Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathya F. Harmidy
"Pembiayaan kesehatan merupakan suatu permasalahan yang terjadi di seluruh dunia. Banyak metode dan system yang telah dikembangkan mengenai hal ini. Indonesia seperti halnya Negara lain, menghadapi masalah yang sama dalam pengembangan sislem pembiayaan kesehatan. Dihadapkan dengan keadaan saat ini dalam krisis pembiayaan kesehalan, DKI Jaya dipaksa untuk dapat mengendalikan biaya. Mendapatkan biaya satuan yang handal dalam semua RSUDnya merupakan kebutuhan dasar dalam pertahanan ekonomi, di masa system pembiayaan kesehatan yang masih kurang baik di Indonesia. Definisi dari biaya satuan yang handal merupakan kunci kesuksesan semua rumah sakit. Clinical pathways disadari oleh DKI Jaya sebagai alat esensial dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk rakyat. Pengembangan pathways ini kemudian dilanjutkan dengan kesadaran untuk perhitungan biaya tiap pathway yang ada. Dengan diketahuinya biaya ini selanjutnya untuk menganalisa efektifitas biaya per pathway pun mudah dilakukan.
Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui metoda untuk menghitung cost of treatment berbasis clinical pathway dari diagnoa yang telah dibuat oleh RSUD DKI Jaya. Kemudian dilanjutkan dengan metode untuk mengaplikasikan cost index untuk mengendalikan biaya diseluruh RSUD DKI Jaya. Angka yng didapatkan di dalam penelitian ini adalah untuk selanjutnya dapak diklarifikasikan keakuratannya dan terbuka untuk penelitian lebih jauh, karena data yang didapatkan untuk pendukung masih belum dapat dijustifikasi. Diagnosa terpiih adalah Diare Anak sebagai perwakilan penyakit medis, dan Sectio Caesaria sebagai perwakilan tindakan bedah. Kedua diagnosa terpilih karena merupakan frekuensi paling tinggi di DKI Jaya dan pelayanannya melibatkan banyak sumber daya. Budi Asih dan Tarakan adalah rumah sakit yang dipilih secara purposive sebagai perwakilan RSUD DKI Jaya.

Health financing has always been an ongoing issue in the world. There are many methods and systems that had been developed all over regarding this subject. Indonesia, like many countries, faces the same problem in developing its health financing system. Confronted with the current health care financial crisis, DKI Jaya is forced to control its cost. Setting up a reliable cost unit in its hospitals is a fundamental necessity for economic survival, given the current general conditions in Indonesia's healthcare system. Defin ion is the crucial factor for success. Clinical pathways are recognized by DKI Jaya as essential tools for delivering health services to people. Developing these pathways should then be followed by evaluating !he cost of each pathway. Once the cost of the pathway is known, analyzing the cost effectiveness of the pathway can easily be done.
The purpose of this research is to more understand the method to calculate cost of treatment based on the clinical pathways of the diagnoses that have been developed by DKI Jaya. Then followed by the method to apply cost index to control cost within DKI Jaya's hospitals. As for the values are for futher clarification and research as the supporting data are not yet justified as the best data provided. The diagnoses that are chosen are children?s Diarrhea, representingmedical treatments and Caesarian Delivery, which is representing surgical treatments. The 2 (two) diagnoses are selected as they are the highest frequency within DKI Jaya' s hospital and the treatments involve many resources. Budi Asih and Tarakan are the hospitals that are purposively chosen for the research, as representatives of all DKI Jaya's hospitals. The cost of treatment based on the clinical pathway are then analyzed with the existing conditions followed by the cost index which then is studied as it represents the variables that could effect cost of treatment and its control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20899
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miranti A.P. Kono
"Penyelengaraan program kesehatan memerlukan pengembangan sistem pembiayaan yang bersumber dari pemerintah dan masyarakat termasuk swasta yang mampu menghasilkan tersedianya tlana yang memadai. Pembiayaan dari sektor sektor swasta utamanya pembelanjaan masyarakat merupakan porsi terbesar dari pembiayaan kesetiata. Kontribusi sektor swasta dan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan adalafi sekitar 65% dan sisanya seoesar 35% dari sektor publik, Dari kontribusi sektor swasta dan masyarakat yang sekitar 65% itu, pada anak di indonesia. Demikian pula di RSUD. Tarakan dan Budhi Asih, kasus diare/GE pada tahun 2006 berada pada posisi pertama dan kedua dari tiga penyakit terbanyak kedua RSUD tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif, dengan populasi pasien yang memiliki diagnosis diare dengan dan tanpa diagnosis penyerta dan diagnosis penyulit yang terjadi pada bulan januari 2007 sampai juni 2007. Sedangkan sampelnya adalah pada kelompok umur anak-anak. Data didapat dari catatan medik pasien di bagian rekam medik RSU. Budhi Asih dan RSUD. Tarakan, sedangkan data untuk mencari unit cost pelayanan diare didapat dari bagian keuangan serta unit-unit terkait dikedua RSUD tersebut.
Dari Pene1itian ini didapatkan adanya perbedaan aalam biaya di re pada clinica pathway yang pra standard dan standard. Dimana pada diagnose diare tanpa penyerta penyulit mengalami penurunan pada clinical pathway yang sudah ditandar"sasi. Sedangkan pada Diagnosa diare dengan penyerta, penyulit terjadi kenaikan biaya pada clinical patHway yang sudah di sta darisasi. Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bervariasinya biaya dari penyakit diare sebelum menggunakan clinical pathway dan terlihat penggunaan clinical pathway yang sudah distandadsasi dapat menjadi acuan sehingga terjadi keteraturan dalam penatalaksanaan peny:akit. Namun dari segi biaya, dihasilkan suatu continous improvement dalam segi pelayanan maupun segi biayanya. Dan juga datam perhitungan cost of treatment harus mempertimbangkan variabel harga-harga yang dapat berubah tergantung kondisi perekonomian.

