Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95088 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astrid Novita
"Kekerasan terhadap perempuan dapat ditetapkan sebagai pelanggaran hak manusia. Berdasarkan analisa atas kasus-kasus kekerasan, terungkap pula berbagai jenis kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya. Kekerasan terhadap Istri (KTI) merupakan bagian dari kekerasan terhadap perempuan di dalam rumah tangga (KDRT). Kekerasan dalam rumah tangga mencakup kekerasan terhadap anak, anggota keluarga yang lain, dan bahkan pembantu rumah tangga. Tetapi melihat beberapa hasil penelitian dan kasus-kasus yang ada, fenomena kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki (suami) terhadap istrinya terbukti yang paling banyak terjadi. Kekerasan terhadap istri adalah kekerasan terahdap perempuan yang terjadi di wilayah domestic/pribadi, dimana korbannya adalah perempuan yang berposisi sebagai istri dan dilakukan oleh suaminya. Kekerasan terhadap istri tidak hanya akan berdampak secara fisik (seperti meninggalkan bekas memar, biru, berdarah, dan sebagainya), tetapi juga berdampak secara psikologis.
Terjadi adanya peningkatan laporan mengenai kasus kekerasan terhadap perempuan terutama KTI. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan layanan pendamping LBH APIK Jakarta oleh 4 orang korban KTI tahun 2008. Penelitian ini juga beranjak dari asumsi yang juga terdapat dalam salah satu teori mengenai perilaku pencarian pelayanan kesehatan yaitu Health Belief Models.
Penggalian informasi didapatkan melalui wawancara mendalam (ndept interview) dan observasi. Untuk validitas data dalam penelitian ini hanya digunakan triangulasi sumber. Untuk triangulas! sumber, cara yang dilakukan adalah wawancara mendalam dengan keluarga korban dan pendamping dari LBH APIK. Oleh sebab itu, metode penelitan yang digunakan peneliti adalah kualitatif. Agar diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai pengetahuan serta latar belakang korban KTI dalam perilaku pencarian dan penggunaan layanan pendamping.
Didapatkan 4 orang informan utama (korban KTI), | orang teman dekat korban, | orang keJuarga korban (adik) dan 2 orang pendamping dari LBH APIK. Alasan penentuana jumlah informan sebanyak 4 orang, karena sudah terjadi pengulangan informasi mengenai beberapa hal yang ditanyakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tingkat pendidikan istri, tidak dapat--menjamin seseorang/istri tersebut untuk terlepas dari tindakan kekerasan yang dilakukan suami. Namun demikian, untuk istri yang pendidikannya lebih tinggi (Sarjana), terlihat ada upaya yang lebih besar untuk mencari penanganan masalahnya, termasuk untuk perilaku menggunakan layanan pendamping, Keterlitbatan istri dalam perekonomian rumah tangga tidak selalu dapat menghentikan kekerasan yang terjadi.
Perilaku pencarian dan penggunaan layanan pendamping pada korban KTI, menunjukkan proses yang berbeda-beda. Upaya bertahan dengan kondisi rumah tangga yang penuh konflik, adalah hal yang ditempuh oleh sebagian istri yang terkena kekerasan sebelum mereka mencari dan menggunakan layanan pendamping. Pertimbangan anak-anak dan stigma masyarakat yang menjadi alasan untuk bertahan. Budaya malu yang dimiliki korban KTI untuk tidak membuka permasalahan mengenai tindak kekerasan yang dialaminya secara dini, masih merupakan hal yang menyebabkan keterlambatan dalam penanganan pada korban KTI. Dari penelitian ini, pengetahuan informan secara keseluruhan dikatakan baik. Hal tersebut dikarenakan selama mengikuti pendampingan, informan mendapatkan berbagai pemahaman mengenai KTI dan cara penanganannya.
