Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Judhi Saraswati
"Asap rokok merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang mengandung 4.000 jenis bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi kesehatan orang yang merokok tetapi juga bagi orang- orang di sekitarya. Anak-anak merupakan kelompok yang berisiko. Dampak yang ditimbulkan dari asap rokok temebut salah satunya adalah gangguan saluran pcrnafasan, yaitu ISPA dan gangguan fungsi paru.
Prevalensi orang merokok dari tahun ke tahun meningkat yang berarti prevalensi perokok pasifjuga meningkat. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2002, anak-anak umur 0-14 tahun merupakan kclompok berisiko yang paling banyak. Berdasarkan data dari Puskesmas Kelurahan Grogol mcnujukkan bahwa ISPA menempati urutan pertama dibandingkan penyakit Iainnya dan data tcntang gangguan fungsi paru belum tersedia di Kelurahan Grogol.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan antara pajanan asap rokok di rumah dengan kejadian ISPA dan gangguan fungsi paru sehingga menjadi informasi yang bermanfaat untuk memutuskan strategi mcngatasi dampak asap rokok terhadap kesehatan. Penelitian ini bcrsifat deskriptif analilik dengan pendekatan Cross Sectional, yang dilakukan terhadap anak SD kelas IV dan V di Kelurahan Grogol denganjumlah sampcl 174 responcien. Respondcn merupakan siswa yang sehat pada saat dilakukan pcngukuran fimgsi paru dan tidak mengalami penyakit TB paru, asma dan bronkhitis.
Variabel independen yang diteliti adalah pajanan asap rokok jumlah perokok, jumlah konsumsi rokok per hari dan waklu merokok) karakteristik reponden (jcnis kelamin dan status gizi), lingkungan rumah (kepadatan rumah, ventilasi, jenis lantai, jenis dinding dan kelembaban rumah) dan aktifitas rumah (bahan bakar memasak dan penggunaan anti nyamuk) sedangkan variabel dependen adalah [SPA dan gangguan fungsi paru. Pengukuran gangguan fungsi paru responden dilakukan dengan menggunakan spirometri. Sedangkan pengambilan data variabel independen pajanan asap rokok, karakteristik responden, Iingkungan rumah dan aktifitas rumah dengan kuisioner yang diisi oleh orangtua rcspondcn. Kunjungan ke rumah responden dilakukan untuk pengukuran data kelembaban dan ventilasi rumah Serta konfirmasi jawaban kuisioner melalui wawancara kepada orang tua responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi ISPA 67,8% sedangkan prevalensi gangguan fungsi paru anak SD di Kelurahan Grogol sebesar 20,7% dengan prevalcnsi restriksi 5,2% dan prevalensi obstruksi l4,9% Serta restriksi dan obstruksi sebmar 0,57%. Jumlah perokok dan penggunaan bahan hakar memasak terbukti bermakna lerhadap ISPA dan variabcl yang dominan mempcngaruhi ISPA adalah penggunaan bahan bakar memasak dcngan OR 2,735. Sedangkan variabel jenis kelamin terbukti bermakna terhadap gangguan fungsi paru dengan OR 2,|67. Perlu penelitian lebih Ianjut dengan jumlah sampel yang Iebih banyak dengan mengikuti perjalanan pajanan asap rokok dan variabel lainnya terhadap reponden (studi kohort) sehingga dapat diketahui pengaruh dari pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA dan gangguan fungsi paru."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32068
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Beben Saiful Bahri
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41322
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Budi Hapsari
"Latar belakang - Asap rokok lingkungan merupakan faktor risiko bagi timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Dampak kesehatan yang ditimbulkan bukan hanya mengenai perokok, tetapi juga mengenai orang lain. Dari semua kelompuk umur dalam masyamkat, bayi dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan terkena dampak kesehatan akibat pajanan asap rokok lingkangan. Pajanan asap rokok lingkungan pada anak-anak dapat menyebabkan peningkatan risiko terkena infeksi saluran pemapasan akut dan kronis, asma, radang telinga tengah (otitis media), dan alergi. Bagi anak-anak, rumah merupakan lokasi terpenting yang berkontribusi dalam pajanan asap rokok lingkungan.
