Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutia Rahmi
"Salah satu tugas perkembangan pada masa prasekolah adalah berkembangnya kemampuan motorik kasar anak. Pada saat ini tubuh anak berkembang pesat, terutama perkernbangan otot-otot besar yang memungkinkan perkembangan motorik kasarnya. Anak juga sangat aktif dan energik, sehingga membutuhkan latihan kegiatan motorik kasar. Kemampuan motorik kasar ini memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan kognitif, emosi dan sosial pada anak. Pentingnya perkembangan motorik kasar sudah menjadi perhatian para pendidik sejak lama. Sayangnya, di Indonesia, perkembangan motorik kasar anak prasekolah belum mendapat perhatian yang sesuai. Penelitian pada 212 Taman Kanak-kanak (TK) di DKI Jakarta pada tahun 2002, ditemukan bahwa hanya 57,3 % sekolah yang memberi kesempatan bagi murid untuk melakukan kegiatan motorik kasar.
Program Pendidikan Rumah Bagi Orangtua Dalam Mengembangkan Motorik Kasar Anak Prasekolah ini disusun sebagai alternatif pendidikan untuk anak prasekolah. Pada masa prasekolah anak tidak harus mengikuti pendidikan di sekolah atau institusi tertentu di luar rumah. Kebutuhan anak adalah memperoleh Stimulasi yang kaya dan beragam, sehingga dapat mengembangkan dirinya dengan optimal. Stimulasi tersebut dapat diberikan sendiri oleh orangtua rnelalui pendidikan rumah. Dengan peran aktif orangtua sebagai guru di rumah dapat terjalin hubungan yang lebih akrab antara anak dengan orangtua.
Dengan demikian, program ini disusun agar anak dapat mencapai perkembangan motorik kasar yang optimal. Program ini menggunakan teori perkembangan motorik dari Gallahue dan Ozmun yang dirangkum dengan teori-teori dari ahli-ahli lainnya, seperti Berk, Miller dan Feldman. Perkembangan motorik kasar disebut juga perkembangan gerak, dibagi menjadi tiga aspek, yaitu stabilitas, lokomosi dan manipulasi. Masing-masing aspek terdiri dari beberapa kemampuan yang nantinya akan dilatihkan pada anak.
Di dalam program ini terdapat kegiatan-kegiatan yang sederhana, material yang mudah didapat Serta tujuan pembelajaran yang jelas, sehingga aplikatif untuk digunakan oleh orangtua. Untuk penyempurnaan program ini selanjutnya dapat dilakukan dengan uji coba di lapangan serta evaluasi. Perbaikan terhadap hasil evaluasi akan menghasilkan program baru yang telah teruji. Kemudian diberikan pelatihan untuk orangtua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Hapsari
"Home, bagi anak prasekolah, tidak hanya berfungsi sebagai sebuah naungan tempat tercukupinya kebutuhan primer anak, tapi juga suatu lingkungan tempat anak prasekolah ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Inilah yang harus dipenuhi oleh Taman Penitipan Anak (TPA). Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana fungsi home bagi anak prasekolah itu terpenuhi. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu mengetahui apa sebenarnya home itu dan apa saja unsur pembentuknya; karakter anak prasekolah, yang meliputi perkembangan dan kebutuhan di periode tersebut; dan beberapa panduan desain tentang suatu lingkungan fisik anak, dalam hal ini day care center, yang baik.
Berdasarkan analisis studi kasus yang telah dilakukan terhadap tiga TPA di lingkungan kantor melalui observasi dan wawancara, diperoleh kesimpulan bahwa tidak semua TPA yang menjadi objek studi kasus dapat memenuhi fungsi home sampai dengan hierarkinya yang tertinggi, yaitu sebagai pengaktualisasian diri, karena ada kalanya TPA-TPA tersebut hanya suatu home yang memenuhi kebutuhan mendasar saja. Pemenuhan kebutuhan akan home bagi anak prasekolah ini membutuhkan pengetahuan yang cukup dan menyeluruh dengan disertai definisi yang jelas mengenai peruntukan dan fungsinya, yang disertai dengan pengelolaan yang menunjang fungsi TPA sebagai home bagi anak prasekolah.

