Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ay ly Margaret
"Tujuan: Mengetahui aktivitas MnSOD pada darah penderita kanker paru dengan riwayat merokok, menilai hubungan aktivitas MnSOD dengan stres oksidatif dan genotipe MnSOD.
Metode: Penelitian ini adalah studi kasus kontrol. Sampel yang digunakan adalah set leukosit dari 20 pasien kanker paru di RS Persahahatao Jakarta, Kontrol adalah 50 pcrokok dan 50 non perokok dari pabrik pulp di Tangerang. Pcmeriksaan aktivitas spesifik MnSOD berdasarkan prinsip penghambatan terhadap xantin oxidase. untuk menghambat Cu/ZnSOD perlu ditambahkan natrium sianida 5 mM pada sampel lalu diinkubnsi 5 menit pada suhu ruang. Kadar MDA plasma ditcntukan berdasarkan reaksi dcngan asam tiobarbituat membentuk produk berwama merah sesuai metod: Wills, pengukuran kadar karbonil plasma menggunakan metode modifikasi Levine. Aktivitas spesifik katalnse ditentukan berdasarkan penguraian H2O2 yang terjadi menglkuti metode modiflkasi Mates. Pemeriksaan genotype menggunakan metode PCR-RFLP dengan NgoMIV sebagai enzim restriksi.
Hasil: Kadar MDA plasma pada paslen kanker paru kbih rcndah cJibundingk0-n konlrol (p*"0,479). Hal ini merupakan konsekuensi dari progresivitas tumor mekanisme yang menyebabkan belum jelas). mekanisme adaptasi terhadap stres oksidatif atau digunakan sebagai sumber pcmbentukan oksidasi protein. Kadar karbonil plasma pada pasien kanker paru lebih tinggi dibandingkan konfrol (p=0.003), Hal ini menandakan sistem antloksidan telah jenuh dengan ROS yang tinggi dl jaringan paru, juga menandakan kerusakan sel yang lebih luas dan berat. Aktivitas spesifik katalase pada darah penderita kanker paru lebih rendah daripada ke!ompok kontrol (p=0.036). Hal ini mungkin disebabkan oleh ROS di jaringan yang tinggi atau karcna telah terjadi kerusakan oksidatif pada protein. Aktivitas spesifik MnSOD pada pusien kanker paru lebih rendah datipada kontrol (p=0,000). Hal ini menunjukkan enzim MnSOD telah jenuh oleh ROS yang banyak, kerusakan oksidatif pada protein MnSOD. atau gangguan transpor MnSOD, Aktivitas spesifik MnSOD pada perokok juga lebih rendah dilbandingkan dengan non perokok, Hal ini menunjukkan bahwa pajanan asap rokok yang kontinu mcningkatkan pruduksi ROS sehingga aktivitas enzim menurun. Studi ini menemukan genotipe Val/val dan Val/Ala pada kelompok kanker paru (80% dan 20%), pada perokok (90% dan 10%), dan non perokok (100% dan 0%). Kami tidak menemukan genotipe Ala/Ala pada kelompok kasus dan kontrol. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara genotipe dengan aktivitas spesifik MnSOD.