Tujuan - Mengetahui hubungan kejadian otitis media dengan pajanan asap rokok lingkungan di rumah dan faktor kovariat lain (jenis kelamin, status gizi, tingkat pendidlkan bapak, tingkat pendidikan ibu, pengeluaran keluarga, kepadatan penghuni rumah, dan ventilasi rumah) pada anak kelas satu Sekolah Dasar (SD) Kelurahan Grogol, Jakarta Barat, tahun 2008.
Metode - Penelitian observasional analitik, melalui pendekatan desain studi kasus kontrol. Populasi adalah seluruh anak kelas satu Sekolah Dasar (SD) di wilayah Kelutahan Grogol, Jakarta Barat, tahun 2008. Kasus adalah semua anak kelas satu SD Kelurahan Grogol tahun 2008 yang pada pemeriksaan telinga dengan otoskop ditemukan satu atau lebih tanda klinis berupa sekret di liang telinga, retraksi membran timpani, udem membran timpani, warna membran hiperemis atau kuning pucat, perforasi membran timpani, bayangan cairan di belakang membran timpani pada salah satu satu atau kedua telinganya. Kontrol adalah semua anak kelas satu SD Kelurahan Grogol tahun 2008 yang pada pemeriksaan telinga dengan otoskop tidak didapati tanda klinis seperti pada kelompok kasus.
Hasil - Kejadian otitis media berhubungan bermakna dengan pajanan asap rokok lingkungan di rumah pada anak kelas satu SD Kelurahan Grogol Jakarta Barat tahuo 2008. Hasil uji regresi logistik ganda mendapatkan peningkatan resiko tiga kali lebih besar untuk menderita otitis media pada anak yang tinggal di rumah dengan pajanan asap rokok lingkungan tingg! setelah dikontrol dengan tingkat pendidikan bapak.
Saran - Temuan pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi anak sekolah, orangtua, guru, masyarakat, dan pemerintah dalam upaya promotif dan preventif bahaya asap rokok lingkungan hagi anak-anak serta upay. kuratif dan rehabililatif atas dampak kesehatan yang ditimbulkan.

BackgrOund - Environmental tobacco smoke (ETS) is known as one of risk factors for public health. The health problems caused by ETS affect more people than just smokers. Children are especially vulnerable to ETS exposure than others. Children's exposure to ETS is responsible for increasing risk of acute and chronic respiratory infections, asthma, otitis media, and allergy. The most important location for children's exposure to ETS is their home.
Objectives - To analyze asssociation between otitis media and ETS exposure at home and other covariats (sex, nutritional status, paternal education level, maternal education level, family expenditure, house crowding, and ventilation) on 1st year of basic school children in Grogol, West Jakarta, 2008.
Method - Analytic observational study with case-control design. Population of this study are all 1st year of basic school children in Grogol, West Jakarta, 2008. Cases are all I" year of basic school children in Grogol, West Jakarta, 2008, with sign/s of otitis media on otoscopy. Controls are all 1st year of basic school children in Gragoi, West Jakarta, 2008, without sign of otitis media on otoscopy.
Result - Otitis media significantly associated with Children's exposure to ETS at home in this study area. Multiple logistic regression analysis showed that odds ratio for otitis media was 3 after adjustment for paternal education level.