Health program development needs support from government as well as society which includes budget from private sector. The cost from private sector is the main contributor to our health expenses. The contributions around 65 percent and the rest 35 percent comes from public sector. From that 65 percentage mostly still using mean of payment by paying for each service (fee for service), and only 14 percent of that society is covered By health insurance.
The method is quantitative, descriptive, using all patient with indication diarrhea with or without difficulties and complication from January 2007 to June 2007. The sample is children. The data is taken from medical record department and for the unit cost on diarrhea treatment is gathered from finance department and other related department at Budhi Asih and Tarakan Hospital.
The research found differences between cost of treatment inter-hospital, intra-hospital and between cost of treatment standard and pre standard based on clinical pathway standard an pre standard. In diarrhea with no complication there's a decrease in standardize clinical Path way's cost of treatment compare to pre-standard cost of treatment. In diarrhea with difficulties a d diarrhea with difficulties complications there's an i crease in standardize clinical pathway's cost of treatment compare to pre standard cost of treatment. Based on the result, it reveals there's a variation between cost of treatment pre-standard clinical pathway witn cost of treatment standard clinical pathway and also a variation in treatment in both kind of clinical pathway. Prom the result also found that clinical pathwa standarJ:J could be used as p ttem in terms of treatment resulting in maxima quality of care. Although in standard clinical pathway there's an increase in cost of treatment. But the point o clinical pathway is not only about the cost but mainly about patient focus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20969
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggar Jito
"Desentralisasi pelayanan kesehatan mendorong terjadinya perubahan System kelembagaan Rumah Sakit di suatu daerah. Adanya UU RI No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara akan member peluang bagi Pembahan Rumah Sakit pemerintah yang sebelumnya swadana menjadi Badan Layanan Umum. Badan Layanan umum melupakan suatu badan kuasi pemerintah yang tidak bertujuan mencari Iaba, meningkatkan kualitas pelayanan public dan memberikan Fleksibilitas manajemen rumah sakit. Pembahan system kelembagaan Rumah sakit memerlukan standadsasi dalam pengelolaan keuangan Sampai saat ini biaya pelayanan kesehatan bervariasi yang disebabkan oleh tidak adanya harga standar yang berdasarkan Unit Cost dari pelayanan tersebut. Hingga Diperlukan suatu perhitungan unit Cost menurut Diagnostic Related Groups yang tersusun dalam Clinical Pathway.
Clinical Pathway merupakan suatu alat yang mampu untuk rneuinglcatkan mutu dan pengendalian biaya lcarena dapat menghindari tindakan yang tidak perlu dari suatu pelayanan di Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Cost Of treatment Tonsilelctomi berdasarkan penyusunan Clinical Palhway di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi tahun 2006. Tonsilektomi merupakan salah Satu tindakan pembedahan yang tertua, yang berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsil palatine dari fossa tonsilaris_ Di inggris tahun 1987 - 1993 telah dilalcukan 70000 - 90000 tindakan tonsilelctomi dan adenodelctomi per tahun. Sedang dari catatan medis Rumah Salcit Umum Pusat Dipilihnya Tonsilektomi dalam penelitian ini dikarenakan Salah satu tindakan Pembedahan terbanyak di Rumah Sakit dan tidak membutuhkan pemanfaatan sumber daya yang bervariasi dan adanya penelitian yang menggambarkan biaya Bahan habis Pakai lebih diatas tarif yang ditentukan.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan rancangan penelitian survey kuantiuitifi Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2007 sarnpai April 2007 dengan mempergunal-can data sekunder dari Rekam Medis pasien rawat inap dengan tindakan Tonsilektorni tahun 2006 dan data primer yang berasal dari Wawancara. Perhitungan biaya Unit Cost dihitung dengan metode Activity based Costing ( ABC ). Analisa data dilakukan secara uuivariat untuk melihat distribusi B-ekuensi dan proporsi masing - masing variable.
Berdasarkan penelitian, pengelompokan menurut AR - DRG tidal: dapat diterapkan. Menurut pengelompolcan yang dilakukan di RSUD Kota Bekasi dihasilkan : Tonsilektomi murni, Tonsilektomi dengan penyakit penyerta, Tonsilelctomi dengan penyakit penyulit, Adenotonsilektomi rnurni dan Adenotonsilektomi dengan penyakit penyerta. Sedangkan penyusunan Episode Clinical Pathway didapatkan 6 tahapan yaitu Tahap pendaiizaran, Penegakkan diagnose, Pra Terapi, Terapi, Follow up dan Pulang.
Hasil perhitungan Cost of Treatment Tonsilektomi di RSUD Kota Bekasi Tahun 2006 : ( 1 ). Tonsileldomi tanpa adenoidektami dengan penyakit penyulit 1 1.Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 760.582, 2.Bougenvile Utama : Rp 763.996,97, 3. WKI :Rp 577.2l0,14, 4. WKII : Rp 566.799,72, 5.WK HI I R.p s6o_o4o,'/2, 6. Mawar ; Rp 481.47102 dengan Lama hari mwar 2 hari. ( 2 ).Tonsilek1omi tanpa adenoidektomi dengan penyakit penyerta, Berdasarkan penyakit penyerta : 2.1 Anemia dan Observasi Febris ; 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP 1 Rp 2.096.988,08, 2.Bougcnvile Utama : Rp 2.l08.596,32, 3. WK I 2 Rp l.465.688,99, 4.WK [I I Rp l.463.302,56, 5. WK III 2 Rp 1.4-40.320,78, 6.Mawar : Rp l.164.5l8,35, 2.2 PKIB : 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 762.384.46, 2. Bougenvile Utama : Rp 765.798,65, 3. WK I : Rp 553.821,90, 4, WK II : Rp 57O.16l,48, S. WK III : Rp 563.402, 6. Mawar : Rp 483.344,56, 2.3 Bronchopneumonia : 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP 1 Rp 767.828,46, 2 Bougenvile Utama : Rp 771.242,82, 3 WK I : Rp S59.266,07, 4. WK II: Rp 575.605,65, 5. WK III: Rp 568.846,31, 6. Mawar: Rp 488,768.71 2.4, Hipertensi siruasional ; 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 765_564,12, 2. Bougenvile Un-una ; Rp 76s.97s,31, 3. WK 1 1 np 593_417,3, 4- WI( ll 1 Rp 6o9_756,ss, 5. WK III : Rp 602.997, 6. Mawar : Rp 524.433,94 (3) Tonsilekromi tanpa adenoidektomi mumi : 1.Ke1as Perawatan Bougenvile VIP : Rp 748.014, 08, 2. Bougenvile Utama : Rp 751.428,2, 3. WK I: Rp 564_641,43, 4. WK II: Rp 554.231, 5. WK IH: Rp 529.924,89, 6. Mawar : Rp 468.908,31 Median Lama hari rawat 2 hari. (4). Tonsilektomi dengan Adenodelctomi dengan penyakit penyerta : 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 775,243,691 2. Bougenvile Utama : Rp 778.657,88, 3.WK I : Rp 59l.87l,05, 4. WK II : Rp 58l.460,63, 5. WK 111 : Rp 574_701,28, 6 Mawar : Rp 496.137,93Median Lama hari rawat 2 hart( 5 ) Torzsileldomi dengan Adenodektomi murni : l. Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 771.901,31, 2. Bougenvile Utama 2 Rp 775.315,50, 3. WK I 1 Rp 588,528,67, 4. WK II 1 Rp 578.l18,25, 5. WK III :Rp 571,358,90, 6. Mawar : Rp 492,795,S5. Median Lama hari rawat 2 hari. Berdasarkan hasil diatas maka diperlukan perhitungan biaya rawat inap berdasarkan penyusunan Clinical Pathway sebagai dasar penentuan tarif rumah sakit.