Sebagian besar informan mempunyai kecendrungan untuk rentan terkena kekerasan serta berpendapat bahwa KT] merupakan hal yang sangat serius untuk segera ditangani. Karakteristik istri yang rentan menjadi korban KTI adalah istri yang terlalu penurut, sclalu mengalah dan juga istri yang tidak mau menuruti keinginan suaminya. Karakteristik suami dan keadaan yang rentan untuk terjadinya tindakan kekerasan terhadap istri adalah tabiat suami yang sering berselingkuh dengan perempuan lain serta campur tangan pihak suami yang berlebihan. Dalam penelitian ini, seluruh informan berpendapat bahwa KTI dapat dicegah.
KTI merupakan masalah yang serius dan memerlukan penanganan segera. Faktor utama yang dirasakan informan menjadi hal yang serius untuk menangani KTI adalah karena perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang sangat terhadap berulangnya KTI. Manfaat dari layanan pendampingan sangat dirasakan oleh seluruh informan. Peran keluarga dan kerabat merupakan faktor motivasi yang utama untuk korban KTI dalam menangani masalahnya. Sumber informasi yang paling dominan membantu korban KT! dalam menemukan informasi mengenai layanan pendamping adalah media cetak dan sosialisasi program pendampingan melalui institusi dan seminar

Violence against women (VAW) can be stated as human rights abuse. Based on analyses toward cases of violence, it is revealed that some abuses are done by a husband toward his wife. A husband to wife abuses is one of type of violence against woman that taking place at the household, or called domestic violence (DV), as the victims is mostly a woman (the wife) that receive abuses from a man (the husband). Domestic violence can be also in the form of violence against children, and other household members, including the maid. But the most frequent cases found for domestic violence !s abuses toward the wife. The violence against the wife is not only have physicaily (like contusion, bruises or bleeding), but its also have psychological effects.
According to the increasing of cases reported on violence against women, especially the domestic violence, then the study has aims on describing the supporting care services of LBH APIK Jakarta that utilized by 4 victims of DV at the year of 2008. The study is also based on assumption on one of theories on health seeking behavior, the Health Belief Models.
The study has a qualitative approach, with the information is expiored by an in-depth interview and observations towards the victim. The data validation used by a triangulation of sources which are cared out toward victim’s family members and the buddy (supporter/assistant) of LBH APIK. Therefore, the knowledge and the circumstances that build up the health seeking behavior and the utilization on supporting care service by the victim can be explored. Informants of the study is consists of: 4 main informants (the DV victims), | closest friend of the victim, 1 victim’s relatives (brother or sister), and two buddies of LBH APIK. The determination of these informants is due to some information that has already asked before.
The study revealed that the wife’s level of education can not assure that tle wife can get rid of the husband abuses. However, for women who have high level of education (a bachelor) seems to be more likely to icok for asking help from others, such as behavior in using the supporting care services. Wife’s involvement in family economic ts also not stopped the evident of domestic violence.
Help seeking behavior and utilization on supporting care services by the victims of DV is shows different process. Trying to survive with the full of conflicts condition at the household is a common things that women used to do before they try to asking for help or using the supporting care service. Considering the child/children that they already have and stigma within the community are reasons that they still keep their condition in secret. The victim’s embarrass culture usuaily bring about secrecy of the problems in early occurrence of violence. The situation that makes the problem unraveling and victim’s seeking for help have delayed. From the study, the overall knowledge of informants are good, due to of during the assistance, mostly informants receive some information about DV and how to deal with it.
Most informants are likely to be vulnerable with abuses, and have opinion that DV is a serious problem and should be controlled as soon as possible. The nature of wife that vulnerable to abuse is kind of wife who too comply with the husband, always mengalah, and also a type of wife who always refuse to comply. Of the husband characteristics who at risk to do the DV, the nature of men who always having affair with other women, and too much imvolyement from the husband side toward the household or family matters is always set the situation of DV to be done. Meanwhile, all informants are agreed that DV can be prevented.
