 1982. In 2009, the semi-active surveillance applied in Pasuruan. Not yet known which surveillance is more cost-effective.
This study aims to analyze the cost-effectiveness of the passive and semiactive surveillance after release from leprosy treatment in controlling the level of disability. The effectiveness and cost of each method was calculated and seen the cost-effectiveness ratio to the control of the level of disability. Relationship of factors such as age, education level, knowledge level, economic level, type of leprosy, history of reactions, defect prevention, self-care by controlling the level of disability and what is the most dominant factor is also studied. The study design was cross-sectional.
The results showed semi active surveillance more cost-effective than passive surveillance. Based on the results of the bivariate analysis, there is a relationship between defect prevention and self-care by controlling the level of disability. While the results of the multivariate declared self-care as a affected factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruhayati Sadili
"Sebelum ditemukannya alat-alat canggih, pengobatan penyakit batu saluran kemih, khususnya batu ureter, adalah dengan cara operasi terbuka (invasif). Namun saat ini pengobatan yang bersifat invasif mulai ditinggalkan, dan beralih ke cara pengobatan yang minimal invasif, bahkan non invasif.
Saat ini, di RSUPN-CM Jakarta, telah tersedia alat untuk mengobati penyakit batu saluran kemih, khususnya batu ureter distal, yang bersifat minimal invasif, yaitu Ureterorenoskop, dan yang bersifat non invasif, yaitu Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL). Cara pengobatan batu ureter dengan menggunakan alat Ureterorenoskop, disebut tindakan Ureteroskopi (URS).
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui efektivitas biaya dari pengobatan batu ureter distal, antara yang menggunakan cara URS dengan cara ESWL. Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan data sekunder subbagian urologi swadana RSUPN-CM, tahun 2001 periode Juni s/d Desember. Analisis data biaya investasi menggunakan biaya investasi setahun. Analisis biaya menggunakan metode Activity Based Costing (ABC), karena metode ini yang paling cocok untuk menganalisis biaya dalam mengobati penyakit batu ureter distal yang merupakan salah satu jenis kegiatan yang ada di subbagian urologi yang memiliki berbagai jenis kegiatan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pengobatan batu ureter distal yang paling efektif biaya adalah dengan cara ESWL. Bahkan tindakan ESWL kelas super VIP masih lebih efektif biaya dibandingkan dengan tindakan URS dengan ruang perawatan kelas III.

An Effectiveness Analysis of Distal Urethral Stones Treatment Compared with Ureterorenoskop and Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy at RSUPN-CM Jakarta, 2001Before sophisticated-medical equipment was discovered, invasive surgery was used for Urinary Tract Stone treatments; especially urethral stone. Today, invasive surgery has been no longer implemented, and shifting into minimal or non invasive treatment.
RSUPN-CM Jakarta, has two different medical equipments to treat Urinary Tract Stone patient which are Ureterorenoscop for minimal invasive treatment and Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) for non invasive treatment. The treatment using Ureterorenoscop is called Ureteroscopy (URS).
The aim of this research is to examine and compare the cost effectiveness of urethral distal stone treatment using both equipments. This research is descriptive, using secondary data from subbagian urologi RSUPN-CM in the period of June-December 2001. Meanwhile, data analysis for investment cost is considered in annual base.
The analysis of this study is using Activity Based Costing (ABC) method. This method is the most appropriate method for urethral distal stone treatment since subbagian urologi comprises a broad range of interrelated activities. ABC method, therefore, will evaluate the cost of effectiveness for both URS and ESWL.
