Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128928 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Humairoh
"Pemberantasan korupsi di Indonesia belum berdampak secara signifikan untuk mengurangi angka korupsi di Indonesia, sementara korupsi semakin disadari menjadi faktor penghambat perkembangan di Negara ini, baik ekonomi maupun sosial. Karena korupsi dipandang sebagai masalah utama menghadapi transisi ekonomi dan Negara berkembang, banyak organisas internasional seperti United Nation (UN), World Bank (WB), International Monetary Fund (IMF), dan juga organasasi non-pemerintah seperti Transparency International (TI) meluncurkan program-program anti-korupsi.
Jika sebelumnya pemerintah, sektor privat, akuntan, dan media dijadikan sebagai aktor penting dalam ranah anti-korupsi, maka sekarang pemuda ditegaskan sebagai aktor anti-korupsi. Perkembangan fokus pemuda dalam antikorupsi ini juga Nampak pada program kerja Transparency International Indonesia (TII), cabang dari TI di Indonesia.
Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis, penelitian ini mencoba untuk mengungkap bagaimana pemuda dikonstruksi dalam tarikan dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan global yang diwakili oleh TII dan kepentingan nasional.
Kesimpulan dari dokumen yang telah dianalisa adalah, pemuda dikonstruksikan dengan sudut pandang yang sangat positif, seperti grup kolektif yang penuh dengan energy dan idealisme, sebagai agen perubahan, dan agen reformasi. Namun di sisi lain pemuda dianggap sebagai sosok anarkis. Dalam konteks sosiokultural, pemuda dalam aksi pemberantasan korupsi terbelenggu dalam dualism pemahaman dan pemaknaan.

The corruption eradication in Indonesia has yet to create a significant impact in lowering the corruption in Indonesia, and it’s increasingly recognized that corruption hinders development in this country, both economic and social. Since the issue of corruption is viewed as one the main problems facing transition economies and developing countries, there are many international organizations such as United Nation (UN), World Bank (WB), International Monetary Fund (IMF), and also non-governmental organizations (NGO) like Transparency International (TI) launched anti-corruption programmes.
If in the past years, government, the private sector, accountants, and media are emphasized as important participants in the anti-corruption field, but now, youth is emphasized as an actor of anti-corruption. This developing focus on youth in anti-corruption also represents in the work of Transparency International Indonesia (TII), a chapter of TI in Indonesia.
By using critical discourse analysis method, we seek to uncover how youth are constructed by two different interests; global interest (which is represented by TII) and national interest.
Based on the document analyzed, we conclude that youth are constructed in a very positive point of view, such as a collective group with full of energy and idealism, as an agent of change, and an agent of reformation. But in the other hand, youth are viewed as the anarchists . In a sociocultural context, youth in anticorruption are fettered in a dualism of meaning.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiftia Eka Puspasari
"Organisasi kepemudaan Indonesia Future Leader (IFL) memanfaatkan media sosial yaitu Twitter sebagai instrumen organisasi dan melalui tweet dari akun @ifutureleaders, IFL mengkonstruksikan pemuda sebagai agen perubahan. Dengan menggunakan teori wacana Foucault serta konsep imagined community, peneliti menganalisis tweet dari akun tersebut selama bulan April-Mei 2013. Proses analisis terbagi menjadi 3 level yaitu: profil IFL, pemanfaatan Twitter untuk pengembangan kepemudaan, dan analisis wacana kritis terhadap tweet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa IFL memanfaatkan media sosial untuk promosi dan membangun jaringan berbentuk imagined community. Sedangkan dalam pengembangan kepemudaan, akun @ifutureleaders cenderung fokus pada pengembangan kepemudaan yang bersifat individualistik dan berorientasi global. Hasil analisis wacana kritis model Sara Mills menunjukkan bahwa IFL dalam tweet mereka memposisikan pemuda Indonesia secara general yaitu menjadi objek dalam citra negatif.

