Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88494 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S34404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S38763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Natalia Wijaya
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan seperangkat alat yang menggunakan mikroorganisme sebagai biokatalis untuk mengoksidasi senyawa organik dalam metabolismenya. Metabolisme sel mikroorganisme melibatkan proses transfer elektron yang dapat digunakan untuk memproduksi tegangan dan arus listrik. Arus listrik dapat dihasilkan bila terdapat senyawa mediator dalam kompartemen anoda yang akan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma sel, kemudian mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroorganisme tersebut serta membawanya menuju ke permukaan elektroda. Pada penelitian ini digunakan kultur mikroorganisme campuran dari air limbah rumah potong hewan (RPH) Rangkapan Jaya Depok dengan substrat senyawa organik dalam air limbah RPH tersebut. Dilakukan pengukuran arus dan tegangan yang dihasilkan dalam sistem MFC dua kompartemen tanpa dan dengan penambahan mediator dari luar yang dipisahkan oleh suatu Proton Exchange Membrane (PEM) Nafion menggunakan elektroda arang kayu besi. Tanpa penambahan mediator didapat densitas arus listrik maksimum 0,262 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 16,303 mV.cm-2. Penggunaan mediator methylene blue (MB) yang diimobilisasi pada elektroda menghasilkan densitas arus listrik maksimum 0,329 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 33,526 mV.cm- 2. Penggunaan mediator ferrocene dicarboxylic acid (FcDA) dalam bentuk larutan menghasilkan densitas arus maksimum 2,211 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 33,75 mV.cm-2. Feeding glukosa pada menit ke-15 dan 45, tidak meningkatkan tegangan dan arus listrik yang dihasilkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30489
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S34310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palit, Novy Christine
"Pemerintah melalui SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Ib.3/2/17/1966 tanggal 24 Desember 1966 yang disahkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 1971 tanggal 2 Agustus 1971 yang kemudian dipertegas kembali dengan Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 1985 mendirikan Perusahaan Daerah Dharma Jaya. SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 890 Tahun 1971 lebih mempertegas kedudukan PD Dharma Jaya sebagai Pemsahaan Daerah Khusus lbukota Jakarta yang bergerak di bidang jasa pemotongan ternak serta usaha pengadaan dan penyaluran daging. Kemudian, untuk mempertegas jenis usahanya di Unit RPH Babi di Jl. Peternakan Ti Kapuk yang dikelola PD Dharma Jaya, maka dikeluarkan SK Gubernur KDH Tingkat I Jakarta No. 86 Tahun 1991. Maksud dan tujuan didirikannya RPH babi Kapuk adalah untuk menjamin produksi daging yang hygienis dan berkualitas karena melewati proses pemeriksaan sehingga kebutuhan masyarakat akan daging babi dapat terpenuhi. RPH babi Kapuk yang merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bidang peternakan perlu untuk lebih ditingkatkan kontribusinya pada PAD. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu diperhatikan beberapa hal dan salah satunya dengan mempertahankan pelanggan atau menarik pelanggan agar melakukan kegiatan usahanya di RPH babi Kapuk. Oleh karena itu, kepuasan pelanggan harus benar-benar diperhatikan agar terbentuk jalinan kerjasama yang kuat sehingga dapat mempertahankan pelanggan.
Tujuan penelitian adalah menjelaskan tingkat kepuasan pelanggan di RPH babi Kapuk dilihat dari dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy dan upaya-upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan di RPM babi Kapuk.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan di RPH babi Kapuk berdasarkan dimensi SERVQUAL adalah dimensi Tangible mempunyai tingkat kepuasan rata-rata -1.56 (71.49%), Reliabii;rv mempunyai tingkat kepuasan rata-rata -1.28 (76.75%), Responsiveness mempunyai tingkat kepuasan rata-rata -1.02 (81.51%), Assurance mempunyai tingkat kepuasan rata-rata -1.40 (74.62%), dan Empathy mempunyai tingkat kepuasan rata-rata -1.27 (76.83%). Hal ini menunjukkan bahwa dimensi Tangible mempunyai tingkat kepuasan yang paling rendah dan dimensi Responsiveness mempunyai tingkat kepuasan tertinggi.