Kesimpulan: Kebiasaan metokok mempengaruhi aktivitas spesifik MnSOD di darah. Penyakin kanker paru dengan kebiasaan merokok mempengaruhi aktivitas spesifik MnSOD di darah. Perubahan aktivitas spesifik MnSOD berkorelasi lemah dengan kerusakan oksidatif baik pada kelompok kanker paru, kontrol perokok, dan non perokok. Tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas spesifik MnSOD dengan genotipe MnSOD Ala16Val pada kekompok kanker paru dan kontrol. Aktivitas spesifik MnSOD dalam darah dapat diusulkan sebagai petanda dini karsinogenesis paru pada perokok."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T32017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markus Yovian Widjaja Lomanto
"Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) merupakan kanker dengan tingkat kematian tertinggi dan merokok merupakan faktor risiko utama dari kanker ini. Diketahui bahwa selain memicu terjadinya karsinogenesis, merokok juga berpotensi meningkatkan keganasan dari KPKBSK. Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa terdapat dua jenis mikro-RNA (miRNA) yang berasosiasi dengan keganasan KPKBSK yaitu miR-10b-5p dan miR-320b. Penelitian ini bertujuan untuk mengeanalisis ekspresi miR-10b-5p dan miR-320b pada vesikel ekstraseluler (VE) dari pasien KPKBSK terkait dengan kebiasaan riwayat merokok dari pasien. Sampel yang dianalisis adalah sampel jaringan dan darah dari pasien KPKBSK (n=21) dengan riwayat merokok dan tidak merokok. VE diisolasi dari plasma dan berikutnya dilakukan isolasi miRNA dari VE yang diperoleh. Ekspresi relatif miRNA dianalisis dan kemudian dibandingkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa miR-10b-5p dan miR-320b pada VE dapat membedakan pasien KPKBSK dengan riwayat merokok dan tidak merokok. Ditemukan bahwa miR-10b-5p pada VE memiliki tingkat ekspresi lebih tinggi pada perokok, sementara tingkat ekspresi miR-320b ditemukan lebih rendah pada pasien KPKBSK perokok. Di samping itu, analisis ROC juga menunjukkan bahwa VE (AUC 0,878; 0,739) merupakan sumber miR-10b-5p dan miR-320b yang lebih baik untuk digunakan dalam analisis dibanding plasma (AUC 0,629; 0,559). Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa miR-10b-5p dan miR-320b pada VE adalah memiliki potensi untuk digunakan sebagai biomarker prognosis untuk pasien KPKBSK dengan riwayat merokok.

Non-small cell lung cancer (NSCLC) is the cancer with highest mortality and smoking is a well-known risk factor of this cancer. This study aimed to evaluate the potential of extracellular vesicles (EVs) miRNAs to be utilized in liquid biopsy for diagnosing NSCLC in smokers. It has been reported that other than inducing carcinogenesis, smoking could also contribute to induce the malignancy of NSCLC. Previous study has found 2 micro-RNAs (miRNAs), the miR-10b-5p and miR-320b which contribute to NSCLC malignancy. Therefore, this study aimed to analyze the expression of miR-10b-5p and miR-320b in EVs from NSCLC patients in relation to their smoking behavior.  Tissue and blood samples were collected from NSCLC patients (n=21) with smoking and non-smoking history. EV was isolated from plasma and miRNAs were extracted from the isolated EV. The miRNAs relative expression was analyzed and then compared. The results showed that plasma EV’s miR-10b-5p and miR-320b could differentiate the NSCLC patients with smoking and non-smoking history. EV’s miR-10b-5p was found overexpressed in smoker NSCLC patients, while miR-320b expression was lower in smoker NSCLC patients. Additionally, ROC analysis also showed that plasma EV (AUC 0,878; 0,739) was more suitable source of miR-10b-5p and miR-320b to be analyzed than plasma (AUC 0,629; 0,559). These results also suggest that EV’s miR-10b-5p and miR-320b are potential prognosis biomarker to be utilized for smoker NSCLC patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Arif Pratama
"Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah penyakit kanker yang sering menyerang perempuan di dunia. Salah satu faktor pencetus penyakit kanker ini adalah perilaku merokok. Presentase perilaku merokok pada perempuan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh perilaku merokok terhadap kejadian kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data Riskesdas 2013. Sampel penelitian ini adalah wanita berusia lebih dari 20 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kanker serviks adalah 0,12(0,09-0,14) dan terdapat pengaruh antara perilaku merokok dengan kejadian kanker serviks di Indonesia tahun 2013 setelah dilakukan pengontrolan terhadap variabel konfounding. Faktor yang menjadi konfounding adalah umur, usia pertama kali berhubungan seksual, menggunakan pil KB, dan sosial ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi berupa Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang bahaya merokok dan penyakit kanker serta diperlukan kebijakan yang kuat untuk regulasi terkait tembakau.

Cervical cancer is often attacks women in the world. One of the creators cancer this is smoking behavior. The percentage of smoking behavior in women increased every year. The study is done to identify the effects of smoking behavior against cervical cancer. This research uses design cross sectional study and the data riskesdas 2013. The sample it is a woman age of more than 20 years meet the criteria inclusion and exclusion.