Indonesian Future Leader (IFL), an Indonesian youth organization, utilizes social media, Twitter, as their organization instrument. Through tweets from account @ifutureleaders, IFL constructed youth as agent of changes. By using Foucault discourse theory and imagined community concept, reseacher analyzed tweets from that account within April – May 2013. The analysis process was divided into 3 level : IFL profile, Twitter utilization for youth development and critical discourse for tweet analysis.
The result showed that IFL utilized social media for promoting and developing imagined community network. On the other hand, for youth development, account @ifutureleaders tended to focus on individualistically and globally oriented youth development. The result of Sara Mills critical discourse analysis showed that IFL, in their tweets, placed Indonesia Youth generally as object in negative imaged.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ibnu Azhar
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menjabarkan program Transparency International Indonesia dalam membantu pemberantasan korupsi di Indonesia melalui sosialisasi antikorupsi terhadap anak muda. Dari hasil penjabaran sosialiasi antikorupsi tersebut, kemudian penulis melakukan analisa dengan menggunakan pemikiran social crime prevention, untuk mengetahui apakah program yang dijalankan tepat sasaran dan sesuai kriteria. Hasil yang didapat dari tulisan ini yakni program yang dijalankan oleh Transparancy International Indonesia telah memenuhi beberapa kriteria dari pemikiran social crime prevention, namun masih terdapat sedikit dari beberapa kriteria social crime prevention yang dinilai belum diterapkan.

ABSTRACT
This paper aims to describe the activities of Transparency International Indonesia in helping to eradicate corruption in Indonesia through an anti corruption program among young people. From the elaboration of the program of anti corruption, then the authors performed an analysis using the theory of social crime prevention, to determine whether the programs that run on target and according to the criteria. The results of this study, the group 39 s outreach programs run by Transparency International Indonesia in accordance with the criteria of the thought of social crime prevention, but there are still a little bit of some of the criteria of social crime prevention were considered not applicable."
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfan Prasatya
"Penelitian ini membahas tentang dimensi yang menunjukkan rasisme anti-Cina dalam lirik lagu Voorkomen Is Beter Dan Chinezen yang dilantunkan oleh pembawa acara radio Belanda yang bernama Lex Gaarthuis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dimensi yang menunjukkan rasisme anti-Cina dalam lagu Voorkomen Is Beter Dan Chinezen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menganalisis lagu Voorkomen Is Beter Dan Chinezen. Kemudian teori yang digunakan adalah analisis wacana kritis tiga dimensi Norman Fairclough. Menurut analisis wacana kritis Fairclough, dapat ditemukan rasisme anti-Cina dalam tiap dimensi yang ada dalam lagu tersebut. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dalam analisis teks, praktik diskursif, dan praksis sosial terdapat rasisme anti-Cina yang mengakibatkan kemarahan orang-orang keturunan Cina di Belanda.

This research examines the dimensions that show anti-Chinese racism in the lyrics of the song Voorkomen Is Beter Dan Chinezen sung by a Dutch radio presenter named Lex Gaarthuis. The aim of this research is to determine the dimensions that indicate anti-Chinese racism in the song Voorkomen Is Beter Dan Chinezen. The method used in this research is descriptive analysis by analyzing the song Voorkomen Is Beter Dan Chinezen. Then the theory used is Norman Fairclough's three-dimensional critical discourse analysis. According to Fairclough's critical discourse analysis, one can find anti-Chinese racism in every dimension of the song. The results of this research prove that in the analysis of texts, discursive practices, and social praxis there is anti-Chinese racism which has caused the anger of people of Chinese descent in the Netherlands."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfan Prasatya
"Penelitian ini membahas tentang dimensi yang menunjukkan rasisme anti-Cina dalam lirik lagu Voorkomen Is Beter Dan Chinezen yang dilantunkan oleh pembawa acara radio Belanda yang bernama Lex Gaarthuis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dimensi yang menunjukkan rasisme anti-Cina dalam lagu Voorkomen Is Beter Dan Chinezen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menganalisis lagu Voorkomen Is Beter Dan Chinezen. Kemudian teori yang digunakan adalah analisis wacana kritis tiga dimensi Norman Fairclough. Menurut analisis wacana kritis Fairclough, dapat ditemukan rasisme anti-Cina dalam tiap dimensi yang ada dalam lagu tersebut. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dalam analisis teks, praktik diskursif, dan praksis sosial terdapat rasisme anti-Cina yang mengakibatkan kemarahan orang-orang keturunan Cina di Belanda.