Home for preschool children is not only a shelter where their basic needs are fulfilled but also a place where their developmental needs can be met. Taman Penitipan Anak (TPA) - or day care center - should be able to function as a home for preschool children. The purpose of this writing is to examine to what extent the function of home for preschool children is fulfilled. It becomes necessary to know exactly the meaning of home and the elements that create a home; the charactercisics of preschool children, including the development and needs in that period; and some design guidelines for good physical environment, in this case, of day care center.
Based on the analysis of case study on three TPAs in offices through observation and personal interview methods, a conclusion is obtained that not all of the case study objects can fulfill the highest function of home, that is self- actualization; sometimes TPA only fulfills the basis needs of preschool children. The fulfillment of the functions of home for preschool children need a whole knowledge on the clear definition of TPA's purpose and function, and also the design and management of the physical elements that support the function of TPA as a home for preschool children.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52279
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christopora Intan Himawan Putri
"Pada anak usia prasekolah, regulasi emosi merupakan aspek penting dari perkembangan sosial anak. Secara khusus, regulasi emosi berperan sebagai kunci dari kemampuan anak dalam mengelola tuntutan dan konflik yang mereka hadapi ketika berinteraksi dengan orang lain. Ketidakmampuan untuk meregulasi emosi merupakan faktor risiko penting dalam pembentukan perilaku agresif di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program dalam meningkatkan regulasi emosi pada anak. Penelitian ini merupakan one group pretest-posttest design yaitu menggunakan satu kelompok eksperimental tanpa adanya kelompok kontrol. Hasil dari pengolahan data wilcoxon signed rank test menunjukkan bahwa program regulasi emosi efektif dalam meningkatkan kemampuan regulasi emosi anak usia prasekolah 3-4 tahun.

In preschoolers, emotional regulation is an important aspect of children 39 s social development. In particular, emotional regulation plays a key role in the ability of children to manage the demands and conflicts they face when interacting with others. The inability to regulate emotions is an important risk factor in the formation of aggressive behavior in the future. This study aims to see the effectiveness of the program in improving emotional regulation in children. This research is one pretest posttest design group that uses one experimental group without any control group. The results of the wilcoxon signed rank test showed that the emotional regulation program was effective in improving the emotional regulation ability for preschoolers 3 4 years."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Santi Nurani
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini banyak perdebatan di kalangan para pemerhati pendidikan
prasekolah (TK) tentang perlu tidaknya memberikan kemampuan belajar membaca,
menulis dan berhitung pada anak TK, sementara kebutuhan anak yang utama adalah untuk
melakukan aktivitas bermain. Pemberian kemampuan membaca, menulis dan berhitung
tersebut didorong oleh timbulnya suatu trend baru dalam masyarakat yang menghendaki
anak-anak usia prasekolah dapat menguasai kemampuan-kemampuan tersebut sebagai
bekal untuk masuk sekolah dasar. Akibatnya tidak sedikit TK yang memberikan kegiatan
belajar membaca, menulis dan berhitung yang menyimpang dari aturan-aturan Depdikbud
dalam GBPKB-TK 1994, walaupun ada juga sebagian TK yang tetap melaksanakan aturan-
aturan tersebut dengan patuh. Dengan demikian timbul dan kecenderungan kegiatan belajar
mengajar dan sasaran hasil belajar dalam pendidikan TK, yaitu kegiatan belaiar mengajar
yang lebih menekankan kegiatan bermain dan sasaran hasil belajar dalam ranil afektii
sertakegiatan belajar mengjar yang lebih menekankan kegiatan belajar dan sasaran hasil
belajar dalam ranah kognitif. Kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan
bermain dan sasaran hasil belajar dalam ranah afektifvadalah kegiatan-kegiatan di TK yang
memberikan kebebasan bagi anak untuk bermain sambil belajar dalam suasana yang
menyenangkan, dengan tujuan utama menimbulkan sikap positif dan peraasaan suka terhadap
dunia sekolah. Sedangkan kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan
belajar dan sasaran hasil belajar dalam ranah kognitif adalah kegiatan-kegiatan di TK yang
memfokuskan perhatian pada pengajaran kemampuan-kemampuan tertentu, dengan tujuan
utama adalah agar anak menguasai kemampuan-kemampuan tersebut.
