Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fika Rahmayati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur ada atau tidak adanya hubungan antara penerimaan teman sebaya peer acceptance dan frekuensi bullying yang dilakukan oleh siswa normal terhadap siswa penyandang Autism Spectrum Disorder ASD dalam tatanan sekolah inklusi di Jakarta. Tingkat peer acceptance diukur dengan menggunakan Peer Acceptance Scale PAS sementara frekuensi bullying diukur melalui Bullying Questionnaire BQ Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara skor PAS dan skor BQ. Korelasi antara kedua skor tersebut ialah negatif yang artinya semakin tinggi tingkat peer acceptance maka semakin rendah frekuensi bullying yang dilakukan siswa normal terhadap siswa ASD.Sebaliknya semakin rendah tingkat peer acceptance maka semakin tinggi frekuensi bullying yang dilakukan siswa normal terhadap siswa ASD.

The aim of this study is to measure the correlation between peer acceptance and frequency of bullying among typical students toward ASD students in the inclusion school in Jakarta.The degree of peer acceptance is measured by Peer Acceptance Scale PAS while the frequency of bullying is measured by Bullying Questionnaire BQ The result shows a negative correlation between score of PAS and score of BQ. This means that higher score on BQ are associated with lower score on PAS and lower scores on BQ are associated with higher scores on PAS."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Paramitha
"Sikap siswa terhadap bullying menjelaskan mengenai sikap positif atau negatif yang dimiliki oleh siswa mengenai korban atau pelaku bullying. Penelitian ini disusun untuk melihat hubungan antara general belief in a just world yang dimiliki oleh siswa reguler di sekolah inklusi dengan sikap mereka terhadap bullying kepada siswa ASD. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 65 siswa reguler pada dua SMP inklusi di Jakarta dengan menggunakan dua alat ukur, yakni General BJW-Scale dari Dalbert (2000) serta Provictim Scale Rigby (1997).
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara General BJW yang dimiliki oleh siswa dengan kecendrungan sikap mereka terhadap bullying yang mana siswa dengan general BJW yang tinggi cenderung menunjukkan sikap yang negatif terhadap bullying kepada siswa ASD. Sikap siswa yang negatif terhadap bullying menunjukkan bahwa siswa tersebut menolak bullying yang terjadi dan mendukung teman ASD mereka. Faktor demografis seperti jenis kelamin, usia, dan hubungan kekerabatan dengan ASD tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap siswa mengenai bullying kepada siswa ASD.

Students' attitude towards bullying explains their positive or negative attitude towards bullies or their victims. This research is aimed to view the relationship between the general belief in a just world of regular-class students in an inclusive school and their attitude towards bullying to ASD students. This research utilizes 65 regular-class students from two inclusive junior high schools in Jakarta as samples, using two instruments, which are the General BJW-Scale by Dalbert (2000) and the Provictim Scale by Rigby (1997).
From this research, it can be concluded that there is a positive significant relationship between General BJW of regular-students with their attitude towards bullying, where students with relatively high general BJW tend to display a negative attitude towards bullying to ASD students. This negative attitude towards bullying shows student's disagreement about bullying dan support to their ASD's schoolmates. Demographic factors such as sex, age, and familiarity with ASD do not have a significant relationship towards students' attitude towards bullying of ASD students.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Salim
"Penelitian ini ingin melihat hubungan antara empati dengan perilaku bullying serta perilaku defending yang dilakukan oleh siswa reguler terhadap siswa dengan ASD di SMPN inklusif yang berlokasi di Jakarta. Penelitian dilakukan terhadap 158 siswa reguler kelas 7 dan 8 yang memiliki teman sekelas dengan ASD. Pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan dua instrumen.
Empati diukur dengan Interpersonal Reactivity Index (IRI) sementara perilaku bullying dan defending diukur dengan Self Report of Behaviors in Bullying. Wawancara dengan guru dan siswa juga dilakukan untuk menambah gambaran seputar sekolah inklusi, karakteristik siswa dengan ASD di kelas, serta hubungannya dengan para siswa reguler.
Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang negatif antara empati dengan perilaku bullying (r= -0,301, p < 0,01), dan hubungan yang positif antara empati dengan perilaku defending (r= 0,554, p < 0,01). Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat empati para siswa reguler terhadap siswa dengan ASD, maka semakin rendah tingkat perilaku bullying dan semakin tinggi tingkat perilaku defending yang mereka tampilkan.