Decentralize in health treatment lead to some changes in Hospital institution within a certain region. Based on UU RI No. 1 year 2004 in relation of State Treasury will give opportunity to State Hospitals to change which was in self funding form to become Public Health Service. Public Health Service is a non- profit Government institution, improving public service quality and giving flexibility to Hospital management. There should be a standardization in every changes of Hospital Institution, especially in finance Sevior. Up to these days, health service fee are varies which is caused by no standardization which based on Unit Cost from its services. Therefore, Unit Cost calculation are needed according to Diagnostic Related Groups which are compiled in Clinical Pathway.
Clinical Pathway is an instrument that will help to increase quality and cost control, as it can avoid tiom unnecessary actions of Hospital services. The aim of this research is to lind out Cost of treatment Tonsillectomy based on compiling Clinical Pathway in Bekasi City General Hospital in the year 2006. Tonsillectomy is one of the oldest surgery, which is a surgery of removing tonsil palatine tissue from Fossa tonsillitis. In England, within the year of 1987~ 1993 there had been 70000-90000 Tonsillectomy and Adenodektorny per year. Meanwhile, fiom the medical notes of RSUP Dr Sarjito, tonsillectomy are more then half of surgery actions in THT section.
This research will use case study method with quantitative survey methodology. The implementation of this research started in March 2007 to April 2007, and using secondary data recorded hospitalized Patient with Tonsillectomy surgery action in the year 2006 and also using primary data which was based on direct interviews. Unit cost are calculated using Activity Based Costing (ABC) method. Data analysis is implemented as univariatly to see frequency distribution and proportion on each variable.
Based on research grouping according AR-DRG can not be implemented. Based on grouping that had been implemented at Bekasi City General Hospital are as followed: Pure Tonsillectomy, Tonsillectomy with following disease, Tonsillectomy with complication disease, Pure Adeno Tonsillectomy and Adeno Tonsillectomy with following disease. In the meantime, compiling of Clinical Pathway episode is obtaining 6 steps which are: registration , established diagnose, pre-therapy, therapy, follow up then Horne. Final Clinical Pathway is needed to get clinical pathway concept as a tool to increase quality and cost control.
The result cost of treatment tonsillectomy at Bekasi City General hospital in 2006 ( 1 ). Tonsillectomy with complication disease 1 1. Bougenvile VIP : Rp 760.582, 2.Bougenvile Utama : Rp 763.996,97, 3. WK I : Rp 577.2l0,l4, 4. WK II: Rp s66.799,72, 5_wK In ; Rp 560.040,72, 6. Mawar ; Rp 481.47102 with time length of stay 2 days. ( 2 ). T onsilectongr with following disease, Based on following disease : 2.1 Anenuh dan Observasi Fabris ; I. Bougenvile VIP : Rp 2.096.988,08, 2.Bougenvile Utama : Rp 2. 108.596,32, 3. WK I : Rp l_465.688,99, 4.WK II 1 Rp 1.463.3o2,s6, 5. WK III . Rp 1.440.320,78, 6.Mawar 1 Rp 1-164.51s,35, 2.2 PKYB : 1. Bougenvile VIP : Rp 762.384.46, 2. Bougenvile Utama 2 Rp '765.798,65, 3. WK I 2 Rp 553.82l,90, 4. WK 1] : Rp 570.161,48, 5. WK III : Rp 563.402, 6. Mawar : Rp 483.344,56, 2.3 Bronchopneumonia: 1. Bougenvile VIP : Rp 767.828,46, 2 Bougenvile Utama : Rp 77l.242,82, 3 WK I : Kp 559.266,07, 4. WK II: Rp 575.605,65, 5. WK III: Rp 568.846,3l, 6. Mawar: Kp 488.768.73, 2.4, Hiperteusi simasional ; 1. Bougenvile VIP : Rp 765.564,l2, 2. Bougenvile Utama 1 Rp 768.978,31, 3. WK I : Rp 593.417,3, 4. WK Il : Rp 609.756,88, 5. WK III : Rp 602.997, 6. Mawar 1 Rp 524.433,94 (3) Pure f0l|Si??L?f0I|Q?Z l. Bougenvile VIP : Rp 748.014, 08, 2. Bougenvile Utama ; Rp 751.42s,2, 3. WK 1; Rp 564.641,43, 4. WK II: Rp 554.231, 5. WK 111: Rp 529.924,89, 6. Mawar 1 Rp 468.908,3l with time length of stay 2 days. ( 4 ). Adenotonsilectongmy with following disease: l. Bougenvile VIP :Rp 775_243,69S, 2. Bougenvile Utama 1 Rp 778.657,88, 3.WK I 1 Rp 591.871,05, 4. WK II 1 Rp 58] .460,63, 5. WK HI 1 Rp 5?74.7Ol,28, 6 Mawar : Rp 496.l37,93 with time length of stay 2 days( 5 ) Pure Adenotonsileldomiz I. Bougenviie VIP : Rp 771_90l,3l, 2. Bougenvile Utama : Rp 775_3I5,S0, 3. WK I : Rp 588,528,67, 4. WK II : Rp 578.l18,25, 5. WK 111: Rp57l,358,90, 6. Mawar : Rp 492,795,55_ With time length of stay 2 days. Based on results above, therefore, we need calculation of hospitalised fee based on compiling Clinical Pathway as a benchmark to decide the hospital tariff.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T31609
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Prasetya