Alternatif prioritas perbaikan layanan yang disarankan dilihat dari tingkat kepentingan menurut pelanggan adalah melakukan perbaikan mulai dari dimensi Assurance, Reliability, Tangible, Responritieness, Empathy. Hal tersebut didukung dengan banyaknya saran dan masukan dari pelanggan seperti petugas harus menggunakan seragam sebagai jaminan kualitas terhadap ternak dan daging mereka, agar konsumen mempercayai daging yang dihasilkan karena telah mendapat jaminan kualitas dari RPH babi Kapuk.

Analysis on Customer Satisfaction Animal Slaughter Houses For Pigs in The Subdistrict Kapuk In The Province of The Municipality of The Jakarta Capital City (Propinsi DKI Jakarta)The Government has, by virtue of a Decision Letter from the Governor, Head of the Municipalitiy of the Jakarta Capital City, Number Ib.31211711966, dated 24 December 1966, which has been ratified by the Decision of the Minister of Home Affairs, Number 78 of 1971, dated 2 August 1971, which afterwards was endorsed by a Regulation of the Local Goverment of the Municipalitiy of the Jakarta Capital City. Number 5 of 1985, established u Local Company named PD Dharma Jaya. A Decision Letter from the Governor, Head of the Municipalitiy of the Jakarta Capital City, Number 890 of 1971 has reaffirmed the status of PD Dharma Jaya, as a Local Company in the Municipalitiy of the Jakarta Capital City, which is running its business in the field of services of an abattoir, in pig slaughtering, as well as the business of supplying and distributing meat.
Moreover, in order to reaffirm the type of its business, the Unit of Pig Abattoir at the Jalan Peternkan II in the Kapuk Subdistrict, which under management of PD Dharma Jaya, a Decision Letter was issued by the Governor, Head of the Municipalitiy of the Jakarta Capital City, No. 86 of 1991. The purpose and objectives of establishing a pig abattoir in the Kapuk Subdistrict, was in order to ensure the production of hygienic and good quality meat, by performing the required examination processes, so that it can provide for the people's need of pork. The pig abattoir in the Kapuk Subdistrict, constitutes one of the sources for the Local Goverment's Genuine Revenues (Pendapalan Asli Daerah /PAD) in the field of animal husbandry, and its contribution to the PAD needs be increased. In order to achieve that purpose, more attention should be given to certain matters, one of those is endeavoring to keep the existing customers as well as attracting new customers so that they conduct their business activities by using the pig abattoir in the Kapuk Subdistrict Therefore, matter of customers' satisfaction should be given more attention, in order to establish a reliable cooperation so that the existing customers can be maintained.
The purpose- of research is to ascertain the degree of customers' satisfaction regarding the pig abattoir in the Kapuk Subdistrict, if viewed from the following dimensions from the part of PD Dharma Jaya, namely: Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, and Empathy, as well as what efforts can be made in order to enhance the degree of customers' satisfaction regarding the pig abattoir in Kapuk Subdistrict.
Results from the analysis indicates that the degree of customers satisfaction regarding the pig abattoir in Kapuk, based on the SERVQUAL dimension, are: the dimension of '!tangible, which has an average degree of satisfaction of -1.56 (71.49%), Reliability has an average degree of satisfaction of -1.28 (76.75%), Responsiveness has an average degree of satisfaction of -1.02 (81.51%), Assurance has an average degree of satisfaction of -1.44 (74.62%), and Empathy has an average degree of satisfaction of -1.27 (76.83%). This indicates that the dimension Tangible has the lowest level of satisfaction, whereas the dimension of Responsiveness has the highest degree of satisfaction.