The result showed that prevalence of cervical cancer is 0,12 ( 0,09-0,14 ) and there is influencebeteen smoking behavior with the incidence cervical cancer in indonesia 2013 after variables confounding were controlled. Confounding variables are age, the first have sex, using pills, and socioeconomic. Hence, required intervention of communication, information, and education ( kie ) about the dangers of smoke and cancer policy and require strong related regulations tobacco.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Armenda
"Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak ke-4 yang didiagnosis pada wanita di dunia. Kanker seviks utamanya disebabkan oleh infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) tipe high risk. Merokok merupakan salah satu kofaktor yang menyebabkan perkembangan infeksi HPV berkembang menjadi lesi prakanker dan kanker serviks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan merokok dengan terjadinya lesi prakanker serviks pada wanita usia 25-64 tahun di daerah perkotaan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Riset PTM 2016, dengan jumlah sampel 37.972 responden. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik setelah dikontrol variabel kovariat menemukan bahwa pada wanita perokok aktif didapatkan POR 0,862 (95% CI: 0,687– 1,083) dan pada wanita mantan perokok didapatkan POR 0,927 (95% CI; 0,719-1,119) dengan pvalue > 0,05, yang dapat diartikan bahwa pada penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara merokok aktif dan riwayat dulu pernah merokok dengan terjadinya lesi prakanker serviks. Hasil penelitian ini masih dipengaruhi oleh bias temporal sehingga penggunaan data dari desain cross sectional tidak bisa menjelaskan hubungan kausalitas antara merokok dengan lesi prakanker serviks.

Cervical cancer is the 4-th most common type of cancer diagnosed in women in the world. Cervical cancer is mainly caused by high risk infection of Human Papilloma Virus (HPV). Smoking is one of the cofactors that cause the development of HPV infection into precancerous lesions and cervical cancer. The purpose of this study was to determine the relationship between smoking and the occurrence of cervical precancerous lesions in women aged 25-64 years in urban areas in Indonesia. This study used a cross-sectional study design using secondary data from the 2016 NCD’s Research, with total 37,972 subjects. The results of multivariate analysis using logistic regression shows that there was no significant assosiations between smoking and cervical precancerous lesions, with adjusted POR = 0.862 (95 % CI: 0.687–1.083) in current smoker and adjusted POR = 0.927 (95% CI; 0.719-1.119) for former smoker with a p-value > 0.05, which means that there is no relationship between current active smoking and former smoking with cervical precancerous lesions. This study was still influenced by temporal bias because of using data from a cross-sectional study is not valid to explain the causal relationship between smoking and cervical precancerous lesions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Belia Fathana
"Latar Belakang : Merokok masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Merokok menjadi faktor risiko bagi penyakit kanker paru dan PPOK. Hubungan antara kanker paru dan PPOK masih terus dikaji. Komorbiditas PPOK pada kanker paru dapat mempengaruhi proses diagnostik, tatalaksana serta managemen akhir kehidupan pasien kanker paru.
Metode : Penelitian ini adalah studi potong lintang analitik yang dilakukan di poliklinik onkologi paru RSUP Persahabatan selama periode Agustus 2018 sampai dengan April 2019 terhadap pasien kanker paru kasus baru yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil : terdapat 52 subjek yang diteliti dan didapatkan 76,9% adalah laki-laki dan perokok (71,2%), jenis kanker paru yang paling banyak ditemukan ialah kanker paru karsinoma bukan sel kecil (98,1%), sebagian besar stage 4 (88%) dan tampilan klinis 1 (50%). Prevalens PPOK berdasarkan pemeriksaan spirometri menurut kriteria PNEUMOMOBILE ialah 46,2% dan prevalens emfisema berdasarkan pemeriksaan CT-scan toraks ialah 30,8%.. Subjek kanker paru yang menderita PPOK 91,7% termasuk kedalam obstruksi derajat sedang (GOLD 2) serta memiliki kelainan faal paru campuran obstruksi dan restriksi ( 70,8%). Subjek yang menderita emfisema terbanyak menderita emfisema jenis sentrilobular (43,7%). Terdapat hubungan antara letak lesi sentral terhadap beratnya obstruksi yang diukur melalalui nilai VEP1 pada subjek PPOK dan emfisema.
