Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198651 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tezy Mellowin
"Anak anak manusia yang berkualitas. Anak anak infeksi, salah satunya ialah penyakit cacingan. Penyakir cacingan erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran infeksl kecacingan dan hubungannya dengan higiene perorangan dan sanitasi tingkungan pada murid SD Negeri di Kecarnatan Sawangan Kota Depok. Higiene perorangan :anak terdiri dari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, setelah BAB, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan menggunting kuku, kebiasaan bermain. kehiasaan menghisap jari serta kondisi sanitasi lingkungan yang terdiri dari jenis lantai rumah. kepemilikan sarana air bersih (SAB) dan kepemiHkan jamban keluarga saniter (JAGA). selain itu juga diteliti karakteristik ibu wawancara dan pemeriksaan sampel tinja. Uji hipotesis dengan menggunkana uji chisquare.
Penelitian ini menunjukkan proporsi kecacingan sebesar 16.2%. Murid kelas 3 yang paling banyak menderita cadngan yaitu sebanyak 8 orang (44.4°/o) dan yang paling sedikit ialah murid kelas satu sebanyak 3 orang (!3.7%). Adanya program pemberian obat cacing berkala (tiap 6 bulan) kepada seluruh murid sekolah dasar kelas satu yang dilaksanakan oleh instansi kesehatan. Lima dari enam variabel pada higiene perorangan sudah cukup baik, kecuali kehiasaan bermain yang kontak tanah (73.9%). Untuk kondisi sanitasi lingkungan, hanya kepemilikan SAB bukan ledeng/PAM yang masih buruk (92.8%) sedangkan untuk karakteristik ibu, variabel pendidikan (62.2%) dan higiene perorangan (54.1%) memiliki proporsi lebih besar pada kategori buruk. Tidak diperolehnya hubungan yang bermakna antara variabel independen dan dependen namun pmposi cacingan lebih tinggi pada kategori kebiasaan bennain kontak langsung dengan tanah, kepemilikan SAB bukan ledeng/PAM, tingkat pendidikan ibu rendah dan kondisi ekonomi keluarga yang rendah.
Penulis menyarankan untuk tetap mempertahankan kondisi sanitasi Hngkungan dan periiaku hidup bersih dan sehat yang telah ada di masyarakat sehingga mereka tidak tergantung pada program pengobatan masal (blanket mass treatment). Upaya promosi dan pendidikan kesehatan yang berbasis masyarakat dan melibatkan kelompok masyarakat dan organisasi sekolah {UKS) serta pentingnya kerjasama. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T32446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Isa
"Infeksi kecacingan pada anak usia sekolah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka prevalensi nasional bervariasi di berbagai daerah dalam kisaran 0,4 hingga 76,67 % (Kemenkes RI, 2011). Jenis cacing yang paling banyak menyerang adalah cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus), dan cacing cambuk (Trichuris Trichuria). (Dirjen P2MPL, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara higiene perorangan, sanitasi lingkungan, karakteristik orang tua dan konsumsi obat cacing terhadap kejadian infeksi kecacingan. Penelitian dilakukan di SD Negeri Jagabaya 1 Warunggunung Kabupaten Lebak, Banten. Desain penelitian adalah crosssectional sedangkan pemilihan subjek penelitian di tentukan dengan metode total sampling. Responden penelitian ini adalah siswa kelas satu hingga kelas lima. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Juni 2013 dengan menggunakan kuisioner dan angket sebagai instrumen.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi kecacingan pada siswa SDN Jagabaya 1 Kabupaten Lebak adalah sebesar 65, 85 %. Pada analisis bivariat, variabel yang memiliki hubungan secara bermakna dengan kejadian infeksi kecacingan adalah higiene perorangan (OR=3,194), kebersihan kuku (OR=3,765), pendidikan ibu (OR=2,360), dan kepemilikan jamban (OR=3,808). Pada analisis multivariat, variabel yang memiliki hubungan paling kuat (dominan) terhadap kejadian infeksi kecacingan adalah kebersihan kuku (OR=4,062), kepemilikan jamban (OR=3,569), kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (OR=2,965).

Soil transmitted helminth infection is a public health problem in Indonesia. National prevalence of this disease varies by region from 0.4 to 76.67 % (Indonesian Ministry of Health, 2011). The common worm species that cause infection are roundworm (Ascaris lumbricoides), hookworm (Ancylostoma duodenale and Necator americanus), and whipworm (Trichuris trichuria). (Dirjen P2MPL, 2010).
