Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133856 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiono
"Laporan keuangan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan ada 2 kriteria dasar yaitu laporan neraca dan laba rugi. Pembahasan mengenai neraca dan Iaba rugi merupakan sesuatu yang penting, karena kondisi keuangan dianggap sebagai ukuran persaingan rumah sakit. Analisis laporan keuangan progam gakin waluyo diperlukan mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan rumah sakit Mardi Waluyo dengan adanya program tersebut. Analisis keuangan tersebut meliputi analisis neraca, laba rugi, analisis rasio, analisis vertlkal dan horisontat. Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif analitik, dimana data laporan keuangan yang didapat dianalisa dan dideskripsikan. Penelitian ini hasil dari analisis terhadap laporan keuangan yang dilakukan dibulan januari 2009 dirumah sakit Mardi Wa!uyo Metro Lampung, khususnya pada bagian keuangan. Analisa data keuangan dilakukan pemisahan antara program gakin dan non gakin, selanjutnya ditabulasikan sehingga dihasilkan laporan penelitian yang rnembahas tentang neraca analisa rasio, analisa vertikal dan horisontal. laporan laba rugi. Hasil penelitlan dapat dtsimpulkan bahwa kinerja rumah sakit Mardi Waluyo sejak dlmulainya program gakin 2007 kurang baik karena adanya penurunan kas rumah sakit dan sisa hasil usaha operasional yang menurun, bahkan pada tahun 2008 terjadi minus. Hal ini disebabkan oleh pendapatan yang tidak sesuai dengan pengeluaran dan pendapatan tidak sesuai dengan investasinya.

There are two basic criteria of financial reports to measure a financial condition of company that are the reports of balance sheet, profit and loss" The discussion about balance sheet, profit and loss are important because financial conditions are considered as a competition hospital measurement. Analysis of financial report of required Gakin waluyo program has main purpose that is to obtain describing about financial performance at Mardi waluya Hospital because of this program. This finandal analysis includes analysis of balance sheet, profit and loss, ratio analysis, vertical and horizontal analysis. This research is an analytical descriptive research which financial data is analyzed and described. This research is an analysis result of the financial reports which have been done since January 2009 at Mardi Waluyo Hospital in Metro Lampung, especially for financial department. Analysis of financial data has been done by the separation between Gakin and non Gakin program, and then it was tabulized so it can produce research reports which discuss about balance sheets, profit and ioss reports, ratio analysis, vertical and horizontal analysis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32373
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prastyo Cholis
"Penyakit Jantung Koroner PJK adalah istilah spesifik untuk penyakit jantung yang ditandai adanya penyempitan jaringan arteri koroner terutama dikarenakan aterosklerosis yang menyebabkan mikroangiopati. Pasien PJK dalam perawatannya selain mendapat pengobatan, juga dilakukan rehabilitasi untuk membantu mempercepat pemulihan kondisi fisik, psikis, dan sosialnya. Pemberian rehabilitasi tersebut perlu diberikan sejak pasien masuk di rumah sakit atau yang dikenal dengan rehabilitasi jantung fase I. Salah satu komponen dalam rehabilitasi jantung fase I adalah latihan aktifitas fisik yang bertujuan mempercepat pemulihan kondisi pasien untuk kembali beraktifitas seperti semula. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara rehabilitasi jantung fase I terhadap lama rawat pasien PJK di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar.
Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan post test only non equivalen grup. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 14 responden kelompok intervensi dan 14 responden kelompok kontrol pasien yang didiagnosis PJK di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar yang sesuai kriteria inklusi yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan rehabilitasi jantung fase I terhadap lama rawat p value=0,007 . Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi bivariat dengan Mann Whitney Test. Rehabilitasi jantung fae I perlu diberikan sejak awal kepada pasien PJK karena dapat membantu mempercepat proses penyembuhannya dan memperpendek lama rawat pasien. Lama rawat yang semakin pendek akan semakin menghemat pembiayaan operasional perawatan pasien PJK.