Kesimpulan : PPOK pada kanker paru terutama ditemukan pada laki-laki, perokok serta jenis kanker yang paling banyak diderita ialah adenokarsinoma. Emfisema yang paling banyak diderita ialah jenis sentrilobular yang secara umum banyak didapatkan pada perokok.

Background: Smoking is one of risk factors in both of lung cancer and chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Comorbidity of COPD among lung cancer patients generally influenced outcome of their quality of life, diagnostic procedures, treatments, and end of life managements.
Methods:This analytical cross-sectional study involved newly diagnosed lung cancer cases admitted to the oncology clinics of Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia between August 2018 and April 2019. Patients who met the study criteria were consecutively included. Spirometric evaluation of airway obstruction and COPD was based on PNEUMOBILE and GOLD criteria. Radiological evaluation of emphysema was based on thorax CT-scan.
Results:Subjects were 52 lung cancer patients and most of them were males (76.9%) and smokers (71.2%). Most of them were diagnosed as non-small cell lung cancer (NSCLC) (98.1%), were in end-stage of the disease (88.0%) and were in performance status of 1 (50.0%). The prevalence of COPD and emphysema was 46.2% and 30.8%, respectively. Most of the COPD subjects (91.7%) experienced moderate airway obstruction (GOLD 2), along with mixed obstruction-restriction spirometric results (70.8%). Centrilobular emphysema was common (43.7%) radiological finding in this study. Degree of obstruction by spirometry (VEP1)and detection of central tumor lesion by thorax CT-scan in COPD and emphysema subjects was found to be correlated.
Conclusion:COPD in lung cancer was found in males, smokers, and NSCLC patients. Centrilobular emphysema was commonly found in this study, particularly in smoker sub-group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Sandi Sumardi Wiranegara
"Kanker ovarium masih menempati urutan kedua terbanyak dalam keganasan ginekologi dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan. Banyak bukti menunjukkan bahwa kanker ovarium umunya dalam pengaruh stress oksidatif. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas stress oksidatif melalui pengukuran enzim Superoxide Dismutase (SOD) dan kadar Malondialdehyde (MDA) pada penderita keganasan ovarium dibandingkan dengan penderita tumor jinak ovarium. Penelitian dilakukan dengan uji potong-lintang yang dilaksanalan di Ruang Rawat Kebidanan Ginekologi RSCM Jakarta, RS Persahabatan Jakarta dan RS Fatmawati Jakarta pada Juli hingga Desember 2018. Seluruh penderita keganasan ovarium dan penderita tumor jinak ovarium yang memenuhi kriteria diikutsertakan dalam penelitian ini. Darah penderita tumor ovarium diambil sebelum dilakukan operasi, lalu sampel dilakukan pengukuran kadar SOD dan MDA. Terdapat 35 penderita keganasan ovarium dan 43 penderita tumor jinak ovarium yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Rerata atau median kadar SOD dan MDA pada penderita keganasan ovarium adalah 1,23 (0,24-5,709) dan 0,803 ± 0,316 , sementara rerata atau median kadar SOD dan MDA pada penderita tumor jinak ovarium adalah 0,488 (0,101-1,86) dan 0,634 ± 0,266. Terdapat perbedaan kadar SOD dan MDA yang bermakna antara kedua kelompok. Terdapat perbedaan kadar SOD yang bermakna antara penderita keganasan ovarium stadium awal dengan penderita keganasan ovarium stadium lanjut. Sementara pada pemeriksaan MDA tidak terdapat perbedaan bermakna antara penderita stadium awal dengan stadium lanjut. Kesimpullan pada penelitian ini terdapat perbedaan kadar SOD dan MDA yang bermakna antara penderita keganasan ovarium dengan penderita tumor jinak ovarium.

