Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26363 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjahja Roessitawati
"Kemajuan teknologi informasi telah mengubah struktur organisasi pada banyak industri, dimana hal ini sangat erat terkait dengan sumber daya manusia yang ada, yaitu bagaimana kualitas keterampilan yang tepat dalam kaitannya dengan peran yang selalu berubah, serta bagaimana struktur organisasi yang baru dapat memenuhi kebutuhan motivasi. Hal ini menyebabkan banyak organisasi menentukan keterampilan atau keahlian yang sangat diperlukan untuk membuat seseorang berhasil dalam suatu peran atau keadaan tertentu. Organisasi yang berhasil di masa depan umumnya akan berstruktur lebih mendatar dengan beberapa lapis supervisor, hubungan hierarki tradisional akan digantikan oleh kelompok kerja, yang dikenal sebagai organisasi gugus, yang saling berhubungan dan diberi kewenangan untuk menjalankan fungsinya untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Informasi akan tersedia bagi setiap anggota kelompok, tidak hanya terbatas kepemilikannya pada satu atau dua orang saja. Untuk pembahasan lebih lanjut diuraikan dalam Bab I.
Keberhasilan organisasi diperlukan empat syarat, yaitu misi yang jelas dan mudah dipahami oleh setiap anggota organisasi. Kompetensi, dimana sumber daya manusia yang kompeten merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu organisasi, sehingga harus dimiliki oleh setiap karyawan di organisasi tersebut. Informasi, dimana fleksibilitas dan kebebasan karyawan melaksanakan tugasnya menuntut adanya kemudahan untuk mendapatkan informasi. Budaya, dengan mengembangkan rasa menghargai inisiatif akan menciptakan rasa tanggung jawab dalam diri karyawan terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga lebih berani untuk melakukan tindakan yang bertanggung jawab, termasuk mengambil suatu risiko yang telah diperhitungkan konsekuensinya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Di antara keempat syarat tersebut, kompetensi dari sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan, karena akan membantu terpenuhinya tiga persyaratan lainnya. Dibahas lebih lengkap di Bab I.
Sumber daya manusia yang kompeten membuat organisasi mempunyai jajaran manajer yang dapat melaksanakan peran kepemimpinan secara efektif. Hal ini akan semakin teruji di suatu organisasi yang dinamis dan selalu mengalami perubahan sebagai konsekuensi kecepatan perubahan lingkungan, sehingga memerlukan improvisasi dan penyesuaian berkelanjutan. Organisasi seperti ini akan membutuhkan manajer-manajer generalis, yaitu manajer yang menguasai beberapa kompetensi yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya, agar dapat menangani perubahan tersebut. Salah satu contoh organisasi yang saat ini berada pada kondisi harus berubah secara cepat sebagai konsekuensi tuntutan lingkungan eksternal, adalah Bank XYZ. Dibahas lebih lanjut dalam Bab I.
Setelah pengelolaannya diambil alih oleh IBRA dalam rangka program penyehatan bank dan dilaksanakannya merger dengan 8 Bank Nasional, Bank XYZ mulai mencanangkan strategi bisnis untuk mencapai visinya. Salah satu strateginya adalah strategi di bidang sumber daya manusia dan organisasi, dimana restrukturisasi organisasi berdasarkan segmentasi bisnis, didukung kualitas sumber daya manusia. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia antara lain melalui perencanaan pelatihan secara internal dan eksternal dengan kategori basic, intermediate dan advance. Program yang menjadi skala prioritas utama adalah program pelatihan jenjang, yaitu suatu program pelatihan yang berhubungan langsung dengan pengembangan karier secara cepat, yaitu Officer Development Program (ODP). Pembahasan lebih lengkap diuraikan dalam Bab I.