Coronary Heart Disease CHD Coronary Heart Disease CHD is a specific term for cardiovascular disease characterized by narrowing of coronary artery tissue mainly due to atherosclerosis that causes microangiopathy. CHD patients in the treatment in addition to receiving treatment, also rehabilitation to help speed up the recovery of physical, psychological, and social conditions. The rehabilitation program should be given since admission to the hospital or known as phase I heart rehabilitation. One of the components of phase I heart rehabilitation is physical exercise activity aimed at speeding up the recovery of the patient 39 s condition to return to regular activities. This study aims to determine the relationship between cardiac phase I rehabilitation for the length of patient care of CHD in RSUD Mardi Waluyo Blitar City.
This study used quasi experiment design with the post test only non equivalent group. The sample in this study consisted of 14 respondents of the intervention group and 14 patients for control group respondents who diagnosed with CHD in RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar matching the specified inclusion criteria. The results showed a significant correlation of heart phase I rehabilitation on the duration of care p value 0,007 . The statistical test used a bivariate correlation test with Mann Whitney Test. This results yielded it needs to be given early on to CHD patients as it can help the healing process and shorten hospitalization. Furthermore, the shorter length of care will further save the operational cost of CHD patient care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Hendrawidjaja
"ABSTRAK
Rumah sakit Panti Waluyo Solo, merupakan salah satu Unit Kerja dari Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (Yakkum) cabang Solo. Yakkum mempunyai Misi melayani masyarakat menengah kebawah dalam bidang kesehatan dan pendidikan/pelatihan dengan Kasih Tuhan.
Rumah sakit Panti Waluyo sendiri merupakan rumah sakit type C dengan seratus tempat tidur, Bed Occupation Rate (BOR) rata-rata 50-60% dan Average Length Of Stay (ALOS) 5-7 hari. Pembagian tempat tidur, 78% untuk kelas II dan III. 22% untuk Kelas I dan Utama. Dengan komposisi tempat tidur yang demikian, sesuai dengan Misi rumah sakit untuk melayani masyarakat menengah kebawah. Misi yang dijalankan ini, membawa dampak, bahwa sisa hasil usaha rumah sakit kecil, padahal rumah sakit juga ingin berkembang maju.
Menurut pandangan manajemen rumah sakit, sumber daya manusia adalah yang terpenting, untuk menentukan sumber daya manusia mana yang akan dikembangkan, diambil pedoman penderita macam apa yang terbanyak dirawat di rumah sakit Panti Waluyo dan trendnya terus meningkat tiap tahun.
Untuk keperluan tersebut ditelaah pola penyakit dari data sekunder yang terdapat di catatan medik rumah sakit Panti Waluyo mulai dari Januari 1990-Desember 1994. Ternyata penyakit-penyakit yang frekuensinya paling tinggi dan trendnya terus meningkat dari tahun ketahun adalah Commotio Cerebra, Fraktur dan Luka Terbuka. Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh penyebab yang lama yaitu trauma karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja. Hal tersebut dimungkinkan, karena letak rumah sakit Panti Waluyo di pinggir kota, dijalan masuk kota dari Utara Jurusan Yogjakarta dan Semarang. Juga disekitarnya banyak pabrik yang karyawannya banyak mengalami kecelakaan kerja.
Dari telaah pola penyakit ini disimpulkan, bahwa sumber daya manusia yang akan dikembangkan adalah sumber daya untuk menangani penderita-penderita Traumatologi, mulai penderita masuk rumah sakit, dibantu satpam, kemudian diterima di Unit Gawat Darurat, dilayani oleh dokter jaga dan perawat unit, jika perlu dilakukan tindakan di Kamar Operasi lalu dilakukan Rehabilitasi. Jadi sumber daya manusia yang akan dikembangkan mulai dari satpam, petugas Unit gawat Darurat, petugas Kamar Operasi dan petugas di Rehabilitasi Medik.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya peningkatan sumber daya baik peningkatan jumlahnya, maupun peningkatan kenampuanya. Supply dari sumber daya manusia bisa dari rumah sakit sendiri (internal), atau melalui rekruitmen (eksternal). Untuk maksud tersebut mula-mula dilakukan inventarisasi dan pemetaan dari sumber daya manusia yang ada dirumah sakit, sehingga diketahui siapa-siapa yang sudah waktunya mendapat promosi, mutasi atau ingin pindah kebagian lain.