Bagaimana sikap orang tua terhadap kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil
belajar yang berbeda tersebut ?. Hal itu akan diungkap dalam penelitian ini. TK yang
dijadikan sampel penelitian adalah dua TK yang memiliki karaktersitik berbeda, disebut
sebagai TK ?Ideal? dan TK ?Tidak Ideal?. TK 'Ideal' adalah TK yang melaksanakan
aturan-aturan Depdikbud dengan sebagaimana mestinya, sedangkan TK ?Tidak Ideal?
adalah TK yang menyimpang dari aturan-aturan Depdikbud. Adakah perbedaan sikap orang tua terhadap kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil
belajar dalam dua TK tersebut?.Hal inilah yang akan diungkap melalui penelitian ini.
Instrumen yang digunakan adalah skala Likert dengan subdimensi kegiatan
belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan bermain dan sasaran hasil belajar dalam
rumah afektif (bermain/afektif), serta kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan
kegiatan belajar dan sasaran hasil belajar dalam rumah kognitif (belajar/kognitif).
Sedangkan komponen sikap yang digunakan adalah komponen afektif; kognitif dan konasi.
Kemudian perbedaan sikap antara kedua kelompok dinyatakan dalam uji perbedaan mean
dengan menggunakan t test.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan sikap terhadap
kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil belajar dalam pendidikan TK, antara orang tua
yang menyekolahkan anaknya di sekolah TK ?Ideal? dengan orang tua yang menyekolahkan
anaknya di sekolah TK ?Tidak Ideal?. Orang tua memiliki harapan agar anak dapat
menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung sejak di TK, karena kemampuan-
kemampuan tersebut diperlukan untuk masuk ke sekolah dasar. Tetapi orang tua juga
menghendaki kegiatan bermain sebagai kegiatan utama di TK, agar kebutuhan bermain
dalam diri anak dapat tersalurkan dengan baik.
Dengan demikian, pemberian kegiatan belajar membaca, menulis dan berhitung
pada anak TK itampkanya menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi dalam tuntutan
zaman yang semakin tingi, walaupun sebaiknya tetap dilakukan melalui kegiatan bermain.
Saran yang dapat diberikan sehubungan hasil penelitian ini adalah agar guru TK lebih
memperhatikan perancangan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam kemampuan
membaca, menulis dan berhitung agar tidak mengesampingkan kebutuhan bermain pada diri
anak. Untuk itu mungkin perlu diadakan penataran khusus untuk guru kelas, dalam
kelompok-kelompok kecil denga seorang instruktur sebagai pelatih."
1998
S2898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nedra Wati Zaly
"[ABSTRAK
Usia prasekolah merupakan masa persiapan anak untuk masuk sekolah. Pada usia
ini perkembangan sosial, emosi, dan kognitif anak berkembang dengan cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan anak usia prasekolah untuk mulai bersekolah. Desain penelitian ini
menggunakan studi deskriptif. Dengan pengumpulan data kesiapan sekolah
menggunakan pemeriksaan Nijmeegse Schoolbekwaanheids Test (NST) pada 206
anak. Hasil penelitian ini menjelaskan sebesar 42,3% anak sudah siap masuk
sekolah. Hasil regresi logistik multinomial menunjukkan jenis kelamin anak,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, dan perilaku orang tua
merupakan faktor yang mempengaruhi kesiapan masuk sekolah. Penelitian ini
merekomendasikan perawat dapat memberikan edukasi tentang pentingnya peran
ibu dalam mempersiapkan anak masuk sekolah terutama pada anak usia
prasekolah.

