Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174260 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heny Lestary
"Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku berisiko pada remaja di Indonesia, khususnya mengenai perilaku merokok, alkohol, narkoba, dan hubungan seksual pranikah, dengan menggunakan data SKRRI tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan hubungan di antara perilaku berisiko dan determinan perilaku berisiko pada remaja di Indonesia adalah pengetahuan tentang perilaku seksual, sikap terhadap perilaku seksual, umur, jenis kelamin, pendidikan remaja, status ekonomi, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua, dan adanya teman yang berperilaku berisiko. Faktor yang paling dominan hubungannya adalah jenis kelamin. Disarankan untuk lebih banyak melibatkan remaja laki-laki dalam berbagai kegiatan olahraga, seni, dan perkumpulan ilmiah.

This research used cross-sectional design that aimed to identify risk behavior determinants among young adult in Indonesia related to smoking tobacco, drinking alcoholic beverages, using dmgs, and premarital sex by using IYARHS data in 2007. The results showed that there were significant association between risk behaviors and its determinants among young adult in Indonesia were sexual behavior knowledge, attitude towards sexual behavior, age, sex, education achieved, economic status, access to information and media, communication with parents and also friends with risk behaviors. The most dominant variable that statistically associated was sex. It is belief that by involving young adult especially for boys in sports activity, arts or science club will reduce the risk behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33280
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Robi`ie
"Skripsi ini membahas determinan perilaku seksual berisiko pada remaja di Indonesia tahun 2010-2012 berdasarkan data Survey Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Remaja BKKBN tahun 2010-2012. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan metode pemodelan regresi logistik. Hasil penelitian menyatakan bahwa determinan perilaku seksual berisiko pada remaja dalam tiga tahun tersebut adalah kelompok umur, sikap remaja, dan status pernah mengkonsumsi NAPZA. Determinan yang paling dominan adalah sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah. Penelitian ini menyarankan agar perilaku ini dapat dicegah melalui pembentukan sikap yang negatif terhadap hubungan seksual pranikah.

This study discusses the determinants of adolescents sexual risk behavior in Indonesia 2010-2012 based on National Medium Range Development Plan in Youth 2010-2012 Survey by BKKBN. The study design is cross-sectional. The data was analyzed by logistic regression modeling. The study states that the determinant of sexual risk behavior in adolescents in the three years are the age groups, adolescents attitude, and never consume drug status. The most dominant determinant is the attitude of youth toward premarital sexual relations. This study suggested that this behavior can be prevented through the establishment of negative attitudes toward premarital sexual relations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ice Sesi Wulandari
"Penting untuk merencanakan kehidupan berkeluarga sejak masa remaja. Penelitian ini merupakan analisis dari data SKRRI 2007 dan SDKI KRR 2012 yang bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan rencana remaja dalam kehidupan berkeluarga serta faktor-faktor yang berhubungan serta menggunakan desain komparatif. Hasil penelitian menunjukan sekitar 30% remaja pada SKRRI 2007 dan 38,5% pada SDKI KRR 2012 memiliki rencana baik dalam kehidupan berkeluarga. Pada SKRRI 2007 hanya faktor kelompok umur yang tidak berhubungan. Sedangkan pada SDKI KRR 2012, semua faktor berhubungan. Faktor yang paling dominan dari kedua data sekunder tersebut yaitu pengetahuan tentang metode KB. Saran ditujukan bagi keluarga, masyarakat, Kemenkes, BKKBN, Kemendikbud, DPR dan Kominfo.

