Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215613 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evi Afifah Hurriyati
"Penelitian ini bertujuan mengetahui dinamika dan pola coping stress' dan onentasi religiusitas pengguna narkoba pada remaja akhir. Hal ini dilatar belakangi oleh kenyatazm penderita ketergantungan narkoba di Indonesia mengalami peningkatan, khususuya pada remaja. Menumt konsep model ketergannmgan dari Brickman (dalam Marlalt & Boer, 1988), aktivititas ketergantungan narkoba climotivasi oleh usaha individu untuk beradaptasi terhadap stres yang agaknya lebih dihubungkan dengan alcibar penggunaan narkoba itu sendin dibandingkan dengan awal peznggunaan narkoba. Namun demikian, banyak pengglma narkoba yang berusaha mengubah pola pemakaiannya dan menginisiasi suatu proses perubahan. Fenomena adanya usaha untuk melakukan perubahan pada individu yang rnengalami ketergantungan narkoba menunjukkan bahwa merelca melakukan penyesuaian terhadap tuntutan yang bersifat internal maupun ekstemal atau dengan kata lain melakukan coping. Dari beberapa hasil penelitian dikelahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi coping stress individu, diantaranya faktor religiusitas. Banyak penelitian menunjukkan keyakinan religius dihubungan dengan hasil kesehatan mental dan Esmlc yang posilii Pada pengguna narkoba, agama mempakan salah satu yang paling konsisten berkorelasi dengan penunman pemakaian narkoba. Selain itu faktor lain yang membantu proses coping individu adalah locus of contral dan persepsi terhadap adanya dukungan sosial yang diberikan. Penelirian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa remaja pengguna narkoba pada kasus ini mempnnyai dinarnica dalam mempersepsikan dan mengatasi sires dengan aspek-aspek yang mempengaruhi perilaku coping stress-uya selama program penyembuhan keterganlungn terhadap narkoba. Kedua subjek remaja pada kasus ini mengembangkan kedua pola jenis coping stress, yaitu problem focused dan emotion focused siraiegies. Aspek internal remaja yang ditelili pada kasus ini yaitu orientasi religiusitas, focus of control dan persepsi yang positif terhadap aclanya dukungan sosial yang diterima menjadi sumber daya (bzgyer) yang mempengaruhi coping stress mereka sehingga mereka masih berperilaku adaptif selama berada di pesantren rehabilitasi. Namuu demikian, pada situasi yang tidak kondusif seperlzi adanya konflik dengan orang tua (ayah) ketika mereka kembali ke lingkungan rumah, menyebabkan mereka melakukan coping maladaptl yaitu relapse. Konflik dengan ayah menyebabkan remaja mempunyai persepsi yang negatif terhadap adanya duklmgan sosial dari ayah, m pengaruhi orientasi religiusitas dan focus of control remaja. Relapse ditentukan oleh interaksi antam inclividu,situasi dan fisiologis. Relapse pada remaja pada kasus disebabkan oleh kondisi fisiologi yang masih berada dalam taraf penyembuhan, dan dipicu oleh adanya situasi konflik yang menyebabkan mereka memsa tidak memplmyai kompetensi dalam melakukan coping stress yang adaptif Di sisi lain mereka mempunyai keyakinan bahwa narkoba dapat memberikan efek positif yang sehingga mereka dapar meminimalislr atau keluar dari kondisi yang negatli Perilaku pada fase perubahan aktif dari ketergantungan (adiksi), dipengaruhi oleh fuktor treatment, gender, motivasi,usia, kepribadian, fungsi kognitif psikososial (Davies dan Stacey dalam Marlatt & Boer, 1988). Untuk itu muntuk penelitian selanjutnya adalah agar melakukan penelitian dengan jumlah subjek yang lebih banyak dengan melihat pengaruh pabedaan faktor treatment, usia, tingkat ketergantungan dan pola asuh orang tua. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif sehjngga diperoleh hasil yang dapat terukur secara statistik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiati
"Berbagai upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA di Indonesia yang berbasis pada Program Pencegahan dari Sekolah (School Prevention Program) sudah dilakukan, baik oleh pemerintah, swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat. Kegiatan tersebut terutama dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan tatap muka dan melalui media cetak, namun belum diperoleh informasi sejauh mana penyuluhan itu berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan materi penyuluhan kesehatan tentang NAPZA dengan mengeluarkan metode ceramah plus dan metode hanya dengan pemberian buku penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Desain penelitian adalah quasi experimental design before and after with control dengan intervensi penyuluhan. Populasi siswa-siswi SMU Negeri di Wilayah Jakam Pusat dengan rentang usia 14-17 tahun. Sampel diambil dengan metode gugus bertahap dan acak sederhana dengan besar sampel minimal dihitung menggunakan rumus estimasi proporsi presisi mutlak. Besar sampel yang dianalisis 372 siswa. Pengumpulan data dengan cara survei dan data diolah dengan menggunakan EPI INFO 6.0 sorta SPSS 7.5. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis varians (Anova) dengan uji Scheffe.