This research aims to find the correlation between empathy and bullying and defending behavior performed by regular students towards student with ASD in public inclusive middle schools located in Jakarta. The participants are 158 regular students in 7th and 8th grade who have a classmate diagnosed with ASD. Quantitative data collection was conducted using two instruments.
Empathy was measured using Interpersonal Reactivity Index (IRI), while bullying and defending behavior was measured using Self Report of Behaviors in Bullying. Interviews with teachers and students were also done in order to obtain more informations about the inclusive school, characteristics of student with ASD, and their relationship with other students.
The main results of this research show that empathy is negatively correlated with bullying behavior (r= -0,301, p < 0,01), and at the same time empathy is positively correlated with defending behavior (r= 0,554, p < 0,01). That is, the higher empathy of regular students towards student with ASD, then the lower bullying behavior and the higher defending behavior is displayed.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winantami Ayu Arimbi Wibowo
"Penelitian telah menunjukkan bahwa siswa dengan ASD (Autism Spectrum Disorder) lebih berisiko untuk menjadi korban bullying yang dilakukan oleh siswa reguler di sekolah inklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara self-esteem dan frekuensi bullying yang dilakukan terhadap siswa dengan ASD pada siswa reguler di SMPN inklusif. Seratus tiga puluh enam siswa reguler (58 laki-laki dan 78 perempuan) dari tiga SMPN inklusi di Jakarta menjadi partisipan dalam penelitian ini. Frekuensi bullying terhadap siswa dengan ASD diukur dengan menggunakan Bullying Questionnaire (BQ) yang disusun oleh Duffy (2004).
Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) yang disusun oleh Rosenberg pada tahun 1965 digunakan untuk mengukur self-esteem siswa. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson product moment diperoleh koefisien korelasi antara self-esteem dan frekuensi bullying terhadap siswa dengan ASD sebesar -0,1 dengan nilai signifikansi sebesar 0,247 (p>0,01). Artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

Preliminary study suggest that student with ASD (Autism Spectrum Disorder) are at greater risk for being bullied by regular student in inclusvie school. The present study aimed to examine the relationship between self-esteem and frequency of bullying towards student with ASD among regular student in public inclusive junior high school. One hundred and thirty six regular students (58 boys and 78 girls) from three public inclusive junior high schools in Jakarta are participated in the study. Frequency of bullying behavior towards student with ASD was measured with Bullying Questionnaire (BQ), constructed by Duffy (2004).
Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) which was constructed by Rosenberg in 1965, was used to measure student’s self-esteem. The coefficient of Pearson product moment correlation between self-esteem and frequency of bullying towards students with ASD was -0,1 with significant value 0,247 (p>0,01). It indicate that there is no significant relationship between the two variables.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Made Puspita Sari
"Pola asuh merupakan rangkaian interaksi intensif yang melibatkan orang tua dan anak. Sibling relationship adalah interaksi antar dua individu maupun lebih yang memiliki hubungan secara biologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap sibling relationship dengan anak penyandang Autisme Spectrum Disorder (ASD).
Penelitian ini menggunakan pendekatan potong silang pada 107 responden dipilih melalui teknik purposive sampling. Peneliti melihat pola asuh orang tua menggunakan kuesioner Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ) dan sibling relationship menggunakan kuesioner Sibling Relationship Questionnaire (SRQ).
Hasil penelitian menunjukkan 77,78% ibu yang menerapkan pola asuh demokratis memfasilitasi sibling relationship bersifat positif dan 74,28% ayah yang menerapkan pola asuh demokratis memfasilitasi sibling relationship bersifat negatif. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh responden dengan sibling relationship (p>0,05; α=0,05). Penelitian selanjutnya dapat dilakukan observasi dan wawancara langsung kepada sibling serta memperluas lokasi penelitian untuk lebih menggambarkan populasi penelitian.