It is important to plan family life since adolescence. This study is an analysis of the data IYARHS 2007 and IDHS ARH 2012 which aims to determine and compare the plan of adolescents in family life as well as factors associated with using comparative design. The results showed about 30% of adolescents in IYARHS 2007 and 38,5% in the 2012 IDHS ARH has a good plan in family life. In IYARHS 2007 only age group who are not related. While in the IDHS ARH 2012, all factors factors. The most dominant factor of both the secondary data is knowledge of family planning methods. Suggestion is intended for families, communities, Ministry of Health, BKKBN, Ministry of Education, Parliament and Ministry of Communication and Information Technology.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Maulidina Karima Haris
"Faktor risiko penularan HIV/AIDS tertinggi menurut Laporan Kementerian Kesehatan (2020) adalah heteroseksual, homoseksual dan penggunaan jarum suntik bergantian. Remaja khususnya pria merupakan salah satu kelompok rentan untuk melakukan seks bebas dan penyalahgunaan narkoba yang merupakan perilaku berisiko HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku berisiko HIV/AIDS pada remaja pria berusia 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder yaitu SDKI tahun 2012 dan 2017 dengan desain studi cross sectional. Hasil uji regresi logistic didapati bahwa usia, sikap terhadap seks pranikah dan pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku berisiko HIV/AIDS di tahun 2012, kemudian pada tahun 2017 usia, sikap terhadap seks pranikah, pengaruh teman sebaya dan pendidikan berhubungan dengan perilaku berisiko HIV/AIDS pada remaja pria. Faktor yang paling berhubungan adalah sikap terhadap seks pranikah dengan nilai AOR 6,65 di tahun 2012 dan 9,13 di tahun 2017.

The highest risk factors for HIV/AIDS transmission according to the Ministry of Health Report (2020) are heterosexual, homosexual and sharing needles. Adolescents, especially men, are one of the vulnerable groups to have free sex and drug abuse, which are risk behaviors for HIV/AIDS. This study aims to determine the risk behavior factors for HIV/AIDS in male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. The research is quantitative using secondary data from the 2012 and 2017 IDHS with a cross sectional study design. The results of the logistic regression test found that age, attitudes towards premarital sex and peer influence were related to HIV/AIDS risk behavior in 2012, then in 2017 age, attitudes towards premarital sex, peer influence and education were associated with HIV/AIDS risk behavior in teenage boys. The most related factor was attitudes towards premarital sex with AOR values of 6.65 in 2012 and 9.13 in 2017."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2008
R 614.42 IND
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Nurlely Bethesda
"Diperkirakan dua puluh persen dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah remaja. Kelompok masyarakat ini berada pada usia dimana kesadaran dan aktifitas seksual meningkat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok rentan terhadap infeksi menular seksual akibat keterbatasan akses informasi dan layanan program kesehatan reproduksi remaja. Tujuan penelitian untuk mempelajari faktor sosiodemografi dan sosiokultur yang berhubungan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS) pada remaja Indonesia. Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis data sekunder dari SKRRI 2007 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia. Didapatkan prevalensi IMS pada remaja yang mengikuti SKRRI 2007 adalah 10 %. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian IMS adalah jenis kelamin. Remaja perempuan berisiko 8,31 kali dibandingkan remaja laki-laki untuk tertular IMS. Hal ini karena luas penampang organ reproduksi perempuan lebih luas dibandingkan laki-laki dan bersifat reseptif.