"Pembiayaan kesehatan merupakan suatu permasalahan yang terjadi di seluruh dunia. Banyak metode dan sistem yang telah dikembangkan mengenai hal ini. Indonesia seperti halnya Negara lain, menghadapi masalah yang sama dalam pengembangan sistem pembiayaan kesehatan. Dihadapkan dengan keadaan saat ini dalam krisis pembiayaan kesehatan, DKI Jaya dipaksa untuk dapat mengendalikan biaya. Mendapatkan biaya satuan yang handal dalam semua RSUDnya merupakan kebutuhan dasar dalam pertahanan ekonomi, di masa system pembiayaan kesehatan yang masih kurang baik di Indonesia. Definisi dari biaya satuan yang handal merupakan kunci kesuksesan semua rumah sakit. Clinical pathways disadari oleh DKI Jaya sebagai alat esensial dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk rakyat. Pengembangan pathways ini kemudian dilanjutkan dengan kesadaran untuk perhitungan biaya tiap pathway yang ada. Dengan diketahuinya biaya ini selanjutnya untuk menganalisa efektifitas biaya per pathway pun mudah dilakukan.
Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui metoda untuk menghitung cost of treatment berbasis clinical pathway dari diagnosa yang telah dibuat oleh RSUD DKI Jaya. Angka yang didapatkan di dalam penelitian ini adalah untuk selanjutnya dapat diklarifikasikan keakuratannya dan terbuka untuk penelitian lebih jauh, karena data yang didapatkan untuk pendukung masih belum dapat dijustifikasi. Diagnosa terpilih adalah Operasi Lensa dengan Diagnosis Katarak yang merupakan One Day Care. Diagnosa terpilih karena merupakan tindakan dengan frekuensi paling tinggi di DKI Jaya dan pelayanannya melibatkan banyak sumber daya. Budi Asih dan Tarakan adalah rumah sakit yang dipilih secara purposive sebagai perwakilan RSUD DKI Jaya.

Health financing has always been an ongoing issue in the world. There are many methods and systems that had been developed all over regarding this subject. Indonesia, like many countries, faces the same problem in developing its health financing system. Confronted with the current health care financial crisis, DKI Jaya is forced to control its cost. Setting up a reliable cost unit in its hospitals is a fundamental necessity for economic survival, given the current general conditions in Indonesia's healthcare system. Definition of a suitable cost unit is the crucial factor for success. Clinical pathways are recognized by DKI Jaya as essential tools for delivering health services to people. Developing these pathways should then be followed by evaluating the cost of each pathway. Once the cost of the pathway is known, analyzing the cost effectiveness of the pathway can easily be done.
The purpose of this research is to more understand the method to calculate cost of treatments based on the clinical pathways of the diagnoses that have been developed by DKI Jaya,. As for the values are for further clarification and research as the supporting data are not yet justified as the best data provided. The diagnose that is chosen Cataract Procedure, that is representing One Day Care surgical treatments. The diagnose is selected as it is the highest frequency within DKI Jaya's hospital and the treatment involved many resources. Budi Asih and Tarakan are the hospitals that are purposively chosen for the research, as representatives of all DKI Jaya?s hospitals.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41333
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadjmi Laila
"Setiap tahun diperkirakan terdapat S00 ribu kasus kanker leher rahim baru di seluruh dunia dan sebanyak 240 ribu orang diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia ada I5 ribu kasus baru per tahun dengan angka kematian 8000 orang dan menduduki peringkat pertama dari seiuruh penderita kanker yang ada. Penyebab kanker leher rahim belum diketahui secara pasti, tetapi diduga bahwa sejenis virus HPV (Human Papiiloma Wrus) memegang peranan penljng atas kejadian penyakit ini. Menumt data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), 95% tumor ganas ini disebabkan virus HPV.
Peningkatan biaya pelayanan kesehatan biasanya disebabkan karena bclum adanya harga standar yang berdasarkan unit cost. Hal ini perlu disikapi dengan membuat terobosan ataupun strategi penyusunan pqla tarifyang dikenal dengan perhitungan uni: cost. I-Iingga saat ini Departemen Kesehatan belum membuat pedoman tarif yang bersifat tetap per diagnosis penyakit atau per episode penyakit.
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan (cost containment) adalah dari bentuk fee for service ke bentuk Prospective Payment System (PPS). Salah satu bentuk dari PPS adalah Diagnosis Related Groups. Cos! of DRGS adalah kcsclumhan biaya mulai dari pasien masuk melakukan pendaliaran, penegakan diagnosis, terapi dan pulang yang semuanya teranglcum dalam suatu alur perawatan atap disebut dengan Inlegraled Clinical Pathway. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana cost of treatment Ca Cervix berdasarkan DRGS di Rumah Sakit Pertamina Jaya tahun 2005.
Dipilihnya Ca cervix dalam penelitian ini karena kanker adalah penyakit nomor 10 dari 10 besar penyakit terbanyak, diantara penderita kanker, Ca cervix mempakan penyakit kanker terbanyak yang melakukan rawat inap. Bersama-sama dengan gagal ginjal kronis, kanker merupalcan penyakit yang membumhkan biaya tidak sedikit.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan rancangan penelitian kuantitatif survey. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Mei 2007 dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosa Ca Cervix tahun 2005. Unit cos! dihitung dengan metode Activily Based Cosiing (ABC). Analisa data dilakukan secam univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel.
