Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193100 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hera Agustina
"Penyakit infeksi amuba di keiurahan Kampung Melayu menempati urutan 9 dari I0 besar penyakit di wilayah tersebut, diduga disana banyak terdapar kasus infeksi amuba asimptomatik yang dapat menular ke orang lain. Selain itu kondisi sanitasi Iingklmgan dan higiene yang buruk juga mempakan faktor risiko unruk penyakit infcksi amuba.
Penelitian ini hertujuan untuk mendapatkan ganmbanm hubungan kontanninasi air oleh Iihistobftica dcngan kejadian infcksi amuba asimptcmatik pada anak usia sekolah. Desain penelitiau case comrol, jumlah sampel 92 terdiri dari 46 kasus dan 46 kontrol. Pengumpulan data melalui pemeriksaan laboratorium , wawancara dan observasi. Analisa data dengan disuibusi fnekuensi, uji chi square dan regresi logistik.
Prevalensi kejadian infcksi amuba asimptomatik dengan pemeriksaan antigen Elhistolyrica pada tinja anak usia sekolah adalah 9,6 %. Faktor yang bcrhubungan dengan kejadian infeksi amuba asimptomatik pada anak usia sekolah adalah sarana sanitasi (jamban) dengan OR=5,27l (95% CI: 1,753 - IS,855) dan kebiasaan cuci tangan dengan OR=2,438 (95% CI: 1.051 » 5,654). Faklor risiko dorninan yang b¢rpenga.ruh terhadap kcjadian infcksi amuba asimptomatik pada anak usia sekolah adalah sarana sanicasi (iamban).
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi amuba asimptomatik pada anak usia sekolah adalah sarana sanitasi (iamban) dan kcbiasaan cuci tangan anak. Membangzm sarana jamban umum dan sarana jamban pribadi yang mcmenuhi syarat. Meningkatkan penyuluhan pada orang tua., anak usia sekolah, guru SD, kadcr dan tokoh masyarakat tentang pcnyakit infeksi amuba dan faktor-faktor yang mempcngaruhinya. Juga memberi pengobatan pada anak usia sekolah yang antigen E. histobdica positif pada tinja.

Amoeba infection disease in Kampung Mclayu chief village placed 9"` grade from l0"? highest disease in that area. estimated that in the area tbund many asymptomatic amoeba infections that contagious to others. Besides, bad condition of environment sanitation and bad hygiene also become risk factor for amoeba infection disease.
This research purpose is to obtain description of relation between water contaminations by Iihislogwxica and asymptomatic amoeba infection cases in school age children _ Research design is case controI,.total samples are 92 people that consist of 46 cases and 46 controls. Data gathering are through laboratory check-up, interview and observation. Data analysis is frequency distribution, chi-square test and logistic regression.
Case prevalence of asymptomatic amoeba infection with examination of lihiszolvrica antigen feces of school age children is 9_6 %_ Factor that related with asymptomatic amoeba infection cases in school age children is sanitation medium (toilet) with OR=5,27l and 95 % C|:l.753-15.855 and children rinse habit with OR=2,438 and 95% CI:l,05l-5,654 Dominant risk factor that affecting asymptomatic amoeba infection cases in school age children is sanitation medium (toilet).
Risk factor that affecting asymptomatic amoeba infection cases in school age children is sanitation medium (toilet) and children rinse habit. The building general toilet medium and building qualified toilet medium. Increase counseling to parents, school age children, SD teacher, cadre and public figure toward amoeba infection disease and affecting factors. Give medication to school age children that have positive histolytica antigen feces.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32100
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sudarto
"ABSTRAK
Kondlsl lingklungan pemukiman jika tidak dnkelola dengan baik akan berdampak buruk terhadap derajat kesehatan masyaxakat, Salah satu jenis penyakit yang erat kaitanya dengan kondlsi lingkungan adalan infeksi cacingan. Penyakit cacingan yang proses penularanya melalui perantara tanah masih mempakan masalah kesehatan masyarakat khususnya pada anak-anal: ban-L di daerah pedesaan maupun pcrkotaan. Anak sebagal calon generasi penerus bangsa merupakan aset yang perlu mendapatkan perhatian, karcna mereka akan menentukan nasib suatu bangsa/negara. Dilain pihak_ anak dengan segala keterbatasanya masih rentan terhadap suatu penyakit yang dapat menggangu pcrtumbuhan dan perlcembanganya.