According to the data at 2007, it is estimated about twenty percents of total Indonesia population are adolescents. These adolescents within in range of their age with consciousness and risen sexual activity. Some studies have showed that adolescents are such vulnerable population to sexually transmitted infection. This study is aimed to analyze sociodemography and socioculture factors which related with sexual transmitted infection (STI) amongst Indonesia adolescents. It is conducted as secondary data analyzing by using Young Adult Reproductive Health Survey 2007. The prevalence of STI amongst Indonesia adolescents whom became SKRRI 2007 respondents is 10%. Sex has strong association with STI. Girls are more vulnerable to STI than boys. It caused by its reproductive organ is wider and receptive type.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Pusmaika
"Di usia remaja dengan keterampilan hidup yang belum memadai dapat menyebabkan remaja berperilaku seksual hingga melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat menempatkan remaja pada risiko terinfeksi Human Immunodeficiency Virus HIV, Infeksi menular seksual IMS dan kehamilan yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual pada remaja di Indonesia dengan menganalisis data sekunder Survey Demografi Kesehatan Indonesia-Kesehatan reproduksi Remaja SDKI-KRR tahun 2012. Sampel sebanyak 19.868 remaja yang berusia 15-24 tahun dan belum menikah. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan multivariable regresi logistik . Hasil penelitian menunjukkan perilaku potensial seks berisiko pada remaja di Indonesia sebesar 19,65, hubungan seksual pertama kali 42,67 dilakukan di rumah rumah sendiri dan rumah pasangan, 90,27 melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacar. Hasil penelitian juga menunjukkan 20,94 remaja perkotaan berperilaku potensial berisiko cOR 0,82; OR; 0,95. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual remaja. Hasil analisis stratifikasi dengan status ekonomi keluarga menunjukkan bahwa Remaja di perkotaan dengan status ekonomi terbawah terdapat beda efek yang sangat kecil untuk berperilaku potensial seks berisiko dibandingkan remaja di perkotaan dengan status ekonomi teratas. Peningkatan keterlibatan pemerintah, dinas pendidikan dan kesehatan untuk dapat memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi khusunya seksualitas yang tepat dan merata bagi remaja.
In adolescence with adequate life skills can cause adolecense sexual behavior to sexual intercourse. This can put them at risk of Human Immunodeficiency Virus HIV , Sexual Transmitted Infections STI, and unwanted pregnancies. The research analyzed the seconder data of Indonesia Demographic and Health Survey Adolescent Reproductive Health in 2012. The sample is 19,868 of teenagers in the age between 15 24 years old and single. It used descriptive analysis and multivariable logistic regression. The research results showed that 19.65 for risk sexual behavior amongst the adolescent in Indonesia, 42.67 for first sexual contact at home at home or in couple rsquo s home, 90.27 for first sexual contact with girlfriend boyfriend. It also showed that 20.94 of urban youth having risk sexual behavior cOR 0,82 OR 0,95. It showed that there no difference between the residential areas to the adolescent sexual behavior. The results of economic stratification status analysis with family showed that there small difference effect between the low level and high level economic teenagers who live in the rural that is potential for risk sexual. The increased engagement of the government, education service, and health service can give contribution for giving information about health reproduction, especially the right sexual behavior for teenager. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmadini
"Menurut MDGs pengetahuan komprehensif HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang terdiri dari 5 kategori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dengan perilaku berisiko pada remaja belum menikah usia 15-24 tahun di Indonesia. Desain studi penelitian adalah desain cross- sectional dengan menggunakan data SDKI-KRR tahun 2012. Hasil uji penelitian ini menunjukkan persentase perilaku berisiko pada responden adalah 7,4% sedangkan persentase remaja yang mengetahui pengetahuan komprehensif adalah 27,5%. Analisis multivariabel menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dengan perilaku berisiko HIV pada remaja belum menikah (P = 0,359).