ODP adalah program kaderisasi pimpinan, yang akan melahirkan para Generalist Banking Officer dengan kompetensi di semua fungsi utama bank dan diharapkan dalam waktu 2-3 tahun mendatang telah menduduki posisi Middle Manager di lingkungan Bank XYZ. Mengapa ODP ini perlu dirancang, padahal sudah ada program pelatihan jenjang lainnya? Pertimbangan manajemen adalah program pelatihan jenjang yang ada saat ini lebih bersifat pengkhususan, sehingga Officer yang dihasilkan mempunyai kompetensi yang terbatas di lingkup satu fungsi tertentu saja. Ketika harus menempati posisi yang menuntut kompetensi generalis, masih banyak kompetensi lainnya yang perlu ditingkatkan melalui program pelatihan dan magang dengan tambahan waktu belajar yang relatif lama. Contoh, adalah Pimpinan Cabang yang lebih kompeten di fungsi kredit dibandingkan fungsi-fungsi lainnya dan konsekuensi dari program pengunduran diri secara sukarela. Untuk pembahasan lebih lanjut, telah diuraikan pada Bab I.
Kondisi sumber daya manusia yang ada di lingkungan Bank XYZ saat ini, dimana mayoritas kompetensi yang dimiliki adalah spesialis, berbeda dengan tuntutan kecepatan perubahan organisasi Bank XYZ yang membutuhkan sumber daya manusia, khususnya di kelompok karyawan pejabat, dengan kemampuan berpikir yang lebih strategis dan makro atau generalis, serta kecepatan bertindak secara lintas fungsional tidak terbatas pada satu fungsi tertentu. Hal ini menyebabkan manajemen memutuskan menerima profesional dari bank lain. Secara jangka panjang, manajemen juga merancang program pelatihan kaderisasi pimpinan yang mempunyai kompetensi secara generalis. Pembahasan lebih terperinci diuraikan di Bab I.
Generalist Banking Officer, yaitu officer Bank XYZ yang memiliki kompetensi di bidang teknikal perbankan dan juga kompetensi manajerial. Untuk kompetensi teknikal perbankan, para alumni diharapkan memahami konsep dasar bagaimana bank menghasilkan keuntungan ditunjang dengan produk, servis dan sistem kerja fungsi finansial, operasional, kredit dan pengawasan, serta bagaimana meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi. Sedangkan untuk kompetensi manajerial, para alumni harus memahami nilai utama Bank XYZ, yaitu transparansi, responsif, integritas dan profesional, untuk selanjutnya diterapkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari sebagai Officer Bank XYZ. Secara terperinci diuraikan dalam Bab I.
Di antara ketiga jenis kompetensi, yaitu kompetensi organisasi, kompetensi jabatan atau peran dan kompetensi pribadi, disepakati bahwa jenis kompetensi jabatan yang akan dipergunakan untuk menjelaskan kompetensi seorang Generalist Banking Officer, baik dari segi teknikal maupun manajerial. Kompetensi ini akan menjadi dasar disusunnya program pelatihan, yang dikenal sebagai competency-based training. Lebih terperinci dapat dibaca di Bab II.
Profil kompetensi Generalist Banking Officer disusun berdasarkan uraian jabatannya dan dapat dibedakan menjadi dua jenis kompetensi, yaitu kompetensi teknikal dan manajerial. Pembahasan lebih terperinci dapat dibaca pada Bab III.
Berdasarkan profil kompetensi Generalist Banking Officer dirancang program pelatihan, yaitu ODP, dimana di dalam program tersebut akan diajarkan modul-modul yang berkaitan dengan konsep dasar dan fungsi-fungsi utama bank. Tujuan khusus ODP adalah diharapkan trainee memahami semua fungsi perbankan, yaitu finansial, operasional, kredit, risiko dan pengawasan, serta konsep bagaimana bank menghasilkan keuntungan dengan ditunjang produk yang kompetitif dan fungsi pelayanan yang mengutamakan kepuasan nasabah dan cara kerja yang sistematis dan efisien. Disamping teknikal kompetensi yang dikuasai, diharapkan para alumni mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai utama Bank XYZ. Dari situ disusun rancangan program, materi, metode belajar dan evaluasi, serta kriteria peserta yang berasal dari internal dan eksternal, dimana secara terperinci diuraikan dalam Bab IV."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Yanita H.