Penyakit infcksi casing dalam tubuh manusia dapat menghisap darah dan unsur gizi yang diperlukan tubuh. Sehingga dapat memuunkan daya tahan tubuh dan produktivitas. Walaupun tidak berakibat fatal nam\m penyakit ini berdarnpak cukup Iuas pada anak-anak seperu; Anemia, malnuuisi, gangguan tungsl kognitip dan menurunkan prcstasi bciajar Sena produktifitas.
Penelltian mi bertujuan untuk mengetahui hublmgan antara kontammasx telur cacing di lingkungan pemukiman dengan kejadian infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun di Kecamatan Baros Kabupatcn Serang, selain itu diteliti juga taktor nslko lamnya yang dapat rnempengaxuhi tcxjadinya infeksi cacing pada anak seperti sanitasi lingkungan yang terdiri dan jamban keiuarga, sarana air bcrsih, SEAL, pembuangan sampah dan jenis Iantai rumah. Faktor lainya dari kardkteristik keluarga yaitu pcrilaku sehat anak, tingkat pengetahuan 1bu dan anak, kondisi ekonomi kcluarga dan jenis kelamin anak.
Penelitian ini merupakan studi epidemiologi kesehatan lingkungan yang bersifat ODSCFVQSI dengan menggunalcan desam crossectional (potong lintang). Sampcl azialah anak usia 5-12 tahun yang ada di Kecamatzm Baros Kabupaten Serang, dengan jumlah sampel masing-masmg untuk anak 125 dan sampel linglnmgan (lanan) sebanyak 125. Pengumpulan data dilakukan dcngan pemcriksaan sampel tanah dan tinja anak serta dengan wawancara. Untuk uji hipotesis menggunakan chi-square.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi kasus infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun dl kecamatan Baros Rabupatcn Serang sebcsar 40,8%. 1-lasil anaiisis menunjukan adanya hubungan yang bermakna antam tanah tcrkontarninasi telur cacing, Jamban Keluarga., sarana an bersih, sarana pembuangan an' limbah, tempat pembuangan sampah, jcnis Iautai, tingkat pengtahuan anak dan perilaku sehat anak dengan kejadian mieksi cacmgan pacia anak usla 5-12 tahun dengan tangkat kemaknaan P < U,U5. Hasnl analisis multivaxiat dengan negresi logistik ganda diperoleh model bahwa kejadian infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun terbuktj bcrhubungan cral dengan kondisi jamban kcluarga, tanah yang terkontaminasi telur cacing, faktor perilaku anak, tingkat pengetahuan anak, tcmpat pcmbuangan sampah dan _|en1s lantal rumah.
Adanya pengamh variabel jamban terhadap tanah yang tcrccmar telur cacing dan pengetahuan anak serta taktor perllaku, menunjukan bahwa tezjadinya pencemaran tanah oleh telur cacing karena faktor kebemdaan jamban yang masih rninirn dan tidak saniter, dengan tingkat pengelahuan anak yang rendah sehingga penlakunya turut mendukung terjadinya kontaminasi telur cacing di tanah dengan cara defekasi/buang kotoranya tidak cn jamban, maka tanah terkontaminasi oleh telur cacing yang ada dalam unja sclungga menimbulkan kejadian infcksi cacingan.
1-1 ini terbutku dengan kondisi jamban yang tidal( samter bensxko 13,2 kah xmtuk tezjadinya infeksi cacingan, perilaku yang buruk berisiko 9,8 kali untuk anak mcndcrita cacmgan, tanah yang terkontaminasi telur cacing berisiko 9,9 kali, tingkat pengetahuan anak rendah berisiko 7,5 kali, tempat pembuangan sampah berisiko 6,5 kali untuk Ieqadinya inicksl cacingan dan _|en1s lantai rumah yang tidak saniter bensnko 5,9 Kali untuk terjadinya infeksi cacing.