Suggestion - The findings of this study are expecred to be an important information for all student, parents, teachers, public, and government on promotive-preventive programmes of ETS exposure, and on curative-rehabilitative programmes of ETS's health effects.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21170
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Mahfuzh
"Latar Belakang: Menurut Global Youth Tobacco Survey GYTS Indonesia 2014, 57,3 siswa terpajan asap rokok. Pajanan asap rokok menyebabkan inflamasi saluran nafas dan paru, serta penurunan fungsi paru. Kotinin sebagai metabolisme nikotin dapat digunakan sebagai biomarker pajanan asap rokok.Tujuan: Mengetahui efek pajanan asap rokok lingkungan terhadap kadar kotinin urin dan uji fungsi paru pada anak.Metode: Penelitian teknik potong lintang dengan subyek siswa berusia 11-16 tahun di Jakarta. Data didapat dari kuesioner, spirometri, dan penghitungan kadar kotinin urin dengan metode ELISA.Hasil: Terdapat 92 subyek, terdiri dari 46 kelompok kasus dan 46 kelompok kontrol. Kadar kotinin urin >10 ng/ml ditemukan pada 37,0 kelompok kasus dan 4,3 kelompok kontrol; p=0,000; OR=8,50 95 IK 2,08-34,71 . Terdapat perbedaan bermakna kadar kotinin urin terhadap jumlah perokok p=0,027 dan jumlah batang rokok per hari p=0,037 . Tidak ditemukan hubungan pajanan asap rokok dengan uji fungsi paru. Terdapat perbedaan bermakna absensi anak pada kelompok kasus dibandingkan kelompok kontrol; p=0,004; OR=6,00 95 IK 1,42-25,33 .Kesimpulan: Anak yang terpajan asap rokok memiliki kadar kotinin urin lebih tinggi dibandingkan yang tidak terpajan, yang dapat dipengaruhi oleh jumlah perokok dan jumlah batang rokok per hari.

Background Global Youth Tobacco Survey GYTS 2014 in Indonesia showed that 57,3 of students are exposed to enviromental tobacco smoke, which causes inflammation of respiratory tracts and decrease of lung function. Urinary cotinine can be used as biomarker for cigarette smoke exposure.Objectives To examine effects of enviromental tobacco smoke exposure on urinary cotinine level and lung function test in children.Methods Subjects were students aged 11 16 years old in Jakarta. Data were obtained from questionnaire, spirometry, and urinary cotinine test using ELISA method.Results There were 92 subjects, consisted of 46 case group and 46 control group. Urinary cotinine level 10 ng ml was found in 37,0 of case group and 4,3 of control group p 0,000 OR 8,50 CI 95 2,08 34,71 . There were significant differences between urinary cotinine level with number of smokers p 0,027 and number of cigarettes per day p 0,037 . No association was found between cigarette smoke exposure and lung function test. There was a significant difference in school abscence between case group and control group p 0,004 OR 6,00 CI 95 1,42 25,33 .Conclusions Children exposed to enviromental tobacco smoke have higher urinary cotinine level than non exposed children. Factor such as number of smokers and number of cigarettes per day may affect urinary cotinine level. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Choridah
"Industri kayu terutama yang memproduksi mebel menjadi salah satu primadona penghasil devisa negara selain minyak dan gas bumi. Namun dalam proses produksinya industri mebel seringkali menimbulkan masalah terhadap kesehatan kerja karena lingkungan kerja yang tercemar debu, terutama debu respirabel. Debu respirabel dapat memberikan resiko terjadinya gangguan fungsi paru berupa kelainan paru restriktif, obstruktif dan campuran keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi debu respirabel dengan gangguan fungsi paru pekerja yang terpajan debu di industri mebel.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan disain cross sectional yang dilakukan terhadap 235 pekerja yang tersebar di 36 industri mebel yang ada di Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Pengukuran konsentrasi debu respirabel menggunakan alat Personal Dust sampler using Cyclone yang dimasukkan ke dalam kaset filter holder untuk debu dengan diameter 3,7 micrometer. Alat ini diletakkan pada area pernafasan pekerja selama 8 jam kerja dengan teknik pengukuran menggunakan metode gravimetri.
Dari hasil analisis diketahui rata-rata konsentrasi debu respirabel sebesar 2,95 mg/m3, dengan konsentrasi terendah 0,53 mg/m3 dan tertinggi 8,8 mg/m3, 25% industri mebel konsentrasi debu respirabel telah melebihi NAB. Prevalensi gangguan fungsi paru pekerja industri mebel 36,6% dengan katagori restriktif 48,8%, obstruktif 10,5% dan rest-obstruktif 40,7%. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata konsentrasi debu respirabel antara responden yang mengalami gangguan fungsi paru dengan respoden yang tidak mengalami gangguan fungsi paru. Bila variabel lain dianggap konstan maka pekerja yang bekerja di ruang kerja dengan konsentrasi debu tinggi akan memiliki resiko terjadinya gangguan fungsi paru 1,4 kali dibandingkan dengan pekerja yang bekerja di ruang kerja dengan konsentrasi debu rendah. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan debu respirabel dengan gangguan fungsi paru adalah lama kerja dan penggunaan APD.