An alternative priority that is suggested for improvement of services, if viewed from the interest from the part of the customer is making improvements, starting from the dimension of: Assurance, Reliability, Tangible, Responsiveness, and thereafter Empathy. This matter is supported by numerous suggestions and input from the customers, such as: attendants should wear uniform as a guarantee as regards the quality of their pigs and meat, so that customers can trust that the produced meat is of good quality, because it has the guarantee of the pig abattoir of the Kapuk Subdistrict.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunisa Pranadila
"Daging sapi merupakan salah satu pangan pokok, namun konsumsi daging sapi di Indonesia masih jauh dari rata-rata standar konsumsi daging sapi di dunia, sehingga perlu adanya usaha untuk mendistribusikan daging sapi pada penduduk Indonesia khususnya Jabodetabek sebagai daerah dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis wilayah jangkauan Rumah Potong Hewan RPH berdasarkan karakteristik pedagang daging sapi serta hubungan karakteristik pedagang daging sapi dengan jarak jangkauan RPH. Fasilitas, tenaga kerja dan volume produksi RPH digunakan untuk mengkategorikan RPH di Jabodetabek menjadi tiga kategori dan karakteristik pedagang daging sapi digunakan untuk menganalisa hubungan antara jarak jangkauan dari RPH dengan karakteristik pedagang sapi itu sendiri.
Analisis yang dilakukan adalah analisis spasial deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis spasial deskriptif menggunakan metode buffer sedangkan analisis kuantitatif menggunakan analisis chi-square. Masing-masing wilayah jangkauan RPH memiliki karakteristik pedagang yang beberda. Wilayah jangkauan RPH Kategori I dan RPH Kategori III memiliki hubungan yang cukup kuat dengan keuntungan, pendapatan dan biaya transportasi, sedangkan wilayah jangkauan RPH Kategori II memiliki hubungan yang cukup kuat dengan volume belanja dan biaya transportasi.

As a staple food, meat consumption in Indonesia is still far below the world rsquo s standard, so there will be need for a fair meat distribution, especially in Jabodetabek which has the most densely populated areas in Indonesia. The purpose of this research is to analyze the range area of Slaughterhouse RPH based on the characteristics of butchers and the how it relates to each other. RPH is facilities, labor and production volume are used to categorize RPH in Jabodetabek into three categories and butchers characteristics are used to analyze the relation between range area of RPH and characteristics of butchers itself.
The analysis used in this research are descriptive spatial analysis and quantitative analysis. Buffer method is used for descriptive spatial analysis while Chi Square analysis is used for quantitative analysis. Each of the RPH's range areas has their own butchers characteristic. The range areas of First Category RPH and Third Category RPH are strongly linked to the benefits, revenues and transportation costs, while the range area of Second Category RPH has a strong relationship with the volume of expenditure and transportation costs.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma
"Air limbah RPH yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan masalah lingkungan dan sosial. Rumusan masalah pada riset ini adalah praktik pemotongan sapi di RPH X yang belum sesuai dengan prinsip GSP dan fasilitas RPH X yang belum sesuai dengan persyaratan mempengaruhi pengelolaan air limbah RPH X yang berpotensi menyebabkan kualitas air limbah RPH X tidak memenuhi baku mutu dan menimbulkan dampak limbah RPH pada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar RPH X, sehingga dibutuhkan alternatif peningkatan pengelolaan air limbah RPH X. Riset ini mencoba menganalisis praktik pemotongan sapi, fasilitas RPH, pengelolaan air limbah RPH, kualitas air limbah RPH, dan dampak limbah RPH pada masyarakat serta menyusun alternatif peningkatan pengelolaan air limbah RPH X. Riset ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Hasil riset menunjukkan bahwa praktik pemotongan sapi di RPH X termasuk kategori kurang sesuai dengan prinsip GSP, fasilitas RPH X termasuk kategori kurang sesuai dengan persyaratan, pengelolaan air limbah RPH X cukup baik, kualitas air outlet IPAL telah memenuhi baku mutu, dan dampak limbah RPH X pada masyarakat berupa gangguan bau yang dirasakan oleh 100% responden dan gangguan kesehatan berupa mual yang dirasakan oleh 41% responden. Alternatif peningkatan pengelolaan air limbah RPH yang dapat dilakukan adalah minimisasi melalui segregasi dan pemanfaatan air limbah RPH X serta pemanfaatan limbah padat RPH X menjadi biogas.

