Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dahlia Silvana
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997
899.22 DAH k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Winoto
"Ratnawijaya: Suntingan Teks dan Telaah Intertekstual Di bawah bimbingan Ibu Dra. Wah_yati Pradipta, dosen Sastra Bahasa Jawa Kuno di Sastra Jawa FSUI. Kakawin Ratnawijaya dihasilkan setelah era kejayaan kerajaan Majapahit atau kejayaan kesusastraan Jawa Kuno di Jawa Timur, sekitar abad ke-14. Kakawin ini diilhami dari kisah Sunda dan Upasunda yang terdapat dalam kitab Adiparwa, prosa Jawa Kuno dari abad ke-10. Sumber cerita ini dikembangkan dengan pemekaran di sana-sini dalam bentuk puisi Jawa Kuno. Pemekaran ini salah satunya membawa pe_rubahan makna cerita. Penciptaan kakawin ini dipengaruhi oleh kakawin-kakawin lain yang telah mendahuluinya, yakni Arjunawiwaha dan Arjunawijaya. Oleh karena itu telaah inter_tekstual dilakukan untuk menelusuri makna yang dikandung didalamnya. Sebelum telaah dilakukan, kajian filologi menjadi bagian utama skripsi ini. Ada tiga naskah yang berhasil dijaring. Dari ketiganya, naskah 677 Kirtya dijadikan suntingan berda_sarkan metode landasan dan dengan pertimbangan kondisi masih bagus, tradisi pe_nyalinan sangat terpelihara. Dari hasil kajian, kakawin Ratnawijaya mengandung makna bahwa siapa pun yang terbelenggu oleh nafsu panca indriya akan merusak keharmonisan kehidupan dunia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"Teks Bhasa Kakawin Hanan Nirartha (disebut KHN) merupakan sebuah sub-genre sastra kakawin yang berasal dari tradisi sastra Jawa Kuno di Bali. Teks bhasa KHN tersebut diperkirakan ditulis oleh rakawi yang bernama Mpu Nirartha yang relatif produktif berkarya pada zaman pemerintahan raja Dalem Waturengon di Gelgel (1460-1550). Dan ciri-ciri tekstual yang diperlihatkan, teks bhasa KHN ini dapat dikelompokan ke dalam jenis kakawin minor. Naskah-naskah teks Maya KHN yang dikenal hingga kini ada yang berupa naskah lontar dan naskah kertas.
Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini meliputi kritik teks (textual criticism) dan analisis sastra (literary analysis). Kajian dari segi kritik teks atas teks bhasa KHN sangat penting dilakukan, karena dimaksudkan untuk: (a) mendapatkan teks yang paling baik dan paling lengkap isinya dari semua naskah yang digunakan, yang dipilih sebagai teks dasar untuk suntingan teks, dan (b) melakukan kerja kritik teks dan menyajikan hasilnya berupa edisi teks bhasa KHN sebagai bahan bacaan yang baik untuk kepentingan analisis selanjutnya. Pada tahap berikutnya, kajian dari segi kritik sastra bertujuan untuk mengungkapkan unsur-unsur puitik dan estetik yang membangun bentuk dan makna yang dikandungnya.
Telaah dan perbandingan atas empat (4) naskah lontar teks bhasa KHN yang digunakan berhasil mengungkapkan, bahwa naskah A (Kirtya No. IVb 284/4) ternyata memiliki bacaan yang paling baik dan lengkap dari segi isinya, serta kolofonnya cukup lengkap. Di samping itu tata penulisannya sangat khas, yang berupa teks interlinier ("semut sedulur'), karena disertai dengan grantang basa(teks terjemahan) dalam bahasa Bali. Oleh karena itu, teks bhasa KHN yang terdapat dalam naskah A sangat menarik dipilih sebagai teks landasan untuk suntingan teks dan hasilnya diterbitkan dalam penelitian ini. Berdasarkan edisi inilah kemudian dilakukan kajian sastra, terutama dari segi unsur-unsur puitik dan estetik yang membentuk struktur karya tersebut sebagai satu kesatuan makna.