Selama empat minggu, 372 siswa Sekolah Menengah Umum Negeri yang ada di Wilayah Jakarta Pusat diberikan penyuluhan dengan menggunakan dua metode penyuluhan, yaitu penyuluhan melalui metode ceramah plus (124 siswa), dan penyuluhan melalui media cetak, yaitu hanya diberikan buku penyuluhan (124 siswa). Selain itu dibandingkan juga dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan apa-apa sebagai kelompok kontrol (124 siswa). Sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kepada ketiga kelompok tersebut dilakukan test. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang NAPZA pada kelompok dengan ceramah plus sebesar 21,53%, kelompok yang diberikan buku penyuluhan, sebesar 13,53% dan kelompok yang tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol) sebesar 6,3S%.
Melalui analisis varians (Anova) menunjukkan F prob. 0.00U. Keadaan ini menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pengetahuan antara siswa pada kelompok yang diberikan ceramah plus dengan siswa kelompok hanya dengan pemberian buku penyuluhan dan siswa kelompok kontrol. Hasil uji Schejé pada =0.05 diperlihatkan bahwa secara bermakna ada perbedaan peningkatan pengetahuan tentang NAPZA antara kelompok yang diberikan ceramah plus dengan kelompok yang hanya diberikan buku penyuluhan; antara kelompok yang diberikan ceramah plus dengan kelompok yang tidak diberikan penyuluhan; dan antara kelompok yang hanya diberikan buku penyuluhan dengan kelompok yang tidak diberikan penyuluhan.
Peningkatan sikap responden terhadap NAPZA, pencegahan penyalahgunaan NAPZA untuk kelompok yang diberikan penyuluhan dengan ceramah plus sebesar 4.14%, Kelompok yang diberikan buku penyuluhan sebesar 2,17%, sedangkan kelompok kontrol peningkatannya sebesar 1.07%. Melalui analisis menunjukan F prob 0.000. Keadaan ini menunjukkan adanya perbedaan peningkatan sikap positif antara kelompok yang diberikan ceramah plus dengan kelompok yang hanya diberikan buku penyuluhan, serta kelompok kontrol. Hasil uji Scheffe pada =0.05, diperlihatkan secara bermakna ada perbedaan peningkatan sikap positif antara kelompok yang diberikan ceramah plus dengan kelompok yang hanya diberikan buku penyuluhan, antara kelompok yang diberikan ceramah plus dengan kelompok yang tidak diberikan penyuluhan, sedangkan antara kelompok yang hanya diberikan buku penyuluhan dengan kelompok yang tidak diberikan penyuluhan tidak ada perbedaan peningkatan sikap positif yang bermakna.
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluhan NAPZA berhasil meningkatkan pengetahuan siswa tentang NAPZA dan sikap siswa terhadap NAPZA, penyalahguna NAPZA dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Metode ceramah plus lebih efektif dibandingkan dengan hanya pemberi buku penyuluhan tentang NAPZA. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk melakukan penelitian serupa dan tidak hanya dilakukan pada SMU Negeri saja, tetapi juga SMU Swasta, dan membandingkannya dengan Sekolah Menengah Kejuruan. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wike Warzukni
"Salah satu alat bantu untuk melakukan pengukuran dalam bidang psikologi yaitu Hand Test, yang menggunakcn metode proyektif Melalui Hand Test dapat dilihat kecenderungan individu dalam bertindak. Penelitian-penelitian Hand Test di luar negeri memperkuat asumsi bahwa Hand Test memang mengukur kecenderungan tingkah laku yang over dan mampu membedakan antara berbagai populasi yang tergolong normal dan populasi kelompok Idinis (Wagner, 1983). Salah satu populasi yang memiliki karakteristik yang khas yaitu penyalahguna narkotika dan obat-ohatan berbahaya (narkoba). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan antara Hand Test antara penyalahguna narkoba dengan yang tidak memakai narkoba. Adapun perbedaan yang dilihat yaitu pada jumlah respons pada tiap kategori dan sub kategori yang terdapat dari dalarn Hand Test.