DV is a Serious problem and need to handle immediately. The main reason is because the uncomfortable feeling they have and the feeling of fear that there might be another abuses. Ail informants stated that the advantages of the supporting care service are useful. The role of family and relatives is the main factor of motivation for the victim to deal with the problemi. The most important of the source of information that help the DV’s victim to find out information about supporting care service is printed media and program socialization through institution and seminars.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34409
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Martgiani Soehartami
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S8361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saptadi Agung Priharyanto
"Tesis ini meneliti tentang pendampingan dan penegakan hukum kasus KDRT. Korban KDRT membutuhkan pendampingan karena ketahanan individunya terganggu. Maka akan memberi pengaruh terhadap ketahanan keluarga, ketahanan lingkungan, ketahanan masyarakat dan ketahanan nasional. Secara normatif pendampingan korban KDRT yang merupakan pemenuhan hak-hak korban telah diupayakan secara maksimal sehingga penanganan menjadi lebih optimal. Dalam prakteknya pendampingan korban kasus KDRT itu terdapat kendala.
Penelitian kualitatif ini dengan pendekatan deskriptif analisis. Metodologi dengan wawancara mendalam dengan berpedoman dimana penulis menyembunyikan peran berharap agar mendapat informasi yang lebih banyak dari informan dengan fenomenologi data primer dan data sekunder. Data primer dari wawancara mendalam berpedoman dengan 4 (empat) tempat studi kasus yaitu di LBH APIK, P2TP2A Provinsi DKI Jakarta, Bareskrim Polri dan Polres Metro Jakarta Timur. Sedangkan data sekunder dari berbagai literatur, baik berupa buku, artikel surat kabar, leaflet, internet.
Penelitian ini memfokuskan penegakan hukum dan pendampingan korban KDRT. Dan untuk pendampingan korban KDRT karena merupakan kasus yang spesifik tidak seperti kasus-kasus lain memerlukan penguatan, pemulihan dan pemberdayaan. Untuk kendala dalam hal ini pelaku kasus KDRT tidak ditahan menjadikan korban ketakutan. Adanya perbedaan persepsi antar aparat penegak hukum dalam hal ini polisi dengan korban KDRT, sehingga proses hukum terhambat. Di Kepolisian kasus KDRT dianggap sebagai kasus rumah tangga diselesaikan secara non ligitasi (solusi damai saja). Pertanyaan di pihak Kepolisian menyudutkan korban. Maka peluang terjadinya kasus KDRT adalah dengan tidak ditahannya pelaku ancaman tindak kekerasan akan kembali muncul lagi, yang mengancam keselamatan korban. Solusi damai tidak cukup untuk menangani kasus KDRT berpeluang kondisi psikis mengalami trauma menjadi-jadi mengingat pengalaman kekerasan yang dialami, Pertanyaan yang menyudutkan akan menjadikan korban tidak percaya diri dan tidak mau memakai jalur hukum dengan berbagai alasan.

This thesis examines the law enforcement and assistance in the domestic violence (KDRT) cases. The domestic violence victims need assistance because their individual resistance is disturbed so it will give an influence on family resilience, environmental sustainability, community and national resilience. Normatively the assistance of domestic violence victims that represent the fulfillment of the rights of victims have been pursued maximally so that the handling becomes more optimal. In practice, there are many constraints in assisting the domestic violence victim cases.
This qualitative research represents descriptive analysis approach with methodology of in-depth interviews in which the author undercover his role on hoping in order to obtain more information from informants with the phenomenology of primary data and secondary data. The primary data of the in-depth interviews are guided with 4 (four) places of case studies namely at LBH APIK, P2TP2A of DKI Jakarta Province, National Police Criminal Investigation (Bareskrim Polri) and Polres Metro Jakarta Timur while the secondary data are from various literature, in the form of books, newspaper articles, leaflets, and Internet.