Parenting is an intensive interaction involving parents and children. Sibling relationship is the interaction between two or more individuals who have a biological relationship. The aim of this research was to identify the relation between parenting style of sibling relationship with Autism Spectrum Disorder (ASD).
This research used cross-sectional on 107 respondents was involved with purposive sampling technique. Researcher used Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ) to study parenting style and Sibling Relationship Questionnaire (SRQ) to measure sibling relationship.
The result showed that 77,78% mother applying authoritative facilitate sibling relationship is positive and 74,28% applying authoritative facilitate sibling relationship is negative. Bivariate analysis result showed that there was no relation between parenting style of sibling relationship with Autism Spectrum Disorder (p>0,05; α=0,05). It is recommended that research should conduct observation and interview are more appropriate toward sibling. Beside, the future research can increasing the number of respondents will benefit the future research.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradila Azka
"Inteligensi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan tingkat keparahan Autism Spectrum Disorder (ASD), dan memengaruhi perencanaan intervensi yang tepat. Skor IQ maupun komponen inteligensi yang sama antara anak typically develop (TD) dan anak dengan ASD dapat merefleksikan proses kognitif yang berbeda. Agar pemahaman terhadap profil kognitif pada ASD lebih komprehensif, diperlukan juga pemahaman tentang aspek neuropsikologisnya, salah satunya Executive Function (EF). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan profil inteligensi dan performa EF antara anak TD dan anak dengan High-Functioning ASD usia dini dengan menggunakan alat ukur SB-LM dan alat ukur Executive Function Indonesia (EFI). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan profil inteligensi pada kedua kelompok, namun terdapat perbedaan signifikan pada EF komposit, berikut dua komponen EF yakni Inhibitory Control, dan Cognitive Flexibility. Selain itu, ditemukan perbedaan dalam korelasi antara variabel inteligensi dan EF antara kelompok ASD dan TD, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok ASD dan tipikal memiliki proses kognitif yang berbeda secara kualitatif. Berdasakan temuan ini, praktisi dan peneliti disarankan untuk melakukan pengukuran dan intervensi EF pada ASD, agar dapat diperoleh profil kognitif yang komprehensif yang akan sangat bermanfaat dalam menyusun intervensi untuk meningkatkan kemampuan akademiknya

Intelligence determines the severity of Autism Spectrum Disorder (ASD) and influences the appropriate intervention planning. IQ and scores of intelligence components between typically developed (TD) children and children with ASD reflect different underlying cognitive processes. Therefore, a comprehensive investigation of the neuropsychological strength and weaknesses of ASD may help to describe their cognitive abilities better and to design appropriate intervention. This study investigates the differences in intelligence profiles and EF performance between TD children and children with High-Functioning ASD at an early age using SB-LM and Executive Function Indonesia (EFI) measuring instrument. The results showed omit no differences in intelligence profile in the two groups, yet significant differences in the composite EF, Inhibitory Control, and Cognitive Flexibility. In addition, there was a difference in the correlation in intelligence and EF variables between the ASD and TD groups. Thus, it can be concluded that the ASD and TD groups have qualitatively different cognitive processes. A recommendetion derived from these results is that comprehensive EF assessment and treatment should be conducted as part of the global evaluation in ASD patients, primarily to design an intervention to enhance their academic area"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2005
371.94 AUT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ainina Novara
"Anak dengan autism spectrum disorder (ASD) memiliki kemampuan komunikasi yang belum berkembang optimal karena adanya gangguan pada masa perkembangan. Mereka memiliki cara meminta yang kurang tepat, misalnya menampilkan perilaku yang kurang sesuai sebagai bentuk permintaan. Diperlukan cara lebih efektif untuk mengganti perilaku meminta yang kurang tepat pada anak dengan ASD. Picture Exchange Communication System (PECS) merupakan sistem komunikasi berbasis gambar yang dirancang untuk membantu meningkatkan kemampuan komunikasi fungsional anak dengan ASD. PECS memungkinan anak untuk berkomunikasi dengan cara menukarkan kartu untuk mendapatkan keinginan dan kebutuhannya yang dilatih menggunakan reinforcement, prompt, dan error-correction. Pada penelitian ini, terdapat dua subjek anak dengan ASD, yakni laki-laki berusia 8 dan perempuan berusia 9 tahun dengan kemampuan komunikasi verbal yang terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan program intervensi PECS fase dua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi. Desain penelitian yang digunakan adalah single subject research design dengan metode pengukuran pre dan post intervensi. Program intervensi PECS fase dua merupakan kelanjutan dari intervensi PECS fase satu yang sebelumnya dilakukan. Hasil dari intervensi ini menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan anak dalam melakukan PECS fase dua sebelum dan sesudah intervensi. Hasil ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik anak, motivasi terkait reinforcement, serta dukungan orang tua.