Peneliti menyaranlcan adanya upaya-upaya yang lebih kongkmt untuk mencegah dan menycbamya kasus infeksi caoingan melalui pcnyediaan sarana sanitasi Iingkungan yang baik khususnya. dalarn penyediaan jamban Kcluarga atau MCR, dengan mehbatkan semua unsnr yang terkait untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Sena dilakukan penyuluhan kepada anak-anak dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang kesehainn, sehingga mereka dapal rnenjaga dan meningkatkzm kondisi demjat kesehatanya dengan cara hidup di lmgkungan perumahan yang sehat dan menerapkan perilalcu hidup bcrsih dan sehat. Disamping itu harus dilakukan perneriksaan kebexsihan pribadi anak baik di sekolah maupun dirumah secara rutin oleh guru dan orang tua anak.

ABSTRACT
Settlement environment condition if not managed carefully will giving had impact toward public health level, one of diseases that related closely with environment condition is worrny infection. Wormy disease infecting nom soil was still become public health problems especially in children whether villages or urban. Children as next generation of the nation are assets that need a focus, because they will define destiny of a nation. On the other hand children with all of their limitation is still susceptible toward a disease that disturbing development and growth. Wormy infection disease in human body can absorb blood and nutrition substances that needed by body, thus decreasing body endurance and productivity. Although not fatal but this disease impact is quite wide on children such as anemia, malnutrition, cognitive iimction disturbance and decreasing studying performance and productivity.
This research purpose is to identify relation of worm egg in settlement environment with worrny infection cases on children years of 5 - 12 old ages at Baros Sub-district Serang Regency, besides also researched other risk factors that affecting womry infection on children as environment sanitation that consist of family toilet, sanitation, hygiene water, SPAL, trash can and house tile. Other factors from family characteristic are children healthy behavior, mother and her children education level, family economy condition and children gender.
This research is epidemiology study of environment health that has the character of observation with cross sectional design. Samples are children ages of 5 - 12 years old at Baros Sub-district Serang Regency, with total samples each for children 125 and environment samples (soil) 125. Data gathering performed by soil samples and children feces also interview. For hypothesis test is using chi-square.
This research shows that prevalence of wormy infection cases on children ages of 5 - 12 years old at Baros Sub-district Serang Regency is 40.8%. Analysis result shows significant relation between soil contaminated with worm egg, family toilet, tile style, children knowledge level and -children healthy behavior with wormy infection cases on children ages 5 - 12 years old with P value < 0.05. Multivariate analysis result with double logistic regression obtained model that wormy infection cases on children ages of 5 - 12 years old proved closely related with family toilet condition, contaminated soil with worm egg, children behavioral factor, children knowledge level, trash can and house tile style.
Toilet variable effect toward contaminated soil with worm egg and children knowledge as well as behavioral factors, shows that contaminated soil caused by minimal toilet and unsanitary, and low children knowledge level. So that their behavior supporting contamination of worm egg in soil by defaces not in toilet, then soil contaminated with worm egg that available in feces and causing wormy infection. In proved with toilet condition that unsanitary has risk 13.2 times of worrny infection, bad behavior has risk 9.8 times of children infected wormy, contaminated soil with worm egg risk 9.9 times, children low knowledge level risk 7.5 times, trash can risk 6.5 times of wonny disease and house tile style that unsan'ry risk 5.9 times of wormy infection.
Researcher suggested performing more solid efforts to prevent and spreading of wormy infection cases through supplying good environment sanitation medium especially in supplying family toilet or MCK, by entangling all related element to create healthy environment condition. Moreover, perfonned counseling toward children and public to increase health degree condition by living in healthy settlement and implementing hygienic and healthy behavior. Besides, performed children individual checkup, whether in schools or houses routinely, with teachers and parents.