ABSTRACT
Preschool age is the perfect time for children to get ready for school as rapid
children growth of social, emotional, and cognitive happened at this time round.
This research seeks the factors that affect the children?s readiness for school. Prior
the data collection an NST was conducted on 206 children. Then a descriptive
study was used to collect the NST result 42,3% children are found ready to
school. On multinomial logistic regression test have showed that gender of
children, mother?s education, family income, mother?s occupation, and parents
behavior were factor that affect the school readiness. This study implied the
importance of mother?s roles an preparing their children for school and for nurses
to enhance that roles.;Preschool age is the perfect time for children to get ready for school as rapid
children growth of social, emotional, and cognitive happened at this time round.
This research seeks the factors that affect the children?s readiness for school. Prior
the data collection an NST was conducted on 206 children. Then a descriptive
study was used to collect the NST result 42,3% children are found ready to
school. On multinomial logistic regression test have showed that gender of
children, mother?s education, family income, mother?s occupation, and parents
behavior were factor that affect the school readiness. This study implied the
importance of mother's roles an preparing their children for school and for nurses
to enhance that roles.;Preschool age is the perfect time for children to get ready for school as rapid
children growth of social, emotional, and cognitive happened at this time round.
This research seeks the factors that affect the children?s readiness for school. Prior
the data collection an NST was conducted on 206 children. Then a descriptive
study was used to collect the NST result 42,3% children are found ready to
school. On multinomial logistic regression test have showed that gender of
children, mother?s education, family income, mother?s occupation, and parents
behavior were factor that affect the school readiness. This study implied the
importance of mother?s roles an preparing their children for school and for nurses
to enhance that roles.;Preschool age is the perfect time for children to get ready for school as rapid
children growth of social, emotional, and cognitive happened at this time round.
This research seeks the factors that affect the children’s readiness for school. Prior
the data collection an NST was conducted on 206 children. Then a descriptive
study was used to collect the NST result 42,3% children are found ready to
school. On multinomial logistic regression test have showed that gender of
children, mother’s education, family income, mother’s occupation, and parents
behavior were factor that affect the school readiness. This study implied the
importance of mother’s roles an preparing their children for school and for nurses
to enhance that roles., Preschool age is the perfect time for children to get ready for school as rapid
children growth of social, emotional, and cognitive happened at this time round.
This research seeks the factors that affect the children’s readiness for school. Prior
the data collection an NST was conducted on 206 children. Then a descriptive
study was used to collect the NST result 42,3% children are found ready to
school. On multinomial logistic regression test have showed that gender of
children, mother’s education, family income, mother’s occupation, and parents
behavior were factor that affect the school readiness. This study implied the
importance of mother’s roles an preparing their children for school and for nurses
to enhance that roles.]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Annisa
"ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan, anak akan belajar memusatkan
perhatiannya pada suatu hal dalam jangka waktu terhenti dan belajar bersabar.
Wenar (1994) menyatakan bahwa anak-anak prasekolah diharapkan dapat
menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang telah dimulainya dengan memuaskan
dan memonitor tepat atau tidaknya perilaku mereka. Namun, pencapaian anak
sangat bewariasi dalam hal. Ada beberapa anak yang tidak dapat
memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal dalam waktu lama, hiperaktif dan
impulsif. Anak yang menunjukkan perilaku demikian biasanya menderita
ADHD (Attention Deficit Hipemctioity Disorder).
Anak prasekolah yang menderita ADHD dalam waktu satu tahun akan
sangat mungkin mengalami masalah perilaku dan diperkirakan akan menderita
ADHD pada masa middle childhood (Wenar, 1994). Dan pada masa ini dapat
dilihat perbedaan yang nyata antara anak normal dengan anak ADHD (Wenar ,
1994).