Perlu penelitian lebih lanjut untuk menganalisis komposisi debu respirabel dari industri mebel dengan bahan dasar kayu yang diawetkan, sehingga dapat diketahui berapa besar pengaruh debu respirabel di lingkungan kerja terhadap gangguan fungsi paru pekerja.

Wood industry especially producing furniture become one of most important producer of state's stock exchange besides gas and oil. But in their production process of furniture industry oftentimes generate problem with health work because of the working environment impure of dust, especially respirable dust. Respirable dust can be risk the happening of lung function disorder in the form disparity of paru restriktif, obstruktif and mixture of both. This research aim to know relation between concentration of dust respirabel with lung function disorder of worker which exposure of dust in furniture industry.
This research was an observasional study with cross sectional design conducted to 235 worker which is spreadly at 36 furniture industry in Village of Jatinegara by Subdistrict of Cakung East Jakarta. Measurement of Concentration respirable dust use appliance of Personal Dust sampler using Cyclone entered into cassette of filter holder for dust with diameter 3,7 micrometer. This appliance is placed at area of exhalation of worker during 8 of working hours with technique of measurement use gravimetric method.
From analysis known mean concentration of respirable dust is 2,95 mg/m3, with minimum concentration 0,53 mg/m3 and maximum concentration 8,8 mg/m3, 25% industry concentration of respirable dust have exceeded NAB. Prevalence of lung function disorder of industrial worker [of] furniture 36,6% by katagori restriktif 48,8%, obstruktif 10,5% and rest-obstruktif 40,7%. There is difference which significan of mean concentration of respirabel dust between responden having lung function disorder by respoden which is not having lung function disorder. If other variabel are constantly assumed so the worker who work in workroom with high concentration of dust will own risk the happening of lung function disorder 1,4 times compared by the worker who work in workroom with low concentration of dust. Other factor influencing of respirabel dust with lung function disorder is long time of work and use of work self protector.
Need furthermore research to analyse composition of respirabel dust from furniture industry with elementary substance of conserved wood, so we know how big influence of respirabel dust in working environment to lung function disorder of worker."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41253
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Ramadani
"Rokok merupakan masalah global dan menjadi ancaman serius bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Studi kohor prospektif ini, dilakukan untuk menilai pengaruh pajanan pasif asap rokok ibu hamil terhadap gangguan pertumbuhan janin. Melibatkan 128 ibu hamil trimester 3, hamil janin tunggal, tidak memiliki riwayat penyakit kronis, bukan perokok aktif, bukan mantan perokok, dan bersedia terlibat dalam penelitian. Penilaian pajanan asap rokok ibu berdasarkan pemeriksaan nikotin darah tali pusat (cut off ≥1ng/ml). Pengukuran menggunakan nikotin plasma adalah metode yang paling akurat karena dapat mengukur kondisi sebenarnya dan membantu mengurangi misklasifikasi. Gangguan pertumbuhan janin dinilai dengan pengukuran berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala, dan berat plasenta. Pengukuran dilakukan segera setelah lahir untuk menjamin ketepatan pengukuran. Analisis uji beda dua mean digunakan untuk mengetahui perbedaan rata rata ukuran gangguan pertumbuhan janin antara kelompok ibu terpajan asap rokok dan tidak terpajan asap rokok. Analisis regresi linier untuk melihat pengaruh pajanan asap rokok terhadap berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala dan berat plasenta dengan memperhatikan variabel pengganggu seperti penambahan berat badan ibu selama hamil, BMI ibu, paritas ibu, usia dan kadar hemoglobin ibu. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar nikotin tali pusat sebesar 1,3±2,5 ng/ml. Berat lahir dan berat plasenta bayi dari ibu yang mendapat pajanan asap rokok lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak mendapat pajanan asap rokok. Pajanan asap rokok secara signifikan mengurangi berat lahir bayi sebesar 205,6 gram (pvalue = 0,005) dan berat plasenta sebesar 51 gram (p value=0,010).

