Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Tutik Sri Hariyati
"Discharge Planning (DP) sangat penting untuk dilaksanakan. Discharge planning bertujuan menyiapkan pasien dan
keluarga untuk kembali pulang ke rumah. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan DP, serta
melihat evaluasi dari pelaksanaan model DP. Penelitian ini menggunakan trianggulation study dimana pada tahap awal
dilaksanakan identifikasi pelaksanaan perencanaan pulang. Pada tahap kedua dilaksanakan pengembangan DP berbasis
Compact Disk (CD) media pembelajaran. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi model melalui studi dokumentasi,
kuisioner, dan wawancara dengan perawat, dan pasien. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan
yang bermakna setelah dilaksanakan pengenalan model DP yang terorganisasi terhadap pengetahuan perawat (rata-rata
sebelum = 11,16, rata-rata sesudah = 16,81, p nilai = 0,000). Sedangkan terhadap pelaksanaan DP menunjukkan adanya
peningkatan pelaksanaan DP yang bermakna setelah dikenalkan model pelaksanaan DP (mean, sebelum = 50,3, mean
sesudah = 59,33, p nilai = 0,00). Selama penelitian, program telah dimanfaatkan oleh 62 orang (pasien dan keluarga).
Hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat ruangan secara umum merasakan manfaat dari CD pembelajaran
dalam membantu perencanaan pulang.
Discharge Planning
(DP) is very important to be conducted as is provides patient and his/her family with homecare preparation. This study
aimed at identifying the implementation of DP model and evaluated the DP model. Sampel of the research was 51
nurses at Fatmawati Hospital. The Result showed that nurse?s knowledge of DP was significantly improved after the DP
model was introduced (mean before = 11.6, mean after = 16.81, p.value = 0.000). CD-based DP learning was also found
significantly increase the number of DP given by nurse (mean befor = 50.3, mean after = 59.33, p value = 0.000). In
addition, study to nursing documentation indicated that the DP CD?s have been used by 62 patients. From the interview
with nurses leaders and nurse staff it was identified that the DP CD?s were perceived as useful tool to assist DP.
Accordingly, patients and their family asseserted the DP CD?s were very helpful."
[Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia], 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasri Rina Walastri
"Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan atresia ani pre dan postoperasi tutup kolostomi, dengan penerapan perencanaan pulang berupa edukasi kesehatan untuk menurunkan kecemasan pada orang tua. Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), dimana tidak adanya lubang anus. Tindakan penutupan kolostomi merupakan tindakan operasi ketiga yang dilakukan setelah pembuatan kolostomi dan PSARP (Posterior Sagital Anorektoplasti). Tindakan operasi penutupan kolostomi menimbulkan kecemasan pada orang tua akibat kurangnya pengetahuan orang tua dalam melakukan perawatan setelah operasi. Hasil dari penerapan perencanaan pulang melalui edukasi kesehatan yang dilakukan pada orang tua terbukti dapat menurunkan kecemasan. Penulis menyarankan perlunya penerapan perencanaan pulang dengan edukasi kesehatan serta perlu dilakukannya pengawasan terhadap pelaksanaan perencanaan pulang dari institusi pelayanan.