This study focused on the law enforcement and assistance to the domestic violence victims. The assistance to the domestic violence victims is a specific case, not like other cases that require reinforcement, recovery, and empowerment. The constraint in this case is that the doers are not arrested so that the victims of domestic violence become afraid. The different perception between law enforcement officers in this case the police and victims of domestic violence cause the legal process hampered. In the police, the domestic violence cases are considered as household affair that should be resolved in non-litigation (peaceful solution only). The questions by the police are cornering the victims. Thus, the chances of domestic violence cases, because the doers are not arrested, the threats of violence will be repeated, that threaten the safety of the victim. Peaceful solution is not sufficient to handle domestic violence cases since it is likely that psychic condition will get trauma, due to the violence that they experienced. The cornering questions will make the victims have no self-confidence and do not want to take legal action with a variety of reasons.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29672
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Wardiman
"Penelitian kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya kekerasan terhadap isteri, akan mengkaji bentuk-bentuk kekerasan terhadap isteri dan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap isteri. Maraknya kekerasan terhadap isteri karena lemahnya penegakan hukum, kurangnya perhatian dari lingkungan masyarakat dan ketergantungan ekonomi yang tinggi terhadap suami.
Adanya kepedulian atau keaktifan masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap isteri, adanya penghargaan dari masyarakat terhadap prestasi yang diperoleh seseorang, menerapkan norma agama dengan baik, dan adanya kesadaran individu dalam menerapkan norma-norma budaya dengan baik, akan dapat mengikis egoisme laki-laki dalam mengatur kehidupan rumah tangga yang selama ini telah mengakar budaya dalam masyarakat.
Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif. Dalam penelitian melakukan pengumpulan data di lapangan dari informan dengan melalui wawancara dan data dari hasil penelitian maupun data yang telah ada. Penelitian ini menggunakan teknik analisis melalui pendekatan kualitatif.
Dari penelitian ini terungkap bahwa bentuk-bentuk kekerasan terhadap isteri ada yang berupa kekerasan fisik, kekerasan fisik dan psikologis, serta kekerasan fisik, psikologis, seksual dan finansial. Sedangkan yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap isteri dapat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat, hubungan komunikasi, seks (penyelewengan), kekerasan sebagai sumber daya untuk menyelesaikan masalah, yang sifatnya saling berkaitan antara penyebab satu dengan penyebab lainnya. Karena para korban umumnya tidak bekerja dan para pelaku pada umumnya memiliki kekuaaaan yang besar dalam kehidupan rumah tangga, menyebabkan para korban tidak berdaya hanya bersifat pasrah, pasif dan apatis, akibatnya para isteri menderita lebih dari satu bentuk kekerasan. Perbedaan bentuk kekerasan tergantung pendidikan yang dimiliki, tekanan berat, pengetahuan hukum pidana, pengetahuan hak asasi manusia, dan ketaatan beribadah para pelaku.

Research on violence against woman in the household, particularly to house-wives, the relevant typical forms of violence, and will evaluate factors causing such violence. The increasing tendency of violence against housewives was due to the weakness of law enforcement, the lack of attention of the respective environmental community and high economic dependency of housewives on husbands.
The rising interest or care of the community on violence in the household, especially against housewives, and the fact that community has been appreciative to any achievement or meritious deed, proper conduct of religious norms and the arising individual awareness in applying moral behavior, will contribute to eradicate man egoism governing the household which, so far, has deeply rooted in the culture of the community.
This research used descriptive method with data sampling gathered from field informant through interview, data collected in previous research and other available data high. These data further analyzed applying qualitative approach.
This research showed that the forms of violence against housewives, among others of physical, psycho-physical, and physical-psychological, sexual and financial. Meanwhile behind this violence against housewives were the influence of the environment community, communicative relation, sexual affairs, and problem solving through violence, which were interrelated. Apparently, in general, the victims were not working and less dominant in the house hold which made them helpless, passive and apathy and caused housewives to bear more than one form of violence. These forms of violence were related to the degree of education, level of mental pressure, knowledge of related law and human rights and the degree of obedience to the religious rule of conduct of the violence criminal.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidya Ade Rahmawati
"Kondisi darurat kekerasan seksual di Indonesia turut disebabkan karena lamanya pengesahan RUU TPKS yang utamanya disebabkan oleh pertarungan ideologi dan kuatnya narasi utama kekerasan seksual yang mengopresi penyintas. Perlawanan terhadap narasi utama kekerasan seksual dan upaya untuk menghadirkan ruang bagi penyintas salah satunya dilakukan dengan memanfaatkan media kreatif, seperti yang ditunjukan dalam video dokumenter berjudul Dengar dan Suarakan yang dipublikasikan oleh LBH APIK Jakarta. Tulisan ini menganalisis bagaimana kontra-narasi kekerasan seksual divisualisasikan dalam video dokumenter Dengar dan Suarakan sebagai salah satu upaya untuk melawan narasi penolakan RUU TPKS dan mengadvokasikan pengesahannya. Melalui pembedahan adegan, matrikulasi data, dan analisis dengan pendekatan kriminologi visual, kriminologi naratif, dan kriminologi feminis, tulisan ini menemukan pada media visual video dokumenter Dengar dan Suarakan dapat merepresentasikan suara penyintas dan menghadirkan kontra-narasi kekerasan seksual dalam rangka menegaskan urgensi dan mendukung pengesahan RUU TPKS.