"Adanya penataan jenjang karir yang baik pada karyawan menjadi aspek penting dalam konteks pengembangan perusahaan. Tanpa ada perencanaan karir yang baik, perusahaan dapat kehilangan SDM yang merupakan asset organisasi dan dapat terhambat mencapai sasaran perusahaan. Hal ini berlaku pula pada PT. JP yang lebih mengambil jalan untuk melakukan rekrut karyawan baru daripada mengembangkan karyawan sudah ada.
Dalam tulisan ini, penulis memberikan usulan kepada PT. JP untuk membuat program pengembangan karir berdasarkan kompetensi sebagai upaya untuk melakukan proses promosi, rotasi, dan mutasi dapat dilakukan lebih tepat. Program pengembangan karir ini menggunakan pendekatan kompetensi, agar didapatkan persyaratan yang menggambarkan karakteristik personal tertentu dari individu untuk dapat dijadikan dasar dalam menetukan layak tidaknya seseorang menduduki satu jabatan tertentu.
Sebagai tahap awal, rancangan program pengembangan karir berdasarkan kompetensi yang diajukan oleh penulis dilakukan terhadap pekerjaan operasional pada karyawan yang berada di level officer. Dasar penggunaan golongan karyawan ini adalah karena banyak ditemukan fakta dimana seorang karyawan dapat menduduki satu jabatan untuk jangka waktu sampai puluhan tahun. Selain itu pada level officer inilah terletak tanggung jawab mereka untuk membelikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna jasa hotel yang ada di PT. JP. Model kompetensi yang diusulkan adalah model kompetensi klasik Spencer & Spencer (1993) dan melalui proses analisa jabatan.
Penggunaan kedua metode ini didasarkan pada keterbatasan jumlah beberapa jabatan yang kurang memenuhi syarat untuk menggunakan model klasik dari Spencer & Spencer. Selain itu faktor biaya yang dikeluarkan juga menjadi bahan pertimbangan yang patut untuk dipertimbangkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Yanita H.
"Adanya penataan jenjang karir yang baik pada karyawan menjadi aspek penting dalam konteks pengembangan perusahaan. Tanpa ada perencanaan karir yang baik, perusahaan dapat kehilangan SDM yang merupakan asset organisasi dan dapat terhambat mencapai sasaran perusahaan. Hal ini berlaku pula pada Pt. JP yang lebih mengambil jalan untuk melakukan rekrut karyawan baru daripada mengembangkan karyawan sudah ada. Dalam tulisan ini, penulis memberikan usulan kepada PT. JP untuk membuat program pengembangan karir berdasarkan kompetensi sebagai upaya untuk melakukan proses promosi, rotasi, dan mutasi dapat dilakukan lebih tepat. Program pengembangan karir ini menggunakan pendekatan kompetensi, agar didapatkan persyaratan yang menggambarkan karakteristik personal tertentu dari individu untuk dapat dijadikan dasar dalam menetukan layak tidaknya seseorang menduduki satu jabatan tertentu. Sebagai tahap awal, rancangan program pengembangan karir berdasarkan kompetensi
yang diajukan oleh penulis dilakukan terhadap pekeijaan operasional pada karyawan yang berada di level officer. Dasar penggunaan golongan karyawan ini adalah karena banyak ditemukan fakta dimana seorang karyawan dapat menduduki satu jabatan untuk
jangka waktu sampai puluhan tahun. Selain itu pada level officer inilah terletak tanggung jawab mereka untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna jasa hotel yang ada di PT. JP. Model kompetensi yang diusulkan adalah model kompetensi klasik Spencer & Spencer (1993) dan melalui proses analisa jabatan. Penggunaan kedua metode ini didasarkan pada keterbatasan jumlah beberapa jabatan
yang kurang memenuhi syarat untuk menggunakan model klasik dari Spencer & Spencer. Selain itu faktor biaya yang dikeluarkan juga menjadi bahan pertimbangan yang patut untuk dipertimbangkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
TA37984
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nuryanti
"Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelatihan Officer Development Program (ODP) berdasarkan persepsi peserta pelatihan ODP 2011 pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuatitatif dengan metode survei yang menggunakan teknik total sampling terhadap peserta pelatihan ODP 2011 yang sudah melaksanakan evaluasi lapangan yang berjumlah 52 responden. Evaluasi pelatihan diukur menggunakan evaluasi pelatihan Kirkpatrick melalui tiga dimensi, yaitu reaksi, pembelajaran, dan tingkah laku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan ODP yang dilaksanakan sudah efektif.