Analisis struktur (formal) teks bhasa KHN dilakukan dan aspek sintaksis (mencakup: unsur bunyi/sabdalankara, diksi dan pengimajian, "spasial"/prosodi dan metrum), aspek semantik (mencakup: tema, ruang dan waktu), dan aspek semantik (mencakup: unsur pengujaran, gaya bahasa, dan interpretasi simbolik). Dari analisis tersebut dapat diratik suatu pemahaman dan pemaknaan, bahwa teks bhasa KHN pada dasarnya "menyimpang" dari tradisi kakawin yang dikenal secara umum. Teks bhasa KHN yang terdiri atas: (1) bhasa Nirartha Sanu Sekar, (2) Bhasa Hanan Nirartha, (3) lamban Puspasancaya, (4) bhasa Hanja Hanja Turida, dan (5) bhasa Hanja Hanja Sunsan telah membentuk karya tersebut sebagai sebuah sastra kakawin-lirik ("puisi lirik" Jawa Kuno), yang relatif berbeda dengan kanon sastra kakawin yang umumnya berupa kakawin-naratif karena berporos pada cerita epik (kepahlawanan) dari kavya Sanskerta.
Teks Bhasa KHN pada dasarnya merupakan ungkapan pengembaraan estetis religius dari sang rakawi yang tersublimasi melalui pengujaran "Si Aku Lirik" (Subyek Lirik) yang sedang menahan derita rindu-asmara akibat berpisah dengan Sang Kekasih (vipralambha-srengara). Bentuk-bentuk permainan bunyi (sabdalankara) dan permainan makna (arthalankara) berfungsi melahirkan ungkapan-ungkapan yang bersifat sangat liris-erotis sehingga mendukung tema utama tersebut. Akan tetapi, ungkapan erotisme dalam teks bhasa ini, baik berupa vipralambha-Srengara (`derita cinta-asmara dalam perpisahan') maupun sambhoga-Srengara (`nikmat cinta-asmara dalam penyatuan') pada prinsipnya tidak bersifat genital, melainkan suatu "cinta-asmara" simbolik. Ungkapan liris-erotisme tersebut pada hakikatnya dimaksudkan sebagai suatu cara pemujaan terhadap Dewa Kama sebagai Dewa Keindahan.
Dengan demikian, ajaran filsafat keagamaan yang melandasi dibalik ungkapan erotisme itu (in absentia) adalah pandangan Siwais-Tantris (S'iwa Siddhanta dan Tantra) yang menjadikan penciptaan kakawin sebagai media untuk mencapai penyatuan (silunlun) dengan istadewata. Melalui penikmatan keindahan cinta-asmara dan penikmatan keindahan alam (pasir-wukir) "Si Aku Lirik" melebur di dalamnya, sehingga kakawin itu berfungsi sebagai yantra (yoga estetis), yakni pemujaan kepada Kama (yang menurut Siwa Purana) adalah salah satu "nama" lain dari Dewa Siwa itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Weda Kusuma
"Naskah Usana Bali Mayantaka Carita ditemukan dalam bentuk Kakawin, Babad, Geguritan atau Parikan. Dari penggunaan bahasanya dapat ditemukan bahwa bentuk Kakawin Usana Bali Mayantaka Carita (UBMC) lebih tua dibandingkan dengan naskah yang lain. Oleh karena itu UBMC dijadikan dasar telaah dalam penelitian ini. Hal tersebut sesuai dengan aspek penelitian filologi yang menentukan naskah paling tua untuk dijadikan dasar telaah, karena dianggap naskah yang ditulis oleh pengarangnya.
UBMC ditulis oleh Nirartha di Bali, sekitar awal abad ke-16. Naskah tersebut ditemukan 10 buah, yakni: 4 naskah lontar dan 6 naskah kertas (8 naskah ditulis dengan huruf Bali dan 2 naskah ditulis dengan huruf Latin). Hasil seleksi dari naskah UBMC tersebut, ditemukan satu naskah memiliki keunggulan, dari segi keutuhan cerita, bentuk tulisannya yang mudah dibaca dan tidak ditemukan "huruf yang dimatikan". Dengan demikian dalam edisi teks digunakan metode landasan. Teks UBMC yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teks UBMC milik Gedong Kirtya Singaraja.
Teks UBMC tersebut ditransliterasi ke dalam huruf Latin, diterjemahkan dalam ke bahasa Indonesia, disunting, ditelaah bentuknya, dan konsep-konsep kepercayaan yang terkandung di dalamnya.
Telaah bentuk UBMC ditemukan bentuk-bentuk metrum yang berasal dari kesusastraan Kawya (India), metrum asli Indonesia dan motrum-metrum yang tidak diketahui asal dan namanya. Dan 44 pupuh dalam UBMC, ditemukan 25 pupuh tidak diketahui asal dan nama metrumnya. Metrum-metrum yang berasal dari kesusastraan Kawya yang adalah: Sikharini (2 pupuh), Sardulawrikridita (2 pupuh), Mredukomala, Aswalalita, Sragdhara, Wangsasta, Praharsini, Mattaraga, dan Swangsapatra. Sedangkan metrum Indonesia adalah: Jagaddhita (2 pupuh), Wibhrama, Kilayu Anedeng, Mretatodaka, Widyutkara, Turidagati, dan Utgata-Wisama atau Rahitiga.