Ideological battles and the solid existing narrative of sexual violence that oppresses survivors, has prolonged the passing of the TPKS law, and concocted emergency conditions regarding sexual violence in Indonesia. LBH APIK is publishing a documentary video entitled "Dengar dan Suarakan" to resist the existing narrative and create space to support survivors in voicing their experiences, which include efforts to obtain justice. This paper analyzes the visualization of the counter-narrative of sexual violence in the documentary Dengar dan Suarakan to counter the narrative of rejecting the Sexual Violence Crime Bill (RUU TPKS) and advocate for its ratification. Through scene analysis, matriculation data, and analysis using visual criminology, narrative criminology, and feminist criminology approach and perspective, this article finds that the visualization of the documentary "Dengar dan Suarakan" can represent the voices of survivors and present a counter-narrative of sexual violence to emphasize the urgency and support the ratification of the RUU TPKS."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noni veronica Liliana
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S6484
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliati Amperaningsih
"Secara umum ditegaskan bahwa KTP umumnya dan KTI khususnya akan membawa dampak negatif yang sangat luas bagi kehidupan seluruh masyarakat, baik dari segi kesehatan, sosial, maupun ekonomi. KTI dapat berdampak fatal karena dapat mengakibatkan kematian seorang perempuan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya perilaku pencarian layanan pendampingan korban KTI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kota Bandar Larnpung tahun 2004.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kerentanan, keseriusan terhadap masalah KTI dan gambaran manfaat, rintangan serta peran keluarga dalam pencarian layanan pendampingan. Selain itu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pencarian layanan pendampingan tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam pada 4 informan korban yang melapor ke LSM Damar dan 4 orang keluarganya, serta 4 informan korban yang tidak melapor (menyelesaikan masalah sendiri) dan 4 keluarganya. Selain itu dilakukan wawancara mendalam terhadap 4 pendamping korban dari LSM Damar. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Kota Bandar Lampung.
Hasil penelitian ini adalah menunjukan bahwa umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak tempat tinggal dan pengetahuan mempengaruhi persepsi individu, maka secara tidak langsung mempengaruhi perilaku pencarian layanan pendampingan terhadap masalah KTI, dan seluruh informan korban yang melapor maupun yang tidak melapor menganggap masalah KTI merupakan hal yang serius. Selain manfaat yang didapat informan korban yang melapor adalah secara hukum, konseling psikologis, pendampingan medis, dan pemberdayaan ekonomi, sedangkan korban yang tidak melapor hanya mendapat manfaat psikologis saja. Kemudian rintangan yang dirasakan korban yang melapor adalah tidak tahu keberadaan LSM Damar, takut biaya mahal, takut dan malu dengan keluarga, serta rintangan saat proses pendampingan seperti sikap aparat yang tidak berperspektif perempuan, kurangnya informasi dari LSM Damar tentang proses pengadilan yang sedang berjalan. Rintangan korban yang tidak melapor adalah rasa malu menceritakan masalah KTI dan rasa takut pada suami. Untuk peran keluarga pada umumnya berespon baik, walaupun ada yang tidak perduli dengan keadaan korban. Layanan yang diberikan LSM Damar pada umumnya baik, namun ada ketidakpuasan pada proses pendampingan hukum dan putusan pengadilan.