Children with autism spectrum disorder (ASD) have communication difficulties due to developmental disorders. They have inappropriate ways to communicate, such as displaying aggressive behavior as a form of request. Therefore, a more effective way to replace inappropriate behaviors in children with ASD is required. Picture Exchange Communication System (PECS) is a communication system designed to help improve the functional communication skills of children with ASD. PECS allows children to communicate by exchanging cards to get their wants and needs which are trained using reinforcement, prompt, and error-correction. In this study, there were two children with ASD (8 years-old boy and 9 years-old girl) with limited communication skills. The purpose of this study was to determine the effectiveness of PECS phase two in improving children communication skills. This study used single subject research design with pre and post intervention measurement method. The PECS phase two program is a follow-up intervention to the previously implemented PECS phase one program. The results of this intervention showed that there was an increase in children's ability to perform PECS phase two before and after the intervention. This result was influenced by child characteristics, motivation, and parental support."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariani Putri Maharani
"Berperan sebagai orang tua berarti memiliki peran penting dalam pengasuhan anak. Namun, mengasuh anak dapat menjadi faktor penyebab orang tua mengalami stres. Kondisi tersebut dapat diperparah ketika orang tua memiliki anak yang berkebutuhan khusus. Tingkat resiliensi yang rendah dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan orang tua mengalami tingkat stres yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan tingkat stres orang tua yang memiliki anak penyandang Autism Spectrum Disorder.
Metode penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah orang tua murid di Sekolah Mandiga Jakarta Selatan sebanyak 30 orang dengan menggunakan metode total sampling. Alat ukur penelitian yang digunakan adalah Brief Resilience Scale untuk variabel resiliensi, dan Parental Stress Scale untuk variabel tingkat stres orang tua. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi gamma. Uji korelasi gamma digunakan untuk melihat adanya hubungan serta tingkat kekuatan hubungan pada dua variabel.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara resiliensi dan tingkat stres pada orang tua yang memiliki anak penyandang Autism Spectrum Disorder di Sekolah Mandiga Jakarta Selatan. Koefisien korelasi yang didapatkan adalah -0,701, sehingga hubungan bersifat kuat dan negatif. Promosi kesehatan mental bagi orang tua perlu dilakukan secara rutin untuk mempertahankan status kesehatan mental, meningkatkan resiliensi, serta mencegah terjadinya stres pada orang tua.

Playing the role as a parent means having an important role in parenting. However, taking care of children can be one of the factors causing parents to experience stress. This condition can be aggravated when parents have children with special needs. Low levels of resilience can be one of the factors that causes older people to experience high levels of stress. This study aims to determine the relationship between resilience and stress levels of parents who have children with Autism Spectrum Disorder.
This research method uses correlative analytic design with cross sectional approach. The subjects of this study were 30 students parents at the Sekolah Mandiga Jakarta Selatan and the study was carried out using the total sampling method. The research measuring instrument used was the Brief Resilience Scale for resilience variables, and the Parental Stress Scale for variable stress levels of parents. The data analysis used was univariate and bivariate analysis using the gamma correlation test. The gamma correlation test is used to see the relationship and the level of strength of the relationship between the two variables.
This study concludes that there is a strong relationship between resilience and stress levels in parents who have children with Autism Spectrum Disorder at Sekolah Mandiga South Jakarta. The correlation coefficient obtained is -0.701, so the relationship is strong and negative. Promoting mental health for parents needs to be done routinely to maintain mental health status, increase resilience, and prevent stress among parents.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lena
"Tingginya angka penggunaan media elektronik pada anak tipikal dan autism spectrum disorder (ASD) di Indonesia sudah tergolong pada level mengkhawatirkan. Hal ini berkontribusi terhadap penurunan performa executive function (EF). Meskipun demikian, sejumlah penelitian terkini menemukan hubungan yang positif antara penggunaan media elektronik dan performa EF.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kondisi perkembangan anak (tipikal dan ASD) dan durasi penggunaan media elektronik terhadap performa EF, dengan sebelumnya melakukan uji regresi antara kondisi perkembangan anak dan durasi penggunaan media elektronik. Partisipan terdiri dari 24 anak tipikal dan 9 anak ASD yang berusia 48-96 bulan dan memiliki tingkat inteligensi ≥ 70.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perkembangan anak yang mengalami gangguan ASD berasosiasi secara signifikan dengan peningkatan durasi penggunaan media elektronik dan penurunan performa EF, namun durasi penggunaan media elektronik tidak berkontribusi dengan performa EF. Penelitian ini menekankan pentingnya mengatur penggunaan waktu media elektronik pada anak, baik tipikal maupun ASD, untuk mengoptimalkan EF mereka.

The high rate of electronic media usage in typical and autism spectrum disorder (ASD) children in Indonesia were highly concerning, which could contribute to the lowering executive function (EF) performance. However, recent studies found positive association between the use of electronic media and childrens EF performance.
This study aims to determine of the contribution of childrens development state (typical and ASD) and duration of electronic media use in childrens EF performance, with prior measurement using regression analysis for childrens development state and their duration of electronic media use. The participants of this study were 24 typical children and 9 children with ASD, which were 48-96 months of age and had IQ score of ≥ 70.
The results showed that childrens development state with ASD significantly associated with increasing in duration of electronic media use and decreasing in childrens EF performance. However, the duration of electronic media use was not contributed in childrens EF performance. This study emphasized in the importance of managing the duration of electronic media use in typical and ASD children, to promote optimum EF development.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>