The study shows that ESWL is the most effective cost compared to URS. Even, Super VIP using ESWL is more effective than class III URS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irya Yohannes
"Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat tersedia sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Obat merupakan bagian penting dalam pelayanan dokter kepada pasien di Rumah sakit. Ksrena itu perlu memehami cost effectivenees analysis dari berbagai produk sejenis. Untuk menentukan jenis obat eensial pada daftar obat esensial nasional (DOEN) ditetapkan melaluianalisis biaya manfaat pada seleksi obat yang digunakan di semua tingkat pelayanan kesehatan. Ranitidin merupakan obat pilihan pertama pada pengobatan gastritis akut sedangkan di RSU Mayjen H.A. Thalib Kerinci masih digunakan simetidin dengan jumlah yang hampir sama dengan ranitidin. Simetidin adalah obat anti gastritis akut yang memiliki harga yang berbeda dengan ranltidin maka perlu diadakau Cost Effectiveness Analysis untuk mengetahui mana yang lebih pantas digunakan.
Teori yang dlgunakan pada penelitian ini adalah teknik evaluasi ekonomi Cost Effictiveness Analysis (CEA) dengan naalisis biaya menggunakn metode perhitungan oppertunity cost. Out put yang dlgunakan dari kedua altematif obat adalah cakupan, rata-rata waktu hilangnya gejala klinis dan hari yang hilang karena gastritis akut. Pada penelitian ini didapatkao bahwa basil perhitungan Cost Electiveness Ratio (CBR) dldapatkao bahwa CBR ranitidln lebih kecil dibaudlngken CBR Simetidin, dhnana (CBR) ranitidln = 67.986 sedangken CBR shnetidln 97.414 Proporsi kejadian efek sarnping ranltidln lebih kecil dlbandingkan dengan simetidin dlmana dari 58 pasien yang diobati dengan ranltidin thnbul efek samping pada 4 pasien berupa saki!kepala dan atau prutitus ( ruam kulit }, sedangkan dari 33 pasien yang diobati dengan simetidin timbul efek samping berupa sakit kepala dan atau prutitus {ruam kulit) 4 orang pasien. Waktu yang dibutuhkan ranitidin untuk menghilangkan gejala klinis juga lebih kecil dibandingkan dengan simetidin, dimana rata-rata yang dibutuhkan ranitidine untuk menghilangkan gejala klinis adalah 13,6 jam sedangkan simetidin membutuhkan waktu 16,6 jam. Rata-rata hari yang hilang kelompok ranitidine lebih kecil dari kelompok simetidin. Secara umum hasil analisis menunjukkan bahwa ranitidin lebih cost effectiveness dibandingkan dengan simetidin dalam mengobati gastriris akut. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada pihak Manajemen Rumah Sakit agar memilih ranitidin sebagai obat gastritis akut untuk dimasukkan dalam formularium, selain itu disarankan melakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang memadai."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11540
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Solichien
"Ischialgia merupakan gejala dari penyakit yang menyerang saraf Ischiadicus dan banyak dijumpai di poliklinik Saraf RS Duren Sawit. Penyakit ini tidaklah fatal akan tetapi cukup memberikan penderitaan bagi yang menderitanya. Rasa sakit di bokong yang menjalar ke tungkai merupakan ciri khas penyakit ini,dan sering menimbulkan gangguan untuk aktivitas sehari-hari. Penatalaksanaan penyakit ini,umumnya hanya berupa pengobatan konservatif dengan pemberian anti inflamasi, sambil menunggu regerasi saraf yang teriritasi.
Kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangatlah besar, belum lagi jika dilihat dari tidak dapatnya penderita bekerja akibat sakitnya. Apalagi jika dinilai penderitaan yang diakibatkan penyakit ini sangat mengganggu dan cukup lama. Untuk itu diperlukan terobosan baru bagi penatalaksanaan penyakit ini. Operasi memang dapat menyembuhkan penyakit ini akan tetapi membutuhkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi resiko komplikasi operasi dan kemungkinan relaps. Blok Saraf adalah upaya lain yang selain murah, mudah dilaksanakan dan secara cepat dapat menghilangkan nyeri yang diakibatkan penyakit ini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Poliklinik Saraf RS Duren Sawit ini dimana penderita diberi tindakan blok saraf, selain diberi obat konservatif dibandingkan dengan pemberian obat saja ternyata tindakan blok saraf terbukti lebih cost effective untuk menyembuhkan penyakit ini. Dengan keberhasilan tindakan blok saraf untuk kasus Ischialgia,kedepan, dapat juga untuk dilakukan percobaan untuk kasus nyeri bagi penyakit lain.