Masalah ADHD yang dihadapi anak dapat berkembang menjadi
permasalahan lain. Iansen, dkk (dalam Mash & Wolfe, 1999) menyatakan bahwa
antara 50% 80% anak ADHD juga mengalami gangguan lain seperti oppositional
defiant disorder, conduct disorder, emotional disorders , seperti kecemasan dan
depmesi serta learning disorders. Selain mengalami masalah dalam perilaku, anak
ADHD juga menghadapi masalah dalam keluarga. Interaksi di antara anggota
keluarga dikarakteristikan dengan negativistic, tidak adanya pemenuhan
kebutuhan anak (child noncompliance), kontrol orangtua yang besar dan konflik
dengan saudara (Mash & Johnston dalam Mash & Wolfe, 1999).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
orangtua dengan anak ADHD melalui tampilan tes HTP. Emmanuel Hamrner
(1950) menyebutkan bahwa tes HTP merupakan tes yang melihat dunia dalam
individu dan lingkungannya dimana hal tersebut dianggap penting. Gambar
rumah diketahui dapat memunculkan asosiasi pada diri subyek mengenai
lingkungan rumahnya dan hubungan dalam keluarga. Gambar pohon dapat
mereflekslkan kepribadian individu yang paling dalam dan tidak disadari
Sedangkan gambar orang menunjukan manifestasi persepsi subyek mengenai
dirinya atau apa yang diharapkan dari dirinya sendiri (dalam Wenck, 1980).
Kemudian, untuk mengetahui permasalahan perilaku pada anak ADHD, akan
digunakan tes CBCL dimana rnelalui hes CBCL dapat diketahui gambaran
perllaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai data tambahan akan
digunakan hasil alloanamnesa dari orangtua.
Penelitian ini menggunakan metode kualiiatif dengan metode
pengumpulan data melalui analisis dokumen. Data yang diambil adalah data
sekuder yang diperoleh dari Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia periode pemeriksaan 2000 - 2003. Iumlah subyek yang
digunakan adalah 4 orang dengan karakterisitik sebagai berikut : usia Sekolah ,
antara 6 sampai 12 tahun dan didiagnosis mengalami gangguan ADHD pada
laporan pemeriksaan psikologis yang clilakukan oleh pemeriksa yang
bersangkutan.
Melalui penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut
1. Berdasarkan hasil alloanamnesa dan tes HTP diketahui bahwa hubungan
antara orangtua dan anak diwarnai dengan pernberian hukuman fisik seperti
memukul badan, tangan, paha atau pantat dan mencubit. Seluruh subyek
menganggap bahwa ibu sebagai tokoh yang seringkali memberikan
hukuman fisik dibandingkan dengan bapak. Walaupun diwarnai dengan
pemberian hukuman fisik dan penerapan aturan, dua subyek merasa bahwa
ibu masih memiliki kesediaan untuk membuka diri dan berkomunikasi
2. Berdasarkan data formal dari tes HTP diperoleh bahwa ada kecenderungan
para subyek untuk memposisikan kertas secara horizontal dan menggambar
rumah terlebih dahulu.
Berdasarkan aspek isi - interpretasi terpisah - dari hes HTP diperoleh bahwa
sebagian besar subyek menggambar pintu namun dengan ukuran yang
bervariasi. Seluruh subyek menggambar pintu yang tertutup dan memiliki
Iznndfe dan lidak menggambar jalan setapak. Pohon digambar kecil oleh
seluruh subyek.
Berdasarkan aspek isi - interpretasi hubungan tiga elemen - Gambar pohon
dibuat kecil oleh seluruh subyek. Sebagian besar subyek menggambar orang
kecil dan menempatkan gambar orang dekat dengan rumah.
3. Dalam hal perilaku diketahui bahwa 1 subyek memiliki kecenderungan
perilaku kearah internlizing, dan 1 subyek memiliki kecenderungan perilaku
kea nah externlizing. Area internalizing yang muncul adalah pada sindrom
withdrawn dan sematic complaints. Sedangkan area externalizing yang muncul
adalah pada delinquent problems dan aggressive behaviour."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfadilah
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini timbul trend baru di kalangan masyarakat
(khususnya orang tua dari anak usia taman kanak-kanak), dimana aspek
kognitif anak mendapat perhatian yang lebih besar untuk dapat dikembangkan
pada pendidikan taman kanak-kanak (TK), dibandingkan aspek fisik dan
psikososial.
Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan Ahman
pada tahun 1998 (dalam Syaodih, 1999), yang mengungkap bahwa
ketidakmampuan bersosialisasi dan emosi merupakan permasalahan yang
seringkali dihadapi oleh anak sekolah dasar kelas awal. Selain itu ada pula
penelitian lain yang dilakukan oleh Tim Peneliti dan Pusat Pengembangan
Kualitas Jasmani, Depdiknas. (www.depdiknas.go.id), terhadap 500 murid
kelas 2 sekolah dasar di lima wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini mengungkap
bahwa kemampuan motorik murid kelas 2 sekolah dasar masih kurang
memadai.
Tes masuk Sekolah Dasar (SD) merupakan pemicu terbesar
timbulnya fenomena ini. Ketika anak mengikuti tes masuk sekolah dasar yang
dijadikan parameter utamanya adalah kemampuan anak dalam hal-hal yang
bersifat skolastik, seperti membaca menulis dan berhitung.
Hal ini menyebabkan orangtua memiliki harapan yang tinggi
terhadap anak untuk pencapaian aspek kognitif yang optimal, sehingga anak
tidak lagi menemui kesulitan pada saat mengikuti pendidikan di SD.
Harapan orangtua bagi kehidupan anak di masa mendatang
merupakan salah satu faktor terpenting yang mempenganihi keberhasilan
belajar anak Oleh karena itu agar dapat memberikan pendidikan yang terbaik
bagi anak TK, ada baiknya orangtua memahami terlebih dahulu akan
karakteristik anak dan tujuan program pendidikan TK.
Berdasarkan petunjuk teknis proses belajar mengajar di TK
kemampuan skolastik bukanlah tujuan utama dari program pendidikan TK
(Depdikbud, 1999). Tujuan utamanya adalah membantu mempersiapkan anak memasuki sekolah dasar. Untuk itu dalam menerapkan pendidikan TK,
hendaknya disesuaikan dengan tugas perkembangan anak prasekolah yang
mencakup 3 aspek perkembangan yang dikemukakan oleh Paf)alia & Olds
(2001), yaitu aspek fisik, kognilif dan psikososial.
Hal yang akan diungkap dalam penelilian ini adalah apakah
orangtua lebih mengharapkan aspek kognilif untuk dapat dikembangkan
dalam pendidikan TK, dibandingkan aspek fisik dan psikososial?".
Instnimen yang digunakan dalam penelilian ini adalah kuesioner
harapan orang tua terhadap pendidikan pada TK. Instrumen ini disusun sendiri
oleh peneliti berdasarkan program berdasarkan 3 aspek perkembangan yang
dikemukakan oleh Papalia (2001), yaitu aspek fisik, kognilif dan psikososial.
Penelilian dilakukan pada 127 orang responden (orangtua) dari 4 buah TK di
Jakarta dan sekilamya, Kuesioner tersebul dapat disampaikan kepada
responden dan dikembalikan lagi kepada peneliti berkat kerjasama dengan
pihak guru kelas.
Hasil analisis data yang diperoleh dari uji statislik (ANOVA satu
arah) menunjukkan bahwa aspek fisik memiliki perbedaan yang signifikan
dengan aspek kognilif dan psikososial, sedangkan aspek kognilif dan
psikososial menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (Ho diterima).
Ini berarli harapan orangtua terliadap pengembangan aspek
kognilif sama besamya dengan aspek psikososial. Sedangkan aspek fisik
dianggap kurang penting oleh orangtua untuk dapat dikembang^n pada
pendidikan TK."