This paper aims to explain preoperative and postoperative nursing care in children patient with atresia ani who went undergo closed colostomy. The intervention is education as perencanaan pulang to patient’s parents in hope to decrease their anxiety. Atrecia ani is a congenital problem which there is no butt hole or anus. Closed colostomy is the third step, after open colostomy and PSARP (Posterior Sagital Anorectoplasty). Closed colostomy procedure is known to stimulate anxiety patient’s parents due to insufficient knowlegde of postoperative care. Discharge planning is done and proved to decrease anxiety. Therefore, health education as discharge planning is very important to do. In addition, the surveillance of discharge planning is as important as the education itself to make sure nursing care is given therapeutically."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihaloho, Rona Monika
"Program Badan POM Goes to Community merupakan program inovasi untuk mengkampanyekan/mempromosikan Cek KLIK kepada masyarakat, agar selalu menerapkan Cek KLIK saat membeli/memilih, mengonsumsi/menggunakan produk obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetik yang aman, bermanfaat dan bermutu sehingga terhindar dari produk yang mengandung BKO/bahan berbahaya dan TIE yang merugikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kader pada kegiatan KIE beserta determinannya, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross-sectional pada 90 kader program Badan POM Goes to Community yang dipilih dengan cara simple random sampling. Data variabel dependen dikumpulkan dengan metode wawancara, sedangkan data variabel independen dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri melalui link google form. Seluruh data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan jumlah kader yang berperan aktif lebih banyak daripada kader yang berperan kurang aktif. Motivasi sebagai faktor yang berhubungan dengan peran kader (p-value = 0,037; OR = 2,762) dimana kader yang memiliki motivasi tinggi berpeluang 2,8 kali untuk berperan aktif pada kegiatan KIE dibandingkan kader yang memiliki motivasi rendah setelah dikontrol oleh pelatihan dan insentif yang merupakan confounding pada hubungan tersebut. Motivasi kader dapat ditingkatkan melalui perlombaan kreativitas dalam rangka mempromosikan Cek KLIK dan pendampingan berkesinambungan dari mentor Badan POM kepada kader.lic

The NA-DFC Goes to Community program is an innovative program to campaign/promote Check KLIK to the pub, so that they always apply Check KLIK when buying/choosing, consuming/using traditional medicine products, health supplements and cosmetics that are safe, useful and of high quality so as to avoid products containing BKO/hazardous ingredients and TIE that are harmful to health. This study aims to analyze the role of cadres in IEC activities and its determinants, using a quantitative approach with a cross-sectional design on 90 cadres of the NA-DFC Goes to Community program selected by simple random sampling. Data on the dependent variable were collected by interview method, while data on the independent variable were collected by filling out the questionnaire independently through the google form link. All data were analyzed univariately, bivariately and multivariately. The results of analysis showed that the number of cadres who played an active role was more than cadres who played a less active role. Motivation as a factor associated with the role of cadres (p-value = 0,037; OR = 2,762), where cadres who have high motivation are 2,8 times more likely to play an active role in IEC activities than cadres who have low motivation after controlling for training and incentivies, which are confounding the relationship. The motivation of cadres can be increased by holding creativity contests to promote Check KLIK and by providing mentoring from NA-DFC mentors of cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Yulianti Sutrisno
"ABSTRAK
Praktik residensi keperawatan medikal bedah merupakan bagian dari proses pendidikan yang berfokus pada pengembangan ketrampilan klinik, khususnya pada area respirasi di RSUP Persahabatan Jakarta. Peran yang diterapkan sebagai pemberi asuhan keperawatan, edukator, peneliti, dan inovator. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan mengelola 30 pasien gangguan sistem respirasi dengan menggunakan pendekatan model konsep teori Virginia Henderson. Masalah keperawatan yang sering muncul yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Peran sebagai peneliti ditunjukkan dalam penerapan evidence based nursing practice berupa penerapan breathing retraining untuk mengurangi sesak napas pada pasien kanker paru. Dan peran sebagai inovator dan edukator yaitu melakukan pendidikan kesehatan dengan diskusi interaktif kelompok untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi serta telenursing dengan sms reminder untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis di poliklinik paru.ABSTRACT
Residency practice is a part of clinical education in medical surgical nursing specialist programme, especially for respiratory nursing. It was conducted at Persahabatan Hospital Jakarta. Residents based their practice on Henderson Nursing Theory with role modes as care provider, educator, researcher, and innovator. Role as a care provider was held on 30 cases with Henderson theory approach. The main nursing problem found during the clinical practice was ineffective airway clearance. Role as a researcher was conducted through clinical research which investigates the effectiveness breathing retraining to minimize dyspnea. Role as an innovator that is conducted health education with interactive group discussion to increase knowledge and motivation, and telenursing with sms reminder to increase medication adherence in patient with tuberculosis.;Residency practice is a part of clinical education in medical surgical nursing specialist programme, especially for respiratory nursing. It was conducted at Persahabatan Hospital Jakarta. Residents based their practice on Henderson Nursing Theory with role modes as care provider, educator, researcher, and innovator. Role as a care