Cost Effectiveness Analysis Symptomatic Treatment of Ischialgia Patient in Policlinic Neurology Duren Sawit Hospital, 2004Ischialgia, symptom of disease that affect Ishciadicus nerves is found in many of ,. the patient in Policlinic Neurology Duren Sawit Hospital. This disease is not categorized as a deadly one although it can give severe pain to the patient. The throbbing sensation start from, the buttock goes down to the leg is the specific character of this disease which often impair patient daily. Medical treatment is generally done by giving an anti inflammatory drug while waiting for the irritated nerves to regenerate themselves.
Economic loss caused by this diseases is substantial as the patients are usually unable to do their activity due to severe pain for a quite long period of time. The new breakthrough medical treatment for these diseases is done through surgery, though the expense will not be small and the risk of complication as well as disease relapse makes this option not being preferred. Blocking the peripheral nerve is another option that has been considered as easier, cheaper and quicker in eliminating the back pain sensation.
The result of this experimental study which compare the treatment of Nerve Block plus drugs with drugs treatment only have proven that The Nerve Block treatment is more cost effective than conventional treatment. With this successful finding, it is recommended to perform Nerve Blocking treatment to other cases of ischialgia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Gibran Rachimadhi
"ABSTRAK
Pengembangan Kawasan Monas telah direncanakan sesuai dengan Keputusan Presiden no.25 Tahun 1995. Namun pada tahun 1998 pengembangan tersebut menjadi terhenti dikarenakan adanya krisis moneter. Saat ini pengelola Kawasan Monas ingin melanjutkan kembali pengembangan tersebut sesuai dengan masterplan yang ada. Sehingga sebagai bahan pertimbangan dalam melanjutkan pengembangan Kawasan Monas diperlukan suatu penelitian mengenai kelayakan apakah pengembangan ini perlu untuk dilakukan. Penelitian untuk uji kelayakan proyek pengembangan ini dengan menggunakan metode analisis biaya manfaat. Hal tersebut dikarenakan didalam proyek pemerintah lebih mengedepankan manfaat dibandingkan profit yang diterima. Dalam penelitian ini didapatkan nilai manfaat yang tidak terlihat dari pengembangan Kawasan Monas sebesar Rp 42.017.808.000 dan dengan biaya pengembangan sebesar Rp 387.243.999.397 sehingga dengan nilai ini didapatkan hasil analisis biaya manfaat sebesar 1,49 yang mana menandakan bahwa proyek pengembangan ini layak untuk dilakukan

ABSTRACT
Monas Area Development has been planned in accordance with the Presidential Decree No.25 of 1995. However, in 1998 the development came to a standstill due to the financial crisis. Currently the Monas area want to resume the development in accordance with the existing masterplan. So as consideration in the continuing development of Monas area, required a feasibility study on whether this development needs to be done. Research to test the feasibility of this development project using cost benefit analysis. That is because the government project is more utilitarian than the profit earned. In this study, the value of benefits which are not visible from the development area of Monas are Rp 42,017,808,000 and development costs amounted is Rp 387 243 999 397. So based on these values, showed a point from cost benefit analysis is 1.49 which indicates that the development project is feasible to do."
2016
S66884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schmid, A. Allan
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993
658.155 4 SCH at (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Yuanita
"Proyek konstruksi sangat ditentukan oleh kualitas proses pengendalian guna menghasilkan salah satu tujuannya yaitu biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Penyimpangan biaya seringkali terjadi pada tahap pelaksanaan proyek yang disebabkan oleh berbagai komponen biaya seperti material, alat, tenaga kerja, overhead dan subkontraktor sehingga mengakibatkan cost overrun. Dari setiap komponen biaya tersebut diidentifikasi indikator cost overrun yang mempengaruhi penyimpangan biaya. Pada penelitian ini diidentifikasi indikator cost overrun pada penyimpangan biaya tenaga kerja yaitu upah kerja dan tunjangan, biaya lembur dan shift, biaya asuransi, serta biaya transport dan akomodasi.