Ovarian cancer is the leading cause of death due to gynecological malignancies among women. A lot of evidence shows that ovarian cancer is generally influenced by oxidative stress. In this study aims to determine the activity of SOD enzymes and MDA levels in patients with ovarian malignancies and patients with benign ovarian tumors. The study was conducted by cross-sectional tests carried out in the RSCM Jakarta Gynecology Obstetric Room and Persahabatan Hospital Jakarta and Fatmawati Hospital Jakarta in July to December 2018. All patients with ovarian malignancies and patients with benign ovarian tumors who met the criteria were included in this study. Blood from ovarian tumor patients taken before surgery, then the samples were measured for SOD and MDA levels. There were 35 ovarian malignancies and 43 patients with benign ovarian tumors included in the study. The mean or median level of SOD and MDA in patients with ovarian malignancy is 1.23 (0.24 - 5.709) and 0.803 ± 0.316, while the mean or median level of SOD and MDA in patients with benign ovarian tumors is 0.488 (0.101-1.86) and 0.634 ± 0.266. There were significant differences in SOD and MDA levels between the two groups. There were significant differences in SOD levels between patients with early-stage ovarian malignancies and those with advanced ovarian malignancies. While on MDA examination there were no significant differences between patients with early stages with advanced stages. Conclusion in this study were significant differences in SOD and MDA levels between ovarian malignancies and patients with benign ovarian tumors"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Septelia Inawati Wanandi
"Although the most common cause of lung cancer is long-term exposure to tobacco smoke, the role of genetic factor for the cell defense mechanism, such as MnSOD, should also be considered. This study aims to analyze the expression and genotype of MnSOD in lung cancer cells of smoker patients. Samples were normal and lung cancer cells of patients operated in Persahabatan Hospital from May to December 2008, as well as lung cancer cells extracted from FFPE collection. Leukocyte cells of healthy smoker subjects were used as controls. The MnSOD mRNA expression was analyzed using Real Time RT-PCR and the specific activity using xantin oxidase inhibition assay. The genotyping was performed using PCR-RFLP.
The result showed that the MnSOD specific activity in lung cancer of smoker patients is higher than in leukocyte cells of smoker controls. Compared to the expression of MnSOD in the normal lung cells of patients, in the lung cancer cells the level of MnSOD mRNA was lower, whereas its specific activity was higher (1.988 times). The samples from lung cancer patients have a Val/Val genotype frequency of 100%. In this study, we could conclude that MnSOD expression is altered in lung cancer cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Electra Amara Florence
"Latar Belakang: Kanker payudara triple negatif dikenal sebagai jenis kanker yang memiliki prognosis yang lebih buruk daripada jenis kanker payudara lainnya karena kurangnya terapi target dan tingkat kekambuhan dini dan metastasis yang lebih tinggi. Manganese superoxide dismutase (MnSOD), pertahanan utama melawan superoksida, telah ditemukan untuk memiliki peran ganda dalam kanker. Meskipun MnSOD mungkin memiliki peran penekan tumor pada tahap awal tumorigenesis, MnSOD akan kemudian mempunyai peran penting untuk kelangsungan hidup sel kanker saat tumor berkembang. Sel punca kanker, ditemukan dalam tingkat yang tinggi dalam kanker payudara triple negatif, adalah subpopulasi sel tumor yang memiliki kapasitas tumorigenisitas dan stress oksidatif yang tinggi. Sel punca kanker mengekspresikan faktor transkripsi seperti Oct4 dan Sox2 yang mengatur gen yang diperlukan untuk pembaruan diri dan pluripotensi sel punca kanker ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penekanan ekspresi MnSOD melalui gen knockout terhadap pluripotensi sel punca kanker payudara triple negatif dengan mengukur ekspresi protein Oct4 dan Sox2.
Metode: Penelitian ini menggunakan satu kelompok kontrol BT-549 sel punca kanker payudara triple negatif dan dua kelompok BT549 sel punca kanker payudara triple negatif yang telah diberi perlakuan knockout gen MnSOD. Untuk setiap kelompok sampel, tiga pasase digunakan (P2, P3, P4). Protein Oct4 dan Sox2 yang diekspresikan oleh setiap pasase dari setiap kelompok dideteksi menggunakan Western blot dan area pita masing-masing protein kemudian dianalisis menggunakan program ImageJ.
Hasil: Ditemukan adanya tren penurunan ekspresi protein Oct4 dan tren peningkatan ekspresi protein Sox2.