Pengelompokkan Ca cervix di Rumah Sakit Pertamina tidak dapat dikelompokkan dalam AR-DRG. Pengelompokan Ca Cervix di Rumah Sakit Pertamina Jaya adalah : Ca Cervix dengan penyerta dan penyulit dengan histerektomi, Ca cervix dengan penyakit penyerta dengan histerektomi dan Ca Cervix tanpa penyerta dan penyulit dengan histerektomi.
Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa tahap da.lam Clinical Paihway untuk Ca Cervix tefdiri dari 7 tahap, yaitu pendaflaran, penegal-Lkan diagnosa, pra operasi, operasi, post operasi, pulang dan rawat jalan. Cost of treatment Ca cervix dengan histerektomi di RS Pertamina Jaya tahun 2005 adalah : (1) Biaya rawat inap Ca cervix dengan penyerta dan penyulit dengan histcrcktomi Rp l3_009.563,-, dengan lama hari rawat 12 hari dan biaya rawat jalan Rp 3_956.498,- dengan rawat jalan 12 kali, total biaya Rp l6.983.47l,- (2) Biaya rawat inap Ca cervix clengan penyakit penyerta dengan histerektomi Rp ll_446_664,-, dengan lama hari rawat I2 hari dan biaya rawat jalan Rp 3.925.735,- dengan rawat jalan 12 kali, total biaya Rp 15_389_809,- (3) Biaya rawat inap Ca cervix tanpa penyerla dan penyulit dengan histerektomi Rp I0.048.274,-, dengan lama hari rawat ll hari dan biaya rawat jalan Rp 3.544.070,- dengan rawatjalan 12 kali, total biaya Rp 13.6097/54,-_Berdasarkan dari hasil penelitian maka. perlu dilakukan perhitungan biaya rawat inap berdasarkan Diagnosis Relafed Groups Sebagai dasar peneiapan tarif rawat inap.
Every year was predicted S00 thousand new carcinoma cervix occurred in all over the world and 240 thousand people in between did not survive. In Indonesia itself; there are 15 thousand new cases per year with 8000 people causing decease and stood first rank from suffering of cancer in the world. The major causing of Ca cervix is still unknown but was predicted that the HPV (Human Papilloma Wrus) hold important role for every cancer disease cases occurred. Based on Indonesian Cancer Foundation (YKI), 95 percent maligna tumor was affected by HPV virus.
Cost increasing in health services are usually cause by no standard unit cost available. This has to be done with new break through or even with designing strategy format tariff which lcnown as unit costs calculation. Until now Health Departement does not have fixed tariff book for every single diagnose or episode.
Things to be done to control health services cost containment are form tiom fee for service to be Prospective Payment System (PPS). One of' PPS form is Diagnosis Related Groups. Cost of DRGS are a total costs which start from patient entering registration, diagnosis, therapy to finally ending treatment or going home and all summarize in one record or knoum as Integrated Clinical Pathway. The purpose of this research is to overlook how cost of treatment Ca cervix works based on DRGs in Pertamina Jaya Hospital in year 2005. Ca cervix are chosen in this research because cancer disease is rank number I0 from top 10 disease in between cancer suitering. Ca cervix is the most cancer disease which end up in-patient together with chronic renal failure, cancer disease need higher amount to recovery.
This research is using case study methode with form of quantitative survey. This research conducted in moth of March to May 2007 using secondary data fiom medical record of in-patient which Ca cervix diagnosed in year 2005. Unit cost calculated using Activity Based Costing (ABC) methode. Data analysis were conducted in invariant to overlook frequent distribution ang proportion each variables. Ca cervix cannot be grouping based on AR-DRG at Pertamina Jaya Hospital. Ca cervix grouping at Pertamina Jaya Hospital are : Ca cervix with Contributing and Complicating disease with hysterectomy, Ca cervix with Contributing disease with hysterectomy, Ca cervix without Contributing and Complicating disease with hysterectomy.
Based on research is result that steps on Clinical Pathway for Ca cervix are contains 7 steps which are, registering, diagnosis, pre-operation, operation, post-operation, going home and out-patient treatment. Ca cervix costs of treatments following hysterectomy at Pcrtamina Jaya Hospital in year 2005 are 1 (I) Ca cervix with contributing and complicating disease with hysterectomy costs Rp l3_009.563,- , containing I2 days in-patent and 12 times out-patient visite costing in extra Rp 3.956_498,- with total cost Rp l6.983_47l,- (2) Ca cervix with contributing disease with hysterectomy cost Rp 1 l.446.664,- containing 12 days in-patent and 12 times out-patient visite costing in extra Rp 3925.73 5,- with total cost Rp l5.389.809,- (3) Ca cervix without Contributing and Complicating disease with hysterectomy cost Rp l0.048.274,- , containing ll days in-patent and 12 times out-patient visite costing in extra Rp 3.544.070,- with total cost Rp 13.609_754,-. In conclusion to the research resulted it is necessary to calculated in-patient cost based on Diagnosis Related Grozms as the based of in-patient fixed tariff.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Hamka
"Rumah sakit sebagai penyelenggara layanan kesehatan mempunyai beban tersendiri untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan adil bagi masyarakat. Hal ini mendorong seluruh elemen, baik pihak rumah sakit maupun stakeholder untuk menghitung secara riil berapa biaya pelayanan yang dibutuhkan sehingga bisa menjadi alat advokasi dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. Analisis biaya melalui perhitungan biaya per unit (unit cost) dapat dipergunakan rumah sakit sebagai dasar pengukuran kinerja, penyusunan anggaran dan subsidi, alat negosiasi pembiayaan kepada stakeholder terkait dan dapat pula dijadikan acuan dalam mengusulkan tarif pelayanan rumah sakit yang baru dan terjangkau masyarakat.