Setelah mendapat pendidikan/pelatihan, mereka yang memenuhi syarat diminta untuk menanda tangani kontrak minimal bekerja dua tahun di rumah sakit, dan untuk mengganti mereka ini, serta mengisi kekurangan tenaga ditempat yang akan dikembangkan, dilakukan rekruitmen yang melalui tahap-tahap pemanggilan, tes tertulis, tes psikologi, wawancara, tes kesehatan dan penerimaan. Setelah diterima mereka yang mau menanda tangani kontrak untuk bekerja minimal dua tahun, diberikan pendidikan/pelatihan.
Sejalan dengan pengembangan sumber daya manusia, rumah sakit Panti Waluyo juga harus mengembangkan Unit Gawat Darurat, yang tadinya masih menjadi satu dengan Kamar Terima, sebaiknya dibuatkan ruangan tersendiri, didekat Kamar Terima dan dekat pintu masuk. Unit ini hendaknya mempunyai crew tersendiri yang terlatih dan sarana yang memadai.
Juga Kamar Operasi yang sekarang hanya satu, ditambah satu lagi. Dan sistem jaga yang sekarang berlaku, dimana jika ada operasi cite petugas Kamar Operasi dipanggil (perlu waktu), diganti dengan sistem tiga angkatan, sehingga Kamar Operasi selalu slap setiap waktu. Dengan berkembangnya sumber daya manusia di Unit Rehabilitasi Medik, memerlukan tambahan ruangan untuk melayani penderita yang memerlukan fisioterapi. Juga mereka yang sudah pulang dapat datang kembali untuk meneruskan latihan.
Semua diatas hanya bisa berjalan dengan baik jika tenaga perawat cukup, maka dihimbau agar pemerintah menambah pendidikan perawat, sehingga problem kekurangan perawat bisa teratasi.

ABSTRACT
Panti Waluyo Hospital, Solo was a branch of Yakkum, that had a mission to serve the lower class of the Society in Health Services and Education by the Grace of God.
Panti Waluyo Hospital was a Type C hospital that had 100 beds consist of 78% bed for second and third class, 22% for first and Utama Class. Average bed Occupational Rate ($OR) is around 50-60%. Average Length of Stay (ALOS) is 5-7 DAYS. The bed composition fit to the mission of Yakkum, which is to serve the lower class of the society. But that also means that the hospital profit become low.
On the other hand the hospital had to be improved or it can not survive in current situation. According to the management point of view the most important thing is to develop human resources. How and what kind of human resources has to be developed, depends on its pattern of diseases. develop human resources. How and what kind of human resources has to be developed, depends on its pattern of diseases.
The frequency distribution of diseases was analyzed from the Medical Record of Panti Waluyo Hospital from January 1990 to December 1994. The diseases that had the highest frequency and had the trend to increase every year were Commotio Cerebri, Fracture and Open Wound. The conclusion was that the human resources who have to be developed were, those who served the cases, which were nurses and doctors in the Emergency Room, in the Operation Room, in the Rehabilitation Room, and also front Security.
Developing human resources means developing the number of personal and their ability or skill. The resource may come from inside the hospital or from new recruiting.
In the same time Panti Waluyo Hospital also have to improve the building and equipment for emergency room, operational room, and rehabilitation room.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Francesca Chandra
"Latar Belakang : Layanan kesehatan adalah industri yang berorientasi kepada manusia, sehingga kinerja perawat sangatlah penting karena menjadi cerminan baik buruknya layanan rumah sakit. Di RS Abdi Waluyo, tren kinerja perawat rawat inap terlihat menurun dari kuartal 2 sampai 4 tahun 2022, dari 83% ke 76%, sementara target di 85% namun upaya evaluasi dan perbaikan untuk peningkatan kinerja perawat di rumah sakit masih belum tampak. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengatasi fenomena tersebut, dengan terlebih dahulu mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat rawat inap di RS Abdi Waluyo.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan pendekatan mixed method yang terdiri dari 2 tahap: 1) studi kuantitatif cross sectional dengan kuesioner yang dibagikan kepada 61 perawat secara total sampling untuk mengetahui gambaran kinerja dan faktor-faktor yang berhubungan; dan 2) studi kualitatif untuk mengetahui perspektif manajemen melalui wawancara mendalam kepada 3 informan kunci.