The objective of this research was to examine the association of personal hygiene, environmental sanitation, parental characteristics and anti helminthic drugs with soil transmitted helminth infection. The research was conducted in Elementary school of Jagabaya 1 at Warunggunung, Lebak, Banten. This study utilized cross-sectional survey design, which respondents were selected by using total sampling method. Respondents of the research were first grade to fifth grade students. Primary data was collected on July 2013 by using questionnaire.
Results showed that the prevalence of soil transmitted helminth infection on students of Elementary School of Jagabaya 1 was 65.85 %. Bivariate analysis revealed four variables that were significantly related to soil transmitted helminth infection were personal hygiene (OR=3,194), nail cleanness (OR=3,765), maternal education (OR=2,360), and toilet ownership (OR=3,808). Multivariate analysis indicated that the essential factors related to the occurrence of soil transmitted helminth infection were nail cleanness (OR=4,062), toilet ownership (OR=3,569), and habit of washing hand before eating (OR=2,965).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Hilmi Sudasman
"World Health Organization (WHO) menganjurkan integrasi program penanganan infeksi kecacingan dengan intervensi Water, Sanitation and Higiene (WASH). Jika dibandingkan dengan cakupan Kabupaten Bandung, Kecamatan Dayeuhkolot pada tahun 2015 dan 2016 masih memiliki cakupan water, sanitation and hygiene (WASH) berupa akses sarana air minum yang layak dan jamban sehat yang rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk menganalisis sarana air minum, sanitasi dan higiene, karakteristik individu serta perilaku individu terhadap infeksi soil-transmitted helminth (STH) dengan subjek penelitian pada rumah tangga dengan anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei hingga bulan Juni 2019. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan uji laboratorium dalam pengambilan data. Hasil penelitian menunujukkan prevalensi infeksi soiltransmitted helminth (STH) pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung sebesar 9,1%. Rumah tangga yang memiliki anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung yang memiliki sarana sarana air minum unimproved sebesar 12,7%, sarana sanitasi unimproved sebesar 44,5%, sarana higiene unimproved sebesar 21,8% . Sarana air minum (p=0,001; Exp(B)= 10,11) merupakan faktor risiko dominan terhadap infeksi soil-transmitted helminth (STH) pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.

The World Health Organization (WHO) advocates the integration of programs to treat helminthiasis with the intervention of Water, Sanitation and Hygiene (WASH). When compared to the coverage of Bandung Regency, Dayeuhkolot District in 2015 and 2016 still had water, sanitation and hygiene (WASH) coverage in the form of access to decent drinking water facilities and healthy latrines which were low and tended to decline from year to year. This study is an epidemiological study that aims to analyze drinking water, sanitation and hygiene facilities, individual characteristics and individual behavior towards soil-transmitted helminth (STH) infection with research subjects in households with primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency. This research took place from May to June 2019. This study used a questionnaire and laboratory tests in data collection. The results of the study show the prevalence of soiltransmitted helminth (STH) infection in primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency, at 9.1%. Households that have primary school age children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency that have unimproved drinking water facilities at 12.7%, unimproved sanitation facilities at 44.5%, unimproved hygiene facilities at 21.8%. Drinking water facilities (p = 0.001; Exp (B) = 10.11) is the dominant risk factor for infection with soil-transmitted helminth (STH) in primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Arsyina
"Air minum dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan manusia. Sesuai peraturan, di dalam air minum tidak boleh ditemukan E.coli (0 CFU/100 mL). Kontaminasi E.coli dalam air minum dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor higiene sanitasi yang buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor higiene sanitasi yang dapat mempengaruhi kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Lokasi dari penelitian ini adalah 3 kecamatan di Kota Depok yaitu Kecamatan Sawangan, Bojongsari, dan Cipayung. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 dengan total sampel 300 rumah tangga. Hasil uji laboratorium menunjukkan 174 (58%) sampel air minum rumah tangga mengandung E.coli. Hasil analisis statistik menunjukkan faktor sanitasi yang berhubungan secara signifikan dengan kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga adalah tempat penyimpanan air minum (OR=2,60; CI 95%: 1,18-5,71) dan perilaku cuci tangan pakai sabun (OR=1,65; CI 95%: 1,04-2,62). Sedangkan faktor yang dominan mempengaruhi kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga adalah tempat penyimpanan air minum.