2002
S2863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidniya Hani Muthmainnah
"Penelitian ini membahas mengenai cara guru mengajar anak bersosialisasi di pendidikan prasekolah Jepang. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analitis berdasarkan data kepustakaan, serta observasi dan wawancara singkat. Sosialisasi anak prasekolah di Jepang bertujuan untuk membangun ikatan personal anak-anak satu sama lain serta membangun kemauan dan kemampuan pribadi untuk hidup berkelompok.
Metode yang digunakan oleh guru Jepang untuk melatih anak prasekolah agar bersikap yang sesuai dengan harapan kelompok dipaparkan oleh Lois Peak (1991) dan Catherine C. Lewis (1995). Untuk mengetahui penerapan metode-metode tersebut, penulis melakukan observasi singkat pada guru-guru di Taman Kanak-Kanak Sekolah Jepang Jakarta atau Jakarta Japanese School Kindergarten.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru tersebut menggunakan cara yang serupa dengan yang dipaparkan oleh Peak dan Lewis. Cara-cara tersebut mendukung tujuan sosialisasi anak prasekolah di Jepang.

This thesis discusses the way teachers teach preschool children to socialize in Japan. This thesis use qualitative descriptive analysis method based on data from literatures, as well as observation and brief interviews. Socialization of preschool children in Japan aims to build children's personal ties to each other and build personal willingness and ability to live in groups.
The methods used by the Japanese teachers to train preschool children in order to be in line with the expectations of the group life are described by Lois Peak (1991) and Catherine C. Lewis (1995). To determine the application of these methods, the author conducted a brief observation on the teachers in Taman Kanak-Kanak Sekolah Jepang Jakarta or Jakarta Japanese School Kindergarten.
The result shows that the teachers use similar methods to the method?s that described by Peak and Lewis. These methods support the objectives of socialization of preschool children in Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Septriani Renteng
"Peningkatan kualitas kesehatan pada anak sebagai upaya pembentukan sumber daya manusia yang produktif. Peningkatan kesehatan anak dilakukan dengan perhatian optimal terhadap tahapan perkembangan anak khususnya pada masa keemasan yaitu usia prasekolah. Perkembangan merupakan faktor penting dikehidupan anak usia prasekolah karena akan menentukan perkembangan anak diusia yang selanjutnya. Perkembangan anak belum menjadi prioritas utama orang tua dalam pengasuhan anak. Kondisi ini sangat berdampak terhadap pemberian stimulasi perkembangan pada anak usia prasekolah oleh orang tua. Program "Sahabat" adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia prasekolah. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan "Sahabat" di taman kanak-kanak yang terintegrasi dengan manajemen pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan komunitas, dan asuhan keperawatan keluarga. Praktik residensi ini dilakukan dengan pendekatan case studi. Hasil kegiatan praktik yaitu terbentuknya penanggung jawab program perkembangan di TK. Hasil praktik juga menunjukkan peningkatan perkembangan anak usia prasekolah. dari 76 menjadi 95, dan peningkatan pengetahuan orang tua dari 63 menjadi 93, sikap 42 hingga 86, dan keterampilan 53 hingga 76. Program "Sahabat" dapat digunakan oleh perawat komunitas sebagai upaya promotif dan preventif dalam perkembangan anak.

The enhancement of child's health quality is a means of creating a more productive human resources. The enhancement of child's health is conducted with optimal attention to the child's development especially during preschool age, which is the golden age of a child. A child's development is an important factor in a child 39;s preschool life because this will decide how the child will develop in their next age stage. A child's development have not been a parent's main priority in parenting. This condition really affects the stimulus given to the child during the preschool age by their parents. Sahabat program is one of the solution to optimize preschool children's development. This paper aims to give a demonstration of implementation of how it can be done in preschools that are integrated with health care, community nursing care, and family nursing care. This practice is conducted with case study approach. The result of the research is the formation of person in charge of development program in kindergarten. The result of this research shows that there are enhancements in the preschool children's development, from 76 to 95, and the parent's knowledge regarding the matter rises from 63 to 93, attitude from 42 to 86, and skills from 53 to 76 . Sahabat program can be used by the nurse community as a means of children's development in a preventive way."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>