Hasil : Dari hasil kuesioner ditemukan bahwa hanya 39 (64%) perawat rawat inap di RS Abdi Waluyo yang memiliki skor kinerja diatas nilai tengah 41 (min 21 – maks 52). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa hanya faktor organisasi yang secara statistik berhubungan dengan kinerja perawat rawat inap, meliputi: iklim organisasi (r=0,267; p=0,037), beban kerja (r=-0,517; p<0,001), kompensasi (r=0,274; p=0,033), dan kepemimpinan (r=0,227; p=0,078). Dari analisis regresi linear didapatkan persamaan berikut: Kinerja = 40,336 – 0,721 (Beban Kerja) + 0,33 (Kepemimpinan). Beban kerja adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja perawat, dengan arah hubungan negatif (berbanding terbalik). Dari studi kualitatif diketahui perspektif manajemen terkait faktor organisasi yang belum optimal, seperti adanya budaya menyalahkan di iklim organisasi, kurang objektifnya pemberian apresiasi/kompensasi, kepemimpinan Kepala Ruangan yang perlu ditingkatkan, dan sosialisasi berkala program pelatihan profesional.
Simpulan : Faktor-faktor organisasi perlu dijaga dengan lebih baik untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk kinerja perawat yang optimal, dengan menghilangkan budaya menyalahkan, melakukan analisis dan mengontrol beban kerja, memberikan apresiasi finansial maupun non finansial kepada perawat yang berprestasi, meningkatkan kepemimpinan kepala ruangan, dan mensosialisasikan program pengembangan karir berkala agar perawat termotivasi untuk berprestasi.

Introduction : Healthcare is a human-oriented industry, so the performance of nurses is very important because it is a reflection of how good hospital services are. At Abdi Waluyo Hospital, the performance trend of inpatient nurses appears to have decreased from the 2nd to 4th quarter of 2022, from 83% to 76%, while the target is at 85%. Meanwhile, evaluation and improvement efforts to improve nurse performance in hospitals are still not visible. Therefore, this research was conducted to overcome this phenomenon, by first examining the factors that influence the performance of inpatient nurses at Abdi Waluyo Hospital.
Method : This is a non-experimental study with a mixed method approach consisting of 2 stages: 1) a cross-sectional quantitative study with questionnaires distributed to 61 nurses in total sampling to determine performance description and influencing factors; and 2) a qualitative study to find out the management perspective through in-depth interviews with 3 key informants.
Result : The results of the questionnaire revealed only 39 (64%) of inpatient nurses at Abdi Waluyo Hospital had a performance score above the median value of 41 (min 21 – max 52). The results of the Spearman correlation test showed that only organizational factors were statistically correlated to the performance of inpatient nurses, including organizational climate (r=0.267; p=0.037), workload (r=-0.517; p<0.001), compensation (r= 0.274; p=0.033), and leadership (r=0.227; p=0.078). The following equation was obtained from linear regression analysis: Performance = 40.336 – 0.721 (Workload) + 0.33 (Leadership). The workload was the most dominant factor related to nurse performance, with a negative relationship (inversely related). The qualitative study revealed the management perspective regarding nonoptimal organizational factors such as the existence of a culture of blaming in the organizational climate, the lack of objectivity in giving appreciation/compensation, the fact that the Head of the Room still needs to improve her leadership, and regular socialization of professional training programs.
Conclusion : Organizational factors need to be maintained better to be able to create an environment that is more conducive to optimal nurse performance, by eliminating the culture of blame, analyzing and controlling the workload, providing financial and non-financial appreciation to outstanding nurses, improving the leadership of the head of the room, and socializing career development program periodically so the nurses are motivated to excel.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alfi Rachman Waluyo
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai perbandingan liputan media massa daring metrotvnews.com dan republika.co.id terkait implementasi program rumah DP 0 rupiah yang digagas oleh Gubernur DKI Jakarta 2017 ndash; 2022. Penelitian dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan memanfaatkan metode analisis framing Pan Kosicki. Melalui penggunaan pisau analisis tersebut, ditemukan beberapa indikasi praktis dari framing pemberitaan media massa baik pro maupun kontra positif maupun negatif . Pada akhirnya, hasil penelitian ini memberikan saran kepada 3 tiga pihak yang relevan, yaitu politisi,media massa dan masyarakat. Bagi politisi, disarankan untuk dapat membangun hubungan positif dengan media massa dalam konteks pembangunan citra positif di mata publik. Bagi masyarakat, diharapkan untuk dapat meningkatkan kemampuan media literasi dan tidak begitu saja memercayai isi media. Yang terakhir bagi media massa, disarankan untuk tidak terlalu ekstrim terlibat dalam media partisanship.