This research examines the dimensions that show anti-Chinese racism in the lyrics of the song Voorkomen Is Beter Dan Chinezen sung by a Dutch radio presenter named Lex Gaarthuis. The aim of this research is to determine the dimensions that indicate anti-Chinese racism in the song Voorkomen Is Beter Dan Chinezen. The method used in this research is descriptive analysis by analyzing the song Voorkomen Is Beter Dan Chinezen. Then the theory used is Norman Fairclough's three-dimensional critical discourse analysis. According to Fairclough's critical discourse analysis, one can find anti-Chinese racism in every dimension of the song. The results of this research prove that in the analysis of texts, discursive practices, and social praxis there is anti-Chinese racism which has caused the anger of people of Chinese descent in the Netherlands"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Restasari Agustina
"Penelitian ini menganalisis konstruksi wacana mengenai Presidensi G20 Indonesia oleh agensi berita internasional asal Amerika Serikat Associated Press. G20 Indonesia merupakan salah satu mega-events yang mendapatkan amplifikasi media secara global. Namun, format media saat ini tidaklah netral dan agensi berita internasional, termasuk Associated Press berperan dalam penetapan agenda internasional yang dilakukan dengan mengkonstruksi suatu wacana. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis berbasis korpus dan pendekatan wacana historis untuk memperjelas presensi Indonesia dalam wacana Presidensi G20 Indonesia dan eksklusi serta inklusi wacana oleh Associated Press sebagai cerminan pemapanan kekuasaan oleh agensi berita internasional selama Presidensi G20 Indonesia. Selanjutnya, ekologi media dimana Associated Press bekerja juga dijelaskan dengan konsep multiaksialitas dan hiperrealitas. Analisis wacana kritis berbasis korpus menemukan bahwa wacana yang dikonstruksi oleh Associated Press mengenai G20 Indonesia adalah wacana konflik Ukraina dan Rusia, presensi China pada G20 Indonesia, dan Indonesia sebagai tuan rumah G20 periode 2021-2022. Peran Indonesia sebagai tuan rumah G20 dieksklusikan dalam wacana terkait konflik Ukraina dan Rusia, dan Indonesia diinklusikan dengan wacana kedekatan China dan Indonesia selama presidensi G20 Indonesia yang dipermasalahkan oleh Associated Press. Selain itu, Associated Press juga menggunakan strategi makro-diskursif konstruktif, transformasi, dan destruksi untuk membentuk wacana identitas nasional. Praktik diskursif yang dilakukan oleh Associated Press tersebut merupakan upaya pemapanan kekuasaan yang dilatarbelakangi oleh transisi rezim media yang menimbulkan proliferasi sumber informasi baru di satu sisi, namun masih didominasi oleh sejumlah agensi berita internasional yang saling bersaing dalam menentukan wacana internasional dan masih membawa warisan Perang Dingin di sisi lain.