This study used a single variable, that is the evaluation of training. The purpose of this study was to determine the evaluation of the training of Officer Development Program (ODP) based on the perceptions of trainee ODP 2011 at PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. This study used a quantitative approach through a survey method that used total sampling technique to the 2011 ODP trainees who already have conducted a field evaluation of the total 52 respondents. Training was measured using the Kirkpatrick training evaluation through three dimensions: reaction, learning, and behavior. The results showed that the ODP training has been efectively implemented."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astriani Dwi Aryaningtyas
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kesejahteraan psikologis karyawan yang menjalani program pengembangan karyawan di bank. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 114 orang karyawan yang sedang menjalani program pengembangan karyawan di bank dengan rentang usia 21-26 tahun. Penelitian ini menggunakan alat ukur kepemimpinan transformasional Multifactorial Leadership Questionnaire (MLQ) yang dikembangkan oleh Bass dan Avolio (1994) dan telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Sari (2012) yang disesuaikan dengan kondisi karyawan bank. Alat ukur kesejahteraan psikologis yang digunakan untuk penelitian ini yaitu The Ryff’s Scales of Psychological Well-being (SPWB) yang dikembangkan oleh Ryff (1995) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Larasati (2012). Dari hasil penelitian didapatkan nilai pengaruh sebesar 0,232 dengan signifikansi 0,013 pada level of significant (LoS) 0,05 yang berarti kepemimpinan transformasional secara signifikan positif memengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan yang menjalani program pengembangan karyawan di bank. Nilai yang positif dapat disimpulkan bahwa pola hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kesejahteraan psikologis adalah searah. Semakin tinggi kepemimpinan transformasional, semakin tinggi kesejahteraan psikologis, begitu pula sebaliknya. Variasi perubahan kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh kepemimpinan transformasional. Masing-masing dimensi dari kepemimpinan transformasional tidak signifikan memengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan yang menjalani program pengembangan karyawan di bank.

This research was conducted to find the effect of transformational leadership to psychological well-being of employee with officer development program at bank. The participants in this research are 114 employees who are participating in officer development program (ODP) in 21-26 years old range. This research used Multifactorial Leadership Questionnaire (MLQ) for transformational leadership which is developed by Bass and Avolio (1994) and has been adapted into Bahasa Indonesia by Sari (2012) which has been adjusted with bank employee condition and The Ryff’s Scale of Psychological Well-being (SPWB) by Ryff (1995) that has been adapted into Bahasa by Larasati (2012). Results from this study indicate transformational leadership will inflluence psychological well-being with a correlation coefficient 0, 232 and the significance of 0.013 (p <0.05). That is, the higher transformational leadership, the higher employee psychological well-being. The change varians of psychological well-being influenced by transformational leadership. Each dimensions of transformational leadership couldn’t significantly influenced to psychological well-being of employee with ODP at bank."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahyan Septiani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5308
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christina M. Indah Soca R. K.
"Telaah ini disusun dalam rangka merancang program pengembangan kompetensi karyawan level manajerial pada PT. Agronesia Bandung. Telaah ini dibuat sebagai tindak lanjut terhadap hasil assessment tenaga kerja yang telah dilakukan pada bulan Mei 2004. Hasil assessment tersebut memperlihatkan bahwa masih banyak kompetensi manajerial yang dimiliki Manajer dan Asisten Manajer, berada pada taraf kurang atau rendah. Artinya para Manajer dan Asisten Manajer tersebut membutuhkan upaya atau langkah-Iangkah pengembangan yang sistematis dan terstruktur dalam rangka mengembangkau kompetensinya yang masih kurang tersebut.