"
2007
T34522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herbowo A. Soetomenggolo
"Infeksi saluran cerna oleh parasit memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Angka kejadian infeksi saluran cerna oleh parasit tertinggi didapatkan di negara berkembang dan negara dengan tingkat ekonomi rendah terutama di daerah-daerah tropis. Indonesia sebagai negara tropis dan negara berkembang dengan tingkat ekonomi rendah diperkirakan memiliki prevalensi infeksi saluran cerna oleh parasit yang cukup tinggi. Parasit penyebab infeksi saluran cerna sangat beragam dan penelitian mengenai parasit penyebab infeksi saluran cerna di Indonesia masih sedikit tetapi penelitian yang dilakukan oleh Kang dan kawan-kawan di India mendapatkan infeksi saluran cerna oleh parasit terbanyak disebabkan oleh Giardia (53,8%) dan Cryptosporidium (39,7%).
Cryptosporidium pertama kali ditemukan pada anak imunokompeten berusia 3 tahun pada tahun 1976. Setelah itu Cryptosporidium dilaporkan menimbulkan endemik di daerah Milwaukee pada tahun 1993 yang menginfeksi 400.000 orang. Meskipun telah dilakukan berbagai pencegahan dan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan makin tinggi, ternyata angka kejadian cryptosporidiosis yang tercatat di Amerika Serikat tetap tinggi yaitu pada tahun 1999 dilaporkan terdapat 2.769 kasus, tahun 2001 terdapat 3.787 kasus dan pada tahun 2002 terdapat 3.016 kasus.
Beberapa peneliti telah melaporkan kejadian cryptosporidiosis pada penderita acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan pengidap human immunodeficiency virus (HIV). Seiring dengan meningkatnya angka kejadian AIDS dan pengidap H1V di dunia maka diperkirakan angka kejadian cryptosporidiosis turut meningkat. Di Indonesia sendiri telah dilaporkan peningkatan kasus AIDS mencapai 5823 kasus dan 4333 kasus HIV sehingga diperkirakan angka kejadian cryptosporidiosis juga turut meningkat.
Prevalensi cryptosporidiosis di negara berkembang diperkirakan berkisar 5-20% dan di negara miskin mencapai lebih dari 30%. Cryptosporidium lebih sering menginfeksi anak-anak. Prevalensi tertinggi terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Perch dkk dalam penelitiannya mendapatkan prevalensi terbanyak pada usia di bawah 3 tahun. Diperkirakan hal ini erat hubungannya dengan status imun anak. Berbagai hal dapat mempengaruhi terjadinya cryptosporidiosis seperti kekurangan air bersih, sanitasi buruk, kepadatan rumah tinggal, banyak hewan di lingkungan perumahan, letak rumah dekat dengan sungai atau peternakan, rumah tinggal yang terkena banjir, musim, serta faktor risiko individu seperti status gizi. Katsumata dan kawan-kawan dalam penelitian yang dilakukan di Surabaya mendapatkan faktor risiko infeksi Cryptosporidium berupa kepadatan rumah tinggal, musim hujan dan rumah tinggal yang terlanda banjir. Saat ini belum terdapat data prevalensi infeksi Cryptosporidium pada anak balita maupun faktor risiko penyakit ini di Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cedera telah menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak. Di sisi lain peran orang tua dalam pendidikan dan pengawasan sangat besar bagi keselamatan anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tipe keluarga dan kejadian cedera. Metodologi yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan jumlah responden sebanyak 82 orang. Responden adalah orang tua yang memiliki anak usia sekolah di RW 9, Kel Beji Timur, Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian cedera lebih sering terjadi pada tipe keluarga permisif dibandinglcan tipe keluarga demokratis dan otokratis. Namun uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tipe keluarga dan kejadian cedera pada anak usia sekolah (P value = 4,046 > α — 0,05). Sehingga berdasarkan penelitian ini penting sekali bagi orang tua mengenal potensi-potensi bahaya bagi anak sehingga cedera dapat dihindari sedini mungkin."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5896
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agustin Indracahyani
"Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada bayi dan anak-anak di seluruh dunia. Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare baik di Indonesia maupun di dunia menunjukkan bahwa diare perlu penanganan secara global. Anak-anak merupakan kelompok yang paling berisiko mengalami diare. Oleh karena itu, anak-anak perlu diajarkan mencuci tangan dengan metode yang tepat dan waktu yang sesuai agar prevalensi diare dapat diminimalisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare pada anak usia sekolah.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dan potong lintang. Sampel penelitian ini beajumlah 67 anak dan orang tua dengan kriteria inklusi sebagai berikut: Siswa-siswi SD kelas IV-VI, orang tua dengan anak yang menjadi responden, dapat membaca dan menulis, tinggal bersama keluarga, bersedia dan mampu berpartisipasi dalam penelitian Pengumpulan data dilakukan melalui observasi metode mencuci tangan anak, dan memberikan kuesioner kepada anak dan orang tua. Setelah itu, data diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji Fisher Exact.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 42 responder: (75 %) yang memiliki perilaku mencuci tangan tidak tepat mengalami kejadian diare sedang. Sedangkan dari responden yang memiliki perilaku mencuci tangan tepat terdapat 10 responden (90,9 %) yang mengalami kejadian diare sedang. Analisis lebih lanjut diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare (P value=0,095, α=0,05). Peneliti menyarankan adanya penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai perilaku mencuci tangan pada tingkatan usia berbeda dengan menggunakan desain dan instrumen penelitian yang lebih baik Selain itu, agar hasil penelitian dapat representatif terhadap populasi tertentu, maka perlu memperbanyak jumlah responden dan memperluas area penelitian.

Diarrhea is one of the major health problems in children around the world. The high prevalence morbidity and mortality of diarrhea, both in Indonesia and in the world shows that diarrhea needs to be overcome globally. Children as the high risky group need to be taught the proper method and time of hand washing to minimize the prevalence of diarrhea. The aim of this stuay is to identify the correlation between hand washing behavior and the incidence of diarrhea in school age children.
This study use descriptive correlation and cross sectional design. It needs 67 children and their parents as respondents with qualifications as follows: students in elementary school from 4th grade to 6th grade (or 9-12 years old) and their parents, enable to reading and writing, agree to participate as respondent in this study. Data were collected by observation of hand washing methods, and give questionnaire, both to children and parents. Then, data were processed and analyzed by Fisher exact test.
The study results moderate incidences of diarrhea were experienced by 42 respondents (75 %) with improper hand washing, and 9 respondents (90.9 %) with proper hand washing. The analysis also identify there is no significant correlation between hand washing behavior with the incidence of diarrhea (P value =0.095, α=0. 05). The author recommends to held research or stuoy about hand washing behavior in certain developmental stage by using better instrument and research design The author also recommends to increase the number of respondents and widen the research area in order to represent the characteristic of population.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5639
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Kurniawati
"ABSTRAK
Tanah merupakan media penularan penyakit cacing usus. Kontaminasi tanah
permukiman menjadi indikator pencemaran tanah oleh tinja penderita infeksi
kecacingan dari kelompok soil transmitted helminths (STH). Prevalensi
kecacingan di Kabupaten Pandeglang cukup tinggi sebesar 43,78%. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis hubungan kontaminasi tanah permukiman oleh
telur/larva cacing dengan infeksi kecacingan pada siswa SD. Penelitian ini
dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang pada Januari s.d. Juni 2016 dengan desain
kasus kontrol terhadap 56 kasus dan 62 kontrol. Proporsi tanah permukiman yang
terkontaminasi telur/larva cacing sebesar 43,20%. Hasil penelitian tidak
ditemukan hubungan yang signifikan antara kontaminasi tanah permukiman oleh
telur/larva cacing dengan infeksi kecacingan (OR 1,696; 95% CI 0,813 ? 3,535).