provider was held on 30 cases with Henderson theory approach. The main nursing problem found during the clinical practice was ineffective airway clearance. Role as a researcher was conducted through clinical research which investigates the effectiveness breathing retraining to minimize dyspnea. Role as an innovator that is conducted health education with interactive group discussion to increase knowledge and motivation, and telenursing with sms reminder to increase medication adherence in patient with tuberculosis.;Residency practice is a part of clinical education in medical surgical nursing specialist programme, especially for respiratory nursing. It was conducted at Persahabatan Hospital Jakarta. Residents based their practice on Henderson Nursing Theory with role modes as care provider, educator, researcher, and innovator. Role as a care provider was held on 30 cases with Henderson theory approach. The main nursing problem found during the clinical practice was ineffective airway clearance. Role as a researcher was conducted through clinical research which investigates the effectiveness breathing retraining to minimize dyspnea. Role as an innovator that is conducted health education with interactive group discussion to increase knowledge and motivation, and telenursing with sms reminder to increase medication adherence in patient with tuberculosis.;Residency practice is a part of clinical education in medical surgical nursing specialist programme, especially for respiratory nursing. It was conducted at Persahabatan Hospital Jakarta. Residents based their practice on Henderson Nursing Theory with role modes as care provider, educator, researcher, and innovator. Role as a care provider was held on 30 cases with Henderson theory approach. The main nursing problem found during the clinical practice was ineffective airway clearance. Role as a researcher was conducted through clinical research which investigates the effectiveness breathing retraining to minimize dyspnea. Role as an innovator that is conducted health education with interactive group discussion to increase knowledge and motivation, and telenursing with sms reminder to increase medication adherence in patient with tuberculosis.;Residency practice is a part of clinical education in medical surgical nursing specialist programme, especially for respiratory nursing. It was conducted at Persahabatan Hospital Jakarta. Residents based their practice on Henderson Nursing Theory with role modes as care provider, educator, researcher, and innovator. Role as a care provider was held on 30 cases with Henderson theory approach. The main nursing problem found during the clinical practice was ineffective airway clearance. Role as a researcher was conducted through clinical research which investigates the effectiveness breathing retraining to minimize dyspnea. Role as an innovator that is conducted health education with interactive group discussion to increase knowledge and motivation, and telenursing with sms reminder to increase medication adherence in patient with tuberculosis."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedet B. Utoyo
"Pos Yandu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat, yang menciptakan komitmen masyarakat terutama para ibu, dalam mengembangkan kesejahterasn keluarga terutama dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Upaya-upaya dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan di Pos Yandu memerlukan partisipasi seluruh masyarakat di wilayah cakupan Pos Yandu, baik partisipasinya dalam bentuk idea, tenaga, sarana dan biaya. Pada kenyataannya masih banyak Pos Yandu yang tumbuhnya tersendat-sendat karena tidak adanya biaya untuk melaksanakan kegiatannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu-ibu istri Kepala Keluarga diwilayah cakupan Pos Yandu dalam pendanaan Pos Yandu.
Janis penelitian yang dipakai adalah cross sectional dengan sample yang diambil secara purposive. Dari 6 faktor yang diteliti, hanya. 3 faktor yang memberikan hasil dalam analisa. Faktor pendidikan, faktor pengetahuan dan faktor sikap mempunyai hubungan yang bermakna dalam partisipasi pendanaan Pos Yandu yang terlihat dalam hasil uji chi kuadrat dan analisa korelasi. Disamping itu ditemukan adanya kolinieritas yang bermakna dari ketiga faktor tersebut.
Setelah dilakukan analisa regresi berganda biner, faktor tingkat pendidikan sedang, faktor sikap kurang baik dan sikap bali terhadap keniatan Pos Yandu ternyata yang paling berpengaruh dalam partisipasi pendanaan Pos Yandu tersebut. Sedangkan faktor lainnya yaitu faktor pekerjaan ibu, faktor jumlah balita dan faktor pendapatan per kapita keluarga tidak mempunyai pengaruh bermakna, baik dalam uji chi kuadrat, uji korelasi maupun dalam uji regresi berganda.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan adanya 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam partisipasi pendanaan Pos Yandu yaitu faktor tingkat pendidikan sedang ibu, sikap kurang baik dan sikap baik dari ibu terhadap kegiatan Pos yandu; sedangkan faktor lain walaupun tidak bermakna pengaruhnya, tetapi mendukung teniadinya partisipasi dalam pendanaan Pos Yandu. Untuk ini disarankan pentingnya disarnpaikan modul tentang penatalaksanaan pembiayaan Pos Yandu pada setiap penataran leader, tokoh maupun pembina Pos Yandu agar kesadaran terhadap Pos Yandu, tidak hanya sekedar tentang tujuan , manfaat, kegiatan dan sasaran saja, tapi yang paling penting adalah bagaimana menghimpun pembiayaan Pos Yandu, agar lebih dapat menciptakan kemandirian dalam pengelolaan Pos Yandu.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi partisipasi ibu dalam pendanaan Pos Yandu serta dalam populasi yang berbeda dan dengan sampel yang lebih besar, agar dapat ditarik kesimpulan yang lebih tepat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosnini Savitri
"Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 390 per 100.000 Kelahiran hidup (SDKI, 1994) dan Angka Kematian Bayi 54 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 1997), sementara itu di Sumatera Barat Angka Kematian Ibu 330/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi 47/1000 kelahiran hidup (BPS 1998).