Di dalam penelitian ini digunakan dua kelompok, yaitu kelompok penyalahguna narkoba (kelompok narkoba) dan kelompok yang tidak memakai narkoba (kelompok non narkoba). Jumlah subyek dalam masing-masing kelompok yaim 30 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan (dengan persentase yang banyak laki-Iakinya), berusia antara 18 - 25 tahun. Data Hand Test pada kelompok nnrkoba merupakan data skunder, sementara dari kelompok non narkoba merupakan data primer. Untuk membandingkan antara kedua kelompok ini, digunakan teknik t-test untuk kelompok sampel yang independen, dan diolah dengan menggunakan program SPSS 11.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam hal jumlah respons AGG, DEP, dan WITH, di mana kelompok narkoba terlihat memiliki mean yang lebih. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok narkoba cenderung memberikan respons AGG, DEP, dan WITH yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non narkoba.
Respons AGG tampaknya berkaitan dengan dengan kecenderungan penyalahguna dalam bertindak secara agresif dan hal ini sejalan dengan yang dikatakan Vaillant (dalam Nathan, 1988); Papalia, Olds, & Feldman (2001).
Sedangkan respons WITH berkaitan dengam pengabaian peran yang dilakukan oleh penyalahguna narkoba, di mana seseorang yang terlibat penyalahguna narkoba terutama heroin. Tingginya respons DEP berkaitan dengan ketergantungan emosional yang oleh penyalahguna narkoba. Selain itu mereka juga tergantung dalam hal Enansial kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhaannya akan narkoba yang seakan tidak terbatas.
Sebagai penutup, diberikan samn-saran untnk penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya hendaknya membandingkan respons Hand Test dalam hal kualitas dari isi (konten) jawaban subyek, jadi tidak hanya dilihat dari jumlah respons saja. Selain itu juga hendaknya memakai rentang usia subyek yang lebih luas sehingga dapat digeneralisir untuk seluruh populasi penyalahguna narkoba. Sedangkan manfaat dari hasil penelitian ini, dapat menjadi masukan bagi program rehabilitasi penyalahguna narkoha, misalnya deng-an mendiskusikan bersama penyalahguna narkoba mengenai kecenderungan bertindak yang mereka miliki.
Melalui hal ini diharapkan mereka memiliki pemahaman tentang dirinya, dan dapat lebih mengontrol dirinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatriz Arisekundiatmi
"Salah satu masalah yang paling serius dan menonjol yang sedang dihadapi umat manusia
saat ini adalah pcnyalahgunaan NAPZA di kalangan rcmaja. NAPZA mem-pakan
kependekan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian obat dan zat berbahaya lain secara terus
menerus atau sekali-sekali secara berlebihan, dan tidak menurut petunjuk doktcr, serla
dapat menimbulkan gangguan-gangguan terlentu baik badan maupun jiwa seseorang,
diikuti oleh akibat sosial yang tidak diinginkan (Wibisana, 1991).
Permasalahan mengenai penyalahgunaan NAPZA di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan, Permasalahan ini muncul pertama kali pada tahun 1969 ketika
ditemukannya seorang pasien penyalahguna NAPZA di suatu rumah sakit di Jakarta,
namun sekarang sepertinya tidak ada satu pun rumah sakit yang tidak merawat pecandu
baikrakibat langsung clari ketergantungannya terhadap zat maupun akibat yang terjadi
pada organ tubuh mereka (Padmohoedojo, 2000), estimasi jumlah penyalahguna di
Indonesia adalah 1,3 juta orang.