Setiap bait Kakawin terdiri atas empat baris, masing-masing baris mempunyai jumlah suku-kata dan metrum yang sama. Namun dalam UBMC ditemukan 10 bait yang terdiri atas 3 baris dengan metrum yang berbeda setiap barisnya pada pupuh XXXIX.
Telaah satuan naratif UBMC, ditemukan satuan naratif berkelanjutan (Mahaprabhu?) setelah satuan naratif terakhir (Rdhimat). Satuan naratif tersebut mengungkap raja Makabika yang sangat berjasa di Bali, tetapi tidak mencapai moksa karena Zaman Kali. Rangkaian satuan naratif UBMC adalah: Manggala, Nagara, Duta, Pranaya, Aji, Nayaka, Nayakabyudaya, Rasabhawa-Nirantara, Madhupana natapwara, Udyanakrida, Srngararasa, dan Rdhimat serta Mahaprabhu (?).
Satuan-satuan naratif UBMC itu didukung oleh tokoh-tokoh ceritanya. Dari telaah fungsi tokoh ceritanya ditemukan konsep-konsep kepercayaan yang terkandung dalam karya tersebut. Konsep-konsep kepercayaan itu niengenai keberadan Dewa Siwa yang disebut dengan berbagai nama; Dewa Catur Lokapala, Punarbhawa, Moksa, Catur Purusartha Trikaya Parisudha, Catur Warna, Sad Satru, Yuga, Tirtha, Manusia pertama di Bali, mati dalam perang, dan Upacara (yadnya).
Telaah konsep-konsep kepercayaan dalam UBMC mengenai keberadaan Dewa Siwa dengan berbagai nama, seperti Dewa Iswara, Dewa Mahadewa, Dewa Rudra, dan Dewa Maheswara menunjukkan manifestasi Dewa. Siwa sebagai pusat Dewa Nawasanga. Telaah konsep Dewa Catur Lokapala mengukuhkan Dewa-dewa penguasa arah mata angin kelompok empat, yaitu: Dewa Indra di timur, Dewa Yama di selatan. Dewa Bharuna di barat, dan Dewa Kwera di utara. Telaah konsep Punarbhawa mengukuhkan keberadaan roh yang menjiwai manusia tidak pernah mati, dan akan menjelma ke dunia sesuai dengan karmanya. Telaah konsep moksa menunjukkan roh yang menjiwai manusia akan bersatu (melebur diri) dengan sumbernya (Tuhan), apabila tidak meninggalkan bekas apa-apa dalam kehidupan ini. Telaah konsep Trikaya Parisudha, Catur Warna, dan Sad Ripu (Sad Satru) menunjukkan tata cara bertingkah laku yang baik (berpikir, berkata, berbuat, dan saling menghormati) dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan telaah konsep Upacara (Yadnya) menunjukkan salah satu cara untuk melaksanakan pemujaan, menyatukan dirt memohon kesejahterann lahir dan bathin ke hadapan Dewa Siwa yang dimuliakan di Gunung Tolangkir (Besakih). Berdasarkan telaah konsep-konsep kepercayaan itu dapat dikemukakan bahwa dalam UBMC mengandung konsep kepercayaan Agama Hindu.

The Usana Bali Mayantaka Carita text can be found in four different texts, namely in Kakawin, Babad, Geguritan (Parikan). Based on the use of the language of those texts, it can be determined that Kakawin is the oldest text compared to the other types of the texts. Thus Kakawin Usana Bali Mayantaka Carita (UBMC) is used as the object of the investigation. This is in accord with the position taken in philological study which considers that the oldest text as the primary object of study because this type of text is regarded to be written by the original author.
Nirartha in Bali wrote UBMC in the early 16th century. Ten texts of Mayadanawa were found. Four of them are lontar texts and the other six texts are paper texts. Eight texts were written in Balinese script and the rest were written in Roman script: The result of the selection of the texts shows that one of the texts shows its superiority in terms of the unit of the story, its being easy to read, and there is no letter which is not `killed` if it is compared to the other UBMC texts. Thus in editing the texts the basic method is used. The basic text is the UBMC, which is the collection of Gedong Kirtya Singaraja (which was coded A). The UBMC texts were transliterated into Roman script and translated into Indonesian. Then they were edited. Those texts were also analyzed in terms of their forms and the religious concepts, which are available in those texts.