ABSTRACT
ABSTRACTThis study discuss the comparison of online mass media news from metrotvnews.com and republika.co.id related to the implementation of DP 0 rupiah program initiated by the Governor of DKI Jakarta 2017 2022. This study was conducted using qualitative approach by utilizing Pan Kosicki framing analysis method. Through the use of that method, had found some practical indications of the framing of mass media news both pro and con positive or negative .Ultimately, the results of this study provide advice to 3 three relevant parties, including politicians, mass media and public. For politicians, it is advisable to build a positive relationship with the mass media in the context of building a positive image in the public. For public, it is expected to improve media literacy ability and not just trust the contents of the media. The last one for the mass media, it is advisable not to be too extreme involved in media partisanship."
2018
T51242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanti W. Walujo
Surabaya: Faculty of Communication. University of Dr. Soetomo Surabaya, 1995
791.53 KAN w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Waluyo
"Karya tulis ilmiah (KTI) ini pembahasannya fokus pada persoalan-persoalan pengertian perpustakaan dan aplikasi perpustakaan dalam aktivitas penelitian. Dari hasil bahasan dapat disimpulkan bahwa perpustakaan itu memiliki banyak definisi namun dari ragam definisi itu menunjukkan bahwa perpustakaan itu pasti berkaitan dengan penelitian dan perpustakaan itu merupakan suatu kata benda yang menggambarkan pengertian bahwa perpustakaan itu merupakan suatu tempat khusus, difungsikan khusus untuk pengaturan buku-buku, dimaksudkan supaya mudah digunakan pembaca. Dalam artian esensial tadi maka dalam realitanya perpustakaan itu memiliki ragam jenisnya. Mulai dari jenis Perpustakaan Nasional RI hingga jenis perpustakaan digital. Namun demikian dalam dinamika perkembangan perpustakaan akhirnya menempatkan perpustakaan itu menjadi sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Dari istilah pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan kepustakawanan. Perpustakaan itu memang sangat membantu dalam pelaksanaan aktifitas penelitian. Peran itu terutama ketika sedang berusaha mengkonseptualisasi suatu fenomena dan kemudian juga tampak ketika sang peneliti sedang berupaya membuat bagian kerangka teori, yaitu bagian literatur review dan konsep-konsep teoritik. Namun sebenarnya, lebih jauh dari itu peran perpustakaan dalam kaitan pelaksanaan penelitian akan tampak lebih jauh berperan sebenarnya ketika kita dalam proses penelitian itu berlanjut pada tahap penyajian dan analisis data hasil penelitian, dan ini terutama pada proses penelitian dengan pendekatan kualitatif yang bercirikan tidak bebas konteks, yang dengan ciri dimaksud dengan sendirinya penggunaan konsep teoritik berkemungkinan besar menjadi tidak terhingga
Scientific writing (KTI) is the discussion focused on issues understanding library and library applications in research activities. From the discussion it can be concluded that the library has many definitions but from the variety of definitions it indicates that the library must be related to research and the library is a noun that illustrates the notion that the library is a special place, functioned specifically for the arrangement of books, Intended to be easy to use the reader. In this essential sense, in reality the library has its various types. Starting from the type of National Library of Indonesia to the type of digital library. However, in the dynamics of the development of the library eventually put the library into a source of information science, technology and culture. From the literature term, developing the term librarian, library, library science, and librarianship. The library is very helpful in the implementation of research activities. That role especially when trying to conceptualize a phenomenon and then also visible when the researcher is trying to make part of the theoretical framework, namely the literature review and theoretical concepts. In fact, further than that the role of libraries in relation to the implementation of research will appear to be more true role when we in the process of research that continues at the stage of presentation and analysis of research data, and this is primarily on the research process with qualitative approach that is characterized not context free, Which by its very nature implies the use of theoretical concepts is likely to be infinite"
Pustakawan pada BPPKI Jakarta, 2016
384 KOMAS 12:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Suharsono
"Penurunan toleransi latihan dan sesak nafas merupakan manifestasi klinis utama gagal jantung. Kondisi ini menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional dan kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak HBET terhadap kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien gagal jantung. Desain penelitian ini adalah quasi experiment, pre-post with control group. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling, didapatkan 23 responden yang terbagi menjadi 11 responden kelompok kontrol dan 12 responden kelompok intervensi. Pengumpulan data kapasitas fungsional dilakukan dengan 6MWT dan kualitas hidup menggunakan MLHFQ.