This study analyzes the discourse construction on Indonesia's G20 Presidency by an international news agency from the United States Associated Press. G20 Indonesia is one of the mega-events that has received media amplification globally. However, the current media format is not neutral and international news agencies, including the Associated Press play a role in setting the international agenda which is done by constructing a discourse. Thus, this study uses corpus-based critical discourse analysis and historical discourse approaches to clarify Indonesia's presence in the discourse of the Indonesian G20 Presidency and the exclusion and inclusion of discourse by the Associated Press as a reflection of the power establishment by international news agencies during Indonesia's G20 Presidency. Furthermore, the media ecology in which the Associated Press works is also explained by the concepts of multiaxiality and hyperreality. Corpus-based critical discourse analysis found that the discourse constructed by the Associated Press regarding Indonesia's G20 was the discourse on the Ukraine and Russia conflict, China's presence at the Indonesian G20, and Indonesia as the host of the 2021-2022 G20. Indonesia's role as host of the G20 was excluded in the discourse regarding the Ukraine and Russia conflict, and Indonesia was included in the discourse on the closeness of China and Indonesia during Indonesia's G20 presidency which was disputed by the Associated Press. In addition, the Associated Press also uses constructive, transformational, and destructive macro-discursive strategies to shape national identity discourses. The discursive practice carried out by the Associated Press is an effort to establish power against the backdrop of the transition of media regimes which has led to the proliferation of new sources of information on the one hand, but is still dominated by some international news agencies which compete each other in determining international discourse and still carry the legacy of the Cold War in the other side."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Irina Mukhlis
"ABSTRAK
Tesis ini memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai bagaimana peran media massa dewasa ini dalam kaitannya dengan politik kekuasaan dan hubungan antar negara. Lebih spesifik lagi penelitian ini menyoroti praktik penggunaan gray propaganda melalui media massa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Norman Fairclough sebagai metode penelitiannya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa film Innocence of Muslims yang menghebohkan dunia pada bulan September 2012 termasuk dalam kategori gray propaganda karena memuat berbagai penghinaan dan kebohongan tentang Islam. Penggabungan antara elemen propaganda abu-abu dan banyaknya inkonsistensi yang ditemukan kemudian membangkitkan nuansa politis yang melatarbelakangi pembuatan film tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah unsur propaganda dalam film Innocence of Muslims adalah suatu kesengajaan yang telah direncanakan secara matang oleh pihak-pihak tertentu

ABSTRACT
The objective of this research is to explain media use in the 21st century with regards to power politics and international relations. To be specific, the research casts a light on how gray propaganda campaign is being carried through the mass media. This qualitative research uses a critical paradigm. It also employs Norman Fairclough’s critical discourse analysis as its main research strategy. The research shows that the Innocence of Muslims film that created a wave of demonstrations in the Islamic world in September 2012 is part of a gray propaganda campaign to deceive a target. The gray propaganda elements and various inconsistencies found also undoubtedly contributed to a rise in suspicion of the political motive behind the film’s production and release. The research concludes that the propagandic nature of the Innocence of Muslims film was intentional and had been well prepared by an unknown actor."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Abigail Wantania
"A24, sebuah perusahaan film independen, menggunakan strategi pemasaran meme untuk melibatkan audiens muda, khususnya generasi Milenial dan Generasi Z. Penelitian ini menganalisis strategi pemasaran meme A24 melalui lensa Analisis Wacana Kritis (CDA) untuk memahami penerimaannya dalam konteks budaya yang beragam, dengan tujuan yang spesifik yaitu fokus pada penerimaan generasi millenial dan Gen-Z Indonesia. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana faktor linguistik dan budaya memengaruhi tanggapan audiens terhadap meme A24, yang berakar pada budaya pop Amerika dan humor internet. Memanfaatkan kerangka CDA oleh Norman Fairclough, penelitian ini mengkaji tiga meme A24 terbaru, meme "Summer of American Women" dari Midsommar (2019) & The Farewell (2019), meme “They Would be Best Friends“ dari The Whale (2022) & Beau is Afraid (2023), dan 'Are You Stupid' dari Lamb (2021). Untuk memberikan analisis komprehensif mengenai strategi pemasaran meme A24 dan penerimaannya di kalangan generasi muda Indonesia, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis statistik deskriptif. Temuan-temuan tersebut mengungkapkan adanya tantangan signifikan dalam pemahaman dan keterlibatan karena keterputusan budaya dan bahasa, sehingga menyoroti hubungan kompleks antara strategi pemasaran global dan konteks budaya lokal. Studi ini menekankan perlunya pemasaran meme yang disesuaikan dengan budaya untuk meningkatkan efektivitas dan keterlibatan audiens dalam lingkungan budaya yang berbeda.