Drinking water can directly affect human health. Based on the national and international standards, the drinking water cannot contain Escherichia coli (0 CFU/100 ml) at all. However, several factors contributing to E. coli contamination in drinking water, one of them being identified as poor sanitation hygiene. This study aimed to investigate the sanitation hygiene factors which can affect the E. coli content in the household drinking water. We used a cross-sectional study design to collect the data from three districts in the city of Depok, i.e., Sawangan, Bojongsari, and Cipayung. We gathered in total 300 household water samples during August-September 2019. The laboratory tests showed that 174 (58%) household water samples contained E. coli. We found two sanitation hygiene factors that significantly affected the E. coli content in the household drinking water, i.e., the water container condition (OR=2,60; CI 95%: 1,18-5,71) and the handwashing practice with soap (OR=1,65; CI 95%: 1,04-2,62). The most dominant sanitation hygiene factor contributed to the E. coli content in the household drinking water was the condition of the water container."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Rifdah
"Kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi berbasis lingkungan, meskipen tidak menjadi masalah kesehatan masymkat ditinjau dari tingkat penyebab kematian di halonesio, namun ditinjau dati tingginya prevalensi merupakan masalah besar.Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain iklim tropis, sarana air bemih dlU1 jamhan keluarga yang belum memadai, perllaku masyarakat yang bebun menempkan norma perilaku hidup bersih dan sehat serta kondisi sosial ekonomi yang belum mapan(Depkes, 2006).
Penelitian menggunakan disain Cross sectional yang betinjuan untuk memperoleh infonnasi tentang kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dengan jumlah responden 297 murid kelas satu sampai dengan kelas lima di enam sekolah dasar negeri. Variabel independen dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan kepada responden dengan menggunakan kuisioner dan pemeriksaan tinja untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya satu atau lebih telur cacing. Selanjutnya hasil yang didapat dianalisa dengan uji Chi Square dan regresi logistik ganda.
Dari 15 variabel independen ada 9 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri yaitu: Jenis SPAL (P=0,024; OR=1,738; 95%CI=1,04-2,90), Kebiasaan BAB (P=0,024; OR=6,88; 95%CI=0,892-5,318), Kebiasaan mencuci tangan (P=0,003l OR=3,378; 95%CI=1,375-8,300); Kebiasaan Bermain kontak tanah (P=0,022; OR=2,857; 95%CI=1,141-7,152), Kebiasaan menggunakan sandal (p=001; OR=2,857; 95%CI=1,700-4,945, Kebiasaan menghisap/menggigit jari (P=0,042; OR l,768; (P=0,03l; OR I,647; 95%Cl$l,006-2,694), Pengetahuan orangtua (P=O,Ol8; OR &I4; 95%CI=l,l74-3,413).
Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kahupaten Bogor adalah kebiasaan mencuci tangan (P=O,OOO; OR=3,3; 95%CI=I,858-S,817). Tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel.
Program Pengendalian kecacingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan melalui pemberdayaan masyarakat dan peran serta swasta sehingga masyarakst mampu dan mandiri dalam meleksanukan pcnanggulangan kecacingan, berperilaku bidup bersih dan serta meningkalkan kesehatan perorangan, dan lingkungan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Dwi Septiani
"Jajanan minuman dingin merupakan salah satu jenis jajanan ringan yang didinginkan ataupun ditambah dengan es, cukup digandrungi oleh anak-anak. Jenis jajanan ini dapat dijumpai dengan mudah di lingkungan sekitar termasuk instusi Pendidikan. Kota Depok sendiri, memiliki penduduk dengan rerata usia berada pada usia pertumbuhan. Namun salah satu permasalahan yang dihadapi setiap tahun di Kota Depok adalah gangguan kesehatan pencernaan, salah satunya penyakit Diare. Diare umumnya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan umumnya menyerang individu anak usia 5-14 tahun. Anak usia pertumbuhan memiliki imun tubuh yang rentan dan masih sensitif. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil tesis saudara Nurina Vidya Ayuningtyas. Menggunakan desain studi cross sectional dengan metode observasi lapangan dan wawancara di 141 Sekolah Dasar di Kota Depok pada tahun 2019. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebanyak 16,2% dari 99 sampel terkontaminasi E. coli. Adapun variabel higiene sanitasi makanan yang dibandingkan menunjukkan tidak ada hubungan antara kebersihan peralatan makan dengan kontaminasi E. coli (p=0,448), tidak ada hubungan antara personal higiene penjamah dengan kontaminasi E. coli (p=0,411), tidak ada hubungan antara distribusi dan penyajian makanan dengan kontaminasi E. coli (p=5,569).