This cohort study examined the effect of secondhand smoke exposure in pregnant women on fetal growth restriction. The study recruited 128 pregnant women in the third trimester pregnancy, single pregnancy, no chronic illness, non-active smokers, non-exsmokers, and who were willing to participate in the study. Pregnant women with the secondhand smoke exposure referred to those with the umbilical cord blood nicotine level of 1ng/ml or higher. Fetal growth disorder was assessed according to the newborn weight, length, head circumference, and palcental weight measured immediately after birth. The independent t-test analysis was used to determine the difference in average size of fetal growth between two groups of pregnant women: exposed and the notexposed to the secondhand smoke. A multiple linear regression analysis was employed to find out the effect of secondhand smoke exposure on birth weight, length, head circumference, and palcental weight controlling for the birth size confounders including weight gain during pregnancy, body mass index, parity, maternal age, and maternal hemoglobin. The study found that mean of nicotine in umbilical cord blood was 1.3±2.5 ng/ml, the birth weight and the placental weight of infants were lower among mothers who exposed than among mothers who did not expose to the secondhand smoke. Exposed to the secondhand smoke reduced the birth weight by 205.6 grams (p value = 0.005) and placental weight by 51 grams (p value=0.010). "
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Mairani
"Polusi udara dikaitkan dengan jutaan kematian prematur di seluruh dunia dan 20 di antaranya bersifatpernafasan berasal dari polusi udara outdoor dan indoor dalam bentuk partikel serta gas. Pajanan PM2,5 danformaldehid yang berasal dari dalam ruang memiliki efek kesehatan sejak dini pada anak-anak, karenaanak-anak merupakan kelompok rentan dan selama anak dalam proses pengembangan paru-paru dapatmenyebabkan dampak jangka panjang pada fungsi paru. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasihubungan pajanan Particulate Matter 2,5 PM2,5 dan formaldehid terhadap gangguan fungsi paru padasiswa Sekolah Menegah Pertama Kota Depok. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yangdilaksanakan pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 160 siswa dengan metode simpel randomsampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berumur 13-15 tahun berisiko mengalami gangguanfungsi paru 2,9 kali dengan IMT tidak normal dan mayoritas perokok pasif serta dengan aktifitas fisik yangkurang atau jarang dilakukan siswa. Pajanan PM2,5 >NAB 35 ? g/m3berisiko 7.2 kali mengalami gangguanfungsi paru pada siswa di sekolah yang berada dekat jalan raya dan konsentrasi formaldehid tinggi berisiko1,6 kali mengalami gangguan fungsi paru pada siswa di sekolah dekat jalan raya dengan kondisi ventilasiyang tidak memenuhi syarat, suhu dan kelembaban tidak normal di sekolah. Perlu dilakukan pengendalianrisiko pencemaran udara dilingkungan sekolah dengan menjauhi atau membatasi diri dari sumber polusiudara.Kata kunci: PM2,5, Formaldehid, Gangguan fungsi paru.