Penentuan unit cost dalam analisis biaya diperlukan untuk mengetahui besarnya biaya yang benar?benar dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk, tujuan lainnya menilai efisiensi dalam anggaran. Tindakan terbanyak pada di RS X unit Obstetri dan Ginekologi adalah persalinan sectio caesaria sehingga RS X menciptakan paket operasi yaitu Paket Hemat Sectio Caesaria. Permasalahan yang terjadi yaitu pihak manajemen rumah sakit X tidak mengetahui apakah revenue rumah sakit tindakan sectio caesaria Pahe A selama ini sudah menutupi seluruh biaya yang terjadi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran biaya satuan tindakan sectio caesaria Paket Hemat A tahun 2009.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus analitik dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Metode analisis biaya dengan metode Real Cost. Data yang digunakan adalah data sekunder yang tercatat di keuangan pada tahun 2009. Dari hasil penelitian, didapat biaya satuan aktual untuk tindakan sectio caesaria Paket Hemat A termasuk biaya obat/BHP dan biaya jasa medis sebesar Rp. 2.804.652, sedangkan biaya satuan normatif untuk tindakan sectio caesaria Paket Hemat A termasuk biaya obat/BHP dan biaya jasa medis sebesar Rp. 2.719.458.
Maka dengan hasil tersebut, disarankan untuk menjadi pertimbangan bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan mengenai tarif untuk pelayanan tindakan sectio caesaria pada umumnya dan tindakan Paket Hemat A pada khususnya.

Hospitals as health care providers have the burden to be able to provide the high quality health care and fair for the society. This encourages all elements, both the hospitals and stakeholders to calculate in real how much cost is needed so that can be a tool in advocacy and health care financing. Cost analysis by calculating the cost per unit (unit cost) can be used by hospital as a base performance assessment, budgeting and subsidies, financing negotiating tools to the relevant stakeholders and also can be used as a reference in proposed new rates of hospital services and affordable to the society.
The determination of unit costs in the cost analysis is needed to determine the costs actually required to produce a product, the other purposes is to assess the efficiency of budgeting. The most health care in Hospital X Obstetry and Ginekology unit is Sectio Caesaria so that Hospital X creating operation packages named Sectio Caesaria Economical Package. The problems that occurred, is the management of Hospital X did not know whether the hospital's revenue in Sectio Caesaria Economical Package A for all this time was covered all the costs that incurred. Therefore, the purpose of this research is to obtain the unit cost of Sectio Caesaria Economical Package A year 2009.
The research design is an analytical case studies with quantitative descriptive approach. Method of cost analysis by Real Cost method. The data used in this research are secondary data that was recorded in finance unit year 2009.
From the results of the research, obtained the actual unit cost for Sectio Caesaria Economical Package A includes the cost of drugs/consumables and medical fees is Rp. 2,804,652, whereas normative unit cost for Sectio Caesaria Economical Package A includes the cost of drugs/consumables and medical fees is Rp.2,719,458. So with these results, it is suggested to be a consideration for the hospital management in setting the policies and making decisions on tariffs for Sectio Caesaria services in general and Economical Package A in particular.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31713
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risdi Ikhsan
"Penelitian dilakukan untuk melihat clinical pathway dan perhitungan cost of treatment apendisitis di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Sumatera Barat tahun 2012. Cost of treatment adalah perhitungan terkait biaya langsung (mempergunakan Activity Based costing) dan tak langsung (dimodifikasi dengan metoda Simpel Distribusi), merupakan biaya perawatan atau tindakan layanan per diagnosa penyakit sesuai clinical pathwaynya. Casemix beserta komplikasi dan komorbiditasnya, berpengaruh terhadap besaran biaya layanan.
Hasilnya ; clinical pathway apendisitis dapat disusun sesuai kelompok DRG, terdapat 4 kelompok diagnosa : apendisitis murni, apendisitis murni + penyerta, apendisitis komplikasi , apendisitis komplikasi + penyerta. Hasil hitung menunjukkan biaya rawatan semakin meningkat sesuai dengan komplikasi dan komorbiditasnya. Biaya termahal adalah pada tahap operasi dan komponen biaya terbesar adalah obat dan alat kesehatan dalam satu kali perawatan apendisitis.

The study was conducted to confirm at clinical pathways and calculate the treatment cost of appendicitis by 2012 at the Dr. Adnaan WD Hospital, Payakumbuh city of West Sumatra. Treatment Cost consist of direct costs (using activity based costing) and indirect (modified by Simple Distribution method), which is the cost of treatment or service actions to diagnosis of the disease according with clinical pathway. Casemix is a mix of cases with complications and comorbidities, affect the amount of the service fee.
The result; clinical pathways of appendicitis can be formed according to DRG group based on its complications and comorbidities. There are 4 groups of diagnosis: pure appendicitis, pure + comorbid appendicitis, complication appendicitis, complication + comorbid appendicitis. The results showed us the cost of treatment are increasing according to its complication and comorbidities. Highest costs are in the operational phase, and the largest cost component is the cost of drugs and medical devices in one treatment appendicitis
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Iriyanti
"Biaya Kesehatan di Indonesia cenderung meningkat yang disebabkan oleh berbagai faktor. diantaranya adalah pola penyakit degeneratif. Orientasi pada pembiayaan kuratif, pembayaran out of pocket secara individual, service yang dilentukan oleh provider. teknologi canggih, perkembangan (sub) spesialisasi ilmu kedokteran, dan tidak lepas juga dari tingkat inflasi.
Jika dibandingkan dengan negara - negara tetangga di Asia Tenggara tingkat kesehatan penduduk Indonesia masih relatif rendah. Angka kernatian ibu masih sekitar 390 per 100,000 kelahiran hidup. sementara di Philipina 170, Vietnam 160, Thailand 44 dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dcngan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerinlah ataupun masyarakat untuk kesehatan dan besarnya cakupan asuransi kesehatan.
