Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124052 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isprianti
"Terdapat berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses Moulding, yang berimbas pada menurunnya kualitas suatu produk, salah satunya adalah permasalahan Wire Sweep. Permasalahan Wire Sweep ini jika tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan pada saat produk diimplementasikan dan bisa membahayakan konsumen atau pemakai. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses Moulding tersebut yaitu dengan mengurangi terjadinya permasalahan Wire Sweep. Dengan terlebih dahulu mencari faktor-faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya permasalahan Wire Sweep. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah Temperature, Transfer Time dan Delay Time. Untuk mengetahui kombinasi optimal parameter dari faktor-faktor tersebut digunakan Response Surface Method (RSM). Hasil dari penelitian ini dapat direkomendasikan kepada perusahaan semikonduktor tesebut dimana kombinasi parameter yang optimal yang mengurangi terjadinya permasalahan Wire Sweep adalah Temperature sebesar 180.89o celcius, Transfer Time selama 7.84 detik dan Delay Time selama 6.41 detik.

There are many kinds of problem that happened on Moulding process that effect to quality loss, one of problem in Moulding process is Wire Sweep. If this Wire Sweep poblem never been solved properly, can create defect during implementation on customer. One action that can be done for improving the quality on Moulding process ia by decreasing the occurenec of Wire Sweep problem. Initial step that can be choosed is by looking for the significant factor that affect to Wire Sweep occurence. Those factors are Temperature, Transfer Time and Delay Time. To find out the optimum combination of Moulding parameter, Response Surface Method (RSM) can be used. The research result can be recommended to related semiconductor company. Those optimum parameter value Temperature with 180.89o Celsius, Transfer Time with 7.84 second and Delay Time with 6.41 second."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari Maharani
"ABSTRAK
Salah satu hal yang sedang berkembang dan banyak digunakan di industri
perkapalan yaitu teknologi laminasi material komposit fiber dengan metode
Vacuum Assisted Resin Transfer Molding (VARTM). Di Indonesia, sistem ini
masih belum dioptimalkan penerapannya karena belum adanya peraturan yang
lebih spesifik mengenai proses pembuatan, menghitung jumlah lapisan, dan
kekuatan komposit jika menggunakan proses Vacuum Assisted Resin Transfer
Molding (VARTM). Laminasi komposit VARTM disusun dengan menyamakan
jumah fiber konten komposit dengan menggunakan metode Hand Lay Up. Karena
itu, dilakukan analisis kekuatan struktur komposit quasi isotropic dan simetris
pada kapal dengan metode finite element. Analisis kekuatan memanjang
dilakukan pada keadaan statik dengan kondisi gelombang Hogging dan Sagging,
dan kriteria kegagalan Tsai Wu digunakan untuk mengetahui karakteritik lamina
komposit. Lapisan laminate quasi isotropic memiliki kekuatan yang lebih baik
pada struktur kapal dibandingkan lapisan simetris. Selain itu, berkurangnya
ketebalan lambung kapal menyebabkan adanya pengurangan jarak frame
melintang agar deformasi yang terjadi sesuai dengan yang diisyaratkan oleh kelas.
ABSTRACT
One of the things that are being developed and widely used in the shipping
industry is technology of laminated fiber composite materials by the method of
Vacuum Assisted Resin Transfer Molding (VARTM). In Indonesia, the
implementation of system is still not optimized because of the absence of more
specific regulations regarding the manufacturing process, counting the number of
layers, and the strength of the composite when using the Vacuum Assisted Resin
Transfer Molding (VARTM). VARTM composite laminate composed by equating
the number of fiber composite content by using the method of Hand Lay Up.
Therefore, structural strength of composite quasi isotropic and symmetrical on the
ship analyzed by the finite element method. Longitudinal strength analysis
performed on static state with Sagging and hogging wave conditions, and Tsai Wu
failure criteria are used to determine the characteristic of the composite lamina.
Quasi-isotropic laminate layer has better strength compared to the structure of the
ship symmetrical layers. In addition, the reduced thickness of the hull causing a
reduction in the transverse frame spacing in order deformation that occurs in
accordance with the implied by the class."
2013
T35157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moayyedian, Mehdi
"This book describes an effective framework for setting the right process parameters and new mold design to reduce the current plastic defects in injection molding. It presents a new approach for the optimization of injection molding process via (i) a new mold runner design which leads to 20 percent reduction in scrap rate, 2.5 percent reduction in manufacturing time, and easier ejection of injected part, (ii) a new mold gate design which leads to less plastic defects; and (iii) the introduction of a number of promising alternatives with high moldability indices. Besides presenting important developments of relevance academic research, the book also includes useful information for people working in the injection molding industry, especially in the green manufacturing field."