Peningkatan kuantitas penyalahguna yang diiringi dengan peningkatan kualitas zat yang
disalahgunakan, serta peredaran dengan berbagai cara menyebabkan penyalah-gunaan
zat telah merebak ke hampir semua sekolah di kota besar (DIKBUD, 1999), bahkan di
kota-kota pinggiran dan kota kecil. Mengingat usia awal mengenal clan menggunakan zat
semakin mud; besarnya biaya yang dihamburkan, dampak penyalahgunaan yang
mengancam turunnya mutu SDM, sulitnya keluar dari ketergantungan, dan masih belum
ditemukan upaya penanggulangan penyalahgunaan zat yang sempuma dan memuaskan
maka dirasakan semakin perlunya ditingkatkannya upaya untuk memperoleh informasi
yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya penanggulangan terutama upaya
preventif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kondisi keluarga, kondisi sekolah, teman
sebaya dan ketersediaan NAPZA pada remaja non penyalahguna NAPZA dan remaja
penyalahguna NAPZA.
Kondisi keluarga, kondisi sekolah, teman sebaya dan ketersediaan NAPZA yang
diungkap dalam penelitian ini adalah kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi remaja
untuk menolak menyalahgunakan NAPZA mengacu pada teori belajar sosial Bandura
(1986), pendapat dan hasil penelilian Rhodes dan Jason (1990), Blum dkk. (dalam
Atkinson, 1997), Utami Munandar (1996), Slavin (1997), Fisher dan Harrison (1997),
Rutter dkk. (1998), Bonnie Bernard (dalam Fisher 8: Harrison, 1997), serta Wiccaro &
Mc Namara(dalam Jason & Eames, 1997).
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Adolescent Version
of The Substance Abuse Subtle Screening Inventory dan kuesioner. The
Adolescent Version Qf The Substance Abuse Subtle Screening Inventory digunakan untuk
mcngklasikan subyek pcnelitian menjadi dua kelompok, remaja penyaiahguna NAPZA
dan remaja non penyalahguna NAPZA, Instrumen ini digunakan karena memiliki tingkat
akurasi yang tinggi, murah dan mudah mengelolanya.
Penelitian ini dilakukan di empat SMU di Bogor. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas dua SMU yang masih aktif sekolah dan bemsia antara 15 sampai 18 tahun. Dari 315
subyek, ada 296 yang terklasifikasi sebagai remaja non penyalahguna dan 19 subyek
sebagai remaja penyalahguna,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi keluarga, kondisi sekolah,
teman sebaya, dan ketersediaan NAPZA di lingkungan remaja non penyalahguna
NAPZA berbeda secara signifikan dengan kondisi keluarga, kondisi sekolah, teman
sebaya dan ketersediaan NAPZA di lingkungan remaja penyalahguna
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambahkan jumlah sampel terutama
yang, menyalahgunakan zat dan menambahkan variabel, yakni karakteristik individu."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Pratiwi
"Permasalahan mengenai penyalahgunaan narkoba dicerminkan salah satunya dari hal rehabilitasi penyalahguna narkoba. Survei BNN tahun 2015 menyatakan bahwa hanya sekitar 18 di kelompok rumah kos yang pernah mencari pelayanan rehabilitasi. Keterpaparan informasi narkoba merupakan faktor yang cukup penting dalam perubahan perilaku terlebih untuk melakukan rehabilitasi. Rumah kos merupakan populasi rumah tangga yang dianggap rawan terhadap penyalahgunaan narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi narkoba dengan perilaku pencarian rehabilitasi di rumah kos.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi Penyalahguna Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015 dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini peneliti hanya mengambil populasi dan sampel pada rumah kos di 6 kota di 6 provinsi yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar dan Manado.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyalahguna narkoba di rumah kos yang terpapar informasinya baik memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku pencarian rehabilitasi 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan yang terpapar informasinya kurang baik setelah dikontrol oleh variabel umur, pekerjaan dan pendapatan/uang saku perbulan.

The problem of drug abuse is reflected by the rehabilitation of drug abusers. Survey of BNN in 2015 said that only about 18 in boarding houses ever seek rehabilitation services. Exposure to drug information is an important factor in behavioral change especially for rehabilitation. Boarding house is vulnerable population to do drug abuse. The purpose of this study was to determin the relationship of drug information exposure with rehabilitation search behavior in boarding house.