Komplikasi persalinan sangat berpengaruh dengan kematian maternal/perinatal. Kebuluhan akan pelayanan kesehatan bagi seorang wanita akan meningkat dan mencapai puncaknya pada saat kehamilan dan menjelang persalinan. Kelerkaitan nasib ibu dan bayi nienggambarkan suatu kesatuan yang dimulai pada masa kehamilan. persalinan, sampai dengan awal kehidupan pertama bayi sandal mernbutuhkan perhatian yang cukup besar. kejadian komplikasi obstetric terdapat pada sekitar 20% dari seluruh kehainilan, namun yang lerlangani masih kurang dari 10%, yang nmempengaruhi kematian maternal/perinatal adalah: terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan merujuk, terlambat mencapai fasilitas rujukan, dan terlambat memperoleh fasilitas rujukan yang adekuat. (Litbang Depkes, 2003)
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan adalah peralihan dari bentuk FFS ke bentuk Prospective Payment System (PPS). System pembayaran prospektif makin banyak diterapkan. balk pada pelayanan rawat jalan berupa system pra-upaya yang berbentuk paket maupun pelayanan rawat inap yang menggunakan system pengelompokan penyakit berdasarkan diagnosa terkait.
(Diacrpnosis Related group?sl DRG?s). Cost of DRGs alau cost of treatment merupakan keseluruhan biaya mulai dari pasien masuk mclakukan pendaftaran. penegakan diagnosa. pre partus. partus. post partus. puking dan berohal jalan semuanva terangkum dalam suatu alur perawatan atau Integrated Clinical Pathway, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana clinical pathway dan cost of treatment Partus Pervaginam berdasarkan DRGs di RSIA Budiasih tahun 2007.

Health expense at Indonesia tending increase because of various factor, amongst those is degeneratif diseased pattern, orientation on kuratif's finances, payment out of pocket individual, service that prescribed by provider. sophisticated technology developing (sub) medical science specialization. and doesn't take down also of inflation rate.
In comparison with neighbouring states at healths level South-east Asia. Indonesia still low relative. Mother mortality is still around 390 about 100.000 natal live, while at Philipina 170. Vietnam 160, Thailand 44 and Malaysia 39 about 100.000 natal live. It gets straightforward bearing and also indirect with outgrows it cost that issued by government or society even for health and outgrows it health insurance range.
Complication about ascendant with maternal / perinatal's death. Requirement that take care of health for a woman will increase and peaks it upon pregnancy and drawing near about cope. Mothers fated relevance and baby figure an unity that started in by pregnancy term, about copy until with first life startup baby really need sizable attention. obstetric's complication instance exists on vicinity 20% of all pregnancies. but one most handles to be still less than 10%. one that regard death maternal 1 perinatal is: behind schedule recognize danger and taking a decision refers, behind schedule reach reference facility. and slowing to get reference facility that adekuat. ( Litbang Depkes. 2003 )
Effort that needs to be done to restrain health care cost is transition of Fee For Service form goes to to form Prospective Payment System (PPS), System is prospektifs payment gets a lot of be applied, well on roads nursed service as system pre effort which gets package form and also nurse service lodge that utilizes system disease agglomeration bases to diagnose relates( Related's diagnosis Group s / DRGs). Cost o/-DRGs or cost of treatment constitute entirely cost begins from input patient do registration. straightening of diagnosa, pre partus. partus. post partus, go home and get street drug every thing to hold in clinical pathway or Integrated Clinical Pathway . To the effect of observational it is subject to be know how clinical pathway and cost of treatment Vaginal delivery bases DRGs at RSIA Rudiasih year 2007."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21010
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nufus Dwi Talitha
"Program Jaminan Kesehatan Nasional menerapkan sistem pembayaran prospektif yaitu dengan tarif INA CBG?s untuk pelayanan di rumah sakit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis selisih biaya layanan dengan tarif INA CBG?s dan tarif rumah sakit khusus kasus sectio caesaria dengan kode ICD X (O.342) pada pasien BPJS berdasarkan komponen biaya serta mengetahui gambaran perbedaan biaya layanan tersebut berdasarkan karakteristik pasien. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode cross sectional dengan sampel sebanyak 89 pasien. Dari hasil penelitian didapat rata-rata selisih biaya layanan untuk kasus sectio caesaria dengan diagnosa utama O.342 terhadap tarif rumah sakit adalah selisih negatif (efisien) sebesar Rp 1,236,793,- dengan CRR (cost recovery rate) 120% dan terhadap tarif INA CBG?s adalah selisih positif (tidak efisien) sebesar Rp 1,974,050,- dengan CRR (cost recovery rate) 68% Gambaran perbedaan biaya layanan berdasarkan karakteristik pasien yang memiliki hubungan dengan besarnya biaya layanan adalah kelas rawat (p=0,000), diagnosis sekunder (p=0,050) dan lama hari rawat (p=0,046), sedangkan yang tidak memiliki hubungan dengan besarnya biaya layanan adalah umur pasien (p=0,956).

The National Health Insurance Scheme implementing prospective payment system INA CBG's rates for hospital services. The purpose of this study is to analyze the difference in cost services with INA CBG's rates and hospitals rates specialty in patients BPJS with sectio caesaria cases with ICD X (O.342) based component costs and reveal the differences in cost of these services is based on the characteristics of the patient. This type of research is quantitative descriptive cross sectional method with a sample of 89 patients. The result is the average difference between the cost of services for Caesaria sectio cases with primary diagnosis O.342 against hospital rates are negative difference (efficient) to Rp 1,236,793, - with the CRR (cost recovery rate) of 120% and against the CBG's INA rates are positive difference (inefficient) to Rp 1,974,050, - with the CRR (cost recovery rate) of 68% service charge difference picture based on the characteristics of patients who have a relationship with the cost of the service is ambulatory class (p = 0.000), a secondary diagnosis (p = 0.050) and the length of stay (p = 0.046), whereas no relation to the cost of the service is the age of the patients (p = 0.956).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allosomba, Torrodatu
"Di propinsi DKI Jakarta, penyakit demam berdarah merupakan salah satu prioritas masalah di bidang kesehatan. Kasus demam berdarah setiap tahunnya terus meningkat bahkan terjadi KLB. Tingginya kasus demam berdarah mengakibatkan pengeluaran biaya yang cukup besar haik dari pemerintah maupun dari pasien/keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran biaya - biaya yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah, yang menjalani perawatan rawat inap di RSUD Tarakan.Tujuan khusus penelitian ini hanya cost of illness dari pasien dan tidak mencakup biaya yang dikeluarkan pemerintah.