Kesimpulan: Penekanan ekspresi MnSOD mungkin bisa menjadi target untuk mengubah tingkat pluripotensi sel punca kanker payudara triple negatif melalui interaksi tidak langsung dengan Oct4 dan Sox2.

Introduction: Triple negative breast cancer is considered to have a poorer prognosis than other subtypes of breast cancer due to the lack of targeted therapies and its higher rate of early recurrence and distant metastasis. Manganese superoxide dismutase (MnSOD), the primary defense against superoxides, have been found to have a dual role in cancer. Although MnSOD may have a tumor-suppressing role in the early stages of tumorigenesis, it later becomes essential for the survival of the cancer cells as the tumor progresses. Cancer stem cells (CSCs), enriched in triple negative breast cancer, are a population of tumor cells that possess high capacity of tumorigenicity and oxidative stress. They express transcription factors such as Oct4 and Sox2 which regulate genes necessary for the self-renewal and pluripotency of these CSCs. This study aims to determine the impact of suppressing MnSOD expression through gene knockout on the pluripotency of triple negative breast cancer stem cells by measuring Oct4 and Sox2 protein expression.
Methods: A control group of wild type BT-549 BCSCs and two groups of treated BT549 BCSCs were used in this study, with the treated groups having their MnSOD gene knocked out. For each group of samples, three passages were used (P2, P3, P4). The Oct4 and Sox2 proteins expressed by each passage number from each group were detected using Western blot and their respective area densities were then analyzed using the ImageJ program.
Results: There was a decreasing trend in Oct4 protein expression and an increasing trend in Sox2 protein expression.
Conclusion: Suppression of MnSOD expression may be a target to alter the pluripotency of triple negative BCSCs through its indirect interaction with Oct4 and Sox2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Aqilla Rhania
"Pendahuluan: Kanker payudara triple-negatif merupakan subset keganasan yang menantang terkait dengan prognosis buruk akibat rendahnya ekspresi HER2 dan reseptor hormon, yang mengakibatkan kurangnya modalitas terapi yang ditargetkan secara spesifik. Selain itu, bagian dari keganasan ini mempunyai tingkat kekambuhan dini dan metastasis yang tinggi. Manganese superoxide dismutase (MnSOD), suatu enzim yang sangat penting untuk keseimbangan redoks, terlibat dalam tumorigenesis karena peran gandanya. Awalnya, MnSOD bertindak sebagai penekan tumor selama tumorigenesis awal, namun perannya bergeser seiring perkembangan penyakit. Kanker payudara triple-negatif diperkaya dengan subpopulasi sel dengan potensi tumorigenik tinggi dan stres oksidatif yang dikenal sebagai sel punca kanker. Sel-sel ini mengekspresikan faktor transkripsi Oct4 dan Sox2, yang mengatur pembaruan diri dan kepuncaan. Studi ini menyelidiki efek penekanan ekspresi MnSOD melalui KO gen CRISPR/Cas9 pada sel punca kanker BCSC triple-negatif dengan mengukur ekspresi mRNA OCT4 dan SOX2. Metode: Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol BCSC tripel-negatif BT-549 tipe wild-type dan dua kelompok BT-549 KO MnSOD yang diberi perlakuan. Untuk setiap kelompok, tiga sampel ulangan digunakan. Ekspresi mRNA OCT4 dan SOX2 di setiap kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dideteksi oleh RT-qPCR. Hasil masing-masing dihitung dengan Metode Livak untuk mengekstraksi rasio ekspresi. Uji T dua sampel dilakukan untuk menghitung signifikansinya. Hasil: Temuan ini menunjukkan tren penurunan ekspresi SOX2 dan ekspresi mRNA OCT4 yang tidak konsisten. Kesimpulan: Penekanan MnSOD dapat menjadi target potensial untuk mengubah sifat pluripotensi BCSC triple-negatif dengan memberikan efek tidak langsung pada ekspresi mRNA OCT4 dan SOX2.