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi pemerintah melaksanakan berbagai program pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah melalui kegiatan kesehatan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mutu proses KIE di Posyandu dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Padang Pariaman.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel penelitian adalah kader Posyandu yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman dan pengambilan sampel studi kuantitatif dilaksanakan dengan cara stratifikasi random sampling sebanyak 110 kader Posyandu dan studi kualitatif diambil secara purposif sebanyak 4 orang kader Posyandu dan 4 orang pembina lapangan (Bidan Desa).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47,3 % mutu proses KIE kurang, 36,4 % sedang dan 16,4 % baik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar Posyandu di Kabupaten Padang Pariaman memiliki mutu proses KIE yang masih rendah. Faktor pengetahuan kader, pembinaan kader dan supply sarana penyuluhan mempunyai hubungan yang bermakna (p< 0.05) dengan mutu proses KIE di Posyandu. Disamping itu faktor pengetahuan kader mempunyai hubungan yang paling kuat dengan mutu proses KIE setelah faktor lain dikontrol.
Penelitian ini menyarankan adanya pelatihan kader dan penyegaran kader secara berkala dalam rangka meningkatkan pengetahuan kader, meningkatkan pembinaan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten, bantuan dana untuk melengkapi sarana penyuluhan terutama media penyuluhan dalam rangka meningkatkan mutu proses KIE di Posyandu tersebut.

Quality Analysis of Posyandu Communication Information and Education Process and its related factors in Padang Pariaman regency West Sumatra Province 2000.Maternal Mortality Rate in Indonesia is 390 per 100.000 live births (SDKI, 1994) and the Infant Mortality Rate is 54 per 1.000 live births (Indonesian Health Profile, 1997). Meanwhile in West Sumatra the Maternal Mortality Rate is 330/100.000 live birth and infant Mortality Rate 47/1.000 live birth (BPS 1998).
In order to decrease the maternal mortality and infant mortality rate, the government has performed various people empowerment programs. One of the programs is through health activities in Posyandu (Integrated Service Point).
This research is intended to obtain the profile of Communication Information and Education process quality in the Posyandu and its related factors. This research was performed in Regency of Padang Pariaman.
The research design is Cross Sectional Survey. The research samples are Posyandu personnel that are available in Padang Pariaman Regency and sampling method was stratified random sampling towards 110 personnel and the qualitative sampling was done purposively towards 4 Posyandu personals and 4 field workers (Village Midwives).
The result of this research indicates that 47.3% the Communication Information and Education quality process is poor, 36.4% is moderate and 16.4% is good. This concludes that quality of KIE process still slow. Furthermore, this study showed cadres skills, supervision of cadres and support of media supplies are factors related significantly to the quality of Communication information and Education process. By using multiple logistic regressions, it is shown that cadres skills is the most important factors.
This research recommends that Puskesmas (and other higher health responsibilities) to always provide support to improve knowledge & skills of cadres in Communication Information and Education / Health promotion. Furthermore, it is impentive that each Posyandu is provided well with health promotion media, such as rehearsal promotion sheets/posters.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermani Roslena S.
"Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk tindakan keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan, melaIui pembelajaran yang di dalamnya perawat berperan sebagai pendidik. Berdasarkan peran sebagai pendidik tersebut, perawat mengalihkan pengetahuan, ketrampilan, dan pembentukan sikap selama proses pembelajaran yang berfokus pada perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini ditunjukkan melalui perubahan pola pikir, sikap dan keterampilan yang spesifik (Notoatmodjo, 2003). CAPD merupakan salah satu bentuk dialisis peritoneal yang digunakan pada klien dengan Penyakit Ginjal terminal (PGT) sebagai Terapi Pengganti Ginjal (Thomas, 2003). Berdasarkan data empirik di lapangan klien PGT dengan CAPD semakin meningkat dari tahun ke tahun dan saat ini sudah mencapai 120 orang di RS PGI Cikini pada (tahun 2006), hal ini dimungkinkan oleh karena berbagai keuntungan yang diperoleh bila menggunakan CAPD. Klien PGT yang akan men jalani TPG berada dalam ketidak tahuan, ketidakrnauan dart ketidak mampuan dalam menjalani TPG yang tepat. Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan klien terkait CAPD sehingga klien mampu menjalani TPG dengan balk dan mampu mempertahankan kualitas kesehatan fisik yang optimal. Tujuan penetitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang CAPD, mengidentifikasi tingkat kesehatan fisik klien yang menggunakan CAPD dan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan klien dengan kualitas kesehatan fisik ldien yang menggunakan CAPD. Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Korelasi dengan jumlah sampel 40 orang. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner untuk tingkat pengetahuan klien terkait Pen-Kes, sementara untuk kualitas kesehatan fisik, disamping kuesioner, dilakukan juga pengukuran dan pemeriksaan fisik sederhana. Dan hasil yang didapatkan melalui uji Chi- Square bahwa; Chi-Square-hitung = 16,770, dengan Chi-Square-tabel = 3,841 pada taraf kepercayaan 5%. Sehingga didapatkan keputusan Chi-Square hitung > Chi- Square tabel, maka Ho ditoIak, artinya Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan terkait PenKes yang diberikan perawat dengan Kualitas Kesehatan Fisik Mien POT dengan CAPD. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan Pen-Kes yang diberikan perawat dengan Kualitas Kesehatan Fisik klien POT dengan CAPD."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5708
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aris Furqon
"Salah satu cara untuk mencapai poin keempat Millenium Development Goals (MDGs) adalah dengan imunisasi dasar.1 Program Imunisasi dasar di Indonesia terdiri dari lima jenis imunisasi yaitu BCG, polio, DPT, hepatitis B, dan campak. Jakarta Timur dipilih sebagai tempat Penelitian karena pada tahun 2007 dilaporkan banyak terjadi serangan pertusis dan campak2 yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi dasar. Data yang diambil pada 1 Maret 2011 sampai 1 Juli 2011 menunjukkan bahwa dari 2397 responden yang berhasil diwawancarai terdapat 372 responden yang memiliki anak usia sembilan bulan sampai lima tahun. Dari 372 responden yang memiliki anak balita tersebut hanya ada 50 (13,4%) responden yang imunisasinya lengkap. Imunisasi yang paling sering diberikan dengan tidak lengkap adalah hepatitis B yaitu 259 (69,6%) responden yang memberikannya secara tidak lengkap. Sedangkan yang paling sering diberikan secara lengkap adalah BCG dengan 354 (95,2%) responden yang memberikannya dengan lengkap. Dari uji statistik chi-square, tidak terbukti adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan formal ibu (p=0,270), kepala keluarga (p=0,344), dan kepemilikan KMS (p=0,087) terhadap kelengkapan imunisasi anaknya.

A way to achieve fourth Millenium Development Goals (MDGs) is basic immunization.1 National immunization program in Indonesia consist of five immunization such as BCG, DPT, polio, hepatitis B, and measles. East Jakarta was chosen to become my research field because of the data from Jakarta Health Profile from 2007 show some diseases which could be avoided if the basic immunization is complete, such as pertusis and measles,2 became prevalent there. Data were taken between March 1st to July 1st 20011 at East Jakarta show that there were 372 respondent among 2397 respondent which had child between nine month to five year old child. From 372 respondent which had under five child only 50 (13,4%) under five child which the immunization status wasf full. The most frequent missed immunization was haptitis B which is 259 (69,6%) child. The most frequent immunization which was given appropriately is BCG with 354 (95,2%) child. With chi-squared,there are no significant relation between mother education (p=0,270), head of family education (p=0,344), and health card owning status (p=0,087) with basic immunization coverage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Taryana
"Tindakan pembedahan sebagai salah satu upaya terapi medis, selain bertujuan untuk menyembuhkan klien, juga dapat menimbulkan beberapa penyulit, seperti gangguan saluran pernafasan, gangguan saluran cerna, gangguan saluran perkemihan serta terlambatnya penyembuhan luka pembedahan. Selain itu pembedahan dapat menimbulkan stress, karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Keadaan stress yang tidak diatasi dapat menimbulkan permasalahan pada saat pra bedah, selama pembedahan maupun pasca bedah.
Salah satu upaya yang harus dilaksanakan oleh perawat untuk mengatasi permasalahan di atas adalah melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah, yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental klien dalam menghadapi pembedahan.