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20502896
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Joshua
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki waktu changeover mold dalam studi kasus proses injeksi plastik. PT XYZ sebagai produsen sepeda motor memiliki seksi injeksi plastik yang memproduksi part plastik untuk sepeda motor. Sebuah mesin injeksi digunakan untuk memproduksi lebih dari satu jenis part, sehingga pergantian jenis part membutuhkan proses changeover. Proses changeover yang sering dilakukan menghasilkan waste bagi PT XYZ berupa waktu mengganggur. Penelitian ini menggunakan metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) untuk mengurangi durasi pelaksanaan changeover secara signifikan. Penelitian dilakukan sesuai dengan tiga tahap metode SMED yaitu mengelompokkan aktivitas ke dalam setup internal dan setup eksternal, mengkonversi aktivitas internal menjadi aktivitas eksternal, dan memperlancar seluruh pelaksanaan aktivitas setup. Langkah perbaikan pada tahap ketiga disimulasikan dengan simulasi Monte Carlo pada Ms. Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode SMED dapat mengurangi waktu changeover sebesar 42,86%. Pengurangan ini berdampak pada penurunan waktu menggangur sebesar 760,77 menit dan peningkatan produktivitas sebesar 1.030 part dalam waktu satu bulan.

ABSTRACT
This research aims to improve mold changeover time on plastic injection molding case. PT XYZ as a motorcycle manufacturer has a plastic injection section which produces plastic parts for motorcycle body. An injection machine is used to produce more than one part type, so changeover process is needed. The frequent changeovers result in idle time waste for the company. The research uses Single Minute Exchange of Dies (SMED) method to reduce changeover time significantly. The research was conducted based on three steps of SMED, namely, separating internal and external setup, converting internal to external setup, and streamlining all aspects of the setup operation. Improvement actions on the third step were simulated by Monte Carlo simulation in MS. Excel. The result showed that SMED is capable to reduce changeover time by 42.86%. This leads to 760.77 minutes of idle time reduction and an increase in productivity by 1,030 parts within one month."
2016
S62950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wowor, Christine L.
"Selama ini perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur menghadapi tantangan yang serius dalam memproduksi produk dengan tingkat variasi yang tinggi dalam jumlah yang kecil. Permasalahan utama yang dihadapi adalah proses setup mesin yang harus dikerjakan setiap kali perubahan produksi dijatankan.
Metode Single Minute Exchange Die yang diketemukan oleh Shigeo Shingo dan dikembangan setama 19 tahun mampu menyelesaikan masalah setup mesin tersebut. Secara sederhana setup mesin terbagi dua menjadi setup eksternal dan setup internal. Setup eksternal adalah proses setup yang dapat dilakukan tanpa perlu mematikan mesin dan setup internal adalah proses setup yang baru dapat dikerjakan ketika mesin dalam kondisi berhenti bekerja. Pokok yang diajarkan oleh Shigeo Shingo dalam metode Single Minute Exchange Die adaiah bagaimana melaksanakan setup internal sesederhana dan sesingkat mungkin dengan memisahkan setup ekstenal dan setup internal, mengkonversi setup internal yang ada dan merampingkan semua aspek dalam setup internal akhir.
Melalui pengertian akan metode ini, penulis menccba mengatasi waktu setup mesin yang tinggi untuk mesin molding berkapasitas produksi 35 ton. Prcses setup yang ada disederhanakan dengan menggunakan peralatan dan aksesons tambahan seperli jig, pengenng material terpisah. dan melakukan modifikasi terhadap crane yang digunakan. Kondisi operasionat yang dibutuhkan juga dipersiapkan lebih awal, sehingga proses kerja yang ada menghasilkan produksi yang baik sejak awal produksi dijatankan.