This study uses secondary data from the Drug Abuse Prevalence Survey in Household in 20 Provinces Budget Year 2015 and uses Cross Sectional design study. In this study, only took the population and samples in boarding houses in 6 cities in 6 provinces namely Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar and Manado.
The results of this study is drug abusers that exposed to good information have a tendency to conduct rehabilitation seeking behavior 3,8 times higher than those who exposed to poor information after controlled by age variable, occupation and income allowance per month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Astuti
"Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang meningkatnya kasus tindak pidana dan penyalahgunaan narkotika yang di lapas. Lapas sebagai tempat pemidanaan berfungsi untuk melaksanakan program pembinaan terhadap para narapidana, dimana melalui program yang dijalankan diharapkan narapidana yang bersangkutan setelah kembali ke masyarakat dapat menjadi warga yang berguna di masyarakat. Pada penelitian ini, peneliti mengamati proses pelaksanaan rehabilitasi dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan rehabilitasi di Lapas Khusus Narkotika Klas IIA Jakarta. Selanjutnya dalam upaya menggali informasi yang lengkap tentang topik penelitian ini, maka peneliti melakukan wawancara kepada pihak informan yang dilakukan metode snow ball sampling. Informan yang dijadikan narasumber antara lain narapidana, petugas lapas dan DirjenPas. Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa Lapas Khusus Narkotika Kelas IIA Jakarta tidak ada bedanya dengan lapas umum. Lapas Khusus Narkotika Kelas IIA Jakarta hanya melaksanakan rehabilitasi sosial terhadap narapidana, karena keterbatasan sarana prasarana, petugas, program layanan dan biaya. Rehabilitasi narkotika harus dilaksanakaan secara komprehensif melalui beberapa tahapan yaitu rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan pascarehabilitasi. Sebagai lapas yang memiliki kekhususan, Lapas Khusus Narkotika Kelas IIA Jakarta belum mempersiapkan perencanaan untuk ruang perawatan detoksifikasi, asesmen, konseling ,vokasional dan SDM. Hal ini tentunya menghambat proses pemulihan napi dari ketergantungan narkotika, karena dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam pembinaan napi narkotika, sarana prasarana dan petugas tidak memiliki kompetensi dibidang tersebut. Dalam penelitian ini diharapkan agar lapas dapat bekerjasama dengan instansi terkait dalam perencanaan mulai dari persiapan sarana prasarana, program, anggaran dan SDM dalam pelaksanaan rehabilitasi narkotika terhadap narapidana.

This report is written based on increase of crime and drug abuse in prisons. The prison as a place of punishment serves to implement improving our inmates, which in the programs expected convict who concerned after returning into their community could be useful citizens in their community. In this study, the researchers observed the process of implementation of rehabilitation and the obstacles faced in the implementation of rehabilitation in Prison as Specially for Narcotic class IIA Jakarta. Furthermore, in an effort to dig up the complete information about the topic of this research, the researchers conducted interviews to the informants by snow ball sampling method. Informants who were made by the speakers were prisoners, prison officers and Director General. For the results of the research, researchers found that a Prison Specially Narcotic class IIA Jakarta it makes no difference to the common prison. The Prison for Narcotic class IIA Jakarta only carry out for social rehabilitation to convict due to limited facilities and infrastructure, officers, service programs and fees. Narcotics rehabilitation must be implemented comprehensively through several phases namely medical rehabilitation, social rehabilitation and post rehabilitation. As a specific prisons, it has not prepared the planning for treatment room detoxification, assessment, counseling, vocational and human resources rooms. This certainly impeded the process restoring process of prisoners from drug dependence, because their duty and function for developing convict narcotic, facilities and infrastructures and officials did not have competence in that field. In this study, it is expected that prisons can be cooperate with related agencies in planning from preparation of infrastructure, programs, budget and human resources in the implementation narcotic to convict."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukita Purnamasari
"Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan secara sistematis oleh anggota keluarga lainnya meliputi dukungan emosional, instrumental, dukungan informasi dan penghargaan, dan dukungan untuk memfasilitasi anggota keluarga dalam melakukan kontak sosial dengan masyarakat. Motivasi merupakan suatu proses yang menjelaskan tentang intensitas, arah, dan ketekunan seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penelitian bersifat kuantitatif dengan deskripsi korelasi, menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 51 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga dan variabel terikat adalah motivasi. Pengambilan data penelitian ini menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,9% pasien memperoleh dukungan keluargayang baik dan 56,9% pasien memiliki motivasi tinggi. Dari hasil uji korelasi chi square diperoleh tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi mengikuti program rehabilitasi, nilai α 0,152 (˃0,05). Ini berarti motivasi dipengaruhi oleh banyak faktor lain tidak hanya dukungan keluarga. Fenomena yang muncul saat ini dimana pasien penyalahguna NAPZA datang ke tempat rehabilitasi tersangkut masalah hukum yang menurut undang-undang wajib mengikuti rehabilitasi. Penelitian ini perlu ditindak lanjuti lebih mendalam dengan penelitian kualitatif, tentang faktor - faktor lain yang mempengaruhi motivasi penyalahguna NAPZA mengikuti program rehabilitasi.