Sedangkan variabel yang signifikan berhubungan dengan infeksi kecacingan pada
siswa SD antara lain jamban keluarga (OR 2,423; 95% CI 1,147 ? 5,119),
kebiasaan BAB (OR 3,12; 95% CI 1,312 ? 7,421), dan kebiasaan cuci tangan (OR
4,407; 95% CI 2,034 ? 9,547). Analisis multivariat menunjukkan bahwa
kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing tidak berhubungan secara
signifikan dengan infeksi kecacingan pada siswa SD. Kontaminasi tanah
permukiman oleh telur/larva cacing merupakan salah satu variabel confounding
dalam infeksi kecacingan pada siswa SD dan kebiasaan cuci tangan sebagai
variabel yang paling dominan dan signifikan berhubungan dengan infeksi
kecacingan pada siswa SD; OR = 4,395 (95% CI 1,982 - 9,745). Diperlukan
upaya untuk meningkatkan pendidikan dan promosi kesehatan kepada masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat terutama praktik cuci tangan pakai sabun dan
kebiasaan BAB serta akses masyarakat terhadap jamban keluarga yang memenuhi
syarat.

ABSTRACT
Soil is a media transmission of intestinal diseases caused by helminth. The
presence of helminth eggs/larvae in the soil residential as an indicator of soil
contamination by human faeces. The prevalence of helminthiases in Pandeglang
quite high at 43.78%. The aim of this study was to analyze the associations
between residential soil contamination by eggs/larvae of the helminth parasite
and helminthiases on elementary students. This study was conducted in
Pandeglang in January to June 2016 with case control design of the 56 cases and
62 controls. The proportion of residential soil contaminated eggs/larvae was
43.20%. This study found no significant associations between residential soil
contamination by eggs/larvae of the helminth parasite with helminthiases in
school children (OR 1.696; 95% CI 0.813 to 3.535). While significant association
of using of family toilets (OR 2.423; 95% CI 1.147 to 5.119), bowel habits (OR
3.12; 95% CI 1.312 to 7.421), and handwashing (OR 4.407; 95% CI 2.034 to
9.547 ) with the school children. Multivariate analysis showed that soil
contamination settlement by eggs / larvae is not significantly associated with
helminthiases. Contamination of soil residential by eggs / larvae of the helmiths
was one of the confounding variables in helminthiases and hand washing as the
most dominant variable and significantly related to helminthiases on elementary
school students; OR = 4.395 (95% CI 1.982 to 9.745). Efforts were needed to
improve public access to eligible family latrines and health education and
promotion to the community for clean and healthy living especially hand washing
for school children"
2016
T46527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzah Aulia
"Latar belakang. Diare merupakan penyebab kematian anak ketiga di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah infeksi Entamoeba histolytica. Deteksi E.histolytica pada individu asimtomatis penting untuk langkah pencegahan, karena kista E.histolytica sebagai penyebabnya, mudah ditularkan lewat fekal maupun oral. Selama ini, metode deteksi yang tersedia telah berkembang hingga molekuler. Namun deteksi secara mikroskopik tetap digunakan secara luas karena murah. Salah satu kelemahan metode ini adalah pada pemeriksaan langsung, organisme dalam jumlah sedikit tidak dapat terdeteksi. Salah satu cara untuk meningkatkan sensitivitas dalam pemeriksaan mikroskopik adalah dengan metode konsentrasi sampel tinja pasien. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sensitivitas pemeriksaan mikroskopik dengan metode konsentrasi, dan mengetahui prevalensi infeksi E.histolytica asimtomatis pada populasi anak sekolah di Kampung Melayu. Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil spesimen tinja subyek penelitian untuk diperiksa di laboratorium Parasitologi FKUI. Hasil. Didapatkan 673 sampel pemeriksaan mikroskopik dengan metode langsung, dan 540 sampel dengan metode konsentrasi. Frekuensi infeksi E.histolytica/E.dispar asimtomatik adalah 2,5% dengan menggunakan metode langsung, sedangkan dengan metode konsentrasi 6,3%. Sensitivitasnya adalah 38,5% sedangkan spesifisitasnya 94,6%. Nilai prediksi positif 15,2% dan nilai prediksi negatif 98,4%. Rasio kemungkinan positif 11,67 dan rasio kemungkinan negatif 0,64. Nilai p = 0,001. Kesimpulan. Terdapat peningkatan sensitivitas pemeriksaan mikroskopik dengan metode konsentrasi dibandingkan metode langsung.