Air pollution is associated with millions of premature deaths worldwide and 20 of them are respiratoryfrom outdoor and indoor air pollution in the form of particles and gases. Exposure to PM2.5 andformaldehyde derived from space has an early health effect on children, as children are a vulnerable groupand during childhood in the lung development process can cause long term effects on lung function. Thisstudy aims to identify the exposure relationship of Particulate Matter 2.5 PM2,5 and formaldehyde to lungfunction impairment in Depok State Junior High School students. This study uses a cross sectional studyconducted in March May 2018. The number of samples as many as 160 students with a simple randomsampling method. The results showed that students aged 13 15 years are at risk of impaired lung function2.9 times with abnormal BMI and the majority of passive smokers and with less physical activity or rarelydo students. Exposure of PM2.5 NAB 35 g m3 at risk 7.2 times impaired lung function in students atschools located near the highway and high formaldehyde concentrations at risk of 1.6 times impaired lungfunction in students at schools near highway with no ventilation conditions Eligible, temperature andhumidity are not normal at school. It is necessary to control the risks of air pollution within the schoolenvironment by avoiding or restricting themselves from sources of air pollution.Key words Particulate Matter2,5, Formaldehyde, Lung Function.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gelora Jelang Takbira Mulia
"Tesis ini membahas hubungan antara pajanan polusi udara yakni particulate matter (PM)2,5 dan jumlah koloni bakteri udara dalam ruang kelas terhadap gangguan fungsi paru pada siswa tiga sekolah dasar yang ada di Jakarta Barat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang berdesain cross-sectional, dengan variabel lainnya yakni umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, status gizi, kepadatan siswa, ventilasi, suhu dan kelembaban ruang kelas. Metode penelitian menggunakan alat ukur Haz-Dust EPAM 5000 untuk pengukuran PM2,5, MAS 100 NT untuk pengukuran total koloni bakteri, dan spirometri untuk pengukuran fungsi paru, serta kuesioner untuk pengukuran variabel lainnya. Hasil penelitian yakni ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 terhadap gangguan fungsi paru namun tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri udara dalam ruang dengan gangguan fungsi paru. Berdasarkan hasil dari penelitian menyarankan kepada sekolah agar dapat memperbaiki kualitas kesehatan siswa dengan cara memantau dan mengimplementasikan gerakan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah, kemudian diharapkan agar program sekolah sehat dapat ditingkatkan dengan memberikan promosi kesehatan kepada siswa di lingkungan sekolah, dapat bekerja sama dengan badan lingkungan hidup terkait pengendalian pencemaran udara di sekolah dengan cara melakukan pengukuran polusi udara di sekolah untuk mengetahui tingkat risiko dari pajanan yang dihasilkan di area sekolah.

This study discusses the relationship between exposure about (particulate matter) PM2,5 and the number of airborne bacterial colonies in classrooms to lung function disorders in students in three elementary schools in West Jakarta. This research is quantitative cross-sectional design, with other variables like age, gender, physical activity, nutritional status, student density, ventilation, temperature and humidity of the classroom. Measurement of PM2,5 using Haz-Dust EPAM 5000, measurement of total colony bacteria using MAS 100 NT and lung function with spirometry, and also questionnaires. The results of the study were that there was a significant relationship between PM2.5 concentration and lung function disorders but no significant association was found between the number of airborne bacterial colonies in classroom and lung function disorders. Based on the results of the study suggest suggest that schools can improve the quality of students health by monitoring and implementing healthy clean behavioral movements in schools, healthy school programs can be improved by providing health promotion to students in the school environment, can work with environmental agencies related to control air pollution in schools to determine the level of risk of exposure generated in the school area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Wijayanto
"PW10 adalah salah satu indikator pencemaran udara yang lazim digunakan saat ini. Pencemaran udara oleh PK° di luar ruangan terjadi akibat kegiatan industri, polusi kendaraan bermotor, pembukaan hutan dengan cara dibakar, letusan gunung berapi dan instalasi pembangkit tenaga listrik. Pabrik batako sebagai salah satu industri kecil, berpotensi menyumbang PM10 di lingkungan kerja, yang jika tidak diwaspadai dapat merugikan kesehatan pekerja, diantaranya gejala infeksi saluran penafasan akut (ISPA).
Desain study cross sectional digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pajanan PM10 pabrik batako dengan gejala ISPA pada pekerja pabrik batako di Kabupaten Banyuasin. Sebanyak 165 pekerja dari 30 pabrik batako menjadi responden dalam penelitian ini. Pengukuran konsentrasi PM1o pabrik dan parameter lain, seperti kelembaban udara, kepadatan rumah, luas ventilasi, karakteristik responden, seperti umur, status gizi dan kebiasaan merokok serta gejala ISPA diukur dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bemakna antara PK10 dan gejala ISPA pekerja pabrik batako (p=000, OR=7,60). Juga ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan gejala ISPA (p=0,002, 0R=4,42) dan kelembaban rumah dengan gejala ISPA (p=0,009, OR.=3,18). Pemerintah dan pihak terkait perlu melakukan pernantauan terhadap kualitas udara pabrik batako dan melakukan penyuluhan untuk mencegah atau meminimalkan darnpak kesehatan yang mungkin terjadi akibat pencemaran udara pada pabrik batako.