Comprehensive knowledge of HIV/AIDS is a knowledge about transmission and prevention of HIV/AIDS are elaborated based on 5 things, namely: HIV can be prevented by having sex only with husband/wife, do not needles sharing, using condom when having sex with risky partner, HIV can?t be spread by eating within on plate with the people effected by HIV, and HIV can?t be spread through mosquito bites. This study was conducted to know how the relationship between comprehensive knowledge of HIV/AIDS with risk behavior of HIV in unmarried adolescent age 15 ? 24 years old in Indonesia. Study design is observational study with cross-sectional design, using the Indonesia Demographic and Health Survey ? Adolescent Reproductive Health in 2012. Total respondents are 17.194 adolescents. Chi-squared test result of this study demonstrate is percentage of risky behavior unmarried adolescent was 7,4% while the percentage of comprehensive knowledge was 27,5%. Multivariate analysis showed there no significant relationship between the comprehensive knowledge of HIV/AIDS with risk behavior of HIV in unmarried adolescent (P = 0,359).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nohan Arum Romadlona
"ABSTRAK
Perilaku merokok, minum alkohol, penggunaan narkoba, dan seks pranikah merupakan perilaku berisiko kesehatan. Pengetahuan dan persepsi remaja terhadap perilaku berisiko tersebut dapat dibentuk dengan siapa remaja berdiskusi tentang informasi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana lawan diskusi mempengaruhi perilaku berisiko kesehatan remaja. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku merokok, minum alkohol, penggunaan narkoba, dan seks pranikah. Kemudian yang berperan sebagai lawan diskusi yaitu teman, ayah, ibu, saudara, keluarga, guru, tokoh agama, dan petugas kesehatan digunakan sebagai variabel independen. Sosiodemografi, akses media, dan keberadaan teman berisiko menjadi variabel kontrol. Analisis data menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja. Populasi penelitian adalah remaja laki-laki dan perempuan belum menikah usia 15-24 tahun. Hasil analisis memperlihatkan bahwa lawan diskusi terbukti berhubungan dengan perilaku remaja. Remaja yang berdiskusi dengan teman akan meningkatkan risiko terhadap semua perilaku berisiko. Remaja yang berdiskusi dengan ayah memiliki risiko lebih tinggi untuk merokok dan minum alkohol. Sebaliknya, ibu memiliki peranan penting untuk mencegah perilaku berisiko pada remaja. Kualitas lawan diskusi dan nilai-nilai informasi perlu menjadi pertimbangan untuk membantu remaja terproteksi dari perilaku negatif. Penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu perlu terlibat dalam upaya penanggulangan perilaku berisiko.

ABSTRACT
Smoking, alcohol drinking, drug use, and premarital sex are health risk behaviors. The adolescent knowledge and perception on such risk behaviors might be shape by whom the health related information has been discussed. This research aims to assess to what extent discussion partner influence on adolescent health risk behaviour. Dependent variables used in this research are smoking, alcohol drinking, drug use, and premarital sex. Then, Those who role as discussion partners such as friends, fathers, mothers, relatives, teachers, religious leaders, health service provider are functioned as independent variables. Sociodemographic, the access of media, and the existence of peers behaving risky become control variables. Data used in this research is Indonesia Demographic and Health Survey 2012, Adolescent Reproductive Health component. The population of the research is unmarried young men and women aged between 15-24 years old. The result shows that a discussion partner is proven to have association with young behavior. Adolesecent who discuss with friends will increase the risk to any risky behavior. Adolescent who discuss with fathers have potentially higher risk to drinking alcohol and smoking than the other one. Contrast to fathers, mothers have an important role to prevent any risky behaviors on adolescent. The quality of discussion partner and information values need to become consideration to help protect adolescent from negative behaviors. This research shows that mothers need to involved in the effort to overcome risky behaviors"
2016
S64639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rajbatul Adawiyah
"Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Di sisi yang lain masa remaja merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan identitas diri. Sebanyak 75% kematian pada remaja terjadi akibat faktor perilaku. Penyakit-penyakit atau kelainan fisis yang timbul karena masalah perilaku remaja antara lain ialah: luka atau kecelakaan, kehamilan remaja, penyakit seksual yang ditularkan, gangguan makan, penyalahgunaan obat dan alkohol, merokok, masalah emosi, dan sebagainya; yang akan mempengaruhi kehidupan pribadi, keluarga, bangsa dan negara di masa yang akan datang (Gunarsa 1989). Dari berbagai permasalahan perilaku seksual pada remaja yang saat ini sangat memprihatinkan berdasarkan data-data yang ada, perlu diketahui akar permasalahannya untuk mendapat solusi yang tepat. Perilaku intercourse pada remaja sangat beresiko terhadap kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang akhirnya menambah jumlah kasus aborsi yang disengaja dan tidak aman. Hal ini mengakibatkan komplikasi aborsi yaitu pendarahan, sehingga menyebabkan kematian ibu.