Family support is kind of support given systematically by other family members that includes. Emotional support, material, information and services, and support to facilitate family members to do social contact with community. Motivation is a process that describes the intensity, direction and persistence of a person to achieve the expected goals.This research is a quantitative study with correlation design that used total sampling technique with a sample of 51 people. The independent variable in this study is family support and the dependent variable is the motivation. Datas were collected by a questionnaire.
The results showed that 56.9% samples got the support of their families and had high motivation. The chie square test showed that there is no correlation between family support and motivation to undergo the rehabilitation program (α = 0,152). This means that the motivation is influenced by many factors beside the family support. a phenomenon that currently happens is drugs abusers come to a rehabilitation program due to legal problems in which they have an obligation to undergo a rehabilitation. This study needs to get followed up with a qualitative study, about other factors affecting the substance abusers attending rehabilitation program.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Arindha Sari
"Jumlah penyalahguna narkoba dari tahun ketahun terus meningkat. Hal ini perlu menjadi perhatian kita karena efek yang ditimbulkan oleh narkoba selain berbahaya bagi pemakainya, juga memberikan efek negatif bagi lingkungan. Seringkali penyalahguna narkoba terlibat dalam tindak kriminal untuk memenuhi kebutuhannya akan narkoba. Banyak usaha djlakukan oleh keluarga penyalahguna narkoba untuk menghentikan ketergantungan mereka terhadap narkoba. Namun, sulit untuk berhenti dari ketergantungan terhadap narkoba, apalagi jenis heroin yang tinggi tingkat adiksinya. Angka kekambuhan (relapse) setelah seorang
penyalahguna menjalani rehabilitasi cukup tinggi.
Untuk memahami apa yang mendorong seorang individu menampilkan suatu perilaku, bisa dilihat dari kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Kebutuhan merupakan suatu pendorong bagi diti individu untuk melakukan sesuatu. Jika diketahui kebutuhan apa yang mendominasi perilaku individu penyalahguna narkoba, dalam proses konseling, konselor bisa membantu pengguna untuk lebih mengenali dirinya sendiri, menyadari kebutuhannya dan membantu mencari alternatif penyaluran Icebutuhan yang lebih tepat. Untuk membantu mengenali
kebutuhan kebutuhan apa yang ada dalam diri, diperlukan sebuah alat tes. Salah satu alat tes yang bisa digunakan adalah EPPS (Edwards Personal Preference Schedule). Konstruk alat tes ini dikembangkan dari teori kepribadian Henry Murray (1983). Alat tes ini mengukur 15 needs (need for achievement,preference, order; exhibition; autonomy; intraceptfon; succorance; dominance; abasement; afiliation, change, endurance, heterosexuality, dan aggression). Dengan bantuan alat tes ini, peneliti akan melihat kebutuhan apa yang dominan
dan menjadi karakteristik kepribadian dari individu penyalahguna narkoba Diharapkan bisa diperoleh suatu karakteristik yang membedakan antara individu penyalahguna dan bukan penyalahguna obat terlarang. Penelitian menggunakan sumber data sekunder dan pasien yang menjalani perawatan di RSKO (khususnya mereka yang mengalami ketergantungan heroin), sementara untuk kelompok bukan pengguna, peneliti mengadministrasikan tes EPPS pada subyek yang tidak menyalahgunakan narkoba.