Cold drinks is one of light snack that served cold or with ice and popular among kids. This type of drinks can be found easily among community including Schools. Depok has a population where its people with average age of growth. But one of the problems that they have to faced every year is disgestive health disorders, one of which is diarrhea. This type of illness are caused by the presence of Escherichia coli (E. coli) and attack human’s disgestive and generally attacks kids aged 5-14 years old. Due to sensitive and vulnerable bodies, growth-age children are most likely infected by this bacteria. This study uses secondary data from the results of the thesis of Nurina Vidya Ayuningtyas. Using a cross sectional study design with observation and interview methods to collect the data in 141 Elementary Schools in Depok last 2019. The result of this study indicate as many as 16,2% of 99 samples were contaminated by E. coli. The food hygiene and sanitation variables that were compared showed that there was no relationship between sanitary equipments and E. coli contamination (p=0,448), there was no relationship between personal hygiene and E. coli contamination (p=0,411), there was no relationship between distribution and food serving and E. coli contamination (p=5,569)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Alsakina Qurotuain
"Nangapanda merupakan salah satu kecamatan di Flores, Indonesia yang memiliki prevalensi kecacingan usus sebesar 87,2 . Terdapat tiga jenis spesies cacing usus yang paling sering menyebabkan infeksi kecacingan, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, serta cacing tambang. Infeksi cacing usus akan menimbulkan respon imun tipe 2, sehingga menghasilkan respon imun humoral berupa pembentukan Immunoglobulin E IgE. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status infeksi kecacingan usus dengan kadar IgE Total dan IgE spesifik terhadap Ascaris lumbricoides pada penduduk Nangapanda. Status infeksi kecacingan usus ditentukan dengan menggunakan metode Kato Katz, dimana dilakukan pencarian terhadap telur cacing pada sampel tinja pasien secara mikroskopis. Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran antibodi IgE total dan spesifik terhadap Ascaris dalam sampel plasma dengan menggunakan metode ELISA. Didapatkan peningkatan kadar antibodi IgE Total yang bermakna pada kelompok terinfeksi oleh setidaknya satu jenis cacing usus P

Nangapanda is one of the endemic areas in Indonesia with a very high STH prevalence 87,2 . Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworms are the most prevalent etiologies of helminth infection. When helminth infects the body, it will enhance the type 2 immune response which will lead to the production of humoral immunity such as Immunoglobulin E. This research aimed to identify the relationship between STH infection status with the Total IgE and Ascaris specific IgE levels. The STH infection status was determined by Kato Katz method to identify the presence of STH rsquo s eggs in the stool sample microscopically. In this research, the levels of total and specific IgE in the plasma samples were detected by ELISA. The levels of Total IgE was increased significantly in helminth infected group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Ardiansyah
"ISPA menjadi salah satu penyebab kematian pada balita di dunia khususnya negara berkembang seperti di Indonesia. ISPA dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan rumah, perilaku hidup bersih dan sehat yang buruk. Tingginya mortalitas ISPA di Kota Depok pada balita menjadikannya perlu dilakukan penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan kejadian ISPA pada balita di Kota Depok. Tujuannya untuk mengetahui hubungan faktor-faktor serta faktor apa yang paling dominan terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA. Penelitian ini berdesain croos sectional dengan populasi penelitian seluruh balita di Kota Depok. Sampel penelitian ini adalah balita berdomisili di Kecamatan Sawangan, Bojong Sari dan Cipayung. Teknik Sampling dalam penelitian ini adalah multistage sampling dengan jumlah 110 anak balita per kecamatannya secara acak. Total sampel 330 balita. Hasilnya variabel dengan nilai p <0,05 yaitu pencahayaan alami p=0,033 (OR=2,474, 95% CI 1,120-5,469), luas ventilasi p=0,005 (OR=2,987, 95% CI 1,804-4,946) dan memasak sambil menggendong anak p=0,002 (OR=2,459, 95% CI 1,426-4,240). Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan pencahayaan alami yang tidak masuk kedalam rumah, ukuran ventilasi <10% luas lantai dan kebiasaan memasak sambil menggendong anak dengan kejadian ISPA di Kota Depok tahun 2019. Luas ventilasi <10% luas lantai merupakan faktor dominan.