Tujuan dari penelitian ini yaitu diketahuinya determinan yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual intercourse pada remaja (analisis SKKRI 2007). Metode penelitian ini menggunakan cross sectional dengan analisis statistik mengguna kan uji T, Chi Square dan Regresi Logistik Ganda.
Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa determinan yang mempengaruhi perilaku intercourse pada remaja adalah variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan kespro, pengalaman memiliki pacar dan status memiliki teman yang melakukan intercourse. Sedangkan variabel yang paling mempengaruhi perilaku intercourse pada remaja adalah status memiliki teman yang melakukan intercourse.
Uraian penelitiannya antara lain dari hasil uji statistik diketahui bahwa umur remaja mempunyai hubungan dengan perilaku intercourse, remaja laki-laki mempunyai peluang 4.1 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja perempuan, remaja yang berpendidikan SD mempunyai peluang 1.9 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang berpendidikan universitas, remaja yang tidak mengetahui hal-hal mengenai kespro beresiko 0.39 kali lebih rendah melakukan intercourse dibandingkan remaja yang mengetahui hal-hal mengenai kespro, remaja yang berstatus memiliki pengalaman pacaran mempunyai peluang 8.0 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang berstatus tidak berpengalaman pacaran dan remaja yang memiliki teman yang sudah melakukan intercourse sebelum menikah beresiko 15.1 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang tidak memiliki teman yang sudah melakukan intercourse sebelum menikah.
Saran dari penelitian ini yaitu diadakannya Program Pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan pelatihan peer (kader remaja) untuk menjadi educator dan memberikan dukungan bagi remaja yang memiliki masalah agar remaja Indonesia memiliki lingkaran pergaulan yang baik.

Background: Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood. On the other hand adolescence is a crucial period for the formation of identity. As many as 75% of deaths in adolescents due to behavioral factors. Diseases or physical abnormalities arising from adolescent behavior problems among others are: injuries or accidents, teen pregnancy, sexually transmitted diseases, eating disorders, drug and alcohol abuse, smoking, emotional problems, etc., that will affect your personal life, family, state and nation in the future (Gunarsa 1989). Of the various problems of sexual behavior in adolescents who currently very concerned based on the data available, need to know the root of the problem to get the right solution. Intercourse behavior in adolescents are particularly at risk for the incidence of Unwanted Pregnancy, which eventually increase the number of cases of induced abortion and unsafe. This resulted in abortion complications are bleeding, causing maternal death.
The purpose of this research is known determinant associated with sexual intercourse behavior in adolescents (analysis of SKKRI 2007). The method uses a cross-sectional study with statistical analysis to use the T test, chi-square and multiple logistic regression.
The results of multiple logistic regression analysis showed that the determinants that influence the behavior of intercourse among adolescents is the variable age, gender, education, reproductive health knowledge, the experience of having a boyfriend and having the status of a friend who perform intercourse. While the variables that most influence the behavior of intercourse among adolescents is the status of your friends who have intercourse.
Description of research include the results of statistical tests known that age have a relationship with intercourse behavior, adolescents boys have a 4.1 times more risk of intercourse than adolescent girls, adolescents who had elementary has a 1.9 times bigger risk of intercourse than adolescents who educated universities, adolescents who do not know about reproductive health matters times lower risk of 0.39 intercourse than adolescents who know things about reproductive health, the status of adolescent dating experience have 8.0 times more risk intercourse than adolescents who are not experienced dating status and adolescents who have friends who have intercourse before marriage 15.1 times more risk of intercourse than adolescents who do not have friends who have intercourse before marriage.
Recommendation from this study that the holding of Education ARH (Adolescent Reproductive Health) and training peer (teen volunteers) to be educators and to provide support for teens who have problems for teens Indonesia has a good social circle.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>