Introduction: Triple-negative breast cancer represents a challenging subset of malignancy associated with poor prognosis due to low expression of HER2 and hormone receptors, resulting in the lack of specific targeted therapeutic modalities. Additionally, this subset of malignancy acquires a high rate of early recurrence and metastasis. Manganese superoxide dismutase (MnSOD), an enzyme paramount for redox balance, is implicated in tumorigenesis by its dual role. Initially, MnSOD acts as a tumor suppressor during early tumorigenesis, but its role shifts as the disease advances. Triple-negative breast cancer is enriched with a subpopulation of cells with high tumorigenic potential and oxidative stress known as cancer stem cells (CSC). These cells expressed Oct4 and Sox2 transcription factors, which regulate self-renewal and stemness. This study investigates the effect of suppressing MnSOD expression through CRISPR/Cas9 gene knockout on the stemness of triple-negative BCSCs by measuring OCT4 and SOX2 mRNA expression. Methods: This study utilized a control group of wild-type BT-549 triple-negative BCSCs and two treated groups of MnSOD-knockout BT549 BCSCs. For each group, three replicate samples were used. The mRNA expression of OCT4 and SOX2 in each control and treated group was detected by RT-qPCR. Their respective results were calculated by the Livak Method to extract the expression ratio. A two-sample T-test was performed to calculate the significance. Results: The findings demonstrate a decreasing trend of SOX2 expression and an inconsistent OCT4 mRNA expression. Conclusion: MnSOD suppression may present as a potential target for altering the pluripotency properties of triple-negative BCSCs by exerting an indirect effect on OCT4 and SOX2 mRNA expression."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca Darryl Cynthia
"Kanker kolorektal merupakan kanker di kolon dan rektum dan termasuk kanker terbanyak keempat di Indonesia dengan insidensi sekitar 34.000 kasus setiap tahunnya. Salah satu faktor risiko kanker kolorektal adalah merokok yang mengandung banyak zat karsinogen, salah satunya nikotin. Nikotin bisa meningkatkan proliferasi sel, memicu mutasi DNA, inflamasi sistemik, dan menyebabkan stres oksidatif pada jaringan kolorektal, tetapi penelitian mengenai gambaran kebiasaan merokok pada pasien kanker kolorektal di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pasien kanker kolorektal usia 40-70 tahun di Indonesia secara spesifik di RS Cipto Mangunkusumo. Desain penelitian ini adalah potong lintang deskriptif dan penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner yang diadaptasi dari “Kuesioner Individu Riskesdas 2018” melalui Google Form kepada pasien kanker kolorektal usia 40-70 tahun yang terdata di rekam medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo lalu hasil kuesioner tersebut dianalisis lebih lanjut. Terdapat 51 subjek penelitian yang menjawab pertanyaan kuesioner hingga selesai dan lengkap. Terdapat 17 dari 51 pasien (33,3%) yang memiliki riwayat merokok sebelumnya, 5 dari 12 pasien (41,7%) yang menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari, 11 dari 17 pasien (64,7%) yang durasi merokoknya lebih dari 30 tahun, dan jenis rokok yang paling banyak dihisap adalah rokok kretek (41,2%).

Colorectal cancer is cancer in the colon and rectum and the fourth most common cancer in Indonesia with an incidence of around 34.000 cases each year. One of the risk factors for colorectal cancer is smoking that contains many carcinogenic, for example nicotine. Nicotine can increase cell proliferation, trigger DNA mutations, systemic inflammation, and cause oxidative stress in colorectal tissue but research regarding the description of smoking habits in colorectal cancer patients in Indonesia is still very limited. This study aims to determine the smoking habits of colorectal cancer patients aged 40-70 years in Indonesia specifically at Cipto Mangunkusumo Hospital. The design of this research was cross sectional descriptive and was carried out by distributing questionnaires adapted from the “Kuesioner Individu Riskesdas 2018” via Google Form to colorectal cancer patients aged 40-70 years who were recorded in the Cipto Mangunkusumo Hospital medical records. There were 51 research subjects who answered the questionnaire questions completely. There were 17 of 51 patients (33,3%) who had a previous history of smoking, 5 of 12 patients (41,7%) who smoke less than 10 cigarrette per day, 11 of 17 patients (64,7%) whose duration of smoking was more than 30 years, and the type of cigarette that is most often smoked is kretek cigarettes (41,2%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>