Peneliti menyarankan meningkatkan frekuensi program yang sudah ada sampai kepada tingkat institusi pemerintah, swasta, dan masyarakat, menambah SDM untuk penanganan kasus, peningkatan pengelolaan dokumentasi kasus korban, diadakan konseling keluarga dan support group, melakukan advokasi untuk segera mengesahkan UU Anti KdRT, Biro Bina Pemberdayaan Perempuan agar mengkampanyekan dan meningkatkan dana yang memadai untuk KTP dan KTI khususnya, melakukan pelatihan cara penanggulangan dan penanganan KTI bagi petugas kesehatan, menyisipkan pengetahuan gender, KTP pada mata ajaran terintergrasi, meningkatkan sikap aparat penegak hukum dan putusan pengadilan yang setimpal bagi pelaku, untuk individu, keluarga dan masyarakat harus peka terhadap kejadian KTI, orangtua menanamkan keadilan dan kesetaraan gender sejak dini. Bagi akademisi memperbanyak penelitian tentang KTP pada umumnya dan KTI khususnya.

The Behavior of Seeking Assistance to the Victims of Wife Violence and the Factors Influencing Taken Place in Bandar Lampung City in 2004In general affirmed that generally violence to women and more specific is violence to wife will bring negative impact for the whole life society, from health, social, and economic aspects. The violence to women can cause fatal impact death of a woman.
Problem of this research is not known yet of the behavior seeking assistance to the victims of woman violence and the factors influencing in Bandar Lampung City in 2004.
This research aim to acknowledge susceptible definition, serious concern to women violence problems and benefits that will achieve, barricade and also the family role in assistance seeking. Besides that, to know what factors are influencing the assistance seeking behavior.
This research used qualitative approach which conducted indepth interview to 4 victims informer which reported to NGO Damar and 4 families member, and also 4 victim informer which did not report (finishing problem by themselves) and 4 of his/her family member. Besides that also indepth interview to ward for victim assistance from Damar. Research location in Bandar Lampung City.
The result of this research is to show that the age, education, job, income, apart residence and knowledge influence individual perception, hence indirectly influence behavior seeking of assistance. Generally informer of victim which reported and also which did not report susceptible to wife violence, and all victim informer which report and also which did not report to assume that wife violence represent serious matter. Besides benefit which got victim informer of which report is judicially, psychological counseling, medical assistance, and the economic enableness, while victim which did not report only get just psychological benefit. Then the barricade felt by a victim which report is do not know existence of NOD Damar, fear costly expense, fear and lose face with family, and also the barricade moment of assisting process like: police attitude which is not in woman perspective, lack of information from NOD Damar of about litigation which is run in process. Barricade of Victim which do not report is feeling as homed to tell problem of wife violence and have cold feet at husband. For role of family of generally good respond, although there is which not give a dam with victim circumstance. Service given by the NGO Damar is generally good, but there is no satisfaction of assisting process to punish and the justice decision.
Researcher suggest to embolden program of campaign there until to level of governmental institution, private sector, and socialize, adding human resources for the case handling, require to be performed by counseling of family and support group, need improvement of documentation of victim case, conducting the advocation to immediately authenticate regulation of against domestic violence, Local Government in order to campaign and allocation of adequate fund for women violence and wife violence, conducting of training is a way of handling wife violence for health worker, inserting knowledge of women violence to the integrated subject, improving attitude of every police of enforcer punish and decision in kind justice for perpetrator, for more research about women violence and wife violence, for the individual, family and society have to be sensitive to the occurrences of wife violence.