Desain penelitian adalah survei, yang dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2004 di RSUD Tarakan, dengan rumus, jumlah sampel 82 responden. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung kepada responden yang sedang menjalani perawatan rawat inap. Selanjutnya data diolah dan dianalisa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik responder yaitu jenis kelamin responden yang terbanyak menjalani rawat inap adalah laki-laki. umur rata-rata responden adalah 22.8 tahun.Tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA. Sebelum menjalani rawat inap di RSUD Tarakan, responden terlebih dulu mencari pengobatan dengan membeli obat sendiri dan ke tempat sarana kesehatan lainnya. Besarnya biaya sebelum berobat ke rumah sakit rata-rata Rp 38.054, terendah Rp 1.000 dan termahal Rp 704.845, terdiri dari biaya: obat, jasa, laboratorium dan pemeriksaan lainnya dan transportasi.
Responden dirawat di rumah sakit rata-rata 4 hari, dengan variasi antara 1 sampai 10 hari . Kelas perawatan yang digunakan responden semuanya kelas III. Responden ke rumah sakit untuk berobat setelah sakit rata-rata 3 hari. Biaya yang dikeluarkan selama menjalani perawatan rawat inap rata-rata sebesar Rp 369.799.
Total hari sakit responden adalah antara 4 sampai 15 hari dengan rata-rata 7 hari sakit. Pendapatan responden yang berkurang/ hilang selama sakit rata-rata sebanyak Rp 145.000 dan pendapatan yang berkurang / hilang dari keluarga yang menunggui rata-rata sebanyak, Rp 202.969.
Janis biaya yang dikeluarkan selama sakit demam berdarah terdiri dari 12 jenis biaya dengan total biaya rata-rata sebanyak Rp 892.067. Biaya tersebut dikelompokkan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Besarnya biaya langsung Rp 423.690, komponen biaya langsung yang terbesar adalah biaya obat ( 48.8% ) dari total biaya langsung . Besarnya biaya tidak langsung sebanyak Rp 468.377. dimana komponen biaya yang terbesar pada biaya tidak langsung adalah opportunity cost ( 74.5%) dari total biaya tidak langsung.
Hasil analisis bivariat antara karakteristik responden dengan biaya menunjukkan bahwa total biaya sakit lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada wanita. pendidikannya SMA keatas biaya sakitnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang pendidikan s/d SMP , pada kelompok yang pekerjaannnya pegawai biaya sakitnya lebih tinggi dibandingkan dengn kelompok yang pekerjaanya bukan pegawai, pada responden yang lama sakitnya lama, biaya sakitnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok responden yang lama sakitnya singkat sedangkan pada kelompok responden yang lama hari rawatnya lama dan singkat biaya yang dikeluarkan pasien hampir sama.
Penelitian ini hanya dilaksanakan di salah satu RSUD di Propinsi DKI Jakarta dan waktu penelitian bersamaan dengan terjadinya KLB demam berdarah maka hasil penelitian ini belum menggambarkan cost of illness pada semua golongan yang ada di Propinsi DKI Jakarta dan hanya merupakan gambaran biaya yang dikeluarkan oleh golongan yang tidak mampu . Karena itu perlu penelitian lagi yang menggambarkan semua golongan dengan melaksanakan penelitian di beberapa rumah sakit vertikal dan rumah sakit swasta yang merawat pasien demam berdarah di Propinsi DKI Jakarta.
Daftar Pustaka : 30 ( 1986 - 2004 )

In the special province of district Jakarta, dengue hemorrhagic fever is in a high priority in of public health program. A case of dengue hemorrhagic fever has been increasing annually. The DHF case incared high cost to government and the patients.
The general objective of this research is to obtain information about total cost of DHF disease to those who have been hospitalized at the Tarakan RSUD.The specific objectives of this research is to find out the out the pocket cost of illness being borne by the patient.
This study Surveyed patients being treated at the Tarakan RSUD from April through May 2004 with total sample of 82 respondents . Data were collected by interviewing directly the 82 patient/ family stay in the hospital. The data was then processed and analyzed.
The result indicates that most of (he patient are male, with average age of 22.8 years old. Their educational background are mostly Senior High School graduates. Before being hospitalized at the Tarakan hospital, they fought medicines or went medical facilities. The average cost of priored medicine was Rp 38.054 consist : medicines, services, laboratory, other medical and transportation.
On average, patients need to be hospitalized for 4 days varying 1 to 10 days. All wards used are found out to be the third class. Respondent to go to hospital for make medicine after they are sick 3 days ago. The average cost for to care health in hospitals was Rp 369.700.
Totally, it took them to recover from the illness for 4 to 15 days averaging 7 days. The income average of respondent to decrease during sick as Rp 145.000 and income average of they family to decrease was Rp 202.969
The total expenditure breaks for 12 kind of cost amounting to Rp 892.067 on average. The expenditure is categorized into direct cost and indirect cost. The direct cost amounting Rp 421690 which medicine cost ( 48.4%) is the biggest cost of total direct cost component. The indirect cost amounting Rp 468.377 which opportunity cost (74,5%) is the biggest cost of total indirect cost component.
The result of bivariat indicate cost of illness of the men more expensive than women, senior high school education background cost of illness than secondary school, official group than not official, sufferers an illness has had along time and short time the cost are almost same.
The research that carried out in once of Regional Public Hospital ( RSUD) in the province of Jakarta and at the time has out break dengue hemorrhagic fever moment with the result that research not yet describe of cost of illness from the all group in DKI Jakarta province , and only to find cost of illness by destitute category. It is need to make a future study in the several vertical hospitals and private hospitals that is dengue hemorrhagic fever patients in DKI Jakarta province.
References: 30 ( 1945 - 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>