ARI is one of the leading causes of death in children in the world, especially developing countries like Indonesia. Factors causing ARI are a problem of the house environment, poor hygiene, and healthy behavior. Mortality rate of ARI in Depok is hight, specifically for cildren under-fives years old, requires research about house environment and behavior associated with ARI in children under five years old. This study aimed to determine the associated of the house environment and behavior with ARI and find the dominant factor. This study used cross-sectional design. The population were children under five years old in Depok. The sample were children under five years old at the Bojongsari, Cipayung, and Sawangan District. Sampling technique was multistage sampling with 110 children/district with a random system. The total sample was 330 children. Result is natural lighting p=0,003 (OR=2,474, 95% CI 1,120-5,469), ventilation area p=0,005 (OR=2,987, 95% CI 1,804-4,946), and cooking while holding the children p=0,002 (OR=2,459, 95% CI 1,426-4,240) have p value <0,05. The conclusion is natural lighting, ventilation size, and cooking while holding the children asociated with ARI in Depok 2019. Ventilation size is the dominant factor for the incidence of ARI in Depok."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T55337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Rahayu
"Pendahuluan: Keberadaan pondok pesantren yang ada di Indonesia maupun di Kota Depok khususnya di Kecamatan Sawangan masih belum diimbangi dengan tingkat sanitasi lingkungan yang memadai, tentunya hal ini akan menjadi risiko ancaman terhadap kesehatan anak-anak yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. Rendahnya perilaku santri dalam pemeliharaan sanitasi lingkungan dapat menjadi penyebab terhadap pembentukan kondisi sanitasi lingkungan tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi santri dalam melakukan pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama khususnya di Pondok Pesantren X Sawangan Depok Tahun 2020. Metode: Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 173 santri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified proportionate random sampling serta kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84 santri (48,0%) memiliki perilaku sanitasi lingkungan yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariate perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan (p-value = 0,007), sikap (p-value = 0,000), persepsi (p-value = 0,000), keterpaparan informasi (p-value = 0,010), dan dukungan ustadz/ustadzah (p-value = 0,000). Hasil multivariate, factor yang paling dominan yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan adalah dukungan ustadz/ustadzah, didapatkan p-value = 0,000 dengan nilai OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara factor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi), factor pemungkin (keterpaparan informasi) dan factor penguat (dukungan ustadz/ustadzah) dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama. Kemudian, factor yang paling dominan yang mempengaruhi terhadap perilaku pemeliharan sanitasi lingkungan santri adalah factor penguat yaitu dukungan ustadz/ustadzah. Saran: Upaya peningkatan sanitasi lingkungan asrama perlu dilakukan oleh pihak pondok pesantren melalui upaya peningkatan peran ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, edukasi, dan juga pengawasan terhadap penerapan perilaku santri dalam memelihara sanitasi lingkungan asrama.