References : 93 (1974 - 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Suminar
"Kekerasan terhadap Istri adalah suatu bentuk penganiayaan secara fisik maupun emosional/psikologis yang merupakan cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan rumah tangga Kekerasan terhadap Istri menimbulkan dampak yang serius pada kesehatan dan kualitas hidup wanita, sehingga kekerasan menjadi prioritas kesehatan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya (WHO, 1996). Studi mengenai Kekerasan terhadap istri di masyarakat yang menunjukan tentang masalah kekerasan terhadap istri sebagai masalah kesehatan masyarakat masih kurang, sehingga sangat sedikit sekali laporan mengenai dampak kekerasan terhadap istri (Suryadi, 1999 : 23).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap akibat kekerasan pada aspek fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi korban.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada korban dan keluarganya . Lokasi penelitian dilakukan di kota Jakarta dan Bandung. Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari enam orang informan korban dan enam orang informan keluarga korban sebagai tringulasi sumber.
Dampak fisik yang dialami oleh informan dalam penelitian ini adalah memar, gatal-gatal dan kulit panas, darah mengucur dari hidung dan mata bengkak , timbulnya perubahan pola menstruasi dan merasa enggan untuk melakukan hubungan seksual.
Dampak kekerasan terhadap aspek psikologis menyebabkan timbulnya perasaan ketakutan dan munculnya gejala-gejala depresi seperti harga diri rendah, merasa tidak berdaya dan kehilangan harapan untuk tetap mempertahankan perkawinannya, penurunan nafsu makan dan kurang tidur, perasaan sedih, menurunnya gairah untuk menjalani kehidupan sehari-hari , mengalami putus asa dan cenderung berkeinginan untuk mengakhiri hidup.
Dampak kekerasan pada aspek sosial yang dialami oleh informan antara lain terbatasnya interaksi dengan dengan orang lain karena suami sering membatasi pergaulannya dan perasaan malu korban terhadap orang lain, Dampak kekerasan terhadap aspek ekonomi yang dialami adalah istri harus mengeluarkan uang untuk mengobati lukanya dan keterbatasan pemenuhan ekonomi karena suami jarang memberikan nafkah, sehingga istri harus meminta bantuan pada keluarga, orang tua dan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Peneliti menyarankan kepada Pemerintah untuk mempercepat pengesahan RUU KDRT serta mengimplementasikan kebijakan "Toleransi nol" secara menyeluruh dan termonitor dengan baik. Terhadap Kelompok Profesi kesehatan peneliti menyarankan untuk Lebih peka terhadap pasien dengan cedera khas akibat penganiayaan, Membuka unit-unit layanan perempuan korban kekerasan di Rumah Sakit Umum yang melibatkan perawat, dokter, psikiatri dan psikolog dalam upaya penanganannya, Melakukan advokasi kepada Pemerintah untuk membuat kebijakan mengenai keringanan pembiayaan untuk korban kekerasan terhadap istri. Terhadap kelompok psikologis peneliti menyarankan membuat shelter pelayanan pendampingan psikologi dengan biaya gratis dan bekerjasama dengan sektor kesehatan dan LSM untuk menjaring korban kekerasan terhadap istri yang mengalami gangguan psikologis.

Abuse to wife is a form of maltreatment physically and also emotional/ physiologist which is a controlling way to couple in householder life. Wife abuse has generating serious effects to wife health and quality of life, so that abuse become the public health priority in prevention and overcome effort (WHO, 1996). Study of wife abuse in society which is show about wife abuse as a public health problem is still less, so that there's still very small amount report about the effect of wife abuse (Suryadi, 1999:23).Problem in this research is not yet known clearly the effect of abuse victim in physically, psychology, social, and economy aspect.
This research use qualitative approach by doing interview to victims and their family. Research is conducted in Jakarta and Bandung. Informant that entangled in this research composed from six informants from victims and six informants from their family as the source of triangulation.
Physical effect which is felt by victims is bruise, itches and hot skin, nose bleeding and bloated eyes, menstruation pattern changed and sexual desire decrease.
Abuse effect to physiology aspect mention the appearance of fear and the appearance of depression symptoms like lack of self-confidence, empowered, feel not powered and lost the will to keep her marriage, the decrease of eating desire and lack of sleep, sad feeling, the decrease of desire to live on daily life, desperate and tend to suicide.Abuse effect in social aspect which is experienced by informant for example is the lack of interaction with other people because her husband oftenly strict her association and victim embarrassed to other people. Abuse aspect to economy is wife has to spend some money for healing her wound and the economy fulfill limitation because husband rarely gives maintenance, so that wife has to ask help from family, parents, and has to work to fulfill the daily life.