Di USA pelaksanaan pendidikan kesehatan terbukti telah dapat mengurangi pemakaian obat-obatan, mengurangi rasa sakit, perasaan cemas, mengurangi lama hari rawat yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit yang harus dikeluarkan klien. Bahkan sejak 1972, perhimpunan rumah sakit di Amerika telah menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pra bedah adalah hak klien, sehingga merupakan keharusan bagi perawat untuk melaksanakannya.
Di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung pendidikan kesehatan pra bedah telah dilaksanakan, namun belum maksimal. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, seperti pendidikan, pengetahuan, sikap, pengalaman perawat, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta pengawasan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kepada hal di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan klien pra bedah di RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian dilaksanakan melalui kegiatan cross sectional survei dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada 99 orang perawat sebagai responden (total sampel) yang bertugas di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil analisis bivariat menunjukkan dari 6 variabel yang diduga berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, ternyata hanya variabel tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah. Dari hasil analisis regresi logistik ternyata variabel pendidikan mempunyai hubungan yang paling bermakna dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka peluang perawat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah yang baik mencapai 15.29 kali dibanding tingkat pendidikan rendah. Rata-rata perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah didapatkan hasil baik 44.4% dan kurang 55.6%.
Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah di RSU.Dr. Hasan Sadikin Bandung, disarankan untuk terus memelihara dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat, melengkapi protap yang sudah ada dengan protap pendidikan kesehatan pra bedah, serta melengkapi sarana dan fasilitas yang dibutuhkan.

Factors Which Related to Nurse Behavior in the Implementation of Pre - Operative Health Education Clients in Surgical Department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, in 2001Operation as one among other efforts of medical therapies, besides the aims of healing the clients, also able to cause various complication, such as respiratory system disorders, gastrointestinal system disorders, urinary system disorders and the delayed of wound healing. On the other hand operation leads to stress, because of threaten to the body, integrity and human soul. This unsolved stress can make problems on pre-operative, during operation and post operative. (Perioperatively)
One of the efforts that should be undertaken by nurses to solve the problems above is to implement the pre-operative health education, which in principal purpose is to prepare physical and mental of the clients facing operation.
In USA the implementation of health education proven could decrease drug consumption, lessen the painful and anxiety. These all would cut down the duration of treatment days, and at last could decrease the hospital payment that should be paid by the client. More over since 1972, the American Hospital Association has declared that pre-operative health education is a right of the client, so it should be a necessity for nurse to implement it.
In the surgical department in RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, pre-operative health education has been implemented, but not maximum yet. There are many factors that might be influenced the implementation of the pre-operative health education, such as; education, knowledge, attitude, nurse experiences, instruments, the provided facilities and the supervision of the implementations.
Based on those mentioned above, the objective of this research was to obtain information concerning factors which related to nursing behavior in the implementation of pre-operative health education clients, in surgical department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
The research was conducted through activities of cross sectional survey, using respondents of nurses which worked at the surgical department in RSU. Dr.Hasan Sadikin Bandung. The total samples were 99 respondents, and data collection was done through observation of nursing activities and interview.
Statistical analysis used distributions frequencies and chi-square analysis to find the relationships among the dependence variable and each independence variables. However, multivariate analysis with the logistic regression was also used to find the dominance independence variable which gave the highest relation.
The research results showed there was a significant relationship among nurses behavior in the implementation of pre-operative health education with education level and knowledge. The nurses which higher level education were usually done better in implementing pre-operative health education, 15.29 times compared with the low level education. On the average nurse behavior of the pre-operative health education got the good results 44.4% and less than 55.6%.
To RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung suggested to complete operational procedure with the pre-operative health education guidance, to complete the instruments and facilities, also the continuation of effort in increasing the nurse education, should be kept and increased."
2001
T9338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Purbawa Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbandingan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD yang memiliki UKS dengan siswa SD yang tidak memiliki UKS. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang diambil secara cluster. Studi dilakukan di SD yang memiliki dan yang tidak memiiiki UKS. Hasil Studi menunjukkan tidak adanya perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD yang memiliki dengan siswa SD yang tidak memiliki UKS. Penelitian ini sangat menyarankan agar pelaksanaan UKS lebih dioptimalkan. Pembinaan UKS oleh pihak terkait diharapkan tidak hanya pada sekolah berstatus negeri, melainkan diperluas ke sekolah-sekolah dengan status swata."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5891
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>