Analisis pada masalah ini menghasilkan rumusan kompetensi yang berbeda pada level jabatan Manajer dan Asisten Manajer. Selanjutnya dilakukan analisa kesesuaian hasil assessment dengan tuntutan jabatan sehingga menghasilkan jenis-jenis kompetensi yang harus dikembangan baik untuk level Manajer maupun Asisten Manajer. Kompetensi yang harus dikembangkan pada Manajer adalah berpikir fleksibel, berpikir kreatif/inovatif change leadership.
impact & influence, perencanaan dan entrepreneur spirit. Sedangkan kompetensi yang harus dikembangkan pada level Asisten Manajer adalah berpikir kreatif/inovatif pembuatan keputusan, perencanaan, entrepreneur spirit, customer & market focus, impact & influence, analisa masalah, sharing responsibility.
information seeking dan result orientation.
Berdasarkan analisis terhadap kompetensi yang masih kurang itu,
disusunlah suatu rancangan untuk pengembangan kompetensi. Rancangan ini meliputi area pengembangan yang dibutuhkan, bentuk intervensi dan metode pengembangan yang disarankan, deskripsi kegiatan/materi pelatihan, tujuan/sasaran dari setiap program pengembangan serta partisipan yang mengikuti setiap program. Dari rancangan ini dibuat rencana kegiatan untuk pengembangan kompetensi karyawan yang meliputi jenis kegiatan, metode yang digunakan, siapa pelaksananya, alokasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.
Saran yang diberikan untuk perusahaan agar dapat menarik manfaat yang sebesar-besamya dari rancangan program pengembangan kompetensi adalah agar pimpinan segera mengadakan koordinasi dan menyusun anggota kepanitian sebagai persiapan pelaksanaan peIatihan. Kemudian panitia ini disarankan untuk merencanakan waktu dan tempat pelatihan, jumlah peserta pelatihan, alat bantu pelatihan yang digunakan, penyediaan dana dan jadwal pelatihan. Selanjutnya pihak panitia dapat menghubungi konsultan yang dianggap kompeten untuk membantu proses pelaksanaan pelatihan. Terakhir pihak perusahaan disarankan unruk melakukan program evaluasi pelatihan segera setelah program pelatihan diselenggarakan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Cinthyadevi Erviantini
"Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menyusun program pengembangan berbasis kompetensi untuk posisi team leader PT.HSO. Teori yang digunakan dalam penyusunan program pengembangan berbasis kompetensi adalah teori Spencer & Spencer (1993). Tahapan penyusunan program pengembangan dimulai dengan menyuslm model kompetensi. Dari hasil penyusunan kompetensi didapatkan sembilan kompetensi yang dibutuhkan pada posisi team leader. Kompetensi tersebut adalah anabethical thinking coaching, organizing, bussiness sense, teamwork willingness to learn, achievement orientation, communication, dan self' confidence. Setelah kompetemi tersusun, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kompetensi-kompetensi untuk dikembangkan dengan melihm kesenjangan antara level pencapaian aktual saat ini dengan level pencapaian yang diharapkan organisasi. Kompetensi yang menjadi prioxitas pengembangan adalah analvthical thinking coaching, organizing, dan bussiness sense. Hal ini dikarenakan kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang paling penting dibutuhkan oleh posisi team leader sedangkan level pencapaian aktualnya Qat ini masih rendah. Langkah selanjutnya adalah menentukan metode pcngembangan yang paling efektif untuk setiap kompetensi. Metode yang akan digunakan adalahof the job training dan on the job training. Setelah mengetahui metode yang akan digunakan., langkah selanjutnya adalah membuat lcurikulum untuk tiap metode yang digunakan.