Researcher is suggesting the Government to haste the authentication of RUU KDRT and also implementing the "Zero Tolerance" policy totally and monitored well. To Health Profession Group researcher suggest being more sensitive to patient with abuse typical wound. Open women abuse service unit in General Hospital which is involved nurse, doctor, psychiatry, and physiology in handling effort. Conduct an avocation for Government to make a policy about priority defrayal for wife abuse victim. To physiology group researcher suggest making physiology adjacent service shelter with free cost and cooperate with health sector and LSM netting abuse victim to wife who suffer physiology trouble.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Kesowo
"Kekerasan merupakan bagian kenyataan masyarakat yang perlu
untuk dipahami dan dicarikan penanggulangannya. Kekerasan yang terjadi
di dalam keluarga, terutama terhadap perempuan, merupakan masalah yang
baru disadari keberadaannya setelah sekian lama dianggap sebagai bagian
dari kehidupan rumah tangga.
Stordeur dan Stille (1989) rnembagi karakteristik suami yang
melainkan kekerasan kepada istrinya menjadi 6 bagian. Keenam
karakteristik suami tersebut antara lain: kurangnya ketrampilan sosial,
digunakannya bentuk mekanisme pertahanan diri seperti denial dan
proyeksi untuk melepaskan diri dari tanggungjawab, karateristik
kepribadian yang rendah diri, karakteristik lingkungan yang mendukung
terjadinya serangan kepada istri, sejarah pengalaman kekerasan pada masa
kecil, serta sikap suami yang menyetujui kekerasan kepada istri. Bila suami
percaya bahwa penggunaan kekerasan terhadap istri dapat diterima, maka
ia akan cenderung mengurangi kontrolnya terhadap perilaku kekerasan
Sementara itu, kekerasan terhadap istri yang terjadi di Indonesia
juga mulai mendapatkan perhatian, namun baru sedikit yang memfokuskan
diri pada suami sebagai pelaku kekerasan. Dari sini peneliti berusaha
memahami suami sebagai orang yang berpotensi melakukan kekerasan
terhadap istri, dengan melihat pengalaman kekerasan di dalam keluarga
ketika kecil, pola kekerasan di dalam keluarga, dan hubungannya dengan
sikap terhadap kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri. Peneliti
berharap hasil penelitian dapat berguna sebagai bahan pertinmbangan untuk
intervensi terhadap pelaku kekerasan terhadap istri.
Penelitian menggunakan kuesioner pengalaman masa kecil sebagai
alat untuk mengukur kekerasan yang pemah dilakukan kedua orang lua
terhadap subyek maupun dilihat subyek terjadi idantara kedua orang, tuanya
ketika subyek berusia antara 3-15 tahun.
Skala sikap mengenai kekerasan suami terhadap istri disusun
menggunakan 7 skala dari skala likert. Subskala terdiri dari subskala verbal
langsung, subskala fisik aktif, dan subskala fisik pasif. Dasar teori yang digunakan dalam menyusun skala ini adalah bentuk-bentuk agresi dari
Buss (1961). Alpha dari skala ini adalah 0,83.
Pengolahan data untuk hubungan antara pengalaman masa kecil
dengan sikap dilakukan dengan korelasi Pearson Product Moment, untuk
melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dengan
sikap positif dan kelompok dengan sikap negatif dalam hal pengalaman
kekerasan masa kecil tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan kenyataan bahwa sebagian besar
subyek pernah mengalami kekerasan masa kecil oleh orangtuanya. ayah
cenderung melakukan kekerasan yang lebih berat bila dibandingkan ibu.
Hubungan antara sikap mengenai kekerasan suami terhadap istri dengan
pengalaman masa kecil tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Saran yang diajukan peneliti adalah memperbaiki alat penelitian,
melakukan penelitian yang lebih mendalam dan dilakukan kampanye anti
kekerasan."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Margareth Gondosari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>