A24, an independent film company, employs meme marketing to engage younger audiences, particularly Millennials and Generation Z. This study analyzes A24’s meme marketing strategy through the lens of Critical Discourse Analysis (CDA) to understand its reception across diverse cultural contexts, with a specific focus on the reception of Indonesian millennials and Gen-Z-ers. The research explores how linguistic and cultural factors influence audience responses to A24’s memes, which are rooted in American pop culture and internet humor. Utilizing Norman Fairclough's CDA framework, the study examines three recent A24 memes "Summer of American Women" meme from Midsommar (2019) & The Farewell (2019), 'They Would be Best Friends' meme from The Whale (2022) & Beau is Afraid (2023), and 'Are You Stupid?" from Lamb (2021). To provide a comprehensive analysis of A24's meme marketing strategy and its reception from Indonesian youth, this study utilizes a qualitative approach with descriptive statistical analysis. Findings reveal significant challenges in comprehension and engagement due to cultural and linguistic disconnects, highlighting the complex relationship between global marketing strategies and local cultural contexts. The study emphasizes the need for culturally tailored meme marketing to enhance effectiveness and audience engagement in different cultural settings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Firdha Yunizar Ramadhani
"Skripsi ini membahas tentang proses konstruksi yang dilakukan oleh media massa, yaitu majalah Islam SABILI. Konsep jihad disini akan dibahas dalam kacamata kriminologi, jihad di dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagianarti sempit yang terpaku pada perang, invasi, perlawanan, radikalisme, dan kekerasan lainnya, juga jihad dalam arti luas, yaitu jihad yang cinta damai demi menegakkan agama Islam yang rahmatan lil alamin, jihad yang moderat yang mau menerima dan berjalan beriringan dengan kelompok berbeda agama lainnya. Konsep jihad akan dibahas dalam pembahasan skripsi ini. Begitupula konstruksi wacana yang terdapat pada artikel majalah SABILI.
Wacana yang ada pada majalah SABILI akan dibedah dengan teori yang dipaparkan oleh Esposito, tentang pengkategorian jihad dan memakai metode analisis wacana kritis dengan konsep dari Ferrell yang merupakan ahli kriminologi, serta metode analisis konten dari Vincent F. Sacco. Kesimpulan dari penelitian ini ditetapkan adanya konstruksi jihad baik dalam makna yang sempit maupun jihad yang lebih luas pada SABILI. Dekonstruksi tentang jihad yang sempit pada akhir analisis diharapkan efek buruk tentang jihad yang sempit, seperti maraknya terorisme, radikalisme, dan ekstrimisme dapat ditekan. Dengan kemudian citra Islam menjadi agama yang penuh rahmat serta mengibarkan bendera perdamaian dapat terwujud.

This undergraduate thesis discusses the construction process that has been done by the mass media, particularly Islam magazine SABILI. Using criminology perspective, this undergraduate thesis will define the concept of jihad; which later divided into two parts; narrow definition of jihad which sticks to war, invasion, rebellion, radicalism, and other act of violence; also wide definition of jihad that is peace jihad of which Islam that rahmatan lil alamin will be uphold, moderate jihad that accepts different religions and walks together with it. Along with the jihad concept, this undergraduate thesis will also discuss the discourse construction in the SABILI’s magazine article.