The form analysis of the UBMC shows that are three kinds of poetic metres. The three poetic metres include those, which ask originalited from Kawya (Indian) literature, Indonesian metres, and those metres, of which their origin cannot be determined. Form the 44 cantos in UBMC, the origin as well as their metres of 25 cantos cannot he determined. The metres from kawya literature, which were used, are Sikharini (2 stanzas), Sardulawrikridita (2 cantos), Mredukomala, Aswalalita, Sragdhara, Wangsasta, Praharsini, Mattaraga, and Swangsapatra. While the Indonesian poetic metres used are Jagaddhita (2 pupuh), Wibhrama, Kilayu Anedeng, Mretatodaka, Widyutkara, Turidagati, and Utgata-Wisama or Rahitiga.
Every couplet in Kakawin consists of four liners and every, line consists of the same number of syllables and poetic metres. In UBMC there are ten couplets, which consists of three lines, which has different poetic metres in each line. This is found in canto =XXIX.
From the analysis of narrative coherency, a continuous narrative is found (Mahaprabu?) after the last narrative unit (Rdhimat). That narrative unit expressed the life of the King Makabika who has rendered Bali with great services, but he does no reach `moksu' in Kali period. The unit of UBMC narratives consists of Manggala, Nagara, Duta, Pranaya, Aji, Nayaka, Nayakabyudaya, Rasabhawa-Nirantara, Madhupana natapwara, Udyanakrida, Srngararasa, and Rdhimat with Mahaprabhu (?).
Its characters support the UBMC narrative unit. From the analysis of these characters, the religious concepts which they contain were found which included the concept of the God Silva which has a number of different names, Dewa Catur Lokapala, Phunarbhawa, Masai Calur 'Varna, Trikaya Parisudha, Sad Satru (Sad Ripu) and Upacara or Yadnya concept.
The religious concept of Silica in UBMC with various different names such as Iswara, Mahadewa, Rudra, and Maheswara shows the concept of Dewa Nawasanga. The analysis of the concept Dewa Catur Lokapahala shows the four Gods that master the four directions, that is, Dewa Indra in the east, Dewa Yarna in the south, Dewa Bharuna in the west and Dewa Kuwera in the north. The Phunarbhawa consept is about the soul of the human beings, which never dies and will reincarnate in accordance with his Karma in one's previous life. The Moksa concept means that the soul of the human being will unite with the Supreme God and leaves no trace in this world. The concepts of Trikaya Purisudha, Catur Warna, and Sad Ripu (Sad Satru) show how to behave well in the society, whereas the concept of Upacara (Yadnya) is one of the ways to worship the God Siwa, who is worshipped in Tolangkir Mount in Besakih. Based on the analysis of the above concepts, it can be said that UBMC has a Hinduism Concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
D175
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Woro Retno Mastuti
"Kakawin Manuk Abha (KMA) adalah sebuah teks Jawa Kuno yang ditulis pada awal abad ke-20, di Banjar Munduk, Singaraja (Bali). Teks KMA merrupakan teks label, yang menceritakan tingkah laku, watak dan sifat manusia dengan burung-burung sebagai tokohnya. l okoh utamanya adalah burung Cangak dan Manuk Abha. Dikisahkan, Manuk Abha terbang dari sangkar emasnya di pulau Bali menuju ke pulau Jawa mencari kekasihnya, si Ayam Jago. 1)alam perjalanan pencarian itu, is bertemu Cangak yang mengaku Ayam Jago. Ia juga bertemu dengan bermacam-macam burung dengan berbagai karakter, Sebagai sebuah teks Jawa Kuno muda, persajakan KMA masih mengikuti aturan persajakan kakawin. Hal itu menunjukkan bahwa penulis menguasai teknik persajakan kakawin. Penulisnya tidak diketahui. Ajaran moral yang terkandung di dalamnya antara lain. ajaran tentang kesetiaan, kebohongan, persahabatan, keteguhan hati. Berbagai macam burung juga diindetiiikasi dalam KMA. Misalnya, burung Bangau. Beo. Kpudang, Palatuk, Puler, Prejit, Jalak, dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T37421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Partini Sardjono Pradotokusumo
"ABSTRAK
Dalam khasanah kesusaatraan Jawa (Kuna), jenis sastra kakawin adalah salah satu jenis sastra yang tertua yang berbentuk puisi. Yerhatian pada kakawin ini belum memadai jika dibandingkan dengan basil karya sas;tranya yang ditu_lis dalam bentuk ini. Yang diterbitkan secara kritis atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sangat sedikit dan dalam bahasa a sing (terbatas pada bahasa Belanda dan Inggris) belum banyak."
1984
D1808
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Sukartha
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1993
899.223 INY n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Kamelya
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>