Untuk memperbaiki penyimpangan biaya diidentifikasi penyebab dan dampak penyimpangan biaya yang terjadi. Dampak penyimpangan biaya berpengaruh terhadap penurunan kinerja biaya tenaga kerja proyek. Dalam penelitian ini dilakukan analisa resiko untuk mengetahui dampak-dampak yang berisiko signifikan dalam menurunkan kinerja biaya. Setelah itu dilakukan analisa statistik terhadap dampak basil analisa resiko dengan bantuan perangkat lunak SPSS var. 11 untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut.
Hasilnya adalah kombinasi dampak keterlambatan dalam pelaksanaan dan dampak tambahan biaya pekerja paling berpengaruh terhadap penurunan kinerja biaya tenaga kerja dengan pengaruh menurunkan kinerja biaya adalah 94,4%. Kedua dampak tersebut beresiko signifikan jika terjadi di lapangan.

Construction Project determined by the quality of controlling process to produce one of its aim which is the expense cost equal to the planned cost. Cost overrun happen in contraction project stage caused by the cost component such as material cost, labor cost, overhead, equipment and subcontractor. Identification the indicator cost overrun from each cost component is the first step. In this thesis, the indicator of labor cost overrun are wage, overtime, insurance and acomodation.
To fix cost overrun, identify the cause and impact first. The impact of cost overrun can cause the decrease of labor cost performance. Risk analysis is done to find out the risk of impact. Statistical analysis is needed to be done in this thesis with software SPSS Version II to find the correlation of dependent variable and the independent variable.
The most significant impacts are combination delay in construction and additional worker cost. These impacts combination can cause 94.4% decrease in labor cost.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T8534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Devina Josephine
"Kebutuhan tembaga meningkat pesat untuk menghadapi transisi energi. Akibatnya, terjadi kesenjangan besar antara kebutuhan dan ketersediaan tembaga dunia setiap tahunnya. Kebutuhan tembaga diperkirakan akan meningkat secara eksponensial dalam 20 tahun mendatang. Karena itu, pemerintah Indonesia berencana meningkatkan ekspor tembaga mentah mulai tahun 2023. Untuk memenuhi target tersebut, perlu dilakukan penyesuaian untuk meningkatkan kapasitas pengolahan tembaga dalam negeri. Penelitian ini berfokus pada kebutuhan perusahaan untuk melakukan ekspansi pabrik semen guna mendukung operasional peningkatan kapasitas pengolahan tembaga. Tujuan utama adalah menentukan skenario ekspansi pabrik yang paling hemat biaya sambil mempermudah operasional perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah Cost-Benefit Analysis, yang akan membantu dalam memperhitungkan dampak finansial dari setiap skenario ekspansi. Dengan menggabungkan aspek keuangan dan operasional, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan holistik mengenai opsi ekspansi yang optimal bagi PT Freeport Indonesia. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengambilan keputusan strategis Perusahaan.

The need for copper is increasing rapidly to face the energy transition. As a result, there is a large gap between the world's demand and availability of copper every year. Copper demand is expected to increase exponentially in the next 20 years. For this reason, the Indonesian government plans to increase exports of raw copper starting in 2023. To meet this target, adjustments need to be made to increase domestic copper processing capacity. This research focuses on the company's need to expand its cement factory to support operations to increase copper processing capacity. The main goal is to determine the most cost-effective factory expansion scenario while simplifying company operations. The analysis method used is Cost-Benefit Analysis, which will help in calculating the financial impact of each expansion scenario.

By combining financial and operational aspects, this research is expected to provide a holistic view of optimal expansion options for PT Freeport Indonesia. The results of this research can contribute to company strategic decision making."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levin, Henry M.
USA: SAGE publications, 1983
332.4 LEV c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>