Analisa terhadap proses kerja akhir menghasilkan penurunan waktu setup mesin yang sangat mencolok. Metode kerja yang ditawarkan merupakan usul dan belum diterapkan, sehingga pengukuran penurunan waktu setup hanya dilakukan dengan menghitung waktu proses yang berhasil dieliminasi tanpa memperhitungkan waktu proses yang telah disederhanakan. Dari cara perhitungan tersebut penurunan waktu setup cukup siginifikan yaitu sebesar 76,8%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S49900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S35990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijaya Candra Husin
"Cetakan memegang peranan yang penting dalam menentukan kualitas dari produk cor yang dihasilkan. Salah satu metode pembuatan cetakan yang banyak digunakan saat ini adalah cetakan kulit (shell molding), yang menggunakan resin sebagai bahan kimia pengikat butir-butir pasir. Pada penelitian ini dicari hubungan antara temperatur dan waktu pemanasan terhadap sifat mekanis dan permeabilitas pasir silika lapis resin berkadar 3 % sebagai bahan pembuat cetakan dan inti beberapa jenis produk coran. Kemudian dicari kondisi cetakan yang paling optimal. Temperatur pemanasan yang digunakan adalah 240, 260, 280 dan 300 °C, sedangkan waktu pemanasan yang digunakan adalah 1,5 ; 2 ; 2,5 dan 3 menit. Adapun hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan mekanis dan permeabilitas cetakan yang paling optimal dicapai pada kondisi temperatur pemanasan 300 °C dengan waktu pemanasan 3 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Chandra
"Sebagai kemasan, Jelly Cup pada prinsipnya hanya sekali pakai saja (disposable) sehingga menjadi tuntutan utama agar kemasan seringan mungkin untuk menghemat biaya material dan juga isu lingkungan yang menganjurkan sesedikit mungkin penggunaan plastik. Optimasi awal produk Jelly Cup 100 ml dilakukan dengan simulasi CAE menggunakan perangkat lunak mpa (moldflow plastic advisor) dan dilanjutkan dengan mpi (moldflow plastic insight) dengan parameter utama ketebalan dinding yang berhubungan dengan berat produk Tujuannya adalah mendapatkan tebal dinding setipis mungkin untuk diproses pada cetakan injeksi. Analisis hasil simulasi komputer menunjukkan ketebalan yang optimum untuk produk Jelly Cup 100 ml ini adalah 0.5 mm. Optimasi berikutnya adalah desain cetakan yang dilakukan meliputi 4 bagian utama pada cetakan yaitu: konstruksi pada rongga cetak, sistem saluran masuk (feeding system), sistem pendingin (cooling system), sistem pengeluaran produk (ejection system). Percobaan eksperimental dengan metoda trial and error dilakukan dalam tiga macam ketebalan yaitu: 0.42, 0.46, dan 0.50 mm. Hasilnya menunjukkan pada ketebalan 0.46 dan 0.50 memungkinkan untuk mencetak produk yang baik, perbedaannya ada pada tekanan injeksi dan waktu siklus. Setelah dilakukan analisa dan diskusi, maka didapatkan bahwa ketebalan 0.50 mm memang merupakan ketebalan yang ideal dan mendekati hasil simulasi (waktu siklus 4.1-4.2 detik dan berat produk 4.1 gram), tetapi secara ekonomis, berdasarkan asumsi saat ini, ketebalan 0.46 mm lebih menguntungkan untuk diproduksi (waktu siklus 4.5-4.6 detik dan berat produk 3.8 gram). Produk Jelly Cup teroptimasi menjadi Thin Wall Product dengan flow length/wall thickness ratio (111) terbesar 128.111. Perubahan ketebalan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kekuatan impak produk setelah dilakukan percobaan drop test.

As a packaging, Jelly Cup in principle only for one time use (disposable), so the main factor is the cup has to be as light as possible to save material cost and considering of environment issues suggesting a few possible plastic uses. CAE simulation with mpa (moldflow plastic adviser) software and continued by mpi (moldflow-plastic insight) conducted as early optimization stage and the main parameter is wall thickness which deal with product weight. The target is get wall thickness as thin as possible to be processed at injection molding. Analyze result of computer simulation show the optimum wall thickness for the product of this Jelly Cup 100 ml is 0.5 mm. Next stage is optimization of molding design that consist of 4 main system i.e. cavity, feeding system, cooling system, and ejection system. Experimental process done to validate the optimization. Method that used in this experiment is trial and error of injection molding of Jelly Cup 100 ml with 3 kind of wall thickness i.e. 0.42, 0.46, and 0.50 mm. These trials used practical process parameters as close as the real production condition. The result shows Jelly Cup with wall thickness 0.46 and 0.50 mm have possibility to produce. The differences between them are the value of injection pressure and cycle time. After analysis and discussion, wall thickness 0.50 mm is the ideal wall thickness and very close to simulation result (cycle time is 4.1-4.2 s and product weight is 4.1 g), but according to economic calculation, with recent assuming, show the advantage to produce 0.46 mm product slightly higher than another (cycle time is 4.54.6 s and product weight is 3.8 g). Jelly Cup product optimized to thin wall product with flow length 1 wall thickness ratio (1J) 128.111. The drop test result shows the changes of thickness not significant for drop impact resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bown, John
London: McGraw-Hill Company, 1979
668.412 BOW i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Delgado, J.M.P.Q.
"This book provides valuable information on polymer composite manufacturing, with a focus on liquid molding processes and the resin transfer molding technique (RTM). It presents and discusses emerging topics related to the foundations, engineering applications, advanced modeling and experiments regarding the RTM process. A valuable resource for engineers, professionals in industry and academics involved in this advanced interdisciplinary field, it also serves as a comprehensive reference book for undergraduate and postgraduate courses."
Switzerland: Springer Nature, 2019
e20509521
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>