Hasil pengukuran didapatkan perbedaan yang signifikan kapasitas fungsional dan kualitas hidup sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok. Hasil analisis kapasitas fungsional dan kualitas hidup setelah perlakuan antara kelompok kontrol dan intervensi tidak didapatkan perbedaan yang signifikan, walaupun kelompok intervensi mempunyai mean kapasitas fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, HBET dapat digunakan sebagai modalitas keperawatan bagi pasien gagal jantung. HBET hendaknya dijadikan bagian integral dari management gagal jantung setelah keluar dari rumah sakit.

A reduced exercise tolerance and shortness of breathing are the main clinical manifestations in patient with heart failure. These conditions cause patient's inability to do their daily activities and lead to reduce functional capacity and quality of life. The aim of this study was to identify the impact of the home based exercise training to functional capacity and quality of life of heart failure patient. It used quasy experimental study design pre-post with control group, recruited 23 respondents with purposive sampling technique. They were divided into two groups, 11 respondents as control group and 12 respondents as experimental group. Functional capacity was obtain through observation of six minute walk test, quality of life data were collected by Minessota Living with Heart Failure Questionaire.
The result showed that there was a significant difference of functional capacity and quality of life before and after intervention in both groups. Statistically, the result of functional capacity and quality of life data analysis after intervention showed that there wasn't significant difference in both groups, although the experimental group has a higher mean data of functional capacity and quality of life. Based on this study, HBET could be used as nursing modality for patient with heart failure. HBET should be integrated with heart failure management after discharging from hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kusmiyati
"Masalah yang diteliti dalam penclitian ini adalah biaya pelayanan kcschatan rawat inap di rumah sakit dalam program Jaminan Pelayanan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (JPK Gakin), oleh karcna biaya rawat inap di rumah sakit mcncapai 66 % dari seluruh biaya pelayanan kesehatan program JPK Gakin sehingga dalam pelaksanaammya hams ada keseragaman dalam biaya pelayanan kesehatan rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah daerah maupun rumah sakit swasta yang melayani peserta JPK Gakin.Untuk ilu melalui Paket Pelayanan Esensial (PPE) dengan tarif kcsepakatan, dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi program JPK Gakin sehingga kebijakan yang dibuat dapat lebih efektif dan efisien. Jenis penelitian ini adalah kuantitatifi Data diambil dari laporan bulanan klaim biaya rawat inap pasien JPK Gakin dari rumah sakit yang telah disetujui pembayarannya oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang biaya pelayanan kesehatan rawat inap dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dua kelompok rumah sakit, yang terbanyak memanfaatkan biaya pelayanan kesehatan rawat inap adalah rumah sakit vertikal terdapat 4 variabel yang mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan rawat inap, variabcl jender perempuan lebih banyak memanfaatkan biaya pelayanan kesehatan rawat inap meskipun kasusnya lebih sedikit dari pada laki-laki,demikian pula dengan Iama rawat inap dan umur, sementara variabel diagnosis hanya di kelompok rumah sakit umum daemh saja yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan biaya rawat inap Dari 4 variabel yang diperkirakan ada hubungan dengan biaya pelayanan kesehatan rawat inap hanya 3 variabel yang mempunyai hubungan, yaitu variabel umur, jender dan Iama rawat inap, namun variabel yang paling dominan mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan rawat inap adalah variabel umur yang berlaku baik di rumah sakit vertikal maupun rumah sakit umum daerah.