Discourse in the SABILI magazine will be analyzed with Esposito’s theory of jihad categorizing, using the critical discourse analysis method and Vincent F. Sacco methodof content analysis, as well as Ferrell’s explanation of criminology. This research found that SABILI commits a jihad construction, both in narrow definition and the wide definition. Deconstruction of jihad in narrow definition causes good effects, such as terrorism acts, radicalism, and extremism that could be decreased. By that, Islam’s images could be the religion that rahmatan lil alamin, also the raise of peace fla.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58661
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Naufanita
"ABSTRACT
Diaspora merupakan istilah yang semakin umum digunakan. Makna dari istilah ini mengalami perubahan yang secara paralel melintasi tiga periode mdash;klasik, modern dan kontemporer. Sifatnya yang diskursif membuat diaspora dapat bermakna apa saja disesuaikan dengan siapa yang mengartikulasikan. Di Indonesia, gagasan diaspora Indonesia marak diperbincangkan sejak tahun 2012. Diaspora diartikulasikan oleh aktor non negara yang umumnya adalah kelompok elit atau ekspatriat. Kelompok ini mampu mengubah persepsi negara terhadap ekspatriat yang awalnya pengkhianat menjadi aset negara. Melalui relasi tersebut, baik aktor negara dan non negara memiliki satu motif yang sama, memaksimalkan kapital lewat keahlian, remitansi dan investasi. Hal ini dikukuhkan dalam Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2017 tentang Fasilitas Masyarakat Indonesia di Luar Negeri atau yang dikenal sebagai Kartu Diaspora. Namun demikian, bangsa Indonesia memiliki ragam sejarah migrasi internasional mdash;seperti TKI, kelompok etnis perantau di era kolonial, pengungsi akibat gejolak politik dan eksil 1965 mdash; dengan kepentingan yang beragam pula. Kasus ini menunjukkan kompleksitas diaspora sebagai sebuah istilah yang awalnya berniat untuk memayungi seluruh bangsa Indonesia dan keturunannya di luar negeri justru menimbulkan permasalahan representasi di dalam tubuh diaspora itu sendiri. Peneliti berargumen bahwa diaspora Indonesia merupakan wacana yang diartikulasikan oleh kelompok kepentingan dan didukung oleh negara untuk meraup kapital. Padahal diaspora adalah metafora yang secara kontinu diciptakan, ditransformasikan dan dipertahankan untuk mendefinisikan kembali identitas suatu bangsa. Dengan meleburkan konsep diaspora ke dalam HI, peneliti bermaksud untuk menganalisis relasi power dan konteks yang berlangsung dalam wacana diaspora Indonesia, serta meninjau konsep identitas nasional dalam HI yang umumnya berbasis negara sebagai aktor tunggal dan berdaulat. Posisi diaspora sebagai aktor non negara membuat konsep identitas nasional dalam HI dapat didefinisikan kembali.

ABSTRACT
Diaspora is increasingly common term to be used. The meaning of this term change over three periods classical, modern and contemporary. Its discursive nature makes diaspora means everything, adjusted to whoever articulates it. In Indonesia, the idea of Indonesian diaspora has been spread since 2012. Diaspora is articulated by non state actors, the expatriate group. This group is able to change the perception of the state against expatriates from traitors to state assets. Through these relations, both state and non state actors have one common motive, maximizing capital through human capital, remittance and investment. This is confirmed in The Presidential Decree No. 76 Year 2017 on Facilities for Indonesian Society Abroad which is known as Diaspora Card. Meanwhile, the Indonesian has a diverse history of international migration ndash such as migrant workers, ethnic groups in colonial era, refugees due to political turmoil and exile of 1965 with various interests. This case shows the complexity of diaspora as a term that originally intended to include entire Indonesian and its descendants abroad. Instead, this has risen the problem of representation in Indonesian diaspora itself. I argue that the Indonesian diaspora is a discourse articulated by interest groups and supported by the state to maximize capital. Whereas diaspora is a metaphor that is continuously created, transformed and maintained to redefine identity of a nation. By incorporating diaspora into IR, I intend to analyze power relations and context within Indonesian diaspora discourse and also to review the concept of national identity which commonly use state centric perspective that state is seen as unitary and sovereign. The position of diaspora as non state actors makes the concept of national identity in IR redefined."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>