Introduction: The existence of Islamic boarding schools in Indonesia and in Depok City, especially in Sawangan District, has not been matched by an adequate level of environmental sanitation, this will pose a threat to the health of children who receive education at the Islamic Boarding School. The low behavior of students in maintaining environmental sanitation can be the cause of the formation of these environmental sanitation conditions. Purpose: This study aims to determine the factors that influence the students in maintaining the sanitation of the dormitory environment, especially in X Boarding School in Sawangan Depok in 2020. Methods: The study design used was a cross-sectional study with a sample size of 173 students. Sampling was done using a stratified proportionate random sampling and a questionnaire used as a measuring tool for the study. Results: The results of this study indicate that 84 students (48.0%) have poor environmental sanitation behavior. Based on the results of the bivariate analysis, environmental sanitation maintenance behavior has a significant relationship with knowledge (p-value = 0.007), attitude (p-value = 0.000), perception (p-value = 0.000), information exposure (p-value = 0.010), and support from the religious teacher (p-value = 0,000). The multivariate result, the most dominant factor that has a significant relationship with environmental sanitation maintenance behavior is support from the religious teacher, obtained p-value = 0.000 with an OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Conclusion: There is a relationship between predisposing factors (knowledge, attitudes, perceptions), enabling factors (information exposure), and reinforcing factors (support from the religious teacher) with the behavior of maintaining sanitation in the dormitory environment. Then, the most dominant factor that influences the behavior of maintaining environmental sanitation of students is the reinforcing factor, namely support from the religious teacher. Suggestion: Efforts to improve dormitory environmental sanitation need to be carried out by the boarding schools through increasing the role of the religious teacher in providing guidance, education, and also monitoring the implementation of student's behavior in maintaining dormitory environmental sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Rahayu
"Pendahuluan: Keberadaan pondok pesantren yang ada di Indonesia maupun di Kota Depok khususnya di Kecamatan Sawangan masih belum diimbangi dengan tingkat sanitasi lingkungan yang memadai, tentunya hal ini akan menjadi risiko ancaman terhadap kesehatan anak-anak yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. Rendahnya perilaku santri dalam pemeliharaan sanitasi lingkungan dapat menjadi penyebab terhadap pembentukan kondisi sanitasi lingkungan tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi santri dalam melakukan pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama khususnya di Pondok Pesantren X Sawangan Depok Tahun 2020. Metode: Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 173 santri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified proportionate random sampling serta kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84 santri (48,0%) memiliki perilaku sanitasi lingkungan yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariate perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan (p-value = 0,007), sikap (p-value = 0,000), persepsi (p-value = 0,000), keterpaparan informasi (p-value = 0,010), dan dukungan ustadz/ustadzah (p-value = 0,000). Hasil multivariate, factor yang paling dominan yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan adalah dukungan ustadz/ustadzah, didapatkan p-value = 0,000 dengan nilai OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara factor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi), factor pemungkin (keterpaparan informasi) dan factor penguat (dukungan ustadz/ustadzah) dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama. Kemudian, factor yang paling dominan yang mempengaruhi terhadap perilaku pemeliharan sanitasi lingkungan santri adalah factor penguat yaitu dukungan ustadz/ustadzah. Saran: Upaya peningkatan sanitasi lingkungan asrama perlu dilakukan oleh pihak pondok pesantren melalui upaya peningkatan peran ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, edukasi, dan juga pengawasan terhadap penerapan perilaku santri dalam memelihara sanitasi lingkungan asrama.

Introduction: The existence of Islamic boarding schools in Indonesia and in Depok City, especially in Sawangan District, has not been matched by an adequate level of environmental sanitation, this will pose a threat to the health of children who receive education at the Islamic Boarding School. The low behavior of students in maintaining environmental sanitation can be the cause of the formation of these environmental sanitation conditions. Purpose: This study aims to determine the factors that influence the students in maintaining the sanitation of the dormitory environment, especially in X Boarding School in Sawangan Depok in 2020. Methods: The study design used was a cross-sectional study with a sample size of 173 students. Sampling was done using a stratified proportionate random sampling and a questionnaire used as a measuring tool for the study. Results: The results of this study indicate that 84 students (48.0%) have poor environmental sanitation behavior. Based on the results of the bivariate analysis, environmental sanitation maintenance behavior has a significant relationship with knowledge (p-value = 0.007), attitude (p-value = 0.000), perception (p-value = 0.000), information exposure (p-value = 0.010), and support from the religious teacher (p-value = 0,000). The multivariate result, the most dominant factor that has a significant relationship with environmental sanitation maintenance behavior is support from the religious teacher, obtained p-value = 0.000 with an OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Conclusion: There is a relationship between predisposing factors (knowledge, attitudes, perceptions), enabling factors (information exposure), and reinforcing factors (support from the religious teacher) with the behavior of maintaining sanitation in the dormitory environment. Then, the most dominant factor that influences the behavior of maintaining environmental sanitation of students is the reinforcing factor, namely support from the religious teacher. Suggestion: Efforts to improve dormitory environmental sanitation need to be carried out by the boarding schools through increasing the role of the religious teacher in providing guidance, education, and also monitoring the implementation of student's behavior in maintaining dormitory environmental sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>