Dari hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan profil EPPS yang signifikan antara penyalahguna dan bukan penyalahguna narkoba, kecuali pada needs for dominance dan need for heterosexuality terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok tersebut. Sementara dari perbandingan nilai mean kedua kelompok, ada kebutuhan yang eenderung iebih tinggi pada kelompok penyalahguna, yaitu : need for deference, exhibifion, auronom, afiliation, change, endurance, heterosexuality, dan aggression. Sedangkan nilai mean yang cenderung lebih rendah adalah: need for deference, order, inrracepton, succorance, dominance, abasement, dan nurrurance.
Selain itu, diperoleh juga gambaran perilaku penyalahgunaan narkoba dari kelompok penyalahguna. Mereka kebanyakan memulai dari usia remaja awal dan teman adalah orang yang memperkenalkan mereka pada penyalahgunaan narkoba. Setelah ketergantungan pada heroin, sebagian besar subyek melakukan tindak kriminal untuk membiayai pemakain narkobanya. Cara pemakaian heroin yang mereka lakukan adalah dengan menggunakan janun suntik. Hampir seluruh subyek menggunakan secara bergantian, perilaku ini beresiko menularkan virus
HIV/AIDS. Usaha untuk menghentikan ketergantungan terhadap heroin sudah
pernah dilakukan, namun seringkali mereka mengalami relapse.
Selanjutnya penelitian ini djharapkan bisa menjadi masukkan bagi pengembangan penelitian dibidang dan membantu konselor atau praktisi lainnya untuk lebih peka terhadap kebutuhan yang dimiliki oleh individu penyalahguna narkoba."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelawi, Sarah Sicilia
"Tesis ini membahas tentang evaluasi program rehabilitasi sosial bagi pecandu dan korban penyalahguna NAPZA oleh IPWL Kementerian Sosial di DKI Jakarta. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah mix-methods research dengan penekanan pada evaluasi berorietasi tujuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi pecandu dan korban penyalahguna NAPZA oleh IPWL Kementerian Sosial di DKI Jakarta tidak berjalan sesuai dengan tujuan. Kenyataan itu terjadi karena adanya instrumen penilaian program yang berbeda dengan pedoman rehabilitasi sosial yang dibuat oleh Kementerian Sosial dan juga dukungan Kementerian Sosial yang belum maksimal. Oleh karena itu, Kementerian Sosial harus memberikan dukungan yang maksimal. Dukungan tersebut tidak hanya dalam bentuk sarana dan prasarana atau pendanaan, tetapi juga pedoman atau petujuk teknis program yang jelas dan konsisten antara konten yang satu dengan konten yang lainnya.

This thesis discusses about the Implementation of social rehabilitation programs for addicts and victims of drug abuse by IPWL of Ministry of Social Affairs in Jakarta. The study used a mix methods research with emphasis on goal oriented evaluation. The results showed that the implementation of social rehabilitation programs for addicts and victims of drug abuse by IPWL of Ministry of Social Affairs in Jakarta is not conducted as the aims. It is happened because of the different assessment instrument program with the program theory and also support of Social Affairs is not maximized. Therefore, the Ministry of Social Affairs should give maximum support, not only in the form of infrastructure or funding, but also the guiding or technical guidelines of program clearly and consistently between the content and the other content."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Ariyani
"Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hope dan self-esteem pada remaja yang pemah menggtmakan narkoba (user) dan remaja yang tidak pernah menggunakan narkoba (nan-user). Sampel untuk kelompok user remaja dari Yayasan Perrnata hati Kita sedangkan untuk kelompok non-user remaja SMA dan rnahasiswa tingkat awal. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 30 remaja pada masing-masing kelompok. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan tes hope dari Snyder dan tes self-esteem dari Rosenberg. Alat tes hope diterjemahkan melalui proses back translation dan dilakukan uji coba pada kedua alat tes. Hasil perhitungan statistik memperlihatkan ada perbedaan yang signifikan dalarn hope dan seMesteem antara remaja yang pernah menggunakan narkoba (user) dan remaja yang tidak pernah menggunakan narkoba (non-user)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>