Wastewater of slaughterhouse is not managed optimally can cause environmental and social problems. The study issue is practice of cattle slaughtering in slaughterhouse X that has not in accordance with GSP principle and slaughterhouse X facilities that have not in accordance with standards affecting wastewater management of slaughterhouse X which has potential to cause wastewater quality of slaughterhouse X exceeds water quality standards and cause impact of slaughterhouse waste to communities living around the slaughterhouse, so an alternative to improving wastewater management is needed. This study analyzes the practice of cattle slaughtering, the slaughterhouse facilities, the wastewater management of slaughterhouse, the wastewater quality, the impact of slaughterhouse waste, and compose alternative to improving wastewater management of slaughterhouse. This study exercises quantitative and qualitative methods.
The results showed that the practice of cattle slaughtering was categorized into less suitable with GSP principle, the slaughterhouse facilities were categorized into less suitable with standards, the wastewater management of slaughterhouse is quite good, the wastewater quality of WWTP outlet is comply with the water quality standards, and the impact of slaughterhouse waste to the communities living around the slaughterhouse is odor disruption felt by 100% of respondents and health issue are nauseous felt by 41% of respondents. The alternative to improving wastewater management of slaughterhouse is minimization through segregation and utilization of slaughterhouse wastewater and utilization of slaughterhouse solid waste into biogas.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2018
T50813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S34385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidiana Putri Hudalinas
"Proses produksi karkas sapi memiliki risiko keselamatan dan kesehatan yang dapat mengganggu produktivitas. Hal tersebut dapat dilihat pada rumah potong hewan Kota Bogor di mana ditemukan perilaku pekerja yang tidak aman. Kajian risiko perlu dilakukan untuk mencegah kerugian material maupun terganggunya proses produksi secara keseluruhan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi berupa survei. Penilaian risiko dilakukan berdasarkan pada standar AS/NZS 4360:2004 dengan metode semi kuantitatif dan Job Hazard Analysis JHA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan level risiko very high, priority 1, substantial dan priority 3. Oleh karena itu, diberikan rekomendasi yang bersifat engineering, administratif serta penggunaan alat pelindung diri.

Cattle carcass production processes have safety and health risks that can interfere with productivity. This indication shown by Bogor slaughterhouses in which unsafe work conditions found. Risk assessment to prevent material losses and production disruptions needs to be done. This research employed descriptive methods with survey study design. Risk assessment based on standard AS NZS 4360 2004 with semi quantitative methods and Job Hazard Analysis JHA.
The results showed that level of risk were very high, priority 1, substantial and priority 3. Thus engineering, administrative, and the use of personal protective equipment was recommended to prevent further losses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koesnoto Soepranianondo
"ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk di kota-kota besar di Indonesia pada akhir dasawarsa ini mengalami peningkatan, tidak terkecuali di Kota Surabaya. Laju pertumbuhan penduduk ini mempunyai dampak dalam turut meningkatkan permintaan untuk pemenuhan kebutuhan pokok antara lain di bidang penyediaan pangan, di mana daging termasuk salah satu di dalamnya.
Meningkatnya kebutuhan akan daging mengakibatkan angka pemotongan ternak bertambah. Setiap ada peningkatan produksi berarti ada peningkatan limbah yang dihasilkan (Hk. Entropi). Meningkatnya limbah berati meningkatnya ketidakberesan dan makin merosotnya kualitas hidup, untuk mengatasi hal ini perlu adanya pengelolaan atau subsidi energi baik dari dalam maupun dari luar (Soerjani 1985).
Pengelolaan limbah rumah potong hewan, merupakan suatu unit yang harus diperhatikan dan dikelola dengan baik, oleh karena salah satu sumber utama pencemaran terhadap karkas adalah limbah rumah potong hewan. Atas dasar itu, pelayanan pengelolaan limbah dapat menjadi tolok ukur baik buruknya baik buruknya pengelolaan suatu rumah potong hewan.