Background. Diarrhea is the third cause of mortality among children in Indonesia. One of the cause of diarrhea is Entamoeba histolytica. E.histolytica detection in asymptomatic individual is important for prevention, because E.histolytica cyst as the cause is easy to infect either orally or fecally. Recently, detection methods have been developing until molecular. But microscopic detection still used widely because of its ease. The disadvantage of microscopic detection is unability to detect organism in small amount when we use direct stool examination. One of ways to increase the sensitivity in microscopic detection is by concentration method for patient’s stool. Objective. This research is aimed to know the sensitivity raising of microscopic detection by concentration method, and to know the prevalence of E.histolytica asymptomatic infection in school children in Kampung Melayu. Methods. This research was done by cross sectional design. Sample were gained by taking stool of research subjects then examined in Parasitological laboratory FMUI. Results. 673 samples for direct stool examination, and 540 samples for concentration method. Frequency of E.histolytica/E.dispar asymptomatic infection was 2,5% by direct examination, then 6,3% by concentration. Sensitivity is 38,5% and specificity is 94,6%. Positive predictive value is 15,2% and negative predictive value is 98,4%. Positive likelihood ratio is 11,67 and negative likelihood ratio is 0,64. P value is 0,001. Conclusion. There is sensitivity raising of E.histolytica microscopic detection by concentration method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ani
"ABSTRAK
Di Indonesia kasus kematian balita sebesar 19% karena diare dan rata-rata setiap
tahun 100.000 anak meninggal karena diare.
Mustkajaya merupakan salah satu Kecamatan yang ada di bekasi, Jawa Barat
merupakan permasalahan terhadap terjadinya kasus diare pada usia 6-12 tahun pada 3
tahun terakhir, berturut-turut dari tahun 2004,2005 dan 2006 dari sebesar 10,58% menjadi
13,78% dan naik menjadi 16,42. Berdasarkan hasil pemeriksaan makanan jajanan bulan
April 2007 dari 35 sampel yang diperiksa terdapat 19 (54,2%) sampel jajanan makanan
yang terkontaminasi (E.coli) dan 16 sampel (45,8%) tidak terkontaminasi.Tujuan
penelitian untuk mengetahui hubungan antara kontaminasi makanan jajanan dan faktor lain
dengan diare dan hubungan jumlah kuman dengan diare.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Mustikajaya Kota Bekasi mulai bulan Mei ?
Juli 2007 dengan desain penelitian kohort diamati ke depan terhadap anak anak sekolah
dasar yang tidak diare sebelumnya.
Survei dilakukan terhadap anak anak sekolah dasar yang mengkonsumsi makanan
jajanan di sekolah dan makanan jajanan yang bersifat hight risk di sekolah dasar diambil
sampelnya untuk diketahui apakah kontaminasi makanan jajanan, umur, jenis kelamin,
kebiasaan cuci tangan, jenis makanan jajanan dan alergi anak sekolah dan pengetahuan,
pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan perilaku orang tuanya berpengaruh
terhadap kejadian diare.
Uji yang digunakan t-test dan chi square untuk menguji hubungan antara
kontaminasi makanan jajanan, jenis kelamin, kebiasaan cuci tangan, jenis makanan
Hubungan kontaminasi..., Sri Ani, FKM UI, 2007
iii
jajanan, alergi, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan perilaku dan
jumlah kuman. Regresi Logistik Ganda digunakan untuk mengetahui faktor dominan yang
berhubungan dengan diare.
Setelah dianalisis, anak sekolah yang diare sebesar 6,1% dan tidak diare 93,9%,
makanan terkontaminasi dikonsumsi oleh 48,1% dan tidak terkontaminasi oleh 51,9%
anak. Ada 4 variabel yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu kontaminasi makanan,
jenis makanan jajanan, pekerjaan dan penghasilan orang tua. Faktor dominan yang
berpengaruh terhadap kejadian diare adalah kontaminasi makanan jajanan.. Untuk
menanggulangi masalah tersebut diperlukan penyuluhan terhadap anak sekolah dasar dan
para pedagang tentang makanan jajanan yang berkualitas dan sehat (hygienis) untuk
mencegah terjadinya diare pada anak sekolah."
2007
T41318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>