PM10 is air pollution indicator which often used for ambient particulate. Air pollution caused by PM10 in out of room is able to be caused by industry activities, vehicle pollution, forest for burning, mountains eruption and generator instalation. A brick factory has a great chance to contribute PIN/110 on its environment. It would have a bad health impact, among other thing is symptom of ARI (Accute Respiratory Infection).
Cross sectional study used in this research aims to know about relationship between PK° exposure of brick factory with ART symptom on its worker in Banyuasin Regency. 165 workers from 30 brick factory became respondent in this research. Besides, PMID concentration measuring of brick factory and others parameter was tested, such as air humidity, house density, large of ventilation, including respondent characteristic ( ages, nutrient status, smoking habit).
The result of this research indicates that Pivlio has strong relationship with ART symptom of brick factory workers (p=000, OR=7,60), then smoking habit variable (p=0,002, OR=4,42) and house humidity (p-- 1,009, OR=3,18). Brick factory workers with standard PMio concentration has a great chance to have ART symptom 7,6 times higher than a factory with low PK') concentration. Smoking habit of the workers will have chance 4,5 times higher to have ARI symptom than un-smoking workers. And for the workers who live in un-fulfill humidity area have a big chance to have ARI symptom 3 times higher than they who live in standard humidity house. In this research, hope the government and related instances are monitoring to the air quality of brick factory and giving much information to avoid and minimize bad health impact which might be caused by air pollution in brick factory.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34333
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dewi Shafira
"ISPA masih menjadi tantangan besar di Indonesia karena menjadi salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang serta menjadi penyakit dengan kunjungan puskesmas sekitar 40%-60% di seluruh kalangan umur. Kasus ISPA juga selalu masuk kedalam 10 jenis penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah dan Paparan asap rokok dengan kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Srengseng Sawah. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang dengan jumlah responden 115 rumah tangga. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara kuesioner. Uji statistik yang digunakan yaitu uji kai kuadrat dan uji regresi logistik ganda. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat tiga variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian ISPA diantaranya yaitu luas ventilasi (p-value = 0.001), kepadatan hunian (p-value = 0.037) dan jumlah anggota keluarga yang merokok ( p-value = 0.044). Analisis multivariat menunjukkan luas ventilasi merupakan faktor risiko dominan yang mempengaruhi kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah (p-value = 0.000; OR =5.465). Peningkatan terhadap kesadaran masyarakat terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan kualitas lingkungan perlu dilakukan.

ARI is still a big challenge in Indonesia. It is one of the main causes of death in developing countries and a disease with around 40%-60% of health center visits in all ages. Cases of ARI are always included in the 10 most common types of diseases in the working area of the Puskesmas Srengseng Sawah Village, Jagakarsa. The purpose of this study was to determine the relationship between the physical environment of the house and exposure to cigarette smoke with the incidence of ARI in the working area of the Srengseng Sawah Health Center. This research was conducted using a quantitative method with a cross-sectional study design with a total of 115 households as respondents. Data collection was carried out using observation techniques and questionnaire interviews. The statistical test used is the chi-square test and the multiple logistic regression test. The results of statistical tests show that there are two variables that have a significant relationship with the incidence of ARI including ventilation area (p-value = 0.001), occupancy density (p-value = 0.037), and number of family members who smoke (p-value = 0.044). Multivariate analysis showed that ventilation area was the dominant risk factor influencing the incidence of ARI in the working area of the Puskesmas Srengseng Sawah (p-value = 0.000; OR =5.465). It is necessary to increase public awareness regarding clean and healthy living behavior and environmental quality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>