Sebagai bagian dari suatu sistem di rumah potong hewan maka unit pengelolaan limbah merupakan salah satu sub sistem yang sangat banyak berkait dan berinteraksi dengan seluruh sub sistem yang ada di rumah potong hewan. Maka pelaksanaan pengelolaan limbah di rumah potong hewan, merupakan suatu pekerjaan yang konpleks dan membutuhkan penanganan yang tepat. Atas dasar itu, para petugas yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan limbah dituntut memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap petugas berpengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah, serta meneliti seberapa besar pengaruh peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap pengelolaan limbah rumah potong hewan.
Beberapa konsepsi di dalam penelitian ini mendasari tahap-tahap operasional sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat pengetahuan petugas tentang pengelolaan limbah rumah potong hewan.
2. Mengetahui sikap petugas terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah rumah potong hewan.
3. Mengukur pengetahuan petugas tentang peraturan perundang-undangan yang menunjang pelaksanaan pengelolaan limbah.
Setelah studi kepustakaan, penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1) Pemilihan lokasi
Penelitian ini dilakukan di dua rumah potong hewan.
Penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan :
a. Angka pemotongan ternak setiap hari di kedua rumah potong hewan tersebut cukup tinggi, jika dibandingkan dengan rumah potong hewan yang lain.
b. RPH Pegirian mempunyai unit pengolahan limbah sedangkan RPH Kedurus tidak mempunyai unit pengolahan limbah.
c. Kedua rumah potong hewan mempunyai cara pemotongan yang berbeda, RPH Pegirian dengan Semi line system sedangkan RPH Redurus dengan Open System.
2) Jenis sampel
Pada penelitian ini sebagai responden diambil seluruh petugas mulai dari pimpinan sampai dengan pelaksana yang ada kaitan tugasnya dengan pengelolaan limbah.
Dari kedua jumah potong hewan tersebut, diperoleh 71 responden yang terdiri dari 45 responden dari rumah potong hewan Pegirian dan 26 responden dari rumah potong hewan Kedurus.
3) Pengumpulan data
Data diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara berstruktur dengan kuestioner dan wawancara mendalam.
4) Pengolahan data
Data yang diperoleh diolah dengan uji statistik, yaitu menggunakan teknik korelasi kontingensi.
5) Di samping hal tersebut di atas, juga dilakukan uji laboratorium terhadap sampel limbah cair rumah potong hewan, yang dilakukan di Laboratorium Teknik Penyehatan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, I.T.S. Surabaya.
Penelitian yang memilih lokasi di rumah potong hewan Pegirian dan rumah potong hewan Kedurus, Kota Madya Surabaya ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Adanya hubungan positif antara tingkat pengetahuan petugas, sikap petugas dan pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah rumah potong hewan.
2. Keadaan rumah potong hewan di Kota Madya Surabaya pada saat ini kurang memuaskan jika ditinjau dari segi kesehatan dan sanitasi lingkungan, hal ini disebabkan karena tidak adanya program pengelolaan limbah yang jelas.
3. Derdasarkan uji laboratorium, limbah rumah potong hewan mempunyai kadar DOD dan COD yang cukup tinggi. Hal ini sangat memungkinkan limbah rumah potong hewan menjadi salah satu sumber pencemaran di Kali Surabaya.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengusulkan bagi perbaikan dan pengembangan fungsi-fungsi rumah potong hewan, dalam upaya penyediaan daging sehat serta penanggulangan pencemaran lingkunganyang saat ini sedang di galakkan oleh Pemerintah Daerah Kota Madya Surabaya.
1) Usulan teknologi
Teknologi yang dipergunakan adalah teknologi tepat guna mengatasi limbah, yaitu teknologi miskin limbah dan disertai kemampuan untuk mendaur ulangkan limbah.
2) Usulan tindakan
Menentukan prioritas tindakan, yaitu :
a. Mengutamakan peningkatan pengetahuan petugas tentang pengelolaan limbah.
b. Menyediakan unit pengelolaan limbah rumah potong hewan dengan rancang bangun yang sederhana, mudah dan mudah dioperasikan namun efektif dalam pengelolaan limbah.