The purpose of this study is to competency-based development program for team leader PT.HSO. This study utilize Spencer & Spender (1993) theory in develop employee development program. The first phase is building competency model. There are nine competencies that required by team leader. Those are anabftical thinldng, coaching, organizing bussiness sense, teamwork, willingness to learn, achievement orientation, communication, and seMcorgEdence. The second phase is identiiication of competencies that needed to develop by analysed gap exist between actual level and expected level of competency. The result shows analytyical thinking, coaching, organizing and bussiness sense will be priority to develop because they haven’t met proicieney level that required. The next phase is selecting the effective method to develop each competency. Methods that will beused for the development program are of the job training and on the job training. The final phase is develop curricula for each methods."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34095
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Khayraani Firnuansyah
"Perkembangan dunia bisnis yang dinamis dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang signifikan pada tahun 2023 menuntut peningkatan kompetensi tenaga kerja untuk menghadapi tantangan industri 4.0. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Program Beasiswa Askrindo sebagai upaya PT Asuransi Kredit Indonesia dalam meningkatkan kompetensi karyawan. Program Beasiswa Askrindo merupakan inisiatif strategis dari PT Asuransi Kredit Indonesia untuk meningkatkan kompetensi karyawan melalui pendidikan formal pada jenjang S2 dan S3, sejalan dengan ketentuan Pasal 12 ayat (1) UU Ketenagakerjaan. Dalam penelitian studi kasus dilakukan dengan pendekatan deskriptif-analitis, yang turut melibatkan wawancara dan analisis dokumen terkait program beasiswa. Selain itu, penelitian ini mengidentifikasi tantangan dalam pelaksanaan program, termasuk aspek hukum terkait hak dan kewajiban penerima dan pemberi beasiswa. Dalam konteks pertumbuhan ekonomi Indonesia yang signifikan dan tuntutan dunia kerja yang semakin dinamis, program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah pegawai yang memiliki gelar lanjutan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Program ini tidak hanya mendukung pengembangan individu, tetapi juga menciptakan budaya belajar yang berkelanjutan di dalam organisasi, di mana pegawai didorong untuk saling berbagi pengetahuan dan keterampilan. Pelaksanaan program ini diatur dalam kebijakan yang jelas, mencerminkan komitmen perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pengembangan SDM berbasis kompetensi. Dalam aspek hukum, hak dan kewajiban penerima beasiswa menjadi penting, di mana penerima berhak atas dukungan finansial dan kesempatan pengembangan, sementara juga memiliki kewajiban untuk menjaga kinerja dan menyelesaikan studi tepat waktu. Mekanisme pengawasan dan evaluasi yang diterapkan memastikan bahwa program ini tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga membangun kompetensi dan integritas penerima beasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Beasiswa Askrindo tidak hanya memberikan akses pendidikan yang lebih baik bagi karyawan, tetapi juga berfungsi sebagai investasi strategis untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja.

The dynamic development of the business world and significant economic growth in Indonesia in 2023 demand an increase in workforce competencies to face the challenges of Industry 4.0. This research aims to analyze the Askrindo Scholarship Program as an effort by PT Asuransi Kredit Indonesia to enhance employee competencies. The Askrindo Scholarship Program is a strategic initiative by PT Asuransi Kredit Indonesia to improve employee competencies through formal education at the Master's and Doctoral levels, in accordance with the provisions of Article 12, paragraph (1) of the Labor Law. This case study research employs a descriptive-analytical approach, which includes interviews and document analysis related to the scholarship program. Additionally, this study identifies challenges in the implementation of the program, including legal aspects concerning the rights and obligations of both scholarship recipients and providers. In the context of Indonesia's significant economic growth and the increasingly dynamic job market, this program aims to increase the number of employees with advanced degrees, both domestically and internationally. The program not only supports individual development but also fosters a sustainable learning culture within the organization, where employees are encouraged to share knowledge and skills. The implementation of this program is governed by clear policies, reflecting the company's commitment to creating a work environment that supports competency-based human resource development. In legal aspects, the rights and obligations of scholarship recipients are crucial, where recipients are entitled to financial support and development opportunities while also having the obligation to maintain performance and complete their studies on time. The monitoring and evaluation mechanisms applied ensure that this program not only provides financial support but also builds the competencies and integrity of scholarship recipients. The research findings indicate that the Askrindo Scholarship Program not only provides better access to education for employees but also serves as a strategic investment to enhance productivity and the well-being of the workforce. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>