Kesimpulan dari penelitian ini : Karakteristik dari pasien JPK Gakin yang mcmbuat biaya pelayanan kesehatan rawat inap menjadi tinggi adalah :Rata-rata biaya rawat inap yang terbanyak dimanfaatkan oleh rumah sakit vertikal, distribusi diagnosis penyakit terlinggi biaya rawat inapnya adalah penyakit TB Paru, rata-rata biaya rawat inap tertinggi untuk 5 diagnosis penyakit terbanyak adalah CHF.Dari 4 variabel yang diuji, yang mcmberikan pcngaruh terhadap tingginya biaya rawat inap di rumah sakit adalah variabei umur, Iama rawat dan jender namun Variabel yang paling dominan mempengaruhi biaya rawat inap di rumah sakit adalah variabel umur.
Penulis menyarankan untuk : (1) Penerapan pedoman tarif PPE diberlakukan sama pada semua provider sebagai dasar pembayaran peiayanan kesehatan di rumah sakit, (2) Pcrlu diinjau kembali kesepakatan ikatan keujasama antara Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dengan rumah sakit yang selama ini berjalan. Sudah saatnya provider dibatasi pada rumah sakit yang banyak dimanfaatkan oleh peserta Gakin saja rerutama RSUD diselaraskan dengan tujuan pengembangan sena optimalisasi peningkatan rumah sakit umum daerah, (3) Pelayanan kesehatan sebaiknya diberikan kepada peserta yang telah memiliki kartu .IPK Gakin, hal itu selain dapat mengantisipasi adanya percaloaan dalam pengurusan SKTM dapatjuga mengendalikan biaya pelayanan kesehatan pada program JPK Gakin dan (4) Perlu promosi melalui berbagai mcdia yang Iebih intensif kepada masyarakat tentang bagaimana prosedur untuk mendapatkan pelayanan keschatan pada program JPK Gakin.

The subject of the study is the cost of the in-patient health services payment at the hospital of the program of health service assurance for the poor family (I-ISA-PF). As the cost for in-patient payment at the hospital has reach 66% from all fees on health services of the HSA-PF program, there is a need for govemment and public hospital that work for patient of HSA-PF program, to make an agreement on the cost for in-patient services. Therefore, trough the Essential Service Package (ESP/PPE) with the agreement cost, it can be use for a program monitoring and evaluation the HSA-PF that expected will lead to a more effective and efficient policy for the issue.
The study is a quantitative study which data are collected from a monthly report of the expense claim of the in-patient of HSA-PF program at the hospital and 'thc study found that fiom two groups ot' hospital, the vertical hospital is mostly utilizing the cost of payment of' in-patient health services. There are four variables that influence the cost of payment of in-patient health services, which are: women are mostly utilizing the facility even the cases are lower than those in men, the length of stay in hospital, and age. The diagnosis variable is only found in the group of the district general hospital (RSUD) which has significant relationship with the cost of in-patient services. From those variables above, only three variables are assume to have relationship, i.e. age, gender and length of stay, and the most dominant factor that influence the cost of payment for in-patient services, whether at vertical hospital or RSUD, is age.
To conclude, the characteristic of the I-ISA-PF patient that make up a high Cost of in-patient payment are: the average cost for in-patient payment services is mostly utilized by the vertical hospital, the cost for in-patient payment is mostly used for lung-TB treatments, and the average cost for in-patient payment services for 5 highest diseases is Cl-LF.
Suggestions from the study: l) Implementation for ESP tariff should be applied to all providers as a base for payment of health services at the hospital; 2) The memorandum of agreement between the DHA ot`DKI Jakarta province and hospitals should be reviewed. Providers should be limited to the hospital that mostly chosen and utilized bythe patient of HSA-PF program, particularly the RSUD which should be adjusted with the purpose of the hospital development; 3) The health service suppose to be delivered towards patient who have the HSA~PF card only, this can anticipate the scalper practice on SKTM arrangement, as well as to control the cost of health services on HSA-PF program; and 4) There is a need to promote intensively trough any kind of media towards community for the procedure on how to obtain.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>