DAFTAR BACAAN 97 .[1975 - 1988)

ABSTRACT
The population growth in the big cities in Indonesia at the end of this decennial is increasing, not excepting the Surabaya City. This population growth has an impact in improving the demand for the main needs among others in the field of food supply, where meat is one of them.
The increase of the meat requirement has caused an increase in the animal slaughtering. Every production increase means an increase of the waste produced (Entropy Law). The increase of the waste means more troubles and a decline in the life quality. To overcome the subject mentioned above, a waste processing or subsidized energy fromoutside is required (Soerjani 1985).
The management of the slaughter House's waste, is a unit which needs to be given special attention and well managed, because one of the pollution source on the carcass is the waste of the slaughter house. Based on this, the services in processing the waste .can become a yardstick for managing a slaughter house.
As part of the system in the slaughter house the waste processing unit-become one of the subsystem which is very much integrated and interacted with the whole sub systems, which are available in the slaughter house. Thus the implementation of the waste processing in the slaughter house, is a complex job which needs a right handling. Based on the above, the officials who are connected with the implementation of the waste processing should have the right knowledge and skill.
This research is aimed to know the degree of relationship between science and Decisive official's attitude on the implementation of waste processing and to study the influence of the laws and regulations which apply on the waste processing of the slaughter house.
Several concepts in this research is based on the operational stages as follows :
1) To know the degree of knowledge of the officials on the waste processing of the slaughter house.
2) To know the official's attitude on the implementation of the processing of the slaughter house waste.
3) To measure the officials knowledge on the laws and regulation, which support the implementation of the waste processing.
After a library study, this research was done in stages as follows .
1) Location determination
This research was done in two slaughter houses.
The determination of the research locations is based on the followings :
a. The number of animals slaughtered daily in both slaughter houses mentioned above are very high compared with the other slaughter houses in Surabaya city.
b. Pegirian slaughter house has a waste processing unit, while Kedurus slaughter house does not have a waste processing unit.
c. Both these slaughter houses have different method of slaughtering, Pegirian slaughter house uses a Semi line system while the Kedurus slaughter house uses an open system.
2) Type of Sample
In this research, all employees are used as respondents starting from the manager until the working crew, whose job is related to the waste processing. From both these slaughter houses mentioned above, 71 respondents were obtained, consisting of 45 respondents from the Pegirian slaughter house and 26 respondents from the Kedurus slaughter house.
3) Data collection
Data obtained through direct observation, structural interview with questionnaire and indept interview.
4) Data processing
Data obtained is processed with statistical test, that is using contingency correlation techniques.
5) Besides the matter mentioned above, laboratory test is also, done on the liquid waste sample of the slaughter house, which is done in the laboratory of Health Techniques, Civil Engineering and planning faculty, Institute of Technology Surabaya.
This research which chose, the locations of Pegirian and Kedurus slaughter houses, in the city of Surabaya has come to the following conclusions :
1) The existence of the positive relation between the level of the official's knowledge on the law and regulations with the implementation of the slaughter house waste.
2) The condition of the slaughter house in Surabaya city at present is not satisfying looking from the health and sanitation point of view of the environment, this is caused by the non existence of a clear program for waste processing.
3) Based on the laboratory test, the slaughter house waste has a high content of BDD and COD. This makes a greater possibility of the slaughter house waste to become one of the pollution source in the Surabaya city.
This research result can be utilized to propose the improvement and development of the slaughter house functions, in the effort to supply healthy meat and to solve the environmental pollution problems which is at present implemented by the Surabaya city local Government.
1) Proposed Technology
The technology used is the efficient techniques to overcome the waste, which is low waste technology followed by the ability to of recycling with technology.
2) Proposed Action
To determine the priority action, that is :
a) Giving priority on the development of the officials knowledge on the waste processing.
b) To supply a slaughter house waste processing unit with a simple plan, cheap and easy to operate but effective in the waste processing.
List of